Berangkat (1)

(Penerjemah : Ei-chan)


"Kelihatannya kau tidak merasa gugup."

Cale tersenyum alih-alih menanggapi pernyataan ayahnya. Warna kulit Cale semakin jauh lebih baik akhir-akhir ini. Tidak diragukan lagi pastinya jadi lebih baik.

'Karena aku tidak dihajar habis-habisan.'

Cuaca berhujan di wilayah Henituse sampai kemarin. Jika ceritanya berjalan seperti di dalam novel, Cake akan dipukuli sampai babak belur di hari hujan. Tentu saja, Cale tidak dilibas kemarin.

Dia juga bisa tidur nyenyak sekarang. Ini karena dia bisa merasakan Perisai Tak Dapat Hancur selalu melingkupi jantungnya. Mengetahui bahwa dia dapat bertahan hidup, sekalipun dia melakukan sesuatu yang salah pada orang seperti Ron dan Beacrox, memudahkannya untuk tidur di malam hari.

“Ayah.”

Cale memandangi sarapan yang lebih mewah daripada yang sudah-sudah disajikan di hadapannya, sambil bertanya.

"Kelihatannya jumlah orang dalam rombongan bertambah lagi. Tolong kurangi jumlahnya."

Dia telah meminta ayahnya untuk mengurangi jumlah pelayan yang menyertai dia untuk membantu mengurus keperluannya. Dia memberitahu bahwa Hans dan Ron saja sudah cukup. Tentu saja, Hans memucat pada awalnya. Akan tetapi, dia langsung mulai berkemas begitu mendengar bahwa anak-anak kucing akan ikut pergi dengan mereka.

"Ah, soal itu…"

Entah kenapa, Deruth berhenti di tengah jalan. Di saat itulah, suara orang lain menyela ke percakapan mereka.

"Itu adalah keputusanku."

Dia adalah isteri Count, Violan.

Rambutnya tertata sempurna membentuk sebuah sanggul tanpa satu helai rambut liar pun, sementara dia menatap piringnya. Dia terlihat begitu mirip dengan puteranya, Basen. Bahkan cara mereka tidak melakukan kontak mata dengan Cale dan ekspresi tenangnya pun sama.

"Kita tidak bisa membiarkan seseorang dari keluarga kita terlihat miskin dan menyedihkan hanya karena kau pergi dengan rombongan sesedikit itu."

Itu adalah suara yang luar biasa tenang. Violan kemudian mengalihkan pandangannya untuk menatap ke arah Cake sebelum melanjutkan.

"...Aku tidak bermaksud mengatakan kau menyedihkan."

"Bahkan aku pun tahu itu."

Violan meragu sejenak setelah mendengar tanggapan Cale, sebelum menyuap makanan lagi dan lanjut bicara.

"Orang-orang, terutama para bangsawan, sangat mempedulikan penampilan."

Countess Violan. Cale mengamatinya dengan tenang.

Dia terlahir sebagai puteri tertua keluarga seniman miskin dan pernah bermimpi menjadi kepala sebuah serikat dagang ketika tumbuh dewasa. Dia terpengaruh oleh benda-benda mewah yang dijual pada para bangsawan dan kemudian datang ke wilayah Henituse. Begitu dia sampai di sini, dia jatuh cinta dengan seni ukir.

Pada akhirnya, dia bertemu Count Deruth dan jatuh cinta, hidup sebagai pemimpin operasi bisnis budaya wilayah ini.

Menurut Cale, bukan, Kim Rok Soo, wanita ini memiliki harga diri yang tinggi atas dirinya sendiri dan hidupnya, dan dengan demikian dia juga memiliki rasa bangga yang besar atas keluarganya.

Walaupun dia tahu bahwa Cale sedang mengamatinya dalam diam, wanita itu tetap melanjutkan tanpa perubahan sedikit pun di ekspresinya.

"Seni bukanlah bagi manusia sam– mm."

Dia adalah orang yang bicaranya agak kasar karena dulu pernah bekerja sebentar di dunia perdagangan.

"Lagipula, ada banyak orang yang berpikir bahwa penampilan menunjukkan segalanya tentang seseorang."

Ini adalah caranya memberi tahu Cale untuk membawa banyak pelayan dengannya. Tujuannya adalah agar Cale tidak dipandang jelek hanya karena dia membawa sedikit pelayan.

Sudah jelas, Cale juga ingin membawa banyak orang agar melakukan banyak hal untuknya.

'Betapa menyenangkan dan santainya itu.'

