Kekuatan Para Peri

(Penerjemah : Hikari)


Kehidupan baru Ruri di dalam hutan dimulai sejak matahari terbit. Dia bergegas keluar rumah pagi-pagi sekali, mengambil napas dalam-dalam udara hutan saat fajar yang bersih.

“Aah, sangat menyegarkan!”

“Menyegarkan!”

“Segar!”

Para peri di sekitar Ruri meregangkan tubuh dengan cara yang sama, meniru pergerakannya. Sudah beberapa hari sejak dia mulai tinggal di rumah Chelsie. Walaupun dia masih sedih tentang tidak ada cara untuk kembali ke dunianya, dia masih sangat menikmati kehidupan barunya yang tanpa gangguan Asahi.

Dia tinggal di salah satu dari banyak kamar di rumah yang besar ini, yang sepertinya terlalu besar hanya untuk ditinggali satu orang. Hari-harinya penuh dengan kejutan. Awalnya, Ruri sudah siap dan begitu bersemangat untuk belajar sihir demi kehidupan sehari-hari dan pembalasan dendamnya, tapi proses yang Chelsie ajarkan luar biasa mengecewakan sampai-sampai membuatnya tercengang dan bertanya, “Hanya itu?”

Chelsie mengajarkan dia bahwa metode paling umum untuk menggunakan kekuatan para peri adalah hanya pikirkan apa yang ingin kau lakukan di dalam kepalamu dan berharap agar para peri melakukannya. Itu secara antiklimaks sederhana, tapi hanya dengan memiliki panjang gelombang atau jumlah kekuatan sihir yang tepat bukan berarti apapun yang muncul di kepalamu akan bermanifestasi menjadi sihir.

Sebagai contoh, kalau kau ingin menciptakan air untuk cuci baju, kecuali kau cocok dengan peri air, peri tersebut tidak akan meminjamkanmu kekuatannya. Selain itu, kalau kau memiliki penyimpanan kekuatan sihir yang sedikit, maka jumlah air yang bisa kau hasilkan akan sedikit juga. Bahkan sekalipun cadangan kekuatan sihirmu cukup terbatas, peri akan mengkompensasi jika panjang gelombangmu cocok, jadi bukanlah hal yang berlebihan mengatakan bahwa banyak hal yang mengikuti dari seberapa banyak peri yang menyukai panjang gelombangmu. 

Ruri memiliki panjang gelombang yang sangat disukai para peri, seperti yang dipastikan oleh Chelsie, dan jika dia meminta para peri untuk melakukan sesuatu maka mereka akan berebut untuk memberikan bantuan. Chelsie menegur Ruri karena besarnya kekuatan itu dan menginstruksikan dia untuk membatasi jumlah kekuatan sihir yang Ruri pancarkan nantinya. Chelsie juga memberitahu dia agar terbiasa dengan ini, dan Ruri menghabiskan hari-harinya memanifestasikan sihir yang tidak berbahaya. Dia umumnya menggunakan sihir untuk satu hal yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan cenderung menyebabkan bahaya yang minimal kalau-kalau dia mengacaukannya—air.  Sejak dia mencoba menyalakan oven dan mengeluarkan kobaran api raksasa yang hampir membakar rumah, Chelsie memerintahkan secara tegas untuk tidak menggunakan sihir api sampai dia bisa mengendalikan dengan jauh lebih baik.

Awalnya, Ruri terus menggunakan sihirnya tanpa memahami kekuatannya, tapi perlahan dia mulai merasakan sensasi sesuatu yang keluar tubuhnya setiap kali dia melakukannya. Itu cukup disadari untuk membantu Ruri belajar bagaimana kekuatan sihir berfungsi, dan tahu apa maksudnya sehingga dia bisa berusaha mengendalikannya. Jadi meskipun terkadang ada kegagalan di sana sini, dia akhirnya belajar bagaimana mengendalikannya. Begitu dia melakukannya, kehidupan sehari-harinya berubah drastis.

