Memungutnya (5)

(Penerjemah : Ei-chan)


Tap. Tap. Bahkan sekalipun dielus dengan kasar, anak-anak kucing itu hanya menatap tegang Cale. Cale mengingat saat dia pertama kali bertemu Choi Han. Si anak kucing perak menggeram sementara si anak kucing merah merengek di sampingnya.

'Si anak kucing perak pasti si kakak perempuan berambut abu-abu dan si adik laki-laki adalah si anak kucing merah.'

Cake tersenyum cerah. Dia menatap si anak-anak kucing dan berkata, "Kita akan bicara nanti."

Si kakak beradik yang sepertinya adalah Manusia-Hewan menghindari tatapan itu dan Hans membalas dengan bingung.

"...Apakah Anda berbicara pada saya?"

“Bukan kau.”

Hans memperhatikan Cale dan kedua anak kucing itu dengan ekspresi semakin kebingungan, sebelum memeluk si anak-anak kucing dengan lebih erat. Itu adalah gerakan yang sepertinya menunjukkan bahwa dirinya sedang mencoba menghindari orang yang berbahaya. Akan tetapi, dia pun segera mendekati Cale lagi.

“Apa Anda akan pergi ke luar?”

“Ya.”

Ini karena Cale mengganti mantelnya dan bersiap untuk pergi lagi.

“Ke mana Anda akan pergi?”

“Aku ada janji yang harus ditepati dan seseorang untuk ditemui.”

“...Tuan Muda, Anda akan menepati sebuah janji?”

Hans terlihat kaget lagi, seakan-akan dia mempertanyakan Cale.

“Kau sepertinya jadi makin tidak sopan.”

“Saya mohon maaf.”

Permintaa maaf deputi butler itu sangatlah cepat.

‘Apa dia benar-benar kandidat butler terbaik? Dia kelihatannya cukup terampil dalam caranya menangani urusan Choi Han.’

Cale merasa sepertinya Hans, yang sedang mengelus anak-anak kucing dengan cengiran lebar di wajahnya itu tidak terlihat sangat bisa diandalkan.

‘Aku akan membawanya ke ibukota juga.’

Cale mempertimbangkan hal ini—sesuatu yang Hans tidak akan pernah perkirakan dalam mimpinya sekalipun, tidak, sesuatu yang bahkan akan Hans ratapi meskipun dia mengetahuinya dalam mimpinya—sebelum menanyakan tentang orang yang sejak tadi tidak dia lihat.

“Di mana Ron?”

Hans menyunggingkan senyuman puas di wajahnya mendengar pertanyaan itu.

“Saya mendengar bahwa Choi Han-nim akan ikut sebagai salah satu pengawal Anda di bagian awal perjalanan Anda menuju ke ibukota. Apakah itu benar?”

Hans mengingat Choi Han, yang mengalahkan semua anggota Brigade Kesatria Count hari ini. Dia lebih cakap lebih daripada yang diperkirakan, mempermudahnya menjadi pengawal Cale seperti yang Cale inginkan.

Tentu saja, baik Hans maupun para kesatria tidak tahu bahwa Choi Han telah menyembunyikan kekuatan sebenarnya.

“Tuan Ron mengetahui bahwa Choi Han-nim akan berangkat dengan Anda dan dia pergi dengan Choi Han-nim untuk membeli beberapa pakaian dan barang yang dibutuhkan untuk perjalanan. Ah, Juru Masak Beacrox juga bersama dengan mereka.”

“Aku mengerti. Syukurlah.”

‘Mereka sepertinya akur-akur saja.’

Ada seulas senyuman luar biasa cerah yang langka di wajah Cale. Senyuman itu sangat pas dengan rambut merahnya yang indah. Hans kembali berbicara dengan senangnya karena senyuman cerah Cale itu.

“Tuan Ron, Choi Han-nim, dan bahkan Beacrox terlihat sangat bersemangat melayani Anda.”

Dia bisa melihat perubahan instan di wajah Cale saat berkata demikian. Kenapa Cale mendadak terlihat seperti kehilangan nafsu makannya? Hans tidak bisa memahaminya.

Kedua orang itu menuju ke luar gerbang utama lagi. Saat dia naik ke kereta kuda, Cale meminta Hans yang sedang mengantar kepergiannya.

“Oh, Hans. Bukankah deputi butler mempelajari seni bela diri dasar?”

“Tentu saja.”

“Dan kau adalah kandidat butler terbaik?”

