RETREAT PERPISAHAN HASE KANNA
(Bagian 2)

(Penerjemah : Hikari)

Mobil Misaki memasuki kota Sapporo melintasi Taman Odori yang terkenal dan lewat di sekitar menara Sapporo TV. Pada saat itu, Iori menyerukan sorakan konyol seperti “Ah~” atau “Hya~”.

Mobil itu kemudian berputar balik ke arah stasiun Sapporo dan menuju ke jalan satu arah di depannya...

Tidak lama kemudian, Misaki menghentikan mobil di tempat parkir.

"Sampai!"

Menarik rem tangan sambil bersuara demikian.

“Yuk, ayo pergi, kita semua.”

Melepaskan sabuk pengaman sambil bergerak keluar. Iori, yang pertama keluar dari mobil,

"Ohhhhh! Ayo !!"

Dia mulai berlari dengan penuh semangat. Meskipun dia dibawa ke Hokkaido dengan mendadak, Iori sepertinya menikmati perjalanan ini. Tidak ada rasa bersalah atau malu karena membolos.

“Bagaimana kau bisa beradaptasi dengan situasi ini?”

Kanna tidak tahu sudah berapa kali dia menghela napas.

“Kita juga akan pergi!”

Misaki menarik lengannya dan berjalan ke luar tanpa bantuan apapun.

“Kau pergi ke mana?”

“Apa kau tidak bisa melihatnya!”

Di arah yang ditunjuk jari Misaki, ada sebuah bangunan putih dengan atap yang khas. Di atasnya, dia melihat sebuah jam dinding yang luar biasa.

"Oh, Menara Jam, ya?"

Dia pernah melihat itu di suatu tempat, tapi ini pertama kalinya dia melihat aslinya. Jadi, sebagai tambahan peraan ganjil berada di tengah-tengah kota semacam ini, dia tidak langsung merasa ini nyata. Tapi, begitu dia mendekatinya, keraguan itu menghilang. Semakin dia melihatnya, semakin jelas menara jam itu.

Saat mereka sampai ke bagian depannya, rasa ragu itu menghilang sepenuhnya.

Kanna menyadari bahwa mereka benar-benar berada di Hokkaido saat ini.

Tapi tidak perlu waktu lama, kesadaran Kanna meninggalkan menara jam itu. Secara alamiah matanya menuju ke orang yang berdiri di dekat pintu masuk.

Seseorang yang tadinya dia lihat di depan Sakurasou pagi ini.

Senpai penghuni kamar 101, berasal dari departemen reguler. Seorang senpai yang dua tahun lebih tua.

Itu adalah Kanda Sorata.

Tinggi badan dan penampilannya rata-rata, dalam pelajaran pun biasa saja. Dia tidak begitu menonjol di sekolah.

Kanna mendengar bahwa dia dulu datang untuk tinggal di Sakurasou karena merawat hewan terlantar di asrama biasa yang melarang memiliki hewan peliharaan.

Kelihatannya pemuda itu pada dasarnya adalah seseorang yang tidak bisa membuang kucing. Dia bahkan memungut tiga anak kucing tiga minggu yang lalu. Sekarang di bawah atap Sakurasou ada sepuluh kucing.

Di sebelah Sorata, ada Aoyama Nanami yang tinggal di kamar 203 Sakurasou. Rambut kuncir kudanya lembut dan berayun tertiup angin. Dia berada di sebelah Sorata dan bicara pada Iori yang datang duluan.

Tidak ada sosok anakk kelas tiga lainnya di sana. Kelihatannya, hanya ada mereka berdua. Retreat perpisahan ini seharusnya secara berkelompok, ‘kan? Apa mereka berdua ini memisahkan diri dari murid-murid SMA lainnya?

Entah kenapa mereka terlihat seperti sedang berkencan.

Saat Kanna memikirkan itu,

"Apa senpai-sempai sedang kencan retreat perpisahan?"

Pertanyaan Iori tepat pada waktunya.

“Yah, itu berbeda ... Ini....”

“Yang lain di dalam kelompok ini bersikap egois, jadi aku kebetulan hanya berdua dengan Kanda-kun! Jadi bukan seperti itu masalahya...”

Alasan mati-matian mereka cukup masuk akal dan tidak menarik.

“Oh, Kouhai-kun dan Nanamin!”

Melepaskan lengan Kanna, Misaki berlari ke arah mereka.