Dia mendapati dirinya sekarang kesulitan untuk berganti pakaian tanpa pelayan. Kim Rok Soo telah berada di dunia ini sebagai Cale baru seminggu saja, tapi dia sudah tidak bisa melepaskan gaya hidup yang mudah ini.

Akan tetapi, di masa depan Cale beberapa hari lagi ada seekor Naga Hitam gila. 

Jika dia tidak bisa melepaskan naga gila ini lebih cepat, dia mungkin akan jadi liar dan membunuh banyak orang. Walaupun Cale tidak peduli dengan apa yang akan terjadi pada orang lain, dia tetap tidak mau melihat orang mati di depan matanya.

Terlebih lagi, dia juga tidak mau bertanggung jawab atas orang-orang yang akan cedera karena naga itu.

Tanggung jawab adalah beban yang berat, dan bagi seseorang seperti Kim Rok Soo—yang bertanggung jawab atas hidupnya sendiri sejak masih kecil—dia tahu bahwa tanggung jawab yang berhubungan dengan orang banyak dan nyawa mereka adalah beban yang paling menakutkan dan berat.

Karena itulah dia mulai bicara.

"Seni adalah cerminan jiwa."

Violan mengalihkan pandangannya dari piring dan menatap Cale. Ini pertama kalinya setelah sekian lama mereka berdua melakukan kontak mata satu sama lain.

"...Kau tahu soal itu."

"Ya. Aku tahu."

Cale telah menjelajahi seluruh wilayah ini selama empat hari terakhir untuk mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam perjalanan ini. Dia barusan mengutip salah satu hal yang dia lihat dalam penjelajahan itu.

"Mengukir bukan hanya sekedar memahat untuk menjadi sebongkah marmer. Ini adalah ciptaan yang merefleksikan apa yang ada dalam hatimu."

Kali ini, giliran Cale yang menatap piring dan lanjut makan sementara Violan mengamati.

"Aku membacanya di plakat Galeri."

Galeri di wilayah Henituse memamerkan karya-karya para pemahat baru. Pernyataan yang tertulis pada lempengan plakat Galeri itu adalah sesuatu yang Violan tulis secara pribadi.

"...Lakukan seperti yang kau mau. Aku akan mengurangi jumlah orang yang ikut denganmu, tapi sebagai gantinya, kereta kuda dan semua di dalamnya akan berkualitas paling tinggi. Seperti inilah yang seharusnya bagi keluarga Henituse."

"Itu tidak masalah. Tolong berikan aku yang paling mahal."

"Bagus. Akan kupastikan kau mendapatkan kereta yang tidak akan menyakiti bokongmu dalam perjalanan melintasi jalanan yang tidak rata."

"Hanya yang terbaik."

Cale tidak dapat melihatnya karena dia sedang memperhatikan piringnya, tapi ada seulas senyum tipis di wajah Violan, sebelum itu menghilang. Count Deruth, yang menyaksikan ini sejak awal, pura-pura batuk untuk menyamarkan senyumnya yang perlahan naik, dan menanyai Cale.

"Apa kau sudah memastikan informasi dari Hans mengenai kepribadian dari semua bangsawan yang akan pergi ke ibukota?"

Deruth telah menggunakan jaringannya sendiri, begitu Serikat informasi untuk membeli info mengenai bangsawan lain dan telah menyerahkannya pada Hans untuk diberikan pada Cale.

"Ya. Itu sangat menghibur."

Sepertinya sulit untuk membeli berkas itu. Malahan sebenarnya, bisa jadi membutuhkan uang yang sangat banyak. Walaupun hanya tiga atau empat kalimat untuk setiap orang, membeli informasi tentang bangsawan adalah sesuatu yang bernilai dan mahal.

"Ada yang picik, yang bodoh, yang cerdas dan yang menakutkan, bahkan beberapa yang berusaha mati-matian demi kekuasaan. Sepertinya semua jenis orang hadir di acara kali ini."

Tentu saja, ada juga yang baik sampai begitu bodohnya, yang jahat, dan yang brengsek.

"Kau membaca berkas yang kukirimkan padamu. Ahem. Ngomong-ngomong, lakukanlah sesukamu. Tapi, Cale..."

"Ya, Ayah."

"Aku mendengar rumor yang aneh."

Bahu Cale nyaris tersentak.

"Kelihatannya pohon pemakan-manusia—pohon hitam itu—telah berubah. Sekarang pohon itu menjadi pohon putih dengan daun-daun biru yang indah. Bahkan ada rerumputan yang tumbuh di tempat yang tadinya tidak ada apa-apa."