Di dunia ini—tidak terbatas dalam hutan saja—fasilitas seperti listrik, saluran air, dan gas tidak ada seperti halnya di dunia Ruri. Semua baju kotor dicuci dengan tangan, makanan dimasak di kompor tungku, dan pencahayaan disediakan oleh lentera-lentera—semua standar hidup ini mirip dengan Eropa berabad-abad lalu. Terbiasa dengan kemudahan dunia asalnya, sangat bisa dipahami jika Ruri merasa hidup seperti ini menyusahkan—tapi dia tidak mengalami, karena satu alasan besar: sihir.

Ruri menawarkan diri untuk bersih-bersih, mencuci baju, dan masak sebagai ganti tinggal di rumah Chelsie. Untuk bersih-bersih, dia akan menggunakan angin untuk mengumpulkan debu dan rontokan-rontokan menjadi sebuah tumpukan kecil dan membakarnya dengan api, sihir yang sekarang bebas dia gunakan setelah belajar lebih jauh. Untuk mencuci baju, ada sebuah mantera yang disebut “Pemurnian”, sebuah sihir yang sangat berguna yang membuat air untuk menghilangkan semua noda tanpa membuat pakaian basah, melewatkan semua langkah pengeringan setelah mencuci yang biasanya dilakukan pada metode mencuci normal. Sihir ini juga bisa digunakan pada baju dan badan. Jadi begitu Ruri mempelajarinya, dia langsung berharap bisa melakukannya waktu di masih di dalam hutan, ketika dia benar-benar kotor dengan keringat dan lumpur setiap kali bangun tidur.

Karena itulah, Ruri merasa sangat bersyukur dengan keberadaan sihir dan mulai yakin bahwa ini bahkan lebih praktis daripada apapun yang ada di dunia asalnya. Manusia adalah ras yang memiliki kekuatan sihir paling sedikit, malah tidak aneh kalau mereka sama sekali tidak punya. Dengan demikian, bergantung pada sihir untuk kehidupan sehari-hari tidaklah mungkin bagi semua orang, dan banyak orang yang bersih-bersih dan mencuci baju dengan tangan.

Tapi bagi Ruri, bahkan tanpa perlu secara sadar dan aktif menggunakan sihir, para peri akan membawa banyak sekali buah beri dan buah-buahan lain yang tumbuh di dalam hutan untuk membuatnya senang, jadi mengumpulkan makanan adalah hal yang sangat mudah.Tingkah para peri yang seperti ini membuat Chelsie keheranan.

Kembali lagi ke saat ini dengan Ruri, yang bangun dengan penuh semangat dan pagi-pagi sekali untuk melakukan satu hal—mandi! Meskipun diberitahu bahwa sihir Pemurnian membuat mandi jadi tidak dibutuhkan, sebagai orang Jepang dia ingin berendam dalam bak mandi dan bersantai.

Pemurnian adalah bentuk yang relatif sederhana dari sihir, yang sebagian besar orang bisa gunakan selama mereka setidaknya memiliki sedikit kekuatan sihir atau kecocokan dengan air, jadi kelihatannya tidak ada kebiasaan di Negeri Raja Naga untuk berendam dalam bak mandi. (Mereka yang tidak bisa menggunakan Pemurnian akan menggunakan bak mandi mereka untuk menyeka atau membasuh, tapi tidak pernah berendam.) Akan tetapi, setelah mengatakan hal-hal baik dengan antusias tentang mandi pada Chelsie selama berhari-hari tanpa henti, dia akhirnya diperbolehkan untuk membangun sebuah pemandian di halaman belakang—entah karena meyakinkan Chelsie tentang semangat membaranya itu atau wanita tua tersebut mencoba untuk mendiamkannya

“Baiklah, waktunya membangun!”

[Membangun apa?]

[Sebuah pemandian, katanya.]

[Apa itu pemandian?]

[Entahlah.]

Ruri membayangkan sebuah rumah kecil dari balok kayu dengan sebuah bak mandi sedetail mungkin seperti yang dia bisa kumpulkan. Begitu dia selesai melakukannya, beberapa ranting bercabang menembus tanah dan melesat keluar. Ranting-ranting itu terus bertumbuh, perlahan mewujud sampai akhirnya menjadi rumah balok kayu yang Ruri bayangkan.

Melihat rumah itu persis seperti yang dia bayangkan, Ruri mengacungkan tinju kemenangan. “Hooore! Tidak ada yang tidak bisa sihir lakukan! Kalian semua benar-benar hebat!”

