Ingatan Setahun Yang Lalu – Bagian Satu

(Penerjemah : E-Chan)


“Eto, bahaya!”

Mendengar teriakan Lana, Eto membalikkan badan dan melihat sesosok singa berwajah manusia, seekor Manticore, yang mendekatinya. Kalau begitu, dia tidak akan tepat waktu untuk menggunakan sihir apapun. Karena itulah, dia mengacungkan pedang satu-tangan yang dia pegang di tangan kanannya ke tenggorokan monster itu.

Sayangnya, makhluk itu bukanlah lawan yang bisa dengan mudah dilukai oleh tikaman putus asa semacam itu. Manticore tersebut melangkah mundur untuk menghindari pedang dan sekali lagi menendang tanah kuat-kuat dengan kaki-kaki belakangnya yang kokoh, mencoba untuk menggigit Eto.

Pemandangan itu seakan bergerak lambat di mata Eto. Dan sekalipun taring-taring Manticore mendekat, dia tidak punya cara untuk bertahan melawannya.

Tapi saat dia bersiap untuk dimakan oleh Manticore itu, Eto mendadak merasakan hawa panas dan cahaya yang intens dari sebelah kanannya. Detik berikutnya, sebuah bola api sebesa tubuh si Manticore pun mengenai bagian sampingnya, menghempaskan tubuh itu ke sisi lain.

“Eto-san, tolong mundur!”

Dengan tangan kanannya terulur ke arah Manticore, sang master magician, Mirei, berteriak.

Dengan sebelah tubuhnya yang hitam terbakar, Manticore itu mengerutkan wajah dan menggeram. Di saat bersamaan, tubuhnya mulai bersinar, dan dua panah angin muncul di atasnya.

“GURURURURU, GWAR!”

Kemudian, dengan sebuah raungan dalam, Manticore itu menembakkan dua panah angin pada Eto.

Tidak lama setelah itu, Lana membenturkan tubuhnya pada Eto, menyebabkan panah angin yang ditembakan Manticore tersebut gagal mengenai targetnya.

Lana segera berdiri dan menghunuskan pedangnya untuk melindungi Eto. Melihat itu, Manticore memelototi Lana dan membuat tubuhnya bercahaya lagi untuk mengaktifkan sihirnya.

Akan tetapi, sebuah cahaya yang jauh lebih menyilaukan mendadak menyebar ke penjuru area. Berdiri di sana adalah Ronaldo, sang Hero, yang mengangkat pedang sucinya yang bersinar di tangannya.

Saat Ronaldo mengacungkan pedang sucinya ke bawah, tebasan cahaya yang melompat keluar dari ujung pedang itu terbang dan mencabik tubuh si Manticore. Melihat hal itu, Lana segera memperpendek jaraknya dan menebas kepala Manticore yang roboh untuk memberinya serangan penghabisan.

☆☆☆

‘Ah, mimpi ini lagi, ya.’

Atau begitulah yang Eto pikirkan. Itu adalah mimpi sama yang terus-menerus dia dapatkan. Sebenarnya itu adalah sesuatu yang Eto benar-benar alami setahun yang lalu. 

Walaupun dia tahu tidak begitu berguna di dalam party hero ini, pertempuran melawan Manticore memperjelas kenyataan itu pada semua orang.

Party Hero diiringi oleh total sekitar tiga puluh orang yang terdiri dari kesatria dan penyihir pendamping, kerja sama antara istana kerajaan dan gereja, ahli obat, juru masak, dan kusir. Dan kira-kira sejak saat itulah sikap mereka terhadap Eto berubah.

Malam itu, Eto dipanggil oleh sang Hero.

☆☆☆

Ronaldo sang Hero dan Mireo si master magician sedang menunggunya di ruang makan penginapan. Para kesatria pendamping juga hadir, tapi Lana tidak ada di sana. Dan karena penginapan disewa untuk rombongan hero, tidak ada tamu lain yang menginap di sini.

“Maaf membuatmu menunggu, Hero-sama.”

“Aa, Eto-kun, ayo silakan duduk. Ada yang harus kudiskusikan denganmu.”

Sekitar waktu itu, Eto masih memiliki perasaan kagum terhadap Hero Ronaldo. Tidak hanya kekuatan, hero ini juga memiliki rambut pirang yang bercahaya bagaikan matahari, perawakan  tubuh yang terasah dengan baik, serta perilaku yang terlatih mirip bangsawan, semuanya merupakan hal-hal yang jelas akan membuat orang-orang merasa iri padanya.

