Mereka Bertemu (4)

(Penerjemah : Ei-chan)


Choi Han berhenti bersandar pada tembok dan mendorong badannya bangun.

Tubuhnya condong ke samping kiri mungkin karena pergelangan kaki kanannya tidak nyaman, tapi Cale tidak membantu ataupun mengatakan apapun. Tidak ada alasan untuk bersikap lebih baik padanya daripada yang seharusnya.

Cale menyuruh Choi Han untuk mengikuti dia saat dia menuju ke kediaman Count. Akan tetapi, sebuah sosok menghalangi langkahnya.

Meeeeeeeeow.

Si anak kucing merah bermata emas berlari mendekati Cale dan mengusapkan pipinya ke sepatu Cale. Cale mengerutkan wajah. Dia tidak suka kucing, tapi yang satu kelihatannya sangat manis. Akan tetapi, dia mendadak merasakan hawa dingin di sekujur tubuhnya dan berbalik. Choi Han sedang menatapnya.

‘Sial.’

Cale dengan canggung mulai mengelus si anak kucing.

“Kelihatannya dia menyukaiku. Tapi aku harus pergi. Sampai bertemu lagi.”

Cale tidak pernah mengerti kenapa orang-orang berbicara dengan hewan. Akan tetapi, Cale, yang sekarang menjadi orang yang berbicara dengan hewan itu, buru-buru berdiri dan berjalan menjauhi si anak kucing.

Grrrrrrrrrrr.

Si anak kucing perak bermata emas menggerung seakan menyuruh si anak kucing merah untuk kembali sambil mengatakan pada Cale agar enyah. Si anak kucing merah kelihatan tidak mau kembali karena dia terus menatap Cale sembari berjalan menjauh. Akan tetapi, Cale tidak berbalik.

Meow, meoooooooow.

Pekikan sedih si anak kucing terdengar semakin jauh. Cale mengintip ke belakang. Choi Han berjalan tepincang-pincang, tapi tetap mengikutinya.

Mereka melakukan kontak mata sekali lagi. Cale berjengit sembari buru-buru balik menoleh. Dia berjalan perlahan untuk memudahkan Choi Han mengikutinya.

Mereka melewati kawasan pemukiman dan Cale meneguk alkohol lagi.

Bar. Pasar. Alun-alun. Mereka kemudian melewati kawasan pemukiman orang-orang kaya dan akhirnya tiba di kediaman Count yang berlokasi di bagian belakang kota.

“Apa yang kau lakukan?”

Cale memandang Choi Han, yang berhenti bergerak. Choi Han pasti telah melihat bagaimana para prajurit menyapa Cale, begitu pula para penduduk yang menghindarinya, di perjalanan mereka ke sini.

Choi Han mungkin bertanya-tanya apakah akan benar-benar mudah untuk membunuh Cale.

Cale bertanya sekali lagi.

“Apa kau tidak akan ikut?”

Sesuai dugaan, Choi Han kembali berjalan. Alasannya mengikuti Cale sekarang mungkin adalah untuk mendapatkan beberapa informasi sekaligus mengadakan pemakaman bagi para penduduk Desa Harris.

“T, Tuan Muda?”

Begitu Cale berdiri di pintu masuk utama wastu, para penjaga dan kesatria terbata-bata saat menyapanya.

‘Kuharap mereka bisa berhenti dengan urusan T, Tuan Muda itu.’

Aneh rasanya mendengar mereka setiap kali terbata-bata. Karena dia memasuki tubuh seorang sampah, dia mencoba sebisa mungkin bersikap sebagaimana harusnya. Lebih mudah menjadi seorang tuan muda sampah daripada tuan muda berwibawa. Dia sedang mencoba membuat hidupnya semudah mungkin. Cale mengerutkan wajah pada para penjaga yang terbata-bata itu sementara mereka cepat-cepat membuka gerbang.

“Silakan masuk.”

Cale menoleh kembali pada Choi Han. Yang lain pun memperhatikan Choi Han. Mereka mungkin penasaran dengan si pengemis yang ikut pulang dengan Tuan Muda mereka. Para kesatria mengamati Choi Han dengan pandangan curiga.

“Ikuti aku.”