[Yay, aku dipuji!]

[Yeah, dengar itu? Aku hebat!]

Para peri melesat ke sana-sini di udara, merasa sangat girang karena pujian itu, pemandangan yang manis dan menenangkan. Tapi Ruri langsung membuka pintu kayunya dan memasuki rumah pemandian itu. Ada sebuah ruang ganti baju di serambi masuknya dan sebuah pintu di bagian belakang yang mengarah ke area pemandian berkelas dan luas. Ini mengingatkan pada pemandian ruang terbuka pribadi yang mungkin kau lihat di penginapan kelas atas Jepang.

Yang perlu dia lakukan saat ini tinggal mengisinya dengan air panas dan itu akan sempurna—dia bisa menggunakannya kapan saja dia mau. Menahan rasa gembiranya pada saat ini adalah hal yang benar-benar mustahil.

“Mm~! Mandi untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku datang!” kata Ruri, cepat-cepat menggunakan sihir untuk mengisi bak mandi dengan air panas, kemudian melepas baju di ruang ganti lalu melompat masuk. Dia pun meleleh dalam kebahagiaan saat bertemu kembali dengan kehangatan yang tak asing dari air bak mandi. Mungkin tertarik karena melihat rasa senang Ruri, para peri pun ikut bergabung dalam air panas mengepul itu.

“Ini benar-benar surga…”

Sementara Ruri menikmati mandi pagi-pagi sekalinya, Chelsie di dalam rumah membaca surat yang dia terima dari cucunya, Joshua, yang bekerja sebagai seorang agen operasi intelejen di Negeri Raja Naga. Baru beberapa hari berlalu sejak mendiskusikan situasi Nadasha, tapi pria itu sudah mengirimkan sebuah laporan. Dia memang seorang cucu yang sangat cakap. Laporan itu menjelaskan secara rinci situasi Nadasha saat ini berkaitan dengan Puteri Miko dan ramalan. Seperti yang Ruri jelaskan, sekumpulan orang di dekat Asahi menunjukkan rasa sayang dan kekaguman yang berlebihan, tapi tidak ada masalah serius yang muncul menurut Joshua.

Kelihatannya, ada beberapa tanda bahwa gadis itu menggunakan sihir Pemikat. Tidak jelas apakah itu disengaja atau tidak, tapi kekuatan sihir yang “Asahi” ini miliki tidaklah cukup untuk dianggap sebagai ancaman. Dia memang sepertinya punya banyak kekuatan sihir untuk seorang manusia, tapi untuk menjaga agar seseorang tetap terpikat, mereka harus berada di dekat Asahi untuk waktu yang lama, kalau tidak itu tidak akan bekerja. Bahkan sekalipun itu berhasil, sihir pemikat itu akan menghilang jika korbannya lama menjauh darinya.

Akan tetapi, berdasarkan cerita Ruri, kalau kau berhubungan dengan Asahi, kau akan langsung menjadi budaknya. Chelsie berpikir bahwa perbedaan cerita ini muncul dari tingkat toleransi dunia lain terhadap sihir—di dunia ini, kau diperkenalkan dengan sihir sejak lahir; sementara itu, di dunia lain, sejauh yang dia tahu, bahkan sihir itu sendiri tidak ada. Di dunia Ruri, tidak ada imunitas terhadap sihir, jadi efeknya mungkin bekerja terlalu baik. Tanpa mempedulikan di mana mereka dipikat, kelihatannya ramalan yang berhubungan dengan rakyat Nadasha pada dasarnya memuja Asahi. Sebuah kutipan dari ramalan itu mengatakan, “Puteri Miko yang turun dari dunia lain akan membawa kemakmuran besar pada negeri tersebut, tapi seandainya ada yang melakukan sesuatu yang tidak disenangi oleh sang Puteri Miko, maka itu akan membuat negeri tersebut hancur membusuk.” Mungkin karena itulah semua orang—tidak hanya sang Pangeran yang terpikat—mengambil tindakan sedrastis itu terhadap Ruri ketika curiga dia membahayakan Asahi. Hal tersebut menjadi kemalangan bagi Ruri, tapi kebahagiaan bagi Chelsie.