Sudut-sudut bibir Hans mulai naik turun. Count Deruth sangat menyukai Hans karena dia mengurus semuanya dengan baik dan juga memiliki kepribadian paling bagus.

“Ya, Tuan Muda. Saya mengetahui dasar-dasar dari tiga cabang yang berbeda: seni bela diri, seni belati, dan seni tombak.”

Seorang butler yang baik harus mempelajari beberapa gaya bertarung dasar yang berbeda, untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu dan anggota keluarga tuannya harus meloloskan diri.

“Hebat.”

“Saya rasa saya sedikit hebat.”

Cale tidak bisa menahan senyumnya melihat Hans mengangkat bahu sementara bibirnya berkedut-kedut. Kedua anak kucing itu hanya bisa menggelengkan kepala sementara mereka memperhatikan Hans dan senyum licik di wajah Cale.

“Aku pergi dulu.”

Cale telah memantapkan niatnya membawa Hans ke ibukota untuk mengurus hal-hal menyebalkan yang dia tidak ingin tangani, dan kemudian menutup pintu kereta. Kereta kuda itu melaju ke dalam kabut dan hujan yang kini semakin lebat untuk pergi ke tempat tujuannya.

[Keharuman Teh dan Puisi]

Cale mendongak melihat papan tanda itu sebelum membuka pintu.

Triing.

Suara denting bening bel dan kedai yang sepi menyambut Cale. 

"Kurasa tidak ada siapapun di sini karena hujan."

“Selamat datang, Tuan Muda.”

Billos. Si anak haram Serikat Dagang Flynn. Dia menyambut Cale seakan mereka sudah saling mengenal sejak lama. Cake duduk di depan konter dan melakukan kontak mata dengan Billos. 

"Aku janji akan kembali. Aku harus menepati janjiku."

"Tentu saja. Janji harus ditepati. Perlukah saya menyiapkan buku dan teh yang waktu lalu?"

"Ya. Buat tiga cangkir teh."

"Teh mana yang saya buat?"

Cale memesan tiga jenis teh dan mengatur waktunya untuk Billos bawakan sebelum berbalik dan menuju ke lantai tiga.

Tes tes-

Hujannya semakin lebat. Ckk. Cale mendecakkan lidah dan kembali duduk di tempat yang sama dekat jendela di lantai tiga dan melihat ke luar.

"Hujannya sangat lebat, bukan begitu?"

Billos muncul dan duduk di seberangnya sambil meletakkan secangkir teh. Cake mengamati Billos dengan cermat.

‘Choi Han, Beacrox, Ron. Dan akhirnya, Billos.’

Inilah nama-nama individu yang muncul di novel setelah jilid 1. Tentu saja, hanya ada dua kalimat yang dituliskan tentang dia di jilid 1, sebagai pemilik dari kedai teh yang Choi Han datangi untuk beristirahat. Dia kembali di jilid 3 untuk bersumpah setia pada Choi Han dan mengungkapkan ambisinya.

'Ungkap'. Itu kata yang penting.

'Dia sejak dulu adalah orang yang serakah.'

Billos berbeda dari Hong Gil-dong. (TL: Hong Gil-dong bisa dianggap sebagai Robin Hood-nya Korea dari Dinasti Joseon. Dia seorang anak haram dari selir bangsawan yang nantinya dikenal suka merampok dari orang-orang jahat dan korup untuk dibagikan ke orang-orang miskin.)

Dia tidak sedih tidak bisa memanggil ayahnya sebagai 'ayah', atau kakak laki-lakinya dengan sebutan 'kakak'. Malahan, dia mencoba untuk mengalahkan mereka.

Dia ingin memastikan mereka tidak punya pilihan selain menerima dia. Dia ingin menciptakan situasi di mana mereka mau tidak mau harus memperkenalkan dia sebagai putera dan sebagai adik.

'Dia pasti sangat kelelahan.'

Cale membayangkan Billos menjalani hidup yang melelahkan. Akan tetapi, dia tidak benci itu. Malahan, memiliki keserakahan seperti itu membuatnya terlihat lebih manusiawi.

Dia tidak suka orang-orang yang memiliki kemampuan dan kekuatan, tapi malah berkata seperti, “Hoho, aku akan menyerah. Aku tidak punya pilihan lain.’ Kenapa kau menyerah untuk sesuatu yang bisa jadi milikmu? Kau seharusnya mengambil apa yang jadi milikmu.

