Memungutnya (2)

(Penerjemah : Ei-chan)


Cale memanggul sebuah karung yang dua kali lebih besar dari karung kemarin saat dia kembali ke atas kawasan kumuh. Kedua bersaudara itu ada di sana untuk menyambut dia lagi.

Anak-anak itu mengunci mulutnya rapat-rapat saat mereka melihat Cale. Cale tersenyum sambil mengeluarkan dua kantung kecil dan menyodorkannya pada anak-anak itu.

“Ambil ini.”

Gadis kecil itu perlahan mendekati dia. Cale mengerutkan wajah saat dia melihat gadis berambut merah kasar itu mendekatinya. Gadis itu memegangi pinggang sambil tertatih-tatih ke arahnya.

“Hei.”

Cale mendorong kedua kantung itu ke si bocah laki-laki.

“Kau kemari dan ambil ini.”

Bocah itu buru-buru mendekat dan menyambar kantung itu sebelum cepat-cepat berlari kembali. Dibandingkan dengan rambut merah cerah Cale, bocah itu memiliki rambut merah kasar yang bergoyang-goyang saat dia berlari.

Cale kemudian berbalik dan menuju ke pohon pemakan-manusia.

“Wow.”

“Bukan roti. Ini daging dan keik.”

Dia bisa mendengar bocah bersaudara itu berbicara tentang makanan, tapi dia tidak peduli. Dia terus berjalan ke area pohon pemakan-manusia.

Oooooooooooooong-

“...Ini agak menakutkan.”

Pohon hitam tak berdaun itu terlihat menggerakkan dahan-dahannya untuk menyambut Cale. Perasaan seram membuat Cale gugup, tapi dia tetap menuangkan isi karung itu ke lubang di bawah pohon.

Roti itu menghilang dengan cepat.

Di saat itulah.

“...Lagi, berikan aku lebih banyak lagi.”

‘…Ini membuatku gila.’

Respon yang dia baca di dalam novel pun muncul. Itu adalah suara seorang gadis kecil lemah. Ya, orang yang mati kelaparan itu adalah seorang pendeta wanita yang melayani seorang dewa. Akan tetapi, tidak seperti pendeta wanita masa kini dari kuil-kuil atau gereja-gereja, pendeta wanita kuno adalah para syaman. Sebagian besar syaman kuno bisa dianggap sebagai orang-orang yang memiliki kekuatan super atau yang mengendalikan kekuatan alam. 

Cale cepat-cepat mengambil karung dan mulai bergerak.

‘Cale, datang ke ruang kerjaku malam ini.’

Itulah yang ayahnya, Deruth, katakan pada Cale saat dia pergi mengambil uang saku. Karena itulah dia harus meninggalkan tempat ini paling telat sebelum sore.

‘Setengah.’

Dia datang ke sini dengan niat untuk mengurus setengah dari kerakusan si pohon itu hari ini. Dia kembali menuruni bukit untuk mendapat lebih banyak roti. Dia bisa melihat kedua bersaudara itu menatapnya dengan keik di bibir mereka.

“Ck.”

Cale mengerutkan wajah dan mendecakkan lidah saat dia berjalan melewati kedua bersaudara itu.

Cale kemudian menuju ke jalan yang ada banyak toko rotinya. Dia telah menyapu habis stok toko roti yang dia datangi kemarin pagi ini, jadi akan perlu waktu untuk mengisinya kembali. Karena itulah dia harus mencari toko roti lain. Di saat itulah.

“T, Tuan Muda.”

Suara seorang wanita membuat Cale menolehkan kepalanya. Seorang wanita paruh baya tersenyum canggung sambil menunjuk ke tokonya. Tangannya gemetar dan dia sangat ketakutan, tapi dia tetap memiliki kepercayaan diri.

“Kami punya banyak roti.”

Cale mulai tersenyum. Wanita ini tahu bagaimana caranya berbisnis. Toko lainnya mengintipi mereka sambil memperhatikan apa yang sedang terjadi.

Cake melemparkan sekeping koin emas dan wanita itu buru-buru mengambilnya.

"Berikan semua yang kau punya. Kemas itu secepatnya."

Dalam sekejap, senyum wanita paruh baya itu melebar. Dia langsung pergi ke toko dan segera kembali dengan sekarung besar penuh roti. Dia sudah mengepak semuanya lebih dulu.