Nadasha adalah sebuah negeri yang selalu bersikap kejam dan tak berbelas kasihan terhadap setengah-manusia. Mereka cemburu terhadap kaum setengah-manusia karena memiliki wilayah kekuasaan yang membentang jauh lebih luas daripada teritori mereka sendiri sebagai manusia dan telah menyatakan perang terhadap Negeri Raja Naga berulang kali. Banyak setengah-manusia yang lahir dengan beragam kemampuan dan keterampilan yang luar biasa. Diberi pilihan antara sebuah negeri yang mempersilahkan para individu dengan kemampuan tersebut untuk berkembang dengan negeri yang melarang kemampuan tersebut dan menyatakan bahwa manusia lebih unggul, sudah jelas dari dua pilihan ini mana yang akan makmur. Nadasha adalah sebuah bangsa yang hidup dalam kebodohan yang disengaja akibat kebencian. Memikirkan apa yang akan terjadi jika mereka merekrut Ruri membuat hawa dingin menjalari tulang punggung Chelsie. 

Di Negeri Raja Naga, yang terkuat dari ras naga—yang dikenal sebagai ras paling kuat di dunia ini—dinobatkan menjadi raja. Kemudian ada Ruri. Dia adalah seorang manusia, ras dengan kekuatan sihir paling sedikit dari banyak ras, tapi kekuatan sihir gadis itu menyaingi Raja Naga sendiri dan dia sangat disayangi oleh begitu banyak peri. Meskipun orang-orang yang disayangi peri muncul dari waktu ke waktu, seorang peri yang bertindak atas kehendaknya sendiri untuk membantu seseorang—seperti membantu seseorang yang tersesat di hutan atau membawakan mereka makanan—adalah hal yang luar biasa langka. Para peri mengatur segalanya, dan walaupun mereka terlihat menggemaskan, mereka bisa dengan mudah meluluhlantakkan sebuah negeri jika terprovokasi.

Sebagai tambahan, Chelsie merasa bahwa para peri itu memiliki rasa sayang yang mendalam terhadap Ruri, hampir seperti seorang ibu pada anak-anaknya. Jika sesuatu terjadi pada Ruri, para peri itu tidak diragukan lagi akan membalas dendam. Jika Ruri dilibatkan dalam negara lain, yang agendanya termasuk melenyapkan setengah-manusia dan menanamkan padanya ide tentang anti setengah-manusia….itu bisa berarti genosida besar-besaran manusia terhadap setengah-manusia. Dan yang paling mengerikan dari semua itu adalah—Ruri sendiri tidak sadar dengan kemungkinan ini.

Kalimat berikutnya yang dia baca menegaskan apa yang dia takutkan.

“Ya, masalah ini tidak bisa dibiarkan begitu saja,” kata Chelsie, bangkit berdiri dan menuju Ruri.

Haaah, yup, orang Jepang memang perlu mandi. Oh, Chelsie-san. Mau berendam juga, Chelsie-san? Aku jamin rasanya luar biasa.”

Saat Ruri keluar dari pemandian yang sudah lama dia nantikan, Chelsie muncul mendekatinya, anehnya terlihat serius. “Ruri, bisa minta waktu sebentar?”

“Hah? Ya, ada apa?” tanya Ruri, agak waspada, khawatir dia telah melakukan sesuatu yang membuat kesal wanita itu.

“Ruri, aku tahu kau punya sedikit sejarah dengan Nadasha, tapi apa kau membenci mereka?”

“Tentu saja! Pembalasan dendam adalah tujuanku yang paling utama!” Ruri langsung membalas, dengan tegas, dan tanpa keraguan. Tidak hanya mereka telah menuduhnya atas kejahatan yang tidak pernah dia lakukan, mereka juga membuang dia merangkak di hutan yang dipenuhi hewan-hewan liar berbahaya. Untungnya, dia berhasil keluar hidup-hidup berkat bantuan para peri, tapi satu langkah salah saja dan dia akan berakhir tewas. Ruri tidak mengerti makna ungkapan “menerima dengan lapang dada.” Dia akan membalaskan dendamnya, apapun yang terjadi.