Ngomong-ngomong, orang ini sudah bertemu dengan Choi Han paling tidak sekali saat di jilid 1. Hanya saja itu adalah pertemuan singkat.

Cale mendengar suara Billos memecah alur pikirannya.

“Tuan Muda, saya dengar Anda akan pergi ke ibukota.”

“Apa kau akan tetap duduk di situ? Bukannya masih ada yang harus kau kerjakan?”

Melihat Cale berpura-pura kesal membuat Billos tersenyum. Dia bahkan tidak mencoba menyembunyikannya. Dia benar-benar Tuan Muda yang amat sangat menarik. Akan tetapi, Billos bisa melihat bahwa orang ini memiliki pikiran yang cukup tajam.

“Saya juga akan ke ibukota. Saya sepertinya akan menyusul setelah Anda.”

“Dan?”

Cale sudah tahu tentang ini. Agar Billos dan Choi Han bisa bertemu di jilid 3, Billos harus segera menuju ke ibukota juga.

Billos berekspresi tenang saat dia mengajukan pada Cale—yang sedang menyeruput teh dan melihat ke luar jendela—sebuah pertanyaan.

“Tuan Muda, sepertinya Anda telah berubah.”

Melihat Cale menoleh padanya, Billos mulai tersenyum. Cale memberikan sinyal dengan dagunya agar Billos melanjutkan.

“Anda terlihat berbeda dari julukan Anda.”

“Yang mana? Sampah?”

Billos bisa melihat sudut-sudut bibir Cale mulai naik. Dia jelas berbeda. Cale yang ini bukanlah sampah yang dia kenal. Sampah yang satu itu tidak tahu bagaimana caranya berekspresi begini. Ini adalah seulas senyuman yang sedikit getir.

‘...Haruskah aku sedikit mabuk dan merusak kursi atau semacamnya?’

Billos tidak tahu apa yang sedang Cale pikirkan.

“Ya. Anda benar. Sampah. Bukankah Anda selalu disebut-sebut sebagai Tuan Muda Sampah?”

Apa dia tidak punya rasa takut? Cale pun bertanya-tanya saat Billos mengatakan hal semacam itu pada putera seorang Count, anak sulung dari penguasa wilayah ini. Apakah Billos yang sudah minum-minum?

Tapi Cale tidak mau bertengkar dengan Billos. Orang ini adalah seseorang yang akan mengambil alih sebuah serikat dagang besar. Dan Billos bersikap tulus. Dia tidak tersenyum. Dia benar-benar tulus menanyakan hal itu.

‘Bukannya sejak dulu adalah Tuan Muda Sampah?’

Cale memutuskan untuk menjawab pertanyaan itu. Lagipula ini bukan pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Ini lebih mudah daripada memikirkan bagaimana caranya menghasilkan uang saat kau tidak punya uang.

“Billos.”

Cale menyunggingkan senyum tapi tidak tertawa saat dia memanggil Billos.

“Kau tidak bisa memanggil ayahmu ‘ayah’. Kau tidak bisa memanggil kakakmu ‘kakak’.”

Pandangan Billos menjadi dingin. Dia mulai mengenali Tuan Muda di depannya yang tidak keberatan menyinggung perasaannya. Sama seperti dia yang telah menyinggung Cale, dia membalasnya dengan mengusik hal yang paling menyakitkan baginya. Cale hanya melakukan kontak mata dalam diam dengan Billos untuk waktu yang singkat.

Hujan di luar mulai turun semakin lebat di luar sana. Cale memecah keheningan dan mulai tersenyum saat bertanya.

“Apa kau akan tetap menjadi anak haram? Apa kau puas dengan itu?”

Billos bisa merasakan tatapan tajam Cale padanya.

“Aku tahu kau tidak puas.”

Cale bersandar ke kursi dan melanjutkan dengan ekspresi yang sepertinya memikirkan masa lalu.

“Aku sudah bersikap seperti sampah selama sekitar sepuluh tahun, sejak aku berumur delapan tahun.”

‘Wow. Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, Cale Henituse sudah melakukan hal-hal brengsek sejak dia berumur 8 tahun. Dia mulai minum-minum saat 15 tahun. Ya ampun, orang ini.’

Cale mengingat masa lalu Cale asli yang ada di dalam pikirannya, dan mulai tersenyum. Senyuman itu terlihat menyeramkan bagi Billos.

Pada saat itulah, sebuah suara kecil yang menembus hujan mencapai Cale dan Billos.