"Ini dia, Tuan Muda."

'Wow. Dia benar-benar pedagang yang pintar.'

Dia adalah seseorang yang tahu bagaimana caranya menghasilkan uang.

"Saya juga bisa menyiapkan lebih banyak lagi."

Cake jadi semakin suka dengan wanita ini. Akan tetapi, dalam sekejap…

"Tuan Muda! Kami bisa membuat roti lebih banyak lagi daripada itu!"

Seorang pria tua di seberang jalan mengangkat tangan sambil berlari mendekat. Dia mengenakan seragam tukang roti. Cale suka bajunya yang sesuai itu dan melemparkan sekeping koin emas padanya juga.

"Aku akan ke tokomu nanti. Siapkan sekarung."

"Terima kasih banyak!"

Cale terkesan dengan toko-toko ini. Mereka masih merasa takut padanya karena identitasnya sebagai sampah dari keluarga Count, tapi mereka tidak ada masalah mendekati dia untuk mendapatkan uang dengan cepat. Mungkin itu karena mereka tahu bahwa Cale tidak memukul siapapun yang bukan anggota gangster, tapi dia masih bisa melihat kenapa wilayah Henituse berjalan dengan sangat baik.

Fakta bahwa Cale menghabiskan sekeping koin emas untuk membeli sekarung roti kemarin telah menyebar seperti api. Satu juta gallon. Orang-orang terkesiap melihat keuntungan yang didapat dalam satu minggu itu sementara mata mereka mulai berbinar-binar.

'Aku bisa pergi berkeliling ke tiga tempat itu besok untuk mendapatkan roti.'

Karena dia memberi setiap dari mereka sekeping koin emas, dia seharusnya bisa mendapatkan sekarung lagi dari mereka besok. Cale merasa senang semuanya berjalan dengan sangat mulus.

Akan tetapi, ada seseorang yang sedang mengawasi dia dari jauh.

“Hmm.”

Dia adalah si juru masak, Beacrox. Sama seperti ayahnya, dia juga diperban di leher, dan dia sedang mengawasi Cale dari balik sebuah sudut. Dia hanya mengawasi Cale membeli sekarung roti dan beberapa tanaman obat sebelum kembali ke kawasan kumuh.

"...Apa dia jadi gila?"

Cale kelihatannya jadi gila sejak kemarin.

Beacrox tidak pernah peduli tentang Cale, bahkan saat ayahnya mengatakan bahwa Cale adalah anak yang menarik, tapi, semakin dia melihatnya, semakin dia menyetujuinya. Sepertinya akan sama menyenangkannya mengawasi Cale seperti mengawasi si berandal berambut hitam. Mata Beacrox mulai berkilat tajam.

* * *

Billos, si pemilik kedai teh dengan pemandangan tertinggi, menyeruput tehnya sembari menerima laporan dari anak buahnya.

“Tuan Muda Cale keluar masuk kawasan kumuh?”

“Ya, Billos-nim.”

“Aku mengerti.”

“Kita juga menerima komunikasi dari ibukota.”

“Benarkah?”

Mata bundar Billos, yang sulit untuk dilihat karena kegemukannya, terbuka lebar. Si anak buah terkesiap sesaat sebelum melanjutkan laporannya.

“Ya. Disebutkan bahwa Pangeran akan segera mengumpulkan orang-orang. Karena itulah mereka berharap agar Billos-nim untuk kembali dan bekerja.”

Clank.

Billos menaruh cangkir tehnya di meja sambil memberi tanda dengan dagunya.

“Kau bisa pergi sekarang.”

Si anak buah cepat-cepat minggir ke dalam kegelapan dan menghilang. Billos menatap tempat anak buahnya barusan berdiri di salah satu sudut itu dengan bibir yang melengkung ke atas. 

“Apa mereka pikir aku akan jadi anjing mereka dan menjaga rumah lagi?”

Pandangannya mengarah ke luar jendela. Rasanya pandangannya itu bisa mencapai jauh sekali ke ibukota.

* * *

“Ini, ini bukan roti. Bukan roti.”

“Lalu?”

