BAB 3
(Translater : Fulcrum)


Di 2096, saat persiapan Kompetisi Sembilan Sekolah sudah dimulai, perubahan mendadak dalam cabang-cabang lomba menyeret semua murid SMA Sihir ke dalam pusaran kegelisahan.

Tapi ketika para kontestan mulai mulai berlatih untuk cabang-cabang lomba baru ini, mereka lebih fokus pada format ganda yang baru daripada lomba itu sendiri.


Sabtu, 7 Juli 2096, sepulang sekolah. Chiyoda Kanon, yang ditunjuk sebagai kontestan Ice Pillar Break mewakili SMA 1, sedang dalam suasana hati yang sangat buruk.

Dan penyebabnya bukanlah karena ia harus terpisah dari kekasihnya yang tercinta Isori Kei.

Bukan, itu jelas hanya akan makin memperburuk keadaan saja. Namun, ada alasan lain, dan penyebab utamanya adalah hasil latihan tanding yang dilakukan sebagai persiapan Kompetisi Sembilan Sekolah.

Meski disebut ‘tanding’, itu sebenarnya memang cuma latihan biasa. Mungkin lebih tepatnya, bisa dibilang ‘adaptasi pertandingan yang sesungguhnya’. Di latihan ini, tim Kanon-Shizuku, yang ditunjuk sebagai ganda di kompetisi ini, bertarung melawan Miyuki seorang, yang ditunjuk ikut di kelas tunggal. Pertandingan ini dilakukan di kolam luar ruangan yang ada di area hutan buatan. Saat itu, skor tanding mereka adalah 0 menang dan 4 kalah.

Dan sekarang, mereka sedang mempersiapkan untuk latihan kelima mereka. Dan bukan staf pendukung yang melakukan semua persiapan itu, tapi kontestan itu sendiri, Miyuki lah yang melakukan persiapannya.

Awalnya, sisa-sisa pecahan pilar es bekas latihan yang sebelumnya akan dipanasnya dan dilelehkan. Tapi daripada memanasinya, mereka menggunakan kolam yang diisi dengan air dingin, air itu bersuhu diatas nol derajat, yang mana merupakan titik lebur es.

Ditambah lagi, mereka menggunakan sihir untuk menciptakan 24 pilar es. Sihir Tipe Gerakan yang digunakan adalah sihir yang merubah koordinat suatu objek. Dengan menentukan dengan spesifik koordinat pilar dalam tiga dimensi, hal itu memungkinkan air untuk dibentuk ke dalam sebuah pilar segi empat, seolah-olah mengisi sebuah wadah segiempat.

Dan pilar-pilar itu semua akan beku seketika. Dalam jangka waktu yang sangat singkat itu, terbentuk pilar-pilar es dengan dimensi 1x1x2 meter, masing-masing sisi 12 pilar, ditempatkan di jarak yang sama satu sama lain.

Pilar-pilar es ini tampak seolah mereka dipotong dari balok es, dan di saat yang sama berukuran dan bentuk yang sama. Melihat permukaan pilar-pilar itu yang mulus sempurna, Kanon penasaran seberapa keras latihan yang dibutuhkan sambai bisa seperti ini. Namun, dia tidak bisa menyebunyikan kegelisahannya di hadapan kekuatan sihir Miyuki. Memangnya seberapa besar kekuatan sihir Miyuki, sampai bisa membentuk 24 pilar es, yang masing-masing seberat 1.83 ton, dalam waktu singkat? Kanon tidak bisa membayangkan seberapa tinggi kemapuannya, dan seberapa besar kekuatan gangguan yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan fenomena seperti itu. Memikirkan semua itu rasanya kepalanya akan meledak tapi ia tetap berusaha mencari-cari informasi itu.

Dan Miyuki melakukannya setiap sebelum tanding dengan mereka. Dan setelah itu, dia selalu berakhir menang. Bahkan satu kekalahan saja sudah cukup membuat kesal seseorang, sekarang ada empat beruntun. Bukan hanya Kanon, tapi semua orang juga akan kesal dengan itu.