Krit. Krit. Itu adalah suara seseorang yang menaiki tangga.

Cale memandang ke balik bahu Billos ke pintu masuk di lantai tiga. Dia bisa melihat kepala seseorang. Rambut hitam. Itu adalah Choi Han. Di belakangnya ada Ron. Cale sudah menyuruh seorang pelayan agar menyuruh Choi Han datang ke kedai teh ini nanti saat siang.

Cale mengalihkan pandangannya dari kedua orang itu, dan mulai bicara untuk menyelesaikan percakapannya dengan Billos. Choi Han dan Ron akhirnya sampai di puncak tangga dan melihat ke arah Cale saat dia mulai bicara.

“Billos.”

Wajah tenang Billos terasa sangat dingin.

"Tidak masalah membuang sesuatu yang telah kau lakukan selama sepuluh tahun."

Mata Cale mulai terlihat hidup saat melanjutkan.

"Aku tidak bisa selamanya hidup sebagai sampah."

Tentu saja, Cale akan tetap menghabiskan uang yang dia mau dan berlaku sesukanya, sekalipun dia bukan seorang sampah. Dia akan hidup tenang dan menikmatinya sebagai anak bangsawan kaya. Walaupun itu berbeda dibanding arah kehidupan Billos, yang terpenting adalah mereka berdua tidak akan terus melanjutkan cara hidup yang telah mereka jalani.

"Bukankah kau juga begitu?"

Sudut-sudut bibir Billos perlahan bergerak naik. Dia kemudian membungkuk dan terkekeh.

Setelah terkekeh pelan sebentar, Billos mengangkat kepala dan menatap Cale.

"Saya memang sudah lelah dengan hal itu."

Billos tertawa sambil mengakuinya.

"Nah? Benar 'kan."

Cale mengangkat bahu dan memberi tanda pada Choi Han dan Ron agar mendekat. Pada saat itulah, Choi Han bangkit dari tempat duduknya dan mulai bicara.

“Tuan Muda.”

“Apa?”

"Saya akan menemui Anda di ibukota."

Cale mengernyit. Akan jadi rumit kalau mereka langsung bertemu di ibukota.

"Kenapa repot-repot?"

Cale memberi tanda agar Billos pergi, dan Billos pun membungkuk hormat sebelum pergi. Ron, Choi Han, dan Billos yang menuruni tangga berkontak mata, tapi mereka saling bersikap tak acuh.

‘Bagus.’

Cale menyambut adegan itu. Choi Han dan Billos sangat jarang sekali berpapasan satu sama lain. Ini sama seperti di buku. Cale mulai tersenyum pada dua orang lainnya dengan puas.

"Ron, aku tahu kau akan datang dengan dia. Menurut Hans, Beacrox pergi denganmu juga, tapi kurasa dia kembali ke dapur. Dia punya rasa tanggung jawab yang kuat untuk dapur itu."

"Tuan Muda, apakah Anda dengan orang itu?"

Cale mengangkat bahu menanggapi pertanyaan tak terduga dari Ron.

“Tidak?”

“…Saya mengerti.”

Cale mengesampingkannya seakan-akan itu tidaklah penting, tapi Ron jelas-jelas mendengarnya. Dia mendengar Cake berkata bahwa dia tidak bisa terus hidup sebagai sampah. Cale berhenti menatap Ron yang tanggapannya melambat di tengah jalan dan berkontak mata dengan Choi Han.

"Kurasa kau tidak bisa mempercayai rumor."

'Apa maksudnya itu?'

Cale mengabaikan perkataan Choi Han. Pada saat itulah, Choi Han membawa dua cangkir teh lain yang sudah Cale pesan sebelumnya.

"Haruskah saya memberikan cangkir-cangkir ini pada kedua tuan ini?"

“Ya.”

Cale kembali tersenyum 

"Aku memesankannya lebih dulu."

Cale secara pribadi memesankan teh dan menaruh secangkir di depan tiap-tiap orang. Di depan Choi Han adalah teh yang dia pesan secara acak dari daftar menu. Sementara Ron…

"Aku memesankan ini secara khusus untukmu karena sepertinya kau sangat menyukainya. Tentunya karena itu kau membawakannya untukku setiap hari, 'kan?"

Itu adalah teh lemon hangat. Cale bisa melihat Ron terlihat aneh dan dirinya merasakan kepuasan terbesar yang dia rasakan sepanjang hari ini.


PREVIOUS

TOC

NEXT