Choi Han seharusnya tahu status Cale saat ini. Dia terus terpincang-pincang saat mendekati Cale. Cale terlihat tenang dan kembali berbalik ketika melihat Choi Han ada di belakangnya dan masuk melewati gerbang.

Tapi jantungnya sedang menggila.

‘Aku yakin dia sedang berpikir untuk menjadikanku sandera kalau sampai terjadi sesuatu yang berbahaya. Mungkin karena itulah dia berdiri tepat di belakangku.’

Dia yakin Choi Han tidak akan membunuhnya. Akan tetapi, hanya dengan berpikir tentang dijadikan sandera membuat ketegangan mental serius sehingga Cale mengerutkan wajah saat dia memperhatikan dua kesatria yang mengikuti mereka.

‘Jangan ikuti aku.’

Para kesatria berjengit terhadap perintah jelas Cale. Mereka menatap bolak-balik antara Cale dan Choi Han sebelum salah satu dari mereka mendekati Choi Han dan Cale dengan ekspresi kaku.

Para kesatria itu lebih mempedulikan keyakinan mereka daripada apapun. Ini sesuai bagi para kesatria yang Deruth sangat hargai.

‘Yah, kurasa mereka harus bertindak seperti ini untuk menjadi kesatria yang baik.’

Cale puas dengan tanggapan si kesatria terhadap orang asing mirip pengemis ini dan membiarkan si kesatria mengikuti mereka sendirian. Dia hanya memandu Choi Han ke pintu masuk kediaman Count.

“Tuan Muda, Anda sudah kembali.”

“…Ya, Ron.”

Pak tua menyeramkan ini. Dia telah menunggu Cale di luar pintu. Cale tidak mengira dia akan benar-benar menunggu. Cale takut, tapi berpikir ini sebenarnya ada baiknya.

Pandangan Ron beralih ke Choi Han, dan senyum ramahnya mendadak menjadi kaku.

‘Ron seharusnya berada di level di mana dia bisa memperkirakan kekuatan Choi Han.’

Choi Han juga menatap balik Ron. Cale tidak peduli serangan seperti apa yang mereka berdua saling kirimkan lewat pandangan mereka dan melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. Dia masih belum selesai.

“Ikuti aku.”

Cale memanggil Choi Han sekali lagi dan mulai berjalan. Si pelayan, Ron, cepat-cepat mengikuti Cale.

“Tuan Muda, apa yang terjadi? Saya akan mengurus tamu ini jika Anda memberi tahu apa yang diperlukan.”

“Tidak perlu.”

Seseorang mendekati Cale saat Ron sedang bicara. 

“Tuan Muda. Anda kembali setelah minum-minum hari ini.”

Itu adalah deputi butler Hans.

‘Ah, dia yang bertanggung jawab atas aku.’

Cale mendecakkan lidah dan mengabaikan perkataan Hans. Alih-alih, dia mengangkat botol alkohol dan menyodorkannya ke Hans. Di saat itulah, 

“Aaakh!”

Hans menutupi wajahnya dengan kedua lengan sambil meringkuk. Keheningan menyelimuti udara.

“Cih.”

Cale mendecakkan lidah dan Hans mendongak dengan wajah yang benar-benar merah karena malu saat dia balas memandang Cale.

“Simpan ini.”

“Ya.”

Hans menerima botol alkohol itu dari Cale dengan ekspresi melongo.

“Aku benar-benar akan melemparkannya padamu kali berikutnya.”

Hans memucat mendengar perkataan Cale. Cale kelihatan tidak peduli sama sekali sementara dia lanjut berjalan. Dengan tambahan Hans, sekarang ada total empat orang yang mengikutinya.

Cale melirik sesekali untuk memastikan mereka mengikuti dia dengan benar dan sampai di tempat tujuannya.

Dapur No.2 Cale mendorong pintunya terbuka begitu dia melihat tanda itu.

“Tuan Muda?”

Dia bisa mendengar suara kebingungan Hans di belakangnya. Akan tetapi, ada seulas senyum lebar di wajah Cale. Akhirnya sudah dekat.

Sekarang, Beacrox dan Choi Han akan bertemu. Jantung Cale berdebar kencang. Pintu itu terbuka dengan mudah, Ekspresi Cale menjadi kaku melihat pemandangan di depannya di balik pintu.