“Onii-sama, persiapannya selesai.”

“Bagus. Bersiaplah.”

Paruh kedua perkataannya dimaksudkan kepada Kanon dan Shizuku. Miyuki sudah berjalan ke ‘podium’nya (sebuah elevator kayu kecil, yang mirip seperti menara di festival), yang mereka gunakan untuk perlombaan Ice Pillar Break. Tatsuya bahkan tidak meminta Miyuki untuk istirahat.

Saat ini, bisa dibilang Miyuki lawan bagi Kanon. Tentu saja, baik Tatsuya atau Miyuki tidak berpikir seperti itu, tapi Kanon merasa seperti itu.

Dia tidak boleh kalah lagi.

Meski dalam empat pertandingan sebelumnya, Kanon tidak berhasil menghancurkan satu pilar pun di bawah perlindungan Miyuki, dengan dimulainya tanding kelima ini, semangatnya memuncak lebih kuat daripada sebelumnya.


Pertandingan kelima berakhir. Kekelaman dalam diri Kanon sudah mencapai batasnya. Dia pergi dan duduk di kursi lipat dan terlihat membuang muka dan mulai tidak ingin melihat Tatsuya, yang sedang memelajari catatan hasil lima kali pertandingan mereka.

Meski dirinya kekanak-kanakan, dia tidak bisa apa-apa. Lagipula, dalam lima kali pertandingan, mereka selalu kalah pada Miyuki, tanpa bisa menghancurkan satu pilar es pun. Kanon yang bertanggung jawab untuk menyerang tidaklah aneh merasa seperti ini.

Selagi Miyuki dan Shizuku, yang terus berada di posisi mereka, melihat satu sama lain sambil kebingungan, berpikir “Apa yang harus kita lakukan?”

“Chiyoda-senpai yang menyerang, Shizuku yang bertahan. Aku tidak merasa ada yang salah dengan taktik itu.”

Saat berbicara, Tatsuya tidak melihat ke arah Kanon. Dia sibuk melakukan penyesuaian CAD Kanon sambil menaruh pandangannya di hasil latihan barusan.

Faktanya, ini juga salah satu alasan ketidakpuasan Kanon. Maksudnya bukan karna Tatsuya dirasa tidak merhargai Kanon, tapi dirinya yang menjadi orang yang mengurusi CADnya.

Dalam kompetisi kelas ganda, masing-masing atlet mendapat teknisi masing-masing per atlet. Di kelas ganda perempuan Ice Pillar Break, Kanon diteknisikan Isori. Tatsuya ditunjuk sebagai teknisi Shizuku dan Miyuki di kelas tunggal.

Dikarenakan ketiga perempuan yang berkompetisi di Ice Pillar Break ini (satu tunggal dua ganda), Tatsuya yang bertanggung jawab dua orang, ditunjuk untuk menjadi pengawas sesi latihan. Tentunya, oleh karena itu, penyesuaian CAD Kanon dilakukan oleh Isori, tapi Tatsuya lah yang mengumpulkan data yang dibutuhkan selama sesi latihan untuk dikirimkan ke Isori.

Kanon sendiri bisa menerima alasan itu. Keahlian Isori terletak dalam hal teoretis. Dalam penerapan langsung, dia lebih condong ahli dalam desain dan pembentukan simbol-simbol sihir dengan mengukir sihir. Sebenarnya, dia tidak terlalu ahli dalam kustomisasi CAD, apalagi dalam mengutak-atik Rangkaian Aktivasi. Kanon mengerti betul itu, dan tidak ingin membebani Isori dengan pekerjaan itu.

Namun, pikirannya sedang dirundung kegelisahan tak bisa dekat dengan kekasih hatinya. Terutama dari ekspresi Miyuki, yang ada di dekat Tatsuya, bersikap seperti anak manja, Kanon berpikir dalam hati “Kenapa yang melakukannya Shiba-kun, bukan Kei!”.

“Maksudmu dari segi sihir kami tidak kalah? Kalau begitu salahnya di mana?”