Sorata dan Nanami yang menyadari kemunculan Misaki pada awalnya kaget, tapi mereka dengan segera terlihat seakan tidak ada hal yang spesial. Setelah itu, mereka berbicara dengan Iori dan Misaki seolah tidak ada yang terjadi. Misaki bisa melakukannya. Kedua orang itu terbiasa dengan Misaki, jadi mereka tidak heran lagi.

“Aku akan pergi, aku masuk!”

Misaki bergegas masuk ke bagian dalam menara jam setelah memberi perintah. Iori juga mengikutinya dengan patuh.

Di penglihatan Kanna, hanya Sorata dan Nanami yang tersisa.

"... ...."

Kedua orang berdiri bersisian itu memancarkan atmosfer yang spesial. Itu mungkin karena ada sebuah menara jam yang terkenal sebagai tempat untuk melihat-lihat, tapi setidaknya mereka tidak terlihat sebagai teman sekelas biasa. Bisa dibilang mereka seperti pasangan.

Dan Kanna tahu bahwa itu bukanlah sebuah kekeliruan.

Walaupun tidak melihatnya, tapi Nanami telah menyatakan perasaan pada Sorata. Sekarang Nanami sedang menunggu balasan Sorata......

Jadi, kedua orang yang Kanna lihat ini mungkin besok menjadi pasangan.

“Aku tidak mengira Kanna-san akan datang.”

Sorata memanggilnya dan mendadak menoleh padanya.

“Aku tadinya tidak mau datang. Setelah melihat kepergian para senpai, aku masuk ke mobil tanpa tahu alasannya, dan kemudian tiba di bandara… Dengan tanpa apapun… ...Tanpa dompetku, aku tidak bisa pulang, jadi aku di sini sekarang.”

Seakan dia sedang mengatakan alasan, dia bicara begitu banyak. Walaupn dia sadar itu agak bersifat memberontak, dia tidak bisa menutupi perasaannya itu dengan baik.

Akan tetapi, Sorata tidak menyadari sedikit pun perubahan pada Kanna. Dia sedang mengkhawatirkan bagaimana caranya mengurus seekor kucing.

Walaupun lega, ada juga perasaan bahwa Kanna tidak menarik untuknya. Tapi, rasa gelisah kali ini tersembunyi di balik wajah datarnya.

“Ayo kita pergi juga?”

"Yup"

Nanami menjawab di sebelahnya.

Setelah Sorata membayar biaya masuknya, Kanna juga mengikuti mereka berdua.

Bagian dalamnya adalah sebuah ruang pameran, material-material bersejarah dari Menara Jam dan era Perintis Hokkaido diatur dan ditata di sana.

Keheningan seperti di dalam seperti di dalam sebuah perpustakaan atau sebuah museum seni.

Sorata dan Nanami berjalan bersisian tidak jauh di depan Kanna. Setiap kali bahu mereka terlihat saling bersentuhan, di dalam dadanya terasa ketidakjelasan.

Setiap kali dia menyusuri lantai kayu yang tua, terdengar suara tidak tahu malu dan berbahaya. Suara itu menyerupai sesuatu. Pada saat dia sedang berpikir, Nanami memberikan jawabannya.

“Entah kenapa, aku teringat Sakurasou.”

Saat dia berpikiran sama, dia mengangkat wajahnya. Sorata sedang melihat Nanami dengan seulas senyum lembut.

“Eh? Apa? Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?”

“Tidak, aku juga memikirkan hal yang sama.”

“Wah, benarkah?”

Suasana malu-malu menyelimuti sekitar mereka. Jika digambarkan dengan sebuah warna, itu adalah merah muda.

Mata Sorata yang melirik berpapasan dengan Kanna.

"Ada apa?"

Kanna menyadari bahwa dirinya salah berekspresi.

Membuka mulutnya, dia mencoba mengalihkan.

“Tidak masalah mengatakannya?”

“Ini kelihatannya lebih baik untuk tidak didengar.”

“Ini seperti percakapan orang yang pacaran.”

“Apa katamu!”

“Berikutnya adalah novel percintaan, jadi ini akan sangat membantu.”

Kanna berpikir ini bukanlah sikap yang manis. Tapi Kanna tidak tahu harus mengatakan apa lagi.

Kanna melewati Sorata dan menaruh sebelah kakinya pada anak tangga yang menuju ke lantai dua, supaya tidak berkata-kata lebih jauh lagi. Dia buru-buru dengan sedikit perasaan senang tanpa menoleh.