Tempat yang paling berubah dalam empat hari ini tidak lain adalah puncak bukit di kawasan kumuh. Itu adalah lokasi di mana hanya ada pohon hitam di situ. Akan tetapi, pohon itu berubah menjadi putih dengan daun biru setelah Cale menyelesaikan dendamnya, dan sekarang pohon itu menjadi pohon cantik yang nyaris terlihat suci.

"Bukankah itu rumor yang menarik?"

"Benar. Itu rumor yang sangat menarik."

Cale tidak ada niatan untuk mengungkap Kekuatan Kunonya saat ini, jadi dia berpura-pura sama sekali tidak tahu soal itu.

Tidak mungkin Count Deruth tidak tahu fakta tentang dia pergi ke kawasan kumuh. Namun, dia tidak sama sekali tidak tahu mengenai Kekuatan Kuno. Dia hanya menduga-duga bahwa sesuatu terjadi dengan Cale dan pohon pemakan-manusia itu.

"Ya, tapi itu bukan masalah besar. Akan tetapi, kau harus memperhatikan rumor tidak peduli apa yang kau lakukan. Tidak ada yang lebih menakutkan daripada mata dan mulut manusia. Akan tetapi, apapun yang terjadi di dalam wilayah ini bukanlah masalah bagi anggota keluarga kita."

"Aku akan mengingatnya dengan baik."

Cale merasa dia benar-benar bisa menjalani hidup dengan tenang selama dia tetap tinggal di wilayah mereka. Betapa hebatnya bisa segera pulang dari ibukota dan hidup bersantai-santai?

Sarapan mewah yang dibuat untuk Cale yang akan berangkat ke ibukota pun akhirnya selesai. Dia mendapat salam perpisahan dari Count dan Countess yang tidak bisa mengantar kepergiannya karena ada pekerjaan yang harus mereka lakukan, dan kemudian berkontak mata dengan saudara-saudaranya, yang berdiri dengan canggung di sana.

“Ada apa?”

Adik laki-lakinya, Baden, hanya menggeleng menjawab pertanyaan Cale. Adik perempuannya, Lily, perlahan mendekatinya. 7 tahun. Adik bungsunya ini berjarak 11 tahun darinya.

"Ha, hati-hati di jalan."

"Terima kasih. Kau juga berhati-hatilah di sini."

Lily mengangguk dengan penuh semangat.

“Ya!”

Dia kemudian memandangi Cale dalam diam. Cale dengan santainya bertanya menanggapi pandangannya.

“Mau kubelikan oleh-oleh saat aku pergi?”

“Benarkah?”

‘Sudah kuduga. Dia mau oleh-oleh.’

Cale mengangguk sambil memperhatikan ekspresi kaget, keheranan, dan senang yang bergantian muncul di wajah Lily.

“Ya. Kau mau apa?”

“Pedang.”

“...Apa?”

“Tolong belikan aku pedang.”

‘Anak umur 7 tahun mau pedang?’

Melihat keterkejutan di wajah Cale, Basen pun angkat bicara.

“Hyung-nim, cita-cita Lily saat ini adalah menjadi seorang ahli pedang.”

“Begitukah?”

Cale mengamati Lily dengan serius. Orang-orang di rumah ini semuanya memiliki lengan dan kaki panjang serta fisik yang bagus. Lily baru berumur 7 tahun, tapi dia termasuk tinggi untuk anak seumurannya dan dengan mudah bisa menjadi seorang ahli pedang yang bagus kalau dia berusaha.

“Kurasa itu cocok untuknya.”

Mata Lily mulai berbinar-binar.

“Aku akan membelikan yang mahal.”

Lily mulai tersenyum saat dia menundukkan kepalanya karena malu alih-alih membalas. Cale tidak melihat ini, karena dia menoleh ke adik laki-lakinya yang berusia 15 dan sedang menatapnya.

“Kau mau sesuatu?”

“Aku ingin pena.”

“Baiklah.”

Sarapan pun usai begitu dia mendapatkan daftar oleh-oleh dari saudara-saudaranya.

***


Ekspresi Cale jadi aneh saat dia berdiri di depan kereta kuda yang akan membawanya ke ibukota.

‘Aneh sekali.’

Dia berekspresi aneh begini saat bertanya pada orang yang berdiri di sebelahnya.

“Kenapa tempat duduk mereka lebih bagus daripada punyaku?”

Cale memperhatikan bantalan mahal dan lembut di sebelahnya, begitu pula dengan kedua anak kucing yang duduk di atas bantalan itu.

“Tuan Muda, bukankah anak-anak kucing tersayang kita ini harus berpergian dengan nyaman dalam perjalanan ini? Mereka begitu mungil dan menggemaskan.”