Eto sudah sering menghela napas saat dia melihat rambut hitam dan wajahnya yang biasa-biasa saja yang terpantul di cermin. Ya, dia tidak dapat menemukan bagian manapun yang bisa membuatnya menang saat membandingkan dirinya dengan Ronaldo.

“Eto-kun, dalam pertarungan hari ini melawan Manticore, apa kau sadar bahwa kecerobohanmu membuatmu party kita dalam bahaya?”

“...Ya, saya benar-benar minta maaf.”

“Aku tidak perlu permintaan maafmu. Kalau kau menyadarinya, maka kau seharusnya juga sadar bahwa sihir pendukungmu tidak berguna dalam pertarungan kita, benar?”

“Hero-sama…”

“Eto-kun, sayangnya, aku harus melarangmu untuk menggunakan sihir pendukung di party ini."

“Tapi! Kalau kau melakukan itu, tidak ada yang bisa kulakukan!”

Eto secara tak sadar berteriak. Walaupun dia memang mengakui kesalahannya, bukan berarti dia bisa mengiyakan begitu saja saat Hero melarangnya menggunakan sihir pendukung, yang mana merupakan satu-satunya kemampuan khususnya.

“Eto-kun, apa yang bahkan bisa kau lakukan di pertempuran hari ini?”

Mirei, yang sejak tadi bungkam, membuka mulutnya.

“Itu…”

“Hero-sama dan Lana akan menjadi petarung garis depan, dan aku akan menangani garis belakang. Sementara itu, Eto-san bisa membantu party dengan memberikan potion dan menghentikan monster-monster tingkat rendah.”

“Tapi…”

Instruksi yang Mirei katakan padanya adalah sesuatu yang dia ajukan dengan beranggapan bahwa Eto tidak akan menggunakan sihir pendukung lagi. Itu pada dasarnya berarti dia adalah pendukung party atau bisa dibilang sebuah tugas yang tidak memerlukan kemampuannya sebagai sang sage.

“Hero-sama, sihir pendukungku masih berkembang. Bahkan sekarang, ini efektif untuk diriku sendiri, Lana, dan para kesatria serta penyihir pendamping. Karena itulah, tolong biarkan aku menggunakan sihir pendukungku.”

Eto menundukkan kepala dan meminta dengan tulus.

Saat dia masih dilatih di istana kerajaan, pemimpin pasukan sihir dan yang lainnya melihat potensi besar dalam sihir pendukung Eto. Tapi sekarang, kalau dia dilarang menggunakannya, bahkan pintu untuk kemungkinan itu pun akan tertutup.

Di samping itu, Eto berpikir bahwa jika dia bisa entah bagaimana menyelipkan sihir pendukungnya ke dalam taktik tempur party-nya, dia yakin bahwa dia akan bisa memanifestasikan kekuatannya lebih daripada yang dia lakukan sekarang.

“Eto-kun, aku tidak ingin hal-hal seperti hari ini terjadi lagi. Kita harus menunjukkan pada orang-orang kekuatan yang sebenarnya. Dengan melakukan itu, aku yakin dapat mengurangi rasa takut mereka terhadap para monster dan memperkuat kesetiaan mereka terhadap Kerajaan. Itulah alasan kenapa party hero ada, bukankah kau juga berpikir begitu? Karena itulah, aku merasa kecewa dengan bagaimana kau bertarung hari ini.”

“Hero-sama…”

Eto berhenti berpikir sesaat sementara dia mendengarkan perkataan Ronaldo. Eksistensi yang dia kagumi baru saja mengatakan kekecewaan terhadapnya. Karena itulah, tubuhnya terasa menjadi dingin, sekalipun hari itu tidak dingin.

“...Karena kecerobohanku, Manticore itu bisa mendekati kita. Tapi, kurasa itu adalah sesuatu yang sering terjadi dalam pertarungan jarak dekat. Terlebih lagi, sekalipun itu bukan aku, orang lain juga bisa menyerahkan potion pada party, ya ‘kan?”

Eto entah bagaimana berhasil mendapatkan kembali nyalinya dan mencoba mengatakan itu pada Hero.

“Kalau begitu, apa kau akan meninggalkan party ini? Kurasa adalah sebuah dosa terpilih oleh sang dewi sebagai seorang sage tapi tidak berguna dalam pertempuran. Kalau kau tidak ingin berkontribusi pada party, kau bisa pergi kapan saja, kau tahu?”

“….”

Mendengar betapa rendah hasil evaluasi orang lain terhadapnya, Eto mulai kehilangan harapan. Dia tidak ingat banyak setelah itu. Dia hanya ingat bahwa dia mengatakan pada Hero-sama bahwa dirinya akan mematuhi perkataannya. Dan sejak hari itu, Eto berhenti menggunakan sihir pendukungnya.