Saat itulah suara Chelsie mulai terdengar sedikit tegang. “‘Membalas dendam’ di sini, apa maksudmu? Apa yang ingin kau lakukan?”

“Wah, tentu saja membuat mereka menangis! Aku akan membuat berlutut! Asahi, masalah utamaku selama ini; Raja dan  Pendeta yang menculikku; Pangeran dan teman-teman sekelasku yang memfitnahku; para tentara yang menendangku? Aku akan membariskan dan meninju mereka semua keras-keras!”

“Hanya itu?”

“Sepertinya itu terlalu mudah, ya? Benar juga. Aku memang berjuang mempertahankan nyawa, bagaimanapun juga. Aku mungkin sebaiknya memberikan beberapa tendangan berputar dan tendangan kapak sekalian, ya ‘kan? Lalu, aku akan menggunduli rambut mereka dengan gaya samurai, mencukur habis bagian atas kepalanya saja, lalu menyuruh mereka berparade keliling kota juga.”

Si Raja dan Pendeta yang sudah tua bisa menahannya, tapi itu mungkin menimbulkan kerusakan mental hebat pada Pangeran dan para tentara yang jauh lebih muda. Tidak, sebenarnya, para pria tua yang dipaksa untuk berpisah dengan sedikit rambut yang masih tersisa di kepala mereka mungkin akan sangat menderita.

“Aah… Aku mengerti…” kata Chelsie, memperlihatkan pada Ruri raut wajah penasaran tapi sekaligus agak lega. Kenapa dia terlihat lega, meski demikian, adalah sebuah misteri. “Sekarang aku tahu bahwa kau tidak berbahaya.”

“Tidak berbahaya? Meskipun aku merencanakan semua hal jahat itu?”

“Kau bisa membuat mereka menderita dengan menyiksa, menghancurkan negaranya, menjadikan kerajaan itu sebagai contoh—ada banyak sekali cara bagimu untuk membalas dendam, tapi itu semua bahkan tidak ada dalam rencanamu, ya ‘kan?”

“Huh…? Aku tidak akan sampai sejauh itu…” kata Ruri, wajahnya menegang mendengar metode-metode balas dendam ini yang melampaui jangkauan imajinasinya.

Memang benar, dibandingkan dengan bentuk pembalasan dendam Chelsie, ide Ruri cukup tidak berbahaya.

“Kalau begitu, aku ada permintaan untukmu.”

“Apa itu?”

“Begini, sihir mendadak berhenti bekerja di Nadasha. Semua panggilan pada peri sama sekali tidak dijawab.”

“Kenapa begitu?”

Jawaban untuk pertanyaan Ruri datang dari para peri yang melayang-layang di sekitarnya. [Mereka semua berbuat jahat padamu, Ruri.]

[Mereka pantas mendapatkannya!]

[Kau bilang kau mau balas dendam, jadi ini yang mereka dapatkan, Ruri.]

[Kami benci siapapun yang jahat padamu, Ruri!]

Para peri satu per satu cepat-cepat menyebutkan alasannya, nada bicara mereka santai tapi kata-katanya dipenuhi amarah.

“Sihir berhenti bekerja di sana pada hari kau dibuang ke hutan. Aku tidak ingin segera berkesimpulan, tapi sepertinya aku memang benar. Kaulah alasannya, Ruri.”

[Tapi mereka membuat Ruri marah!]

[Dia bilang dia mau balas dendam!]

“Karena aku berkata begitu?”

[Uh-huh.]

Para peri dengan senang mengangguk kepala seakan ingin dipuji karena tindakan mereka itu, tapi alih-alih sebuah keringat dingin yang mengalir turun dari alis Ruri yang mereka dapat.

“Dengan kata lain, gara-gara aku para peri jadi mogok…”

“Tidak bisa menggunakan sihir di dunia sama dengan situasi hidup dan mati. Kekuatan para peri dibutuhkan untuk memasakan, kebersihan—semua saluran air dalam kehidupan sehari-hari, sungguh. Memang benar, manusia hanya memiliki jumlah kekuatan sihir yang paling sedikit. Hanya sebagian kecil orang, seperti para pendetanya, yang bisa menggunakan sihir, tapi sekarang begitu para peri berhenti membantu mereka, Nadasha sepertinya jatuh dalam kekacauan besar. Jika pembalasan dendammu tidak termasuk menghancurkan Nadasha seluruhnya, maka bisakah kau menghentikan masalah ini?”

