RETREAT PERPISAHAN HASE KANNA
(Bagian 3)

(Penerjemah : Hikari)

Dibutuhkan sekitar sejam berkendara dengan mobil. Mobil yang melaju ke timur tersebut tibat di Asahikawa.

Mengarah dalam jalur lurus adalah sebuah kebun binatang di mana ada beruang-beruang putih yang Misaki ingin lihat.

Bagian dalam taman membuat inovasi sehingga ekologi dari hewannya bisa dilihat, dan sering diperkenalkan di program TV. Ini adalah tempat yang Misaki ingin datangi setidaknya sekali.

Tapi saat melangkah masuk ke kebun binatang, emosi Kanna tidak begitu antusias.

"Yahoo~! Beruang putih!"

Dia merasa iri dengan Misaki yang melewati gerbang dan berlari pergi sendirian.

Lebih dari yang dia pikirkan, hatinya terseret ke sosok Sorata dan Nanami yang tadi dia lihat di Menara Jam. Hal itu tidak meninggalkan kepalanya selama berpergian dengan mobil. Walaupun dia mencoba memikirkan novelnya, dia tidak dapat berkonsentrasi sama sekali. pada akhirnya dia teringat dengan penampakan Sorata dan Nanami.

Dia berjalan mengelilingi taman dan entah bagaimana sampai di sudut penguin.

Bersandar pada pagar pembatas dan memandangi para penguin yang berjalan dengan tidak jelas.

Setelah beberapa saat, penglihatannya mendadak menjadi gelap.

Iori datang ke sebelahnya.

“Kau tidak menenggelamkan apapun?”

"...... Normal"

Dia membalas dengan sedikit terkejut.

“Begitukah? Apa kau marah?”

“Kenapa kau berpikir begitu?”

“Wajahmu, menyeramkan.”

“Aku tidak marah.”

“Oh, wajahmu selalu menyeramkan.”

Iori yang santai itu tertawa.

Bagaimanapun, Kanna akan menginjak kakinya.

“Yaa! ADUH! Kau, kau ini, apa yang kau lakukan! Parah!”

Iori melompat-lompat sambil memegangi kakinya.

“Berlebihan!”

“Kau sendiri tidak mau diinjak di kelingking kakimu sendiri, ‘kan?”

Iori yang melompat-lompat lagi, matanya berkaca-kaca.

“Hm~m, tentu saja.”

“Kau, kepribadianmu itu bukannya terlalu buruk? Apa itu tidak masalah? Kau, sampai ke akar-akarnya buruk dan licik, ya ‘kan?”

Kanna merasa gelisah, jadi dia tidak membalas. Kalau dia mengabaikan Iori, pemuda itu akan pergi ke tempat lain, itulah yang gadis itu pikirkan. Akan tetapi, Iori tidak menunjukkan tanda-tanda akan pergi begitu saja.

Kebalikannya, pemuda itu mulai mengarahkan tangannya ke pagar seakan-akan sedang memainkan piano.

Pandangan Kanna pertama-tama mengarah ke jari-jemarinya kemudian ke wajah Iori.

Menyadari hal itu, Iori berkata, “Ah.”

Dia menyembunyikan kedua tangannya di belakang punggung dengan reaksi seperti saat dia melihat sesuatu yang tidak ingin dia lihat. Kanna tidak mengerti dengan jelas, tapi gadis itu berpikir bahwa itu adalah lagu yang disela saat kontes piano bulan Mei.

Itu seharusnya tidak terjadi, hal semacam menghentikan pertunjukkan karena pemuda itu tidak menyukai reaksi penontonnya. Tapi saat gadis itu mendengar alasan kenapa Iori menghentikan tangannya, dia merasa sepertinya dia bisa mengerti perasaan itu. Iori memiliki seorang kakak perempuan seumuran Misaki. Kakaknya itu juga seorang lulusan Suiko, dan kelihatannya dari departemen musik seperti Iori. Terlebih lagi, hasilnya luar biasa. Saat ini, dia sedang belajar di luar negeri di Austria. Iori tidak suka dibandingkan dengan kakaknya sampai-sampai dia berhenti bermain ketika dia merasakan suasana penonton di aula itu.

“Hei.”

"Hmm?"

“Orang seperti apa kakakmu itu?”

Saat mendengarnya, mata Iori terlihat tersenyum. Dia menggaruk-garuk kepalanya.

“Baik, cantik.”

Kali ini adalah titik balik Kanna.

“...Kau hebat, ya?”

"Apa?"

“Kau bisa memuji kakakmu seperti itu.”

Kanna sama sekali tidak bisa menirunya. Apakah ini karena perbedaan lingkungana keluarga? Saat ini, Kanna telah mengalami perceraian dan pernikahan kembali orang tuanya. Dia berpikir bahwa tidak ada tempat baginya di rumah. Jadi karena itulah, dia memilih Suiko yang ada asramanya.

“Kurasa aku normal, tapi semua orang mengatakan itu.”