Karna alasan itu, bicaranya jadi tajam, bahkan nadanya juga terdengar kasar.

“Tidak ada yang salah, hanya kombinasinya saja yang buruk. Tapi ini semua normal, lagipula ini pertama kalinya Senpai dan Shizuku latihan bersama.”

Tapi Tatsuya sepertinya tidak sadar akan luapan amarah Kanon yang diarahkan kepadanya. Dia hanya dengan tenang menyampaikan apa yang ingin dikatakannya. Tapi ini bukan karena dia berlaku seperti gentlemen, sederhana hanya karena dia tidak memerdulikan keadaan psikologis Kanon sama sekali. Tatsuya, secara rasional, berpandangan kalau keadaan psikologi Kanon bukanlah urusannya, melainkan Isori.

Lawan dari ‘cinta’ adalah ‘acuh’. Ungkapan “cinta dan benci bedanya tipis” sesuai dengan perumpamaan dua sisi koin yang sama antara ‘ramah’ dan ‘acuh’, tapi orang-orang hampir selalu menganggap ‘acuh’ yang ditujukan pada mereka sebagai ‘benci’. Sikap acuh Tatsuya semakin membakar kekesalan Kanon.

“….Lalu kesalahan kami?”

Nada bicara Kanon sudah setajam silet, tapi reaksi Tatsuya tidak berubah. Responnya monoton, seperti suara mesin.

“Area sihir Senpai dan ‘Data Fortification’ Shizuku agak tumpang-tindih.”

Mendengar jawaban Tatsuya, Shizuku mendekati Kanon dan menunduk.

“Maaf, Senpai. Itu salahku.”

Miyuki memandang Shizuku, yang meminta maaf, dengan terkejut.

Dari apa yang diperhatikan Miyuki, semua itu berbeda dari apa yang Tatsuya katakan. Shizuku awalnya menggunakan ‘Data Fortification’ pada pilar-pilar di sisinya. Tapi, ketika sihir Kanon mulai mempengaruhi bukan hanya pilar-pilar di sisi Miyuki, tapi juga sedikit menyebar ke sisi mereka, Shizuku merubah cakupan ‘Data Fortification’nya menjadi keseluruhan arena, separuh kolam.

Namun, Shizuku tidak bereaksi pada tatapan Miyuki sama sekali, dan Tatsuya sependapat dengan pemintaan maaf Shizuku.

“Benar. Untuk melawan Kekuatan Gangguan sihir Miyuki, kau melebarkan cakupan ‘Data Fortification’ menjadi keseluruhan kolam. Tapi, ‘Data Fortification’ adalah sihir yang lebih cocok digunakan pada satu benda tunggal daripada digunakan dalam skala luas. Pada Ice Pillar Break, kau tidak akan kalah selama masih ada satu pilar yang berdiri, jadi kau juga perlu memerhatikan target ‘Data Fortification’mu, Shizuku.”

Mendengarkan masukan Tatsuya, Miyuki merasa kalau kakaknya juga tahu betul apa yang dipahaminya. Ditambah lagi, perkataan kakaknya sepertinya berdampak pada kondisi psikologi Kanon.

Shizuku memahami semua itu sama seperti Miyuki. Dia meminta maaf pada Kanon untuk alasan yang sama.

“Ya, tidak apa-apa.”

Itulah kenapa Shizuku bisa menerima teguran itu dengan mudah. Sebaliknya, dia lega karna pada akhirnya semua berjalan dengan baik-baik dan semua masalah terselesaikan dengan mulus.

Tentu saja, inilah mengapa wajah Shizuku, yang biasanya selalu memasang kesan anteng, tersenyum cemerlang seperti anak anjing yang menunggu untuk dielus-elus. Seakan terbuai senyuman itu, Tatsuya juga ikut membalas senyuman itu.

Miyuki seketika mendorong masuk dirinya di antara Tatsuya dan Shizuku yang masih memasang senyuman di wajahnya.

“Onii-sama, apa ada masukan untukku?”