Melihat si gadis kecil itu bergumam “Bukan roti” berkali-kali sambil memegang tanaman obat di tangannya, Cale hanya mendengus sambil kembali ke pohon pemakan-manusia. Akan tetapi, si bocah laki-laki menghalangi jalannya.

“Kau tidak boleh mati.”

Si bocah laki-lakilah yang bilang dia tidak boleh mati sekarang. Cale bahkan tidak mengerutkan wajahnya saat dia berjalan melewati si bocah laki-laki.

Cale, bukan, Kim Rok Soo.

Dia adalah seorang yatim piatu dan tidak punya apa-apa. Karena itulah ada banyak orang yang menunjukkan rasa simpat pada Kim Rok Soo yang menyedihkan.

‘Apa ada alasan menunjukkan rasa simpati pada yang membutuhkan?’

Ada sesuatu yang dia dengar sepanjang waktu saat dia masih kecil.

-‘Pengemis cilik.’-

-‘Kasihan sekali anak yatim itu.’-

-‘Kau tidak perlu alasan untuk menunjukkan rasa simpati.’-

Ada saat di mana hanya menerima perkataan itu di permukaan saja, tapi dia mulai memahami maksud sebenarnya seiring dia semakin dewasa. 

Tidak ada alasan logis untuk hal-hal yang didorong hatimu untuk melakukannya. Kau tidak perlu alasan.

“Menyebalkan sekali.”

Cale benci melihat anak-anak kecil yang terluka. Akan tetapi, dia tidak berpikiran untuk merawat si bocah perempuan ataupun menghiburnya. Dia mengerutkan wajah pada si anak perempuan yang terpincang-pincang ke arahnya dan si bocah laki-laki di sebelahnya saat menjawab mereka.

“Aku tidak akan mati.”

Si dua bersaudara itu berhenti mengikutinya begitu dia berkata demikian. Cale tidak merasa senang memikirkan bahwa dia melakukan sesuatu yang paling dia benci. Dia benci orang-orang yang terlibat dengan urusan orang lain tanpa diminta, tapi dia baru saja melakukannya dengan memberikan tanaman obat pada si gadis kecil itu.

Oooooooooooong.

-Lagi, berikan aku lebih banyak lagi.

“Ya. Makanlah semuanya.”

Cale menumpahkan seluruh isi karung ke dalam pohon pemakan-manusia tanpa peduli bagaimana semuanya itu akan mendarat. Dia tidak takut. Roti-roti langsung menghilang ke dalam kegelapan yang sekarang terlalu terang untuk disebut kegelapan. Cale sekarang bisa melihat sebuah cahaya kelabu baru. Akan tetapi, itu hanya terlihat kelabu untuk dia. 

‘Kurasa itu sebanding dengan uang yang sudah kuhabiskan.’

Cale menuangkan karung berisi roti lainnya ke dalam lubang sebelum kembali ke rumah. Dia tidak melihat si dua bersaudara itu lagi, tapi itu lebih baik untuk Cale.

Akan tetapi, dia melihat dua kucing yang sedang berjuang di perjalanannya pulang dan terkesiap.

‘Itu kucing yang kemarin. Mereka seharusnya tidak ingat denganku, ‘kan?’

Rambut perak dan mata emas, rambut merah gelap dan mata emas. Kedua kucing itu bahkan tidak mengeong saat mereka menatap Cale. Cale tidak ingin menarik perhatian, dan hanya membuang muka saat dia kembali ke rumah.

Dia kemudian mendengar sesuatu dari ayahnya yang hampir membuatnya pingsan.

“...Bisa minta tolong Ayah katakan sekali lagi.”

“Ya, Cale.”

Basen sedang berdiri di samping Cale juga. Kisah keluarga Henituse yang tidak disebutkan dalam novel sedang terjadi di depan mata Cale.

“Kau akan pergi ke ibukota sebagai perwakilan keluarga kita.”

Cale bisa merasakan sakit kepalanya muncul.

“Awalnya, Basen yang seharusnya pergi. Akan tetapi, kau adalah anak sulung dari keluarga kita.”

Cale hanya membuka tutup mulutnya berkali-kali saat dia memandang Count Deruth yang berdiri di sana dengan senyum lembut. Pergi mengunjungi Putera Mahkota di saat seperti ini. Cale dengan cepat memikirkan isi dari ‘Kelahiran Sang Pahlawan’ sementara Deruth lanjut bicara.

