Permaisuri Persia

Penerjemah: Zerard


Sang permaisuri membenci perdana menteri. Sebanyak dia membenci kapten penjaga yang telah dia temui sebelumnya.

Tentu saja, ini bukanlah karena dia membenci semua orang. Bukan seperti itu. Ini bukanlah malam yang mendukung untuk mengendarai kapal pasir seperti yang sekarang melintasi udara berbasuh hujan.

“Permaisuri. Saya merasa anda sama sekali tidak bersemangat.” Bahkan angin yang menghembus di atas haluan tidak dapat menyapu nada mengusik yang ada dalam suara itu.

Jika tatapan dapat membunuh, maka permaisuri akan membunuh pria itu dengan kedua matanya sekarang. “Bagaimana tidak? Setelah apa yang aku saksikan—setelah apa yang kamu buat aku lihat?” Dia meludahkan kalimat dengan keberingasan yang tidak sepantasnya di ucapkan oleh wanita berkelahiran tinggi. Kalimat itu bercampur dengan pasir dan menghilang.

Perdana menteri memegang pedang sabit yang ada di pinggulnya dan memandang ibukota di kejauhan. Dia hanya dapat memberikan dengusan. Dia tidak menyembunyikan kulit biru kehitaman yang legam terbakar matahari yang menunjukkan bahwa dia memiliki darah dari dark elf. “Saya akui, itu bukanlah hal terbaik untuk di lakukan. Mengingat itu adalah gambaran dari persona kapten kita.”

“Terlalu…” Permaisuri menggigit bibirnya. “Kalau ayahku masih hidup, dia tidak akan pernah membiarkan ini.”

“Benar, setelah kepergian beliau, kita benar-benar sudah kehilangan pria yang hebat.” Perdana menteri menggeleng kepala. Dia mengucapkan kalimat tersebut, namun dia tidak mempercayai ucapan itu. “Sungguh, itu benar-benar meremukkan hati saya. Melihat seseorang yang saya pekerjakan melakukan metode murahan seperti itu!”

Untuk ini, sepertinya adalah sebuah kejujuran. Perdana menteri mengernyit alis dengan kepedihan, dan dia benar-benar tampak merasa menyesal. Adalah ekspresi yang sama yang dia keluarkan untuk permaisuri pada tempat kejadian perkara. Mungkin ini adalah yang hanya dia dapat lakukan; untuk terlihat senang tentang hal seperti itu akan membuat seseorang di hujat dan tidak lebih dari seekor goblin.

“Dia tidak mengerti apa yang dia lakukan. Dia hanya sekedar mengikuti idenya dari hasil kesimpulan alami.”

“Yah kaptenmu yang tidak becus dan kamu, yang membiarkannya untuk melakukan apa yang dia lakukan, kalian berdua sama saja seperti goblin.”

Ejekan ini tampak sangat  menyinggung harga diri perdana menteri. Matanya terbelalak lebar, sebuah api membara di dalamnya, dan mencoba menekan perasaannya. “Anda benar-benar percaya bahwa Ketertiban saja dapat mempertahankan sebuah negara?”

“Itulah mengapa Negara kita hancur,” Permaisuri berkata, menekan ketakutan sekejapnya, dan menarik napas dalam dan teratur ke dadanya yang besar. “Tapi mereka yang bergantung sepenuhnya pada Kekacauan juga akan bernasib sama.”

“Anda berbicara seolah anda mengetahui sesuatu tentang itu.”

“Iya. Apa kamu tahu bagaimana kamu kelihatannya sekarang?” Licik, manipulative, bodoh, dan sombong—sudah keterlaluan. “Kamu sama sekali tidak memiliki pengetahuan atau keberanian. Hanya seseorang yang haus akan kekuatan.”

Permaisuri menghela napas, memaksa lututnya untuk berhenti bergetar, dan memandang ke depan dengan tegas.

Perdana menteri tidak berniat untuk membunuh dia dengan segera, Dia telah melengserkan tahta kerajaan. Jika sang permaisuri tidak di akui sebagai pewaris sah, maka kemungkinan besar akan terjadi pemberontakan di antara masyarakat. Bisa saja untuk menekan pemberontakan itu hanya dengan kekuatan semata, namun itu akan menjadi masalah ekstra yang sangat merepotkan… Oleh karena itu, perdana menteri telah menunjukkan kepada permaisuri apa yang dia telah tunjukkan. Mungkin dia berharap itu akan mematahkan semangat permaisuri, namun harapannya telah menjadi sia-sia.

Terdapat satu hal kecil yang dapat menjadi sandaran permaisuri pada saat ini. Yaitu dengan mengirimkan sebuah quest melalui tikus peliharaannya, dia akan dapat membantu para wanita setia-yang menunggu untuk melarikan diri. Mereka akan datang dengan bantuan, permaisuri yakin. Seseorang atau sesuatu akan memusnahkan kegelapan dari Negara ini. Mereka harus.

“Ah, ya.” Perdana menteri berkata, tidak menatap permaisuri. “Jika anda berpikir tentang teman anda, maka saya akan mengatakan ini kepada anda sekarang, mereka tidak akan dapat membantu anda.”

“…!”

“Anda seharusnya sudah sangat memahami, Permaisuri, betapa ahlinya prajurit Negara kita. Saya rasa saya akan menerima penggalan kepala mereka sebentar lagi.”

Permaisuri membuka mulut untuk membalas, namun kali ini tidak ada satupun kata yang keluar.

“Anda sudah tidak memiliki banyak waktu lagi. Saya sarankan anda untuk berpikir dengan hati-hati.”

Dan dengan itu, perdana menteri tampak tidak tertarik lagi dengan permaisuri.

Permaisuri menahan rasa untuk tumbang seraya dia memikirkan jam pasir sihir yang terhubung dengan nyawanya. Ketika semua pasir itu telah jatuh, nyawa dan jiwanya akan lenyap, dan menjadi bahan permainan para jin untuk selamanya.

Perdana menteri, permaisuri yakin, tidak akan keberatan dengan hasil ini. Entah apakah karena itu membuatnya tidak perlu repot-repot merubah permaisuri menjadi boneka tak berotak atau hanya sekedar sebuah kekejaman yang begitu lekat pada sosok para dark elf…

Permaisuri hanya dapat berspekulasi tentang mengapa dia di berikan penangguhan hukum ini. Tangannya tidak terkekang, kakinya tidak terantai, namun dia dapat di pastikan menjadi seorang tahanan pada saat ini, dan ketika mereka kembali ke kastil, tentunya dia tidak akan di perbolehkan keluar dari ruangannya. Namun tetap saja—benar, untuk alasan ini—tidak ada alasan untuk memperlakukannya dia seperti tahanan mereka.

Setidaknya aku harus terus menengadahkan kepalaku. Aku lebih memilih menatap bintang di banding menunduk melihat lumpur.

Bahkan walaupun bintang-bintang itu saat ini tersembunyi di balik awan hitam.



Sebelumnya | Daftar Isi | Selanjutnya