Wajah Shizuku kembali datar seperti biasa untuk menyembunyikan ketidaknyamanannya.

Tatsuya menunjukkan senyuman kecut, menunjukkan ekspresi seakan berkata “Apa yang harus kubilang untuknya”.

“Miyuki, aku akan memberi masukan untukmu saat kau kalah. Tapi aku akan menghukummu kalau kau sampai ceroboh dan sengaja membuat dirimu kalah.”

“…Onii-sama…. T-Tentu saja, aku tidak akan sengaja mengalah. Itu tidak sopan pada Senpai dan Shizuku.”

Wajah Miyuki agak memerah saat dia menjawab Tatsuya dengan nada seperti tersinggung.

Sepertinya bagi Kanon semua atmosfer ini menyiksa dirinya, dan kenyataan kalau mereka berdua tidak kelihatan seperti sepasang kekasih (Tatsuya dan Miyuki ialah sepasang kakak-adik bukan kekasih), melainkan seperti tuan dan anjing peliharaan kesayangannya. Melihat pemandangan Miyuki dan Shizuku dengan Tatsuya, terpampang nyata di depan matanya, dalam hati Kanon kesal dan berkata “Apa aku bisa tetap sabar dengan semua ini sampai hari-H kompetisi?”.

Tampaknya, dia sendiri tidak sadar kalau sikapnya pada Tatsuya sekarang sudah ‘tidak sabar’. 

◊ ◊ ◊

“Duhhh, kesalnya!!”

Malam harinya, Kanon menerobos masuk kamar Isori, meluapkan semua kekesalannya yang tertimbun hari itu.

“Kanon, apa yang terjadi?”

Meskipun sebagai sepasang kekasih mereka bisa paham keadaan satu sama lain hanya dari sekali pandang, tetap saja Isori tidak bisa tahu permasalahannya hanya dari satu kalimat itu saja. Oleh karena itu, pertanyaan Isori cukup masuk akal.

“Kei, kau tahu ya!”

Kanon sepertinya sudah menunggu-nunggu pertanyaan ini, dan dengan tidak sabaran mendekatkan dirinya ke Isori.

“Dia mengejekku! Shiba-kun itu! Jengkel rasanya!!”

“Shiba-kun?” tanya Isori ragu. Tatsuya yang dikenalnya tidak akan melakukan provokasi tidak berguna seperti itu.

“Ya! Aku membicarakan latihan hari ini!”

Dengan awalan itu, Kanon membicarakan tentang kejadian latihan hari itu dan kekalahannya lima kali berturut.

“Karna kesalahanku sihirnya jadi tumpang-tindih! Tapi si bodoh itu tidak mengatakan kesalahanku! Dia mengira aku lebih senang kalau dia melimpahkan kesalahan itu ke Kitayama-san!? Apa-apaan itu!?”

“….Aku rasa Shiba-kun tidak punya maksud seperti itu.”

“Menyebalkan sekali saat ada orang yang berusaha membohongimu untuk menjaga perasaanmu, hanya karena orang itu perempuan!”

“Kurasa maksudnya bukan seperti itu, Kanon.”

“Huh!?”

Merasa kalau tunangannya ini bukan hanya berusaha menenangkannya, Kanon memandang Isori dengan wajah bingung. Reaksi tak terduga ini membuat Kanon yang berapi-api seketika diam.

“Mungkin Shiba-kun takut kalau atmosfernya jadi canggung. Bukan hanya seperti itu. Dia takut nantinya latihan itu terhambat dengan kecanggungan. Karena Shiba-kun mencegah adanya waktu terbuang dalam kondisi perombakan lomba saat ini.”

Bahkan Kanon bisa menerima penjelasan itu, menyadari kalau kecanggunangan antara dirinya dan Shizuku terhadap Miyuki bisa berujung buruk pada latihan itu. Namun, tetap saja Kanon tidak senang akan sikap Isori yang membela Tatsuya.