“Putera Mahkota sedang mengadakan acara besar, dan para keluarga bangsawan dari setiap wilayah telah diundang untuk berkumpul. Ini akan menjadi kali pertamamu untuk mengunjungi Putera Mahkota, tapi Basen telah melakukan fungsi yang sama selama dua tahun terakhir. Meski demikian, kuharap kau yang akan pergi kali ini.”

Acara besar yang diadakan Putera Mahkota. Itu membuat Cale memikirkan sebuah peristiwa.

Peristiwa Teror Alun-Alun.

Sebuah organisasi rahasia melakukan tindakan terorisme saat ada banyak rakyat ibukota yang berkumpul di satu tempat. Pahlawan kita, Choi Han menjadi orang yang berhasil menahan sekitar setengah dari rencana mereka. Itu akan menjadi keempat kalinya Choi Han dan organisasi rahasia melakukan kontak satu sama lain.

Berkat hal itu, Choi Han dapat menyelamatkan banyak rakyat di alun-alun dan jadi terhubung dengan Putera Mahkota. Mereka pun dengan cepat mengembangkan hubungan pertemanan.

Cale mendadak merasa merinding.

Karena novel menggambarkan peristiwa itu dari sudut pandang Choi Han, itu tidak banyak membicarakan tentang perkumpulan para bangsawan. Yang dibahas hanyalah Choi Han mendapatkan beberapa anggota tim sebelum dan setelah peristiwa itu, begitu pula dukungan kuat dari Putera Mahkota.

Tapi dia harus pergi ke lokasi serangan teroris itu?

Tentu saja, dia tidak tahu apakah para bangsawan akan berkumpul di alun-alun juga atau tidak. Cale mulai mengingat informasi dalam ‘Kelahiran Sang Pahlawan’.


[Banyak sekali yang berkumpul di alun-alun. Panggung masihlah kosong. Itu adalah tempat bagi para keluarga kerajaan yang akan segera tiba. Choi Han bisa melihat beberapa orang lainnya yang kelihatannya memiliki posisi penting. Akan tetapi, yang lebih penting bagi Choi Han adalah fakta bahwa banyak rakyat, tua muda, pria wanita, semuanya berkumpul di sini. Jantung Choi Han mulai berdebar lebih kencang.

Dia tidak mau lagi melihat sekumpulan orang yang tidak bersalah tewas.]


Apakah orang-orang yang terlihat memegang posisi penting itu termasuk para bangsawan?

Cale menoleh untuk melihat Basen sekalipun ayahnya masih terus bicara. Basen berdiri di sana dengan tenang, menatap ayahnya tanpa melirik Cale sedikitpun.

‘Deruth bilang Basen biasanya yang pergi ke acara-acara seperti ini. Bagaimana kalau kuminta dia saja yang pergi?’

Mulut Cale terus terbuka tutup berulang kali. Dia tidak ingin pergi ke tempat yang berbahaya. Akan tetapi, dia sendiri tidak bisa mengajukan nama Basen.

Sebuah hubungan yang tidak baik maupun buruk. Itu adalah hubungan antara Cale yang asli dengan Basen. Basen menganggap Cale adalah orang yang sulit ditangani, tapi hanya itu.

Pikiran Cale mulai menjadi rumit. Apakah Cale akan pergi dalam cerita? Tidak mungkin Deruth akan mengirim sampah ke ibukota. Jadi kenapa dia mencoba mengirimnya kalau begitu? Cale sedang bertanya-tanya apakah dia telah melakukan sesuatu yang keliru sampai menyebabkan hal ini terjadi.

“Kau akan pergi dalam lima hari.”

Lima hari lagi. Mendengar Deruth berkata begitu, Cale tahu bahwa Cale di dalam novel tidak pergi ke ibukota. 

Dalam novel, dia dihajar habis-habisan oleh Choi Han empat hari lagi dan dibawa ke kediaman Count. Tidak mungkin dia akan pergi ke ibukota dalam kondisi itu.

“Cale. Sebelum Basen mulai melakukannya, kaulah yang berpartisipasi dalam semua acara ini. Pikirkan kembali masa-masa itu dan lakukanlah perjalanan dengan santai.”

“Ayah.”