Iori mengeluarkan handphonenya dari saku celana. Saat Kanna mengira-ngira apa yang pemuda itu lakukan, dia menunjukkan layarnya pada Kanna.

"Ini."

Apa yang ditampilkan di situ adalah seorang wanita yang sedang memakai headphone besar seperti Iori. Perawakannya pendek dan wajahnya lembut. Memang benar, satu-satunya perbedaan antara mereka adalah wajah. Wajah wanita itu sangat cantik. Dia tersenyum di depan sebuah bangunan asing.

“Dia sedang belajar di Austria sekarang, dan memiliki seorang pacar.”

“Aku tahu itu.”

Segera sesudah Kanna datang ke Sakurasou, dia pergi untuk melihat kompetisi Iori dan bertemu dengan pacarnya, Tatebayashi Soichirou. Pria itu adalah orang yang tulus dan serius.

“Selain itu, permainan pianonya bagus.”

"Ya."

“Yeah, pianonya bagus.”

“Aku mendengarnya.”

“Itu benar-benar bagus. A~a.”

“Apa maumu?”

“Yah, aku akan memilih partner lain. Kalau aku memelukmu, kau tidak punya toleransi. Terutama di sekitar dada?”

Iori menghela napas sedih dan melihat dada Kanna.

“Yah, aku nanti akan meminta Misaki-san untuk membawaku ke peternakan. Bersenang-senanglah dengan sapi Holstein.”

“Kau sebaiknya minum banyak susu.”

Kanna tidak mengharapkan hal semacam itu. Dia sudah minum setiap hari. Akan tetapi, tidak ada perubahan di tubuhnya dan tidak mengurangi stressnya sama sekali.

“Oh, kurasa penguin tidak masalah?”

Tepat saat itulah para penjaga kebun binatang datang dan melemparkan ikan. Para penguin dengan cekatan menangkapnya saat masih di udara.

“Setidaknya kau seharusnya khawatir.”

“Eh~, apa yang kau pikirkan?”

“Orang yang bertubuh kecil itu memiliki masalah dengan dua wanita dalam hubungan segitiga, yang manakah yang sebaiknya dipilih. Pria besar di belakang itu, kemarin istri dan pasangan selingkuhannya tertangkap basah bersama-sama dan sekarang sedang bersitegang. Wanita yang berada di barisan depan itu akhir-akhir jadi gemuk dan sedang berusaha diet dan sekarang dia terjatuh dengan nyeri punggung bawah yang parah dan itu serius.”

“Kau tidak asing dengan keadaan penguin.”

Meskipun itu adalah kisah yang dibuat-buat, mata Iori berbinar-binar.

“Semuanya adalah kebohongan.”

“Apa kau memperdayaku!?”

“Kau sudah memperdaya dirimu sendiri, biasa saja, tidak ada yang percaya.”

“Aku tidak normal.”

Iori memang merasa bangga.

“Itu bukan sesuatu yang dikatakan dengan sepenuh hati.”

“Tidak masalah berbeda dari orang lain.”

“Kau mungkin mencintai apa yang kau pikir, tapi bisakah kau tidak berdiri di sebelahku?”

“Kenapa?”

“Kau ini bodoh.”

"Ugh!"

“Apa kau mengakui kalau kau ini bodoh?”

“Orang yang mengatai orang lain bodoh dialah yang bodoh, dasar bodoh.”

“Karena kau mengatakannya tiga kail sekarang, kalau kau menulisnya dengan huruf kanji, kau adalah seekor kuda dan seekor rusa.”

"Bodoh!"

“Ya, keempat kalinya.”

"Ya ampun!"

“Kau sudah dengan sengaja menggunakannya…. …. Menjauh sajalah dariku.”

“Jadi, kenapa?”

“Aku tidak ingin disalahpahami.”

“Oke, apa yang sedang kau bicarakan?”

“Aku mau mati kalau aku sampai disalahpahami kita ini pacaran.”

Ada banyak pasangan di sekeliling. Mungkin, kombinasi antara Kanna dan Iori sepertinya terlihat seperti itu.

“Itu jelas bermasalah.”

Iori, yang berekspresi rumit, mengamati Kanna dengan sebuah dengusan.

“Menyedihkan kalau mereka berpikir aku suka dada rata seperti itu.”

“Apa tidak ada hal lain di kepalamu itu?”

“Eh~ itu karena aku penasaran dan ingin menyentuhnya.”

"... ...."

“Apa? Kenapa matamu memandang seakan aku sampah?”

“Serius, matamu itu sampah.”

“Setidaknya, jangan seperti itu!”

“Menjijikkan!”

“Kau ini apa? Seluruh tubuhmu itu jahat? Kau anak iblis!”

"... ...."

“Apa lihat-lihat, anak bego?”

“Serius, mataku melihat anak bego.”

“Balas ngejawab, nih!”

Kemudian, ada suara bisikan yang terdengar.

“Wah, apa yang kalian pertengkarkan saat kencan?”

“Kita tadinya juga seperti itu.”

Sepasang kekasih berusia pertengahan dua-puluhan mengatakan hal semacam itu sambil menyaksikan Kanna dan Iori.