“Shiba-kun bukanlah satu-satunya yang jadwalnya sibuk. Aku dan Kei dan Hattori-kun dan Nakajou-san juga sibuk. Tidak, kurasa Nakajou-san yang paling kewalahan.”

“Kau benar.”

Isori tidak menanggapi perkataan Kanon. Bukan berarti dia tidak menggubrisnya, dia hanya mendengarnya saja. Dengan ekspresi serius di wajahnya, dia menatap langsung mata Kanon, menahan keinginan Kanon untuk menyanggah hal tersebut.

“Aku yakin di antara kita semua, Shiba-kun lah yang paling serius memikirkan kompetisi-kompetisi baru, aturan-aturan baru dan taktik yang bisa digunakan. Tahun ini Shiba-kun bertanggung jawab untuk Ice Pillar Break kelas ganda perempuan dan kelas tunggal perempuan, Shield Down kelas ganda laki-laki dan kelas tunggal laki-laki, Rower and Gunner kelas ganda perempuan dan kelas tunggal laki-laki, Shield Down divisi kelas 1, Mirage Bat, Monolith Code, Steeplechase Cross-country kelas perempuan. Itu total sudah sepuluh lomba dan sebelas atlet yang diurusnya. Tidak ada seorang pun dari enam teknisi kelas 2 dan 3 kita yang pekerjaannya seberat Shiba-kun.”

“Ya, perbedaannya hanya tiga orang.”

Isori mengabaikan bantahan Kanon dengan senyuman. Karna dia tahu kalau Kanon sendiri paham kalau rajukannya tidak ada artinya.

“Ini karna Shiba-kun ingin membangun regimen latihan yang seefisien mungkin. Lihat ini.”

Isori pergi mengambil dan menyodorkan e-paper dari laci mejanya lalu menunjukkan pada Kanon.

“….Oh. Semuanya dijelaskan rinci di sini.”

E-paper itu berisikan data yang diperoleh dari setiap latihan.

“Selagi kita di sekolah, Shiba-kun mengirimkan ini ke terminalku. Aku terkesan dengan betapa terperincinya ini semua. Kau bisa tahu apa yang perlu ditingkatkan hanya dengan membaca data ini.”

Sampai di titik ini, Kanon sudah berhenti mengomel. Bahkan baginya, dengan pengetahuannya dalam teknik sihir yang rendah, jelas akan terlihat bodoh jika dia terus mengomel.

“Karena itu, rasanya tidak baik kalau kita asal menyimpulkan semuanya…. Karena Shiba-kun tidak sedang mengejekmu, Kanon. Aku sangat yakin akan itu. Dia adalah orang yang baik tanpa punya maksud apa-apa.”

Sebenarnya, Isori tidak paham mengapa Tatsuya terburu-buru. Satu-satunya hal yang bisa diketahuinya ialah kalau Tatsuya terburu-buru agar dapat memenangkan Kompetisi Sembilan Sekolah.

Tapi yang terpenting, ini semua cukup untuk menenangkan Kanon.

◊ ◊ ◊

Minggu pagi, 15 Juli. Di lapangan latihan Kompetisi Sembilan Sekolah, latihan, yang terhambat UTS, yang berlanjut dari kemarin masih dimenangkan Miyuki.

Kanon tahu kalau dia sendirilah penyebab kekalahan ini. ‘Mine Genesis’ miliknya sedikit menyentuh baris terdepan pilar es mereka di tengah kolam, jadi Shizuku menggunakan kekuatan ‘Data Fortification’nya bukan hanya untuk merubah suhu saja, tapi juga memperkuat efek ‘Mine Genesis’. Oleh karena itu, bahkan dengan kekuatannya untuk merubah fenomena, dia tidak bisa melindungi dirinya sendiri dari sihir Miyuki.

Dengan kesuksesan serangan mereka, mereka akhirnya berhenti kalah tanpa menghancurkan satu pilar pun. Rangkaian Sihir ‘Mine Genesis’ buatan Isori, digabungkan dengan serangan secara vertikal dan horizontal, optimal untuk menghancurkan pilar-pilar es. Tapi bahkan itu semua tidak mampu menghentikan Miyuki sepenuhnya.