Deruth menatap Cale begitu dia memanggilnya. Basen perlahan menoleh untuk melihat kakaknya juga.

“Aku sedikit gugup karena hal yang mendadak ini. Aku tidak pernah pergi ke acara semacam ini sejak dua tahun lalu. Aku tidak mengerti kenapa aku mendadak harus pergi. Tolong biarkan aku memikirkannya.”

Deruth setuju dan mengatakan kepada kedua puteranya bahwa mereka boleh pergi. Kedua bersaudara itu cepat-cepat meninggalkan ruang kerja. Cale sibuk berpikir tentang banyak hal. Kalau Cale mengamuk dan membuat masalah, Deruth mungkin akan mengirim Basen, tapi itu akan membuatnya merasa tidak nyaman.

Di saat itulah.

“Hyung-nim.”

Cale mendengar suara adiknya, Basen. Cale menolehkan kepalanya. Dia bisa melihat Basen masih berdiri dengan tenang tanpa melihat ke arahnya. Basen yang berumur 15 tahun selalu bicara seperti ini tanpa pernah melakukan kontak mata.

“Hyung-nim, tidak ada alasan kau tidak bisa pergi.”

Haah. Cale menghela napas.

Basen bahkan tidak memandang Cale saat dia meninggalkan ruang kerja dan menuju ke kamarnya sendiri. Cale menatap Basen untuk waktu yang lama.

“...Seharusnya tidak seperti ini.”

Cale telah disingkirkan dari posisi penerus. Cale tidak bisa berhenti bertingkah seperti sampah bahkan saat adiknya sepenuhnya bertindak sebagai penerus keluarga sejak dua tahun lalu. Dia menjadi bahan lelucon keluarga ini.

Karena itulah ada banyak alasan dia sebaiknya tidak pergi sebagai perwakilan keluarga memenuhi panggilan Putera Mahkota. Akan tetapi, Basen mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk tidak pergi ke acara itu.

Basen mengatakan bahwa tidak ada cukup alasan bagi Cale untuk pergi sebagai perwakilan keluarga.

'Banyak hal yang akan jadi rumit seperti ini.'

Cale mulai mengernyit. Dia tidak suka bagaimana semua ini berjalan.

Tapi masalah lainnya…

'Ini patut dicoba.'

Dia berpikir bahwa ada baiknya untuk melihat peristiwa yang akan terjadi.

Alasannya adalah kemungkinan bahwa Cale kembali tanpa tewas atau terluka cukup tinggi. (TL : Ehem….apa iya~?)

'Juga akan menyulitkanku kalau Basen meninggal tanpa bisa mengambil posisi Count.'

Agar Cale bisa hidup damai, Basen harus tetap hidup. Masih ada adik perempuan bungsu mereka, Lily, tapi gadis itu masih terlalu muda. Terlebih lagi, Cale harus pergi keluar dari Kota Western setelah mengambil kekuatan kuno yang ada di dalam pohon pemakan-manusia untuk mendapatkan kekuatan kuno lainnya yang berlokasi di luar wilayah Henituse.

Timbangan dalam pikiran Cale mulai condong.

Dia menatap deputi gubernur butler Hans yang berjalan ke arahnya. Ekspresi Hans terlihat intens, tapi tidak muram. Dia kelihatan agak getir, tapi matanya jernih.

"Tuan Muda, permintaan dari yang tamu Anda minta-"

“Hans.”

Cale menyela dengan mengatakan hal lain.

"Bawa tamu itu ke sini."

"Maaf?"

Cale tidak akan mau dipaksa. Jika dia harus bergerak, dia lebih baik melakukannya dengan cara yang paling nyaman dan yang paling menguntungkan baginya. 

"Ah, kalau dia tidak mau datang, katakan saja ini padanya."

Berdasarkan ekspresi Hans, Cale yakin bahwa masalah Choi Han sudah ditangani dengan baik. Dalam novel, Count Deruth memberikan pemakaman yang layak bagi para penduduk dan mengurus semuanya bahkan setelah Choi Han menghajar Cale sampai babak belur. Itu seharusnya tidak berubah sama sekali.

“Bayaran.”

“Maaf?”

"Katakan padanya untuk datang karena cara baginya untuk balas membayarku telah muncul."



PREVIOUS

TOC

NEXT