Hans menjawab sambil menaruh camilan khusus yang dia persiapkan untuk para kucing itu dalam kereta juga. Cale dan Ron pun sama-sama berwajah datar.

‘Itu karena dia tidak melihat mereka menciptakan kabut dan mengisinya dengan racun.’


Cale memanggil On dan Hong ke sebuah sudut taman kosong tiga hari yang lalu.

-‘Apa yang bisa kalian lakukan?’

Menanggapi pertanyaannya, On menciptakan kabut masih dalam sosok kucingnya, sementara Hong menggunakan sedikit darahnya untuk menyebarkan racun di udara. Tentu saja, On dapat mengendalikan kabut beracun itu untuk menghindarkan Cale dari kematian.Terlebih lagi, racun yang Hong bisa sebarkan baru sampai ke tingkat melumpuhkan saja saat ini.

-‘Kalian berdua sangat berguna.’

On dan Hong dengan bangga menjawab setelah mendengar pujian Cale.

-‘Kami bisa kabur karena kabut beracun kami!’

-‘Kami sangat berguna!’


Mulai hari itu, On dan Hong bisa makan enak sepanjang hari. Tentu saja, Hans dengan senang hati menyediakannya untuk mereka.

“Tuan Muda, saya akan duduk di depan bersama kusir.”

“Ya.”

Ron melompat ke sebelah kusir, dan Cale berniat untuk naik juga, saat Choi Han mendekati dia.

“Cale-nim.”(TL: Bisa dibilang seperti memanggil ‘Cale-sama’ di LN Jepang)

Choi Han bilang dia tidak mau memanggil Cale dengan sebutan Tuan Muda dan sebagai gantinya memanggil dia Cale-nim.

“Ada apa?”

“Apa tidak masalah kalau saya tidak di kereta yang sama untuk melindungimu?”

Ekspresi Cale berubah seakan-akan dia telah memakan buah kesemek mentah yang pahit.

“...Memang…”

‘Memangnya ada alasan melakukan itu?’

Itulah yang ekspresi Cale sampaikan, dan Choi Han tidak mengatakan apapun dan malah hanya menganggukkan kepalanya. Cale menyipitkan matanya sambil mengawasi Choi Han yang berjalan menjauh.

‘Aneh sekali.’

Mata Choi Han masih belum begitu jernih. Pikirannya masih dipenuhi amarah dan niat membalas dendam. Saat Cale memberitahu kemarin bahwa mereka telah mengirim orang ke Desa Harris, dia bisa melihat kemarahan di mata Choi Han.

Tapi dia merasa itu sedikit berbeda dibanding sebelumnya. Dia tidak dalam kondisi benar-benar putus asa seperti di dalam novel yang seakan menyiratkan ‘Dunia tidak ingin aku bahagia! Bagaimana bisa mereka membunuh semua orang yang kusayangi?!’. Makanya saat ini rasanya aneh.

‘Dia pulih cukup cepat.’

Dia sepertinya berada di posisi novel di mana dia berpergian dengan Beacrox, Rosalyn, dan Lock, dengan sebilah pedang di hati namun bersikap tenang di luar. (TL: Terlihat tenang meskipun memiliki hasrat kuat untuk membalas dendam dalam hatinya.) Cale membiarkan itu karena hal tersebut tidaklah buruk, tapi dirinya entah kenapa merasa getir di dalam mulutnya. Di saat itulah…

“Kurasa bukan di sini posisimu.”

Pemimpin rombongan, Wakil Kapten dari Satuan Kesatria wilayah, mendekati Choi Han dan mulai bicara. Wakil Kapten memandangi Choi Han dari ujung rambut ke ujung kaki sebelum menyeringai, seakan-akan dia sedang memandang rendah Choi Han.

‘Aku tahu kami paling tidak akan memiliki satu orang seperti ini.’

Cale mendecakkan lidah.

Choi Han telah menyembunyikan kemampuannya sampai ke tingkat rata-rata.

Masalahnya adalah Choi Han orang pertama yang Cale bawa ke Kediaman Count sebagai seorang tamu, dan fakta bahwa Count Deruth memperlakukan dia seperti seorang tamu yang penting.

Menambahkan fakta bahwa dia akan pergi sebagai bagian dari pengawal Cale kali ini membuat beberapa orang mulai merasa tidak senang dan menentang dia.

Mereka tidak membuat dia kesal secara terang-terangan karena dia tetaplah tamu Cale, tapi ada banyak hal yang mereka diam-diam lakukan untuk membuat kesal Choi Han.