Sejauh ini, hasil terbaik mereka, 3 dari 12 pilar berhasil dihancurkan. Dan di sisi Kanon kali ini semua pilarnya hancur. Kecepatan ini lebih cepat daripada saat pertandingan Shizuku dan Miyuki di divisi kelas 1 tahun lalu. Miyuki sudah berkembang sejak itu, tapi Shizuku juga berkembang. Hasilnya saat ini lebih buruk daripada saat latihan satu lawan satu, jelas sekali karena Kanon hanya menghambat sihir Shizuku.

Kanon belum bisa menguasai dengan baik kontrol cakupan sihirnya. Kekuatan, kecepatan dan ketahanan sihirnya sempurna, tapi akurasinya kacau. Dia tahu betul kelemahannya ini. Dan semuanya juga tahu. Jujur saja, Kanon tidaklah cocok dalam kelas ganda, tapi ‘Inferno’ milik Miyuki ialah sihir berkekuatan besar dan tidak cocok dalam kelas ganda. Sihir Miyuki unggul baik dari segi kekuatan dan kecepatan, jadi tidak ada pilihan lain selain memasukkan Kanon ke kelas ganda.

Tahun ini, sebenarnya Kanon ingin menolak untuk terlibat dalam Kompetisi Sembilan Sekolah bahkan dalam seleksi atlet sekalipun.

“Mari kita istirahat sebentar” usul Tatsuya.

Tidak peduli tatapan adik kelasnya padanya, Kanon menundukkan kepalanya kesal.


“Chiyoda-senpai, kau perlu merubah pola pikirmu.”

Tatsuya berjalan mendekat dan berbicara pada Kanon, yang duduk di bangku untuk mengatur napas, tanpa basa-basi.

“Pola pikir?”

Dia melihatnya berjalan ke arahnya, jadi jelas sekali perkataan itu ditujukan padanya.

“Shizuku juga perlu mendengar ini.”

Tatsuya memulai penjelasannya pada Kanon, yang melihat ke arahnya, dan Shizuku, yang sedang memandanginya terus.

“Sebenarnya, aku bukan ingin Chiyoda-senpai, tapi Shizuku untuk merubah pola pikirnya. Bagaimanapun juga, kemenangan dalam Ice Pillar Break hanya bisa dicapai dengan menghancurkan semua pilar di sisi lawan. Tidak apa-apa kalau hanya satu pilar saya yang tersisa di sisi kita.”

“Aku mengerti” jawab Kanon. Shizuku mengangguk mengiyakan.

Kanon meraih posisi pertama hanya dengan taktik itu tahun lalu. Tidak ada gunanya menjelaskan itu padanya.

“Kalau begitu, berhenti melindungi semua pilar kalian.”

“….Maksudmu kita tidak perlu melindunginya sama sekali?” tanya Shizuku. Kanon tidak bisa menjawabnya langsung, karna dia sendiri sedang sibuk berpikir mengapa Tatsuya menyarankan hal itu.

“Separuh benar. Tentu saja, bukan benar-benar tidak melindungi sama sekali.”

“Oh, begitu maksudnya” jawab Kanon dan Shizuku bersamaan. Dan mereka berdua mengatakannya dengan nada dan cara bicara yang sama, lambat dan panjang di akhir, yang mana terdengar agak aneh. Miyuki hanya bisa menahan tawanya dan menjaga ekspresinya terlihat netral.

“Dan lebih jelasnya….”

Seperti sedang menjadi guru untuk Kanon dan Shizuku, Tatsuya, tanpa banyak omong, mulai menjelaskan rencana yang telah disusunnya.

“Lupakan saja pilar-pilar di dua baris pertama, dan fokuskan ‘Data Fortification’ di empat pilar baris belakang.”

Tatsuya melihat ke arah Shizuku. Dia mengangguk merespon tatapannya itu.