Clang. Clang.

Juru Masak kedua, Beacrox, sedang tersenyum sambil mengasah pisaunya. Dia kelihatan sangat asyik mengasah pisaunya sendirian saja di Dapur No. 2. Akan tetapi, senyum itu menghilang begitu dia melihat Cale.

Karena itulah Cale takut. Selalu menakutkan berurusan dengan orang sinting. Kau tidak pernah tahu hal gila apa yang dilakukan orang sinting.

Cale langsung bertindak sebelum Beacrox bisa merespon. Dia menaruh sebelah tangannya di bahu Choi Han dan menunjuk padanya.

“Berikan dia sesuatu untuk dimakan.”

“Maaf?”

Beacrox bertanya dengan ekspresi kaku. Pisau di tangannya berkilau memantulkan cahaya lampu. Cale menenangkan hatinya yang gemetar saat mengatakannya sekali lagi.

“Berikan dia sesuatu untuk dimakan. Dia lapar.”

Hoo. Si kesatria mengeluarkan suara terkejut dari belakang, tapi Cale tidak punya waktu untuk memperhatikannya sekarang. Dia menunggu tanggapan Beacrox dengan gelisah. Akhirnya, Beacrox menjawab dengan ekspresi kaku yang masih ada di wajahnya.

“Saya akan melakukannya sesuai yang Anda perintahkan, Tuan Muda.”

Sudah selesai.

Beacrox dan Choi Han. Dan bahkan Ron, seseorang yang tidak dia perkirakan. Mereka bertiga sekarang terhubung.

Sebuah senyum terbentuk di wajah Cale. Dia akhirnya bisa merasa santai setelah memberikan Beacrox perintah lain dengan nada yang sedikit lebih tinggi.

“Juga persiapkan sesuatu untukku. Aku lapar.”

Cale memikirkan steak dari makan malam kemarin.

“Steakmu semalam adalah yang terbaik. Kau benar-benar juru masak yang hebat.”

Ujung pisau Beacrox berguncang sedikit.

“Sesuatu seperti steak itu akan jadi makanan yang hebat. Siapkan itu dengan cepat.”

Cale berbalik tanpa menunggu balasan Beacrox. Dia kemudian meninggalkan dapur dan menuju ke kamar tidurnya. Si kesatria dan Hans mengikuti dia, dan Hans buru-buru bertanya.

“Apa yang harus saya lakukan dengan tamu itu?”

“Kurasa dia adalah tamuku. Kau urus dia.”

Karena dia sudah menghubungkan mereka bertiga, dia tidak mau berurusan dengan apapun lagi hari ini.

Beacrox dan Ron seharusnya bisa mengetahui kekuatan Choi Han. Di dalam novel, Beacrox awalnya bersumpah setia pada Choi Han karena kekuatannya, jadi dia seharusnya juga akan memberikan kesetiaannya setelah mengetahui kekuatan Choi Han kali ini. Tentu saja, Cale punya rencana lain misalkan Beacrox tidak dapat menentukan kekuatan Choi Han.

Yang Cale harus lakukan adalah membuat Choi Han menghajar seseorang atau sesuatu, kecuali dirinya. Oh, dan Beacrox harus di sana untuk menyaksikannya.

Bahkan sekalipun ada kekurangan dalam rencana itu, Cale sudah memikirkan banyak hal lainnya. 

“Hans. Berhenti membuatku kesal dan bawakan saja makanan ke kamarku saat itu sudah siap.”

Sesuai dugaan, Ron tidak mengikuti dia. Cale meninggalkan si kesatria dan Hans di luar pintu kamarnya saat dia menutupnya dan berbaring di ranjang. Dia merasa senang. Rasa lelah dan minuman keras membuatnya jatuh tertidur bahkan sebelum makanannya sempat muncul.

Karena itulah dia tidak tahu bahwa pisau masak Beacrox menebas ke arah leher Choi Han dan belati tajam Ron dilemparkan ke jantung Choi Han. Tentu saja, kedua serangan mereka itu gagal.

Yah, ini sebenarnya adalah sebuah situasi yang tidak seorang pun—selain mereka bertiga yang terlibat—yang akan mengetahuinya. 


PREVIOUS

TOC

NEXT