Ruri memang ingin membalas dendam, tapi membuat satu negara menjadi kacau atau menghancurkannya bukanlah bagian dari rencananya. Dia ingin membalas dendam pada Raja, Pendeta, dan para prajurit. bukan orang-orang yang hidup di sana. Dan bahkan sekalipun tidak seperti itu, Ruri tidak akan pernah bisa tega melakukan rencana keterlaluan seperti meluluhlantakkan seluruh negara. Walaupun sebuah tempat akan jadi kacau balau akibat tidak bisa menggunakan sihir adalah hal yang sulit untuk Ruri bayangkan, mengingat dirinya dibesarkan di sebuah dunia tanpa sihir sejak dulu, nada bicara Chelsie terdengar serius, dan Ruri berbicara pada para peri untuk meyakinkan mereka berhenti mogok.

Meski demikian, dia mendapatkan paduan suara keluhan.

[Aww, tapi kenapa? Kenapa?]

[Bukannya kau mau balas dendam?]

“Yah, memang benar, tapi… itu masalah yang harus kutangani sendiri. Aku ingin langsung menghajar mereka. Tolong, kalian semua, biarkan aku yang menangani ini.”

[Jadi kami…mengganggu…?]

“Ugh…” Ruri meringis, menghadapi sekumpulan peri manis yang nyaris menangis. “Sama sekali tidak! Aku sangat bersyukur ada kalian semua di sekelilingku.”

[Benarkah?]

“Yup, tentu saja. Aku akan meminta bantuan kalian saat waktunya tepat. Tapi untuk saat ini, jangan lakukan apapun tanpa aku yang memintanya. Oke?”

[Oke, mengerti!]

Meskipun Chelsie melemparkan pandangan yang cukup menyakitkan ke arahnya, mengerutkan dahi melihat para peri yang bergerak naik turun, Ruri merasa lega. Chelsie hanya menghela napas tak bersemangat dan berkata, “Ruri, aku kakan memberimu satu nasihat. Seperti yang kau pelajari dari peristiwa ini, jika terjadi sesuatu padamu, para peri akan mengambil tindakan cepat. Mungkin ada orang yang mengharapkanmu untuk menggunakan kekuatan itu di masa yang akan datang. Aku akan memberimu semua pengetahuan yang kupunya. Jadi kau hanya perlu memastikan bahwa kau bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, sehingga tidak ada yang bisa menyalahgunakanmu.”

“...Apa kau yakin mengatakan itu padaku?”

“Apa maksudmu?”

“Maksudku, kaulah orang yang menolongku saat aku tersesat di hutan dan tidak punya tempat tujuan. Aku merasa aku tidak akan pernah bisa membalas kebaikanmu. Aku bisa dibilang mirip seorang bayi yang tidak tahu bagaimana dunia ini bekerja, jadi kau bisa menanamkan pikiran atau konsep baik maupun buruk padaku yang sesuai denganmu saat ini. Dan karena kau adalah orang yang menyelamatkan hidupku, aku akan cenderung percaya apapun yang kau katakan.”

Ruri secara tidak langsung bertanya kenapa Chelsie tidak mengambil kesempatan ini untuk memanipulasi dirinya, yang membuat Chelsie membalas dengan tersenyum simpul. “Ya, itu mungkin hal yang sangat mudah, tapi akan sangat berbahaya. Kau cukup pintar untuk menyadari ada ancaman seseorang yang mencuci otakmu. Aku juga yakin bahwa saat ini kau tahu bahaya dari memerintah para peri untuk bertindak, kau akan memastikan bahwa mereka tidak akan lepas kendali. Tapi ada beberapa orang bodoh yang meski tahu bahaya-bahaya ini dan hanya berpikir bagaimana mengambil keuntungan bagi diri mereka sendiri. Karena itulah kau sama sekali tidak boleh goyah oleh pendapat-pendapat tak berdasar orang lain. Hanya satu hal itu yang harus kau ingat.”