“Chiyoda-senpai, Senpai tidak perlu memerdulikan apa yang ada di sisi kalian dan fokus saja dengan milik lawan.”

“Dan bagaimana kalau selama ini aku memang sudah begitu?”

Kanon memandang Tatsuya langsung di matanya.

“Kalau begitu tingkatkan lagi sekarang.”

Tatsuya tidak tertekan sama sekali.

“….Aku paham.”

Sebenarnya, Kanon tidak yakin dia bisa benar-benar hanya fokus menyerang. Dia sangat khawatir kalau sihirnya akan mengganggu milik Shizuku.

Kanon menyimpulkan kalau tidak akan apa-apa jika mereka tidak melindungi pilar-pilar di dua baris terdepan, maka dia tidak perlu khawatir terjadi sihir yang tumpang-tindih. Tidak peduli seberapa cerobohnya dia, serangannya tidak akan sampai menggenai pilar baris belakang mereka. Kanon merasa lega seakan-akan gunung yang diemban di bahunya sudah terangkat.

“Selain itu, kurasa mulai sekarang, kita perlu berhenti latihan bertiga.”

“Onii-sama, boleh aku tahu kenapa alasannya?”

Mendengar hal tersebut, hanya Miyuki saja yang bisa bereaksi. Namun bahkan di saat seperti ini ia tetap tidak bisa memahami rencana kakaknya.

Tentu saja, Tatsuya akan menjelaskan rencananya, meski tidak ada yang bertanya seorang pun.

“Jalannya kelas tunggal dan ganda sangat berbeda jauh. Di kelas ganda, kalau tidak ada kerja sama yang baik sesama pasangan maka mereka akan lemah. Di kelas tunggal tidak ada hal seperti itu. Kalau kau terbiasa menang dengan memanfaatkan hal tersebut, maka kau tidak akan terbiasa menghadapi hal-hal di luar dugaan yang mungkin muncul di saat kompetisi.”

Tatsuya menyarankan perubahan format latihan mereka bukan hanya karena Miyuki.

“Di sisi lain, di kelas ganda, kunci utamanya jugalah memanfaatkan kelalaian lawan, terutama dalam hal serangan. Hal tersebut penting ada bahkan dalam latihan sekalipun.”

Kali ini, Kanon mengangguk-angguk, seolah menunjukkan kalau dirinya setuju akan pentingnya apa yang Tatsuya katakan.

“Kalau begitu apa latihannya dilakukan dengan tim laki-laki saja?”

Tatsuya mengangguk dengan senyuman kecil pada jawaban Miyuki, membenarkan tebakan adiknya.

“Ya. Mulai sekarang aku akan membicarakan hal ini dengan mereka. Aku permisi pergi dahulu. Untuk saat ini lanjutkan dulu dengan format lama.”

“Ok.”

“Uh-huh.”

“Baik.”

Tiga jawaban diberikan dari gadis-gadis itu pada Tatsuya, yang sedikit menunduk pada mereka.

“Teknisi tim laki-laki adalah Isori-senpai, jadi mulai sekarang, aku dan Senpai akan bergantian mengawasi latihan ini” tambah Tatsuya sebelum pergi meninggalkan mereka ke gedung persiapan.

Dari perkataannya ini, Miyuki memasang wajah tidak senang, dan Kanon, sebaliknya, terlihat bersinar-sinar.

◊ ◊ ◊

Minggu, 22 Juli. Tatsuya dan Miyuki sudah mengabari sebelumnya kalau mereka baru bisa datang ke latihan setelah jam makan siang dikarnakan adanya urusan penting. Di pagi harinya, latihan atlet Ice Pillar Break dimulai di bawah pengawasan Isori.

“Shizuku, aku datang menemuimu.”

“Ah, Honoka.”

Honoka adalah atlet Mirage Bat, dan seharusnya Tatsuya lah teknisinya. Meski dia bisa berlatih tanpa adanya teknisi, tapi dia tidak ada antusias dan konsentrasi untuk melakukannya.