Lantai dua adalah sebuah ruangan besar tanpa layar ataupun penyangga. Langit-langitnya juga tinggi dan di sana ada perasaan terbuka. Misaki yang datang lebih dulu menatapi menara jam, dan Iori bersandar di jendela serta melhat pemandangan di luar sambil bersuara "hohe~", "hou ~", dll, dengan wajah bodoh.

Kanna duduk di depan sebuah monitor untuk menenangkan diri. Catatan kaki di tayangannya adalah referensi bersejarah tentang konstruksi menara jam ini.

Setelah beberapa saat, langkah-langkah kaki muncul dari tangga. Kelihatannya Sorata dan Nanami datang.

Kedua langkah-langkah kaki itu berpisah di tengah jalan.

Salah satunya menuju ke sebelah Kanna.

Itu adalah Nanami yang kemudian duduk di sebelahnya. Nanami sejenak memandangi layar itu dalam diam.

“Bagaimana rasanya tinggal di Sakurasou?”

Dia bertanya.

“Lebih nyaman daripada yang kubayangkan dan aku bisa memakai kamarnya sendirian.”

"Oh, bagus."

Dia benar-benar tersenyum senang.

“Ini sangat berbeda dari rumornya.”

“Rumor seperti apa?”

“Ada murid-murid yang pergi sekolah dengan kostum beruang, murid yang melukis di tanah, murid yang menyalakan kembang api di festival budaya, atau murid yang secara mental mengirim gurunya ke rumah sakit atau semacam itu… … Rumor-rumor seperti itu.”

"Haha"

Nanami tertawa tanpa tenaga. Mata mereka terarah pada Misaki yang memandangi material ukuran asli dari jam.

Identitas dari rumor yang dia sebutkan barusan semuanya adalah tentang Misaki. Sekarang dia mengetahuinya.

“Juga, ada murid yang berpacaran dengan enam orang, murid yang pulang saat pagi setiap hari, dan murid yang selalu ada tanda bekas ciuman.”

“Orang itu sekarang sedang belajar menjadi penulis naskah di Universitas Osaka. Dia sudah putus dengan semua wanita itu.”

Dia juga dikenal sebagai suami Misaki. Beberapa hari setelah pindah ke Sakurasou, Sorata mengatakan padanya. Pada saat itu, hanya bersuara “Ha”, tidak ada yang bisa dikatakan.

“Shiina-senpai benar-benar mengejutkan.”

“Mashiro… Aku tadinya sangat kaget pada awalnya.”

Nanami menyunggingkan senyuman seperti mengingat masa-masa lalu.

“Tapi, kurasa dia sudah banyak berkembang sekarang.”

"Benarkah?"

“Yah, seperti yang kudengar dari Kanda-kun, saat dia pertama kali tiba di Jepang, kalau dia pergi ke minimarket, dia akan memakan barangnya sebelum membayar. Di perhalan pulang dari sekolah, dia sepertinya selalu tersasar.”

“Aku tidak bisa membayangkannya.”

“Saat ini, dia bisa mengganti bajunya sendiri … tapi, kaus kaki mungkin hanya ada sebelah.”

Nanami tersenyum tertahan.

“Shiina-senpai berubah, apakah itu karena Sorata-senpai?”

Sorata yang itu sedang bicara dengan Misaki dan sesuatu di depan material ukuran asli jam. Apa yang sedang mereka bicarakan? Kelihatannya mereka sedang bicara serius di sana.

“Ya. Kanda-kun penyebabnya… ….”

Walaupun itu kata-kata yang sama, sepertinya sangat bermakna ketika Nanami mengatakannya. Apakah itu karena Nanami tahu banyak tentang Sorata dan Mashiro yang Kanna tidak tahu? Kanna juga tahu bahwa Mashiro juga menyatakan perasaan pada Sorata, dan sedang balasan.

Entah kenapa, dia merasa sedikit kecewa. Measa seakan dirinya hanyalah orang luar.... ….. Kenyataannya, itu memang tepat… ….

“Oh, bisakah aku bertanya?”

"Apa?"

“Apakah Aoyama-senpai menyukai Sorata-senpai?”

"H-Hal itu!!"

Setengah terkejut dan setengah bias. Itu juga murni. Sikap Nanami yang seperti ini tidak bisa dilihat di manapun, bahkan sekalipun dari gender yang sama, itu terlihat imut.