“Aku akan mengingatnya baik-baik, tapi jika para peri sekuat itu, bagaimana kalau akulah mengambil alih dunia ini dengan memanfaatkan para peri, bukan orang lain—apa yang akan kau lakukan?”

“Aku akan berdoa hal itu tidak pernah terjadi. Tapi kau sepertinya penakut, jadi kau mungkin tidak akan melakukan tindakan sejahat itu. Beberapa kenakalan, di sisi lain, tidaklah masalah.”

“Oke, aku tidak menyangkal kalau aku memang sedikit penakut, tapi apa para peri ini benar-benar berbahaya seperti yang kau bilang?” tanya Ruri. Sulit untuk percaya bahwa makhluk-makhluk semanis ini bisa begitu mematikan. Penampilan dan cara bicara mereka sangat seperti anak-anak sehingga sama sekali tidak terlihat berbahaya untuknya. Ditambah lagi, dia paham bahwa sihir sangatlah praktis, tapi dia juga berpikir bahwa orang-orang seharusnya bisa menjalani hidup mereka sekalipun mereka tidak disukai para peri dan tidak bisa menggunakan sihir.

“Baiklah, baiklah. Aku akan menjelaskan semuanya padamu. …Tapi, pertama-tama, di luar sepertinya berisik sekali, bukan begitu?” kata Chelsie, mendadak melihat ke arah berlawanan dan mengerutkan alisnya.

Ruri melihat ke arah sana juga, kebingungan. “Tapi tidak ada satu pun yang bersuara?” balas Ruri. Tidak ada satu peri pun di sekitarnya yang berbunyi.

“Bukan di sini. Maksudku di luar dinding penghalang.”

“Dinding penghalang?”

“Rumah ini dikelilingi dinding penghalang magis yang membuatnya tidak terlihat dan menjaga agar orang lain tidak masuk. Kau tidak merasakannya saat kau masuk ke sini?”

Nada tidak percaya Chelsie membuat Ruri mengingat kembali perasaan saat tubuhnya menembus semacam lapisan selaput tipis. “Dipikir lagi, aku ingat merasa seakan tubuhku melewati sesuatu ketika aku datang ke sini…”

“Ya, normalnya kau akan ditolak oleh dinding penghalang itu dan tidak dapat masuk. Sihir semacam ini tidak bekerja pada orang-orang dengan sihir yang lebih kuat daripada sihir si pemilik dinding. Jadi aku sangat kaget melihatmu! Ditambah lagi, kau tidak hanya kelihatan kotor, kau juga langsung pingsan begitu melihatku.”

“...Benar, maaf atas semua masalah itu.”

Ruri mengikuti Chelsie saat dia pergi memeriksa dinding pelindung. Dia tidak menyadarinya ketika pertama kali datang ke sini, tapi sekarang begitu dia mengerti sihir, Ruri juga bisa memahami bahwa ada sebuah dinding pelindung tak terlihat dengan merasakan sihir di udara. Ruri memperhatikannya dengan penuh minat sampai akhirnya dia menemukan sumber keributan itu.

“...Ah! Itu si makhluk buas liar! Dan dia…memakai rambut palsuku.”

Hewan buas raksasa dengan tubuh beruang, wajah babi hutan, dan ekor kalajengking, yang telah mengejar Ruri sampai ke rumah Chelsie, berulang kali menghantam dinding. Dan di atas kepalanya terdapat rambut palsu coklat yang Ruri hilangkan saat berusaha melarikan diri. Kelihatannya makhluk itu yang memungutnya…

“Tidak mungkin, makhluk itu inging memakanku… Chelsie-san, kita harus lari!” Ruri mulai menarik-narik baju Chelsie untuk kabur, tapi Chelsie tidak bergeming.

“Tunggu. Tidak ada satu pun yang bisa menembus dinding ini kecuali kekuatan sihir mereka lebih kuat dariku. Makhluk buas sihir ini tidak akan bisa melakukannya, jadi tenanglah.”

“Makhluk buas sihir?”

“Itu adalah cara kami menyebut hewan yang memiliki kekuatan sihir, tidak seperti hewan biasa. …Tapi tetap saja, ini aneh. Aku tidak pernah melihat makhluk yang bersikap seperti ini sebelumnya,” komentar Chelsie, kebingungan.

