Keluhan Seorang Penyihir

(Penerjemah : E-Chan)


Sama seperti hari-hari sebelumnya, hari ini, Eto disalahkan oleh sang penyihir suci, Mirei, karena terlambat dalam memberikan mana potion untuk memulihkan kekuatan sihirnya selama pertempuran. Sementara itu Lana, yang biasanya melindungi Eto, telah menjauhkan diri dan berhenti ikut serta dalam percakapan semacam itu sejak pembicaraan mereka di kandang kuda.

‘Kalau kau begitu memprotes tentang waktu penyerahan potion, kuharap kau bisa membawa sendiri beberapa dan meminumnya saat dibutuhkan...’

Itulah yang Eto pikirkan. Akan tetapi, Mirei, yang merupakan seorang bangsawan yang diberkahi dengan bakat sihir sejak kecil, kelihatannya tidak ragu-ragu dalam memperlakukan Eto, yang dia nilai tidak berguna, seperti seorang pembantu.

“Eto-san. Bisakah kau setidaknya tahu kapan kau harusnya memberikan aku potion? Hanya itu satu-satunya hal yang Eto-san, yang sihir pendukungnya tidak berguna, bisa lakukan, ‘kan?” Aku heran kenapa kau tidak bisa mengerti tidak peduli berapa kali aku mengatakannya. Hei, Eto-san, apa kau mendengarkan?”

Sambil menyibakkan rambut pirangnya yang memanjang sampai ke pinggang, Mirei mengerutkan alis dan dengan tajam mengarahkan tatapannya pada Eto.

‘Padahal aku juga seharusnya bisa menunjukkan kekuatanku kalau tidak dilarang menggunakannya....”

Akan tetapi, Eto tahu bahwa sekali dia dicap tidak berguna, sulit untuk mengubahnya. Dan dalam situasi ini di mana dia bahkan tidak bisa mendapat kesempatan apapun untuk menunjukkannya, dia bahkan tidak bisa melepaskan kesan buruk itu

Haah, kenapa orang sepertimu bahkan ada di party Hero? Aku penasaran apa kau benar-benar terpilih sebagai sang sage. Mungkin ada kekeliruan? Kau harus tahu bahwa gara-gara kau orang-orang bahkan mulai meragukan kemampuan kita.”

Berkata demikian, Mirei menatapi Eto, menunggu argumen balasan. Akan tetapi, Eto hanya bisa menanggapi dengan “Aku benar-benar minta maaf.” Kemudian, dengan sebuah helaan napas berat, Mirei menggelengkan kepala, kelihatan kesal dengan Eto.

“Bisa tidak kau tinggalkan saja party? Walaupun aku tahu ketenaran dan hadiah party Hero sangat menarik untukmu, merepotkan sekali memiliki seorang anggota tidak kompeten sepertimu. Hei, Eto-san, apa kau bisa mengerti yang kukatakan?”

Gerutuan Mirei akan terus berlanjut untuk beberapa lama, dan ini sudah menjadi keseharian. Setiap kali ini terjadi, Eto hanya mendengarkan dengan setengah hati dan menjawab dengan “Ya, aku sangat memahaminya.” Atau “Ya, aku minta maaf.”, dll.

Biasanya, dia hanya akan menahan diri terhadap gerutuan itu sampai Mirei lelah, tapi hari ini ada orang lain yang bergabung dalam pembicaraan itu.

“Eto-kun. Apa kau punya kesadaran sebagai anggota dari party Hero? Kalau tidak, seperti yang Mirei katakan, aku ingin kau meninggalkan party ini.”

Sang Hero, Ronaldo, memandangi Eto dengan mata biru gelapnya.

“Hero-sama, sulit untuk mengetahui kapan tepatnya menyerahkan mana potion tanpa sinyal dari mage. Terlebih lagi, biasanya para penyihir akan membawa potion mereka sendiri. Dan misalkan si penyihir ingin seseorang memberikan mereka potion, mereka akan menetapkan sebuah sinyal lebih dulu.”

“Huh? Maksumu akulah yang salah di sini? Kau, orang yang tidak berguna dalam party, punya nyali untuk mengalihkan tanggung jawab pada orang lain? Kau seharusnya malu pada dirimu sendiri?”

Mirei memelototi Eto.

“Kau benar, Mirei-san. Eto-kun, karena hal-hal yang bisa kau lakukan itu terbatas, akan merepotkan kalau kau bahkan tidak bisa melakukannya dengan tepat. Kenapa kau tidak bisa melakukan hal sederhana seperti menyerahkan potion?”

Ronaldo, yang seharusnya menjadi pemimpin party, bahkan tidak menyalahkan Mirei. Malalah, dia bahkan ikut semakin memojokkannya.

Seperti itulah, setahun setelah Eto dilarang menggunakan sihir pendukung, perlakuan yang dia dapat dalam party menjadi semakin parah sampai-sampai dia tidak diperbolehkan untuk menyatakan keberatan pada anggota manapun di party.