“Aku salah. Aku suka gadis dengan dada besar!”

Kanna berharap dia bisa menghentikannya, tapi Iori masih memastikan perasaannya sendiri.

Ini semakin lama jadi semakin tidak nyaman.

"Hei, kau."

“Oh, apa? Wajahmu itu terlihat seperti akan membunuh orang.”

“Menjauh 3 meter dariku mulai sekarang.”

Sesuai yang dikatakannya, Kanna berjalan pergi tanpa menunggu balasan.

Kemudian, dengan gaya berjalan seperti melompat-lompat dari depan, seorang asing datang berlari mendekat.

“Oh, kau. No-pan, Iorin!”

“Tunggu sebentar, tolong hentikan itu di sini di mana ada orang sebanyak ini.”

“Oke, kalau begitu, aku akan kembali ke Sapporo.”

“Eh? Kenapa buru-buru? Sekarang baru setengah jam sejak aku datang ke Asahikawa.”

“Oh, apa kau akan makan ramen? Asahikawa Ramen.”

“Tidak, tidak seperti itu. Bukankah kebun binatang ini cukup bagus?”

“Aku sudah menikmati beruang putihnya!”

Misaki berpose mengintimidasi, mengangkat kedua tangannya… Saat memikirkannya lagi, dia merasa beku.

“Hei, Misaki-san!?”

Dia tahu kalau Misaki itu hebat dari penampilannya, tapi elastisitas dada itu dahsyat. Misaki memiliki sesuatu yang tidak dia punya.

“Oh, aku tidak keberatan.”

Iori melihat Kanna.

“Tolong menjauh.”

Mencengkram bahu dan meninggalkan Misaki.

“Kurasa ada tempat-tempat di kebun binatang ini untuk dilihat. Ada banyak singa, macan tutul, kuda, dll.”

“Aku akan datang lagi saat aku ingin melihatmu!”

Kanna kehilangan kata-kata saat disanggah secara paksa.

Ini pertama kalinya dia bertemu seseorang yang tidak punya akal sehat. Dia benar-benar mengerti sekarang yang Sorata maksudkan saat mengatakan bahwa Misaki adalah alien.

“Ah~ benar juga. Aku harus membeli baju di tengah jalan nanti!”

Misaki sudah membicarakan hal lainnya, memisahkan diri dari Kanna yang lesu.

Setelah itu, Kanna ditraktir Ramen Asahikawa yang enak, dibawa mobil Misaki dan kembali ke Sapporo.

Dia dibawa ke toko pakaian di dalam gedung stasiun perbelanjaan, dan dipaksa masuk ke ruang ganti oleh Misaki. Dia mencoba banyak baju. Kanna jelas didandani seperti sebuah boneka. Saat mencoba pakaian dalam, dia merasa luar biasa malu.

Gara-gara hal itu, ketika mereka sampai di hotel, Kanna benar-benar kecapekan. Acara hari ini terlalu berlebihan bagi Kanna yang tidak biasa bepergian jauh dan tidak menantang hal-hal baru. Kelelahan mental akibat kelelahan fisik yang disebabkan oleh pergerakan dan kontak dengan bentuk kehidupan tidak diketahui dari Misaki ini bukanlah akhirnya.

Misaki terkejut dengan kemewahan dari Royal Deluxe Suite Room yang dia ambil, dan berlari ke salah satu kamar tidur. Kanna melepaskan kacamatanya dan ambruk di depan tempat tidur.

"Capek..."

Dengan begini, dia akhirnya bisa istirahat.

Itulah yang tadi dia pikirkan. Pintu menjeblak terbuka. Misaki-lah yang datang. Apa lagi yang dia lakukan? Meskipun selalu melesat dan melompat-lompat, bahkan saat dia sedang mengendarai mobil, dia merasa lebih bersemangat, tidak lelah.

“Aku akan ke koridor! Ada pemandian umum!”

“Aku bisa mandi di sini.”

Kamar mandi yang dia masuki tadi memiliki jacuzzi yang cantik dan modis.

"Tidak, No-pan!"

Untuk saat ini sepertinya nama julukan itu tidak masalah.

“Karena pemandian umum besar adalah kesenangan sejati dari retreat perpisahan! Ayo ikut denganku! Ayo lomba berenang! Ayo balapan seluncur sabun!”

Dia tidak mau pergi lagi.

"Oh, yah, No-pan, kau adalah seorang pemain hoki sabun profesional!"

“Aku tidak biasa ikut mandi dengan banyak orang.”

Entah kenapa, dia merasa tidak terlindungi. Ini tidak nyaman. Selain itu, saat memasuki pemandian dengan Misaki, ini mungkin adalah rasa benci terhadap diri sendiri.

“Baiklah, kalau begitu ayo pergi!”

Misaki menariknya bangun dan dia pun berdiri.

"......Ya, aku akan pergi."

Senyuman jahat pun muncul. Kanna tidak punya pilihan selain menjawab demikian.



Sebelumnya | Daftar Isi | Selanjutnya