Para peri kemudian menjawab, satu demi satu.

[Dia hanya memungut rambut Ruri.]

“Dia tidak di sini untuk menyerangku?”

[Tidak, tidak. Dia bilang kau menjatuhkannya, jadi dia memungutnya untuk mengembalikannya padamu.]

[Dia tidak akan menyerangmu. Dia sudah melindungimu di hutan selama ini.]

Menurut penjelasan para peri, alasan kenapa Ruri bisa bertahan hidup berhari-hari di hutan yang dipenuhi hewan dan makhluk sihir adalah karena makhluk buas sihir yang satu ini secara diam-diam mengikuti dan melindunginya dari ancaman lain sepanjang waktu.

Dia terus bersembunyi agar tidak membuat Ruri takut, tapi pada akhirnya dia tidak bisa menahan diri lagi dan menunjukkan diri di depan Ruri. Seperti yang dia duga, keberadaannya membuat Ruri takut sampai lari terbirit-birit, membuat si makhluk buas ini secara insting mengejarnya. Alasan kenapa dia begitu menggila bukanlah karena dia menemukan mangsa, tapi karena dia begitu senang sampai-sampai emosinya membuncah.

Saat dia kembali sadar setelah tidak melihat Ruri, dia memungut rambut palsu yang Ruri jatuhkan dan menunggunya keluar supaya dia bisa minta maaf, tapi karena menunggu jelas-jelas tidak berguna, makhluk ini pun melakukan tindakan nekad.

Makhluk ini sama setianya dengan anjing yang paling setia.

“Karena dia punya kekuatan sihir, dia tertarik dengan panjang gelombang Ruri seperti para peri, ya?”

“Hei, apa kalian semua bisa bicara dengan makhluk buas sihir itu?” tanya Ruri untuk memastikan, melihat para peri sepertinya paham apa yang makhluk buas itu katakan meski dia hanya bersuara bmoos yang tidak bisa dimengerti.

[Yup, tentu bisa.]

“Kalau dia bisa mengerti para peri dan begitu pula sebaliknya, maka kalian seharusnya membantunya…” kata Chelsie. Itu akan membuat si makhluk buas tidak menunggu berhari-hari kalau saja mereka melakukan itu.

Para peri dengan cepat dan santai membalas, [Oops, kami lupa!]

Makhluk buas sihir itu terlihat menanggapi dengan memerosotkan bahunya. Begitu Ruri keluar dari dinding pelindung dan mendekatinya dengan waspada, dia perlahan menyodorkan kepalanya yang ditutupi rambut palsu pada gadis itu, dan Ruri pun dengan hati-hati mengambil rambut itu lagi.

“Te-terima kasih…” kata Ruri, dan makhluk buas itu balas bersuara bmoo keras padanya, membuat dia tersentak kaget.

[Dia bilang dia ingin kau mengelusnya, Ruri.]

“Wah?! Benarkah?”

Mendekati makhluk buas tak dikenal yang tinggi melebihi dirinya itu sudah menyeramkan dan dia akan menolaknya jika bisa, tapi begitu makhluk itu membuat tubuh besarnya berlutut dan menatap Ruri dengan mata bulat besarnya yang merasa senang penuh harap, Ruri pun sulit untuk berkata tidak. Dia mengulurkan tangan ke kepala si makhluk buas sihir tersebut sambil berjinjit dan dengan lembut mengelus rambutnya yang seperti babi hutan.

Kelihatannya makhluk itu mengeluarkan suara dengkuran senang, tapi suara tersebut nadanya begitu rendah sehingga agak menakutkan… tidak, itu benar-benar mengerikan. Akan tetapi, meski rambut makhluk itu nampak kasar dan tajam, ternyata rasanya lebih lembut daripada yang dia perkirakan.

“Oh, aku tidak mengira teksturnya senyaman ini,” katanya, sementara para peri berdatangan, penasaran untuk memeriksanya juga.

Dan begitulah, mulai dari hari itu, Ruri pun mendapatkan seekor hewan peliharaan baru—seekor peliharaan yang besar.