“Maaf, aku minta maaf kalau aku bersikap tidak sopan.”

“Tidak, bukan begitu, aku terkejut karena kau menanyakannya dengan cepat, sungguh.”

Saat dia selesai berkata, tidak ada keterkejutan maupun rasa malu di ekspresi Nanami. Sebagai gantinya, dia terlihat cukup senang pada Kanna. Dia berpikir adalah hal yang menyenangkan bisa membicarakan tentang Sorata yang dia sukai.

”Ngomong-ngomong, pada karena suasananya?”

"... ... suasananya, ya?"

Kanna melihat Sorata sedang bicara dengan Misaki secara menyamping. Sorata tidak terlihat begitu baik.

Dia tidak aktif di departemen reguler. Dia tidak bisa melakukan pembelajaran khusus. Dia tidak mengatur para murid sebagai seorang bagian dari dewan siswa. Dia memiliki situasi yang agak aneh untuk tinggal di Sakurasou, tapi kalau mengabaikan itu semua, dia adalah seorang siswa biasa. Kalau Kanna memandangya dari titik tertentu, pemuda itu adalah seorang kakak kelas tiga dari departemen reguler.

Saat kelas satu, nama pemuda itu tidak terdengar kalau dia tidak berkaitan dengan rumor Sakurasou. Apa yang Kanna perhatikan dari Yuuko, adik Sorata, adalah dia benar-benar menyayangi kakak lelakinya itu.

“Bagaimana caraku membuat jarak antar orang, atau haruskah kukatakan bagaimana caranya membangun sebuah hubungan?”

Dia merasa seperti dapat memahaminya.

Kanna juga merasakan itu. Walaupun Sorata tahu masalah tentang rok Kanna, dia tidak meninggalkan Kanna. Tidak ada perubahan mendadak dalam sikapnya. Menjaga rahasia, berdiri di sisi Kanna dan memikirkan banyak hal. Kebalikannya, dia juga membantu Kanna yang menderita karena tidak bisa menulis novel.

“Kurasa ada energi yang terlibat dalam orang-orang. Dalam beberapa kasus, itu adalah pikiran yang menyebalkan, dan mungkin untuk benar-benar menyerah karenanya.”

"Aku setuju."

“Tapi, Kanda-kun tidak menyerah terhadap orang lain juga tidak tahu kata kalah… Tapi hal itu tidak akan tertanam dalam-dalam… …. Aku penasaran apa aku bisa melakukannya.”

Nanami tersenyum lembut.

“Kanda-kun orang pertama tempatku mengaku bahwa aku datang ke sini dari Osaka sendirian karena aku ingin menjadi seorang seiyuu. Aku mencemaskan banyak hal, tapi dia mendengarkan sambil tersenyum, berkata bahwa itu hal yang hebat.”

“Sorata-senpai senang, ya ‘kan?”

"Huh?"

“Aoyama-senpai sangat memikirkannya.”

“Kuharap aku tidak mengganggunya.”

Itu adalah rasa malu, dan rasa malu itu membuat Nanami menyengir. Walaupn atmosfer seorang gadis yang sedang jatuh cinta itu terlihat sepenuhnya, itu terlihat cantik bagi Kanna.

Dia sepertinya cemburu dengan Nanami yang bisa tertawa seperti itu.

Namun, kata-kata Misaki merusak suasana ini.

“Baiklah kalau begitu, ayo pergi. Ke sini, no-pan!”

“Se-sebutan itu, tolong hentikan!”

Kanna bergegas bangkit dari kursinya dan memprotes.

“Hei, berkendara sedikit ke Asahikawa dan bertemu dengan seekor beruang putih! Fuoromi ~, Iori, no-pan! Beruang beruang, beruang putih ~”

Akan tetapi, Misaki yang adalah seorang alien bagi Sorata, tidak bisa dicapai oleh suara Kanna.

---o0o---

TL Note :

Chapter ini pun membuatku capek bin lelah karena bahasa Inggrisnya yg ‘ajaib’ -_- Intinya sih kurasa kedua cwek ini ngebahas tentang Sorata yg walaupun biasa-biasa aja dan sama sekali nggak punya prestasi yg ‘menonjol’ (dalam artian baik dan buruk), ni cowok punya kualitas yg membuat Nanami, Mashiro dan bahkan Kanna klepek-klepek, terutama kemampuannya memahami/bersimpati dengan orang lain.



Sebelumnya | Daftar Isi | Selanjutnya