-‘Tuan Muda, saya rasa Choi Han-nim tidak akur dengan para kesatria yang akan pergi dengan kita ke ibukota.’

-’Benarkah?’

-’Ya. Saya rasa Wakil Kapten yang bertanggung jawab untuk hal itu.’

-’Aku mengerti, Hans. Kau bisa berhenti mencemaskan itu.’


Cale memikirkan laporan Hans dan merasa tidak nyaman, bukan untuk Choi Han, tapi untuk Wakil Kapten.

‘Tidak lama lagi, dia akan sadar bahwa matanya itu tidak hanya ada di tanah, tapi benar-benar di bawah tanah.’ (TL: Maksudnya buta, tidak bisa menilai orang dengan benar)

Ini akan baik-baik saja selama Wakil Kapten tidak melakukan apapun yang membuatnya dihajar habis-habisan.

Cale tidak memilih untuk mencoba menyelesaikan masalah mereka.

Wakil Kapten tidak akan bisa tidur dengan nyenyak begitu dia melihat kemampuan sebenarnya Choi Han. Bagaimana bisa dia tidur saat dia benar-benar ketakutan?

“Tuan Muda, apakah kita akan berangkat sekarang?

Wakil Kapten menanyai Cale, dan Cale menutup pintu kereta sambil menjawab, “Ya. Ayo pergi.”

15 prajurit, 5 kesatria, dan satu pengawal khusus. Rombongan Cale, yang terdiri dari pasukan pelindung dan beberapa orang lain, akhirnya mulai menuju ke ibukota. 

Tentu saja, seperti sebagian besar perjalanan di dunia fantasi, ini bukanlah perjalanan yang sangat lancar.

Tidak ada yang berani menyentuh kereta Cale di wilayah Henituse. Kereta ini tidak memiliki bendera yang mewakili keluarga, tapi keretanya sendiri memiliki gambar Kura-Kura Emas—simbol dari keluarga Henituse—terukir di permukaannya. Ini adalah penggambaran kecintaan keluarga Henituse terhadap kekayaan dan umur panjang.

Akan tetapi, begitu mereka meninggalkan wilayah Henituse, mereka menemui sebuah situasi.

‘Sesuai dugaan, mereka benar-benar muncul.’

Selagi mereka berderap melintasi pegunungan, puluhan orang mendadak muncul di lembah.

“Bayar dulu kalau kalian mau melewati gunung ini!”

“Keluarkan semua yang kalian punya! Kalau kami menemukan apapun setelah kalian mengaku sudah mengeluarkan semuanya, akan jadi 1 tamparan untuk setiap koin perunggu yang kami temukan!”

Ya, itu para bandit.

Sudah pasti ada bandit-bandit di cerita fantasi, tapi yang mengejutkan adalah kenyataan bahwa mereka ada puluhan orang. Mereka mungkin bergantung pada jumlah orang untuk menyerang kereta ini, yang hanya ada 5 kesatria. Cale melihat ke arah On si anak kucing, yang sedang menguap lalu bertanya, “Menurutmu mereka tidak bisa melihat simbol di keretaku?”

“Kurasa begitu.”

“Orang-orang bodoh! Para pemula!”

Cale mengangguk menanggapi penilaian Hong. Dia tidak takut pada para bandit itu. Kenapa dia harus takut?

Tok, Tok.

Suara ketukan muncul dari jendela kecil kursi kusir sebelum jendela itu sedikit terbuka, dan Ron menatap ke dalam.

“Tuan Muda, sepertinya kita akan perlu beristirahat sebentar. Nampaknya ada cukup banyak kelinci di sini.”

Kelinci. Cale terguncang sesaat. Ron bersuara ‘Ah!’ sebelum tersenyum dan menambahkan, “Ah, kelinci ini berbeda dari kelinci yang saya akan tangkap untuk Anda, Tuan Muda. Tentu saja, kelinci-kelinci ini tidak akan ditangkap oleh saya tapi oleh orang lain.”

Cale sedang dilindungi seseorang yang lebih menakutkan daripada bandit. Dia mendengarkan suara jeritan para bandit yang muncul dari luar kereta sementara dia memperhitungkan waktunya.

“Sekitar satu setengah hari.”

Dalam waktu satu setengah hari, mereka akan tiba di sekitar area di mana Naga Hitam sedang disiksa. Ini lebih awal daripada saat Choi Han tiba di dalam novel. Inilah alasannya kenapa dia harus membuat mereka bergegas maju tanpa beristirahat sedikit pun.


PREVIOUS

TOC

NEXT