Di kolam, pilar-pilar es sedang disiapkan. Ketika Miyuki membuat semua ini, dari mata orang lain hal ini terlihat mudah, tapi jika dilihat dari orang-orang lain yang kesulitan melakukannya, mulai bisa dipahami seberapa unggul kekuatan sihir Miyuki dibanding mereka.

“Bagaimana keadaanmu? Sudah terbiasa dengan taktik baru?”

Shizuku menunjukkan sebuah senyuman getir menjawab pertanyaan Honoka.

Orang selain Honoka mungkin tidak akan menyadari itu.

Tapi Honoka dapat dengan mudah memahami masalah yang ada dalam diri sahabatnya.

“Sihirnya sendiri mudah, tapi rasanya ada sesuatu yang salah….”

“Sesuatu yang salah? Apa kau merasa tidak tenang tidak melindungi pilar-pilarmu?”

“Ya. Aku tahu itu tidak terlalu berpengaruh dalam kalah menang, tapi tetap saja….”

“Shizuku, aku tahu kau tidak suka kalah. Hanya saja kau tidak suka ada orang yang menghancurkan pilarmu bukan?”

Honoka tertawa sambil menjawab Shizuku yang berbalik darinya.

Kebingungan Shizuku tidak berubah sama sekali, tapi di mata Honoka wajah sahabat karibnya memerah.

Selagi mereka berbicara, persiapan pilar es sudah selesai.

“Bersiap di posisi” perintah Isori. Shizuku bangkit dari bangku.

“Aku pergi dulu.”

“Tunggu sebentar Shizuku. ……Omong-omong, dimana Chiyoda-senpai?”

“Di sana.”

Honoka melihat ke arah yang ditunjuk Shizuku. Di sana ada Kanon yang melingkarkan lengannya menempel pada Isori.

“Dan Miyuki tidak bisa seperti itu.”

Shizuku tertawa akan hal itu. Memang benar, tidak peduli seberapa dekat hubungan Miyuki dengan Tatsuya, dia tidak akan pernah melingkarkan lengannya menempel pada Tatsuya di hadapan mereka semua. Tidak benar menyamakan sikap antara kakak-adik dengan sepasang kekasih, tapi dalam hal itu Miyuki kelihatan lebih bisa menahan diri daripada Kanon.

Melihat gelagat pasangan ini tidak menumbuhkan emosi negatif dalam dirinya.

“Ahaha…. Aku bahkan agak sedikit iri melihatnya….”

Melihat Kanon, Honoka secara tidak sadar mengeluarkan isi hatinya.

“Semangatlah!”

Dan Shizuku pergi sambil mengatakan itu pada Honoka untuk membesarkan hatinya.


Meski ini latihan tim laki-laki lawan perempuan, jika dilihat dari jalannya latihan, sangat tidak terasa seperti laki-laki lawan perempuan. Kedua pihak sudah mulai kelelahan setelah bertanding beberapa kali. Oleh karena itu, tidak ada yang diuntungkan dengan latihan ini.

Tapi tetap saja….

Latihan ini membuahkan hasil yang mengecewakan bagi para laki-laki.

“Menang!”

Di seberang Kanon, yang kegirangan sambil membentuk tanda V di jarinya, pasangan laki-laki sedang menggertakkan gigi kesal dengan kekalahan mereka.

“Kanon, jangan seperti itu selama latihan.”

Kanon menunujukan V itu bukan kepada lawan mereka, melainkan Isori. Meski Kanon merasa kalau semua pemenang berhak memamerkan kemenangan mereka, dia bukanlah orang yang tidak peka. Tapi itu tidak merubah fakta kalau dia sedang merayakan kemenangannya di depan lawannya. Bukti ketidakdewasaannya tidak bisa dipungkiri bahkan oleh tunangannya, Isori, sekalipun.

“Ba-Baiklah.”

Kanon hanya bisa menunduk setelah ditegur Isori. Namun, wajahnya tetap terlihat ceria, tidak ada sedikit pun rasa bersalah.

Bahkan akan lebih baik kalau dia bisa belajar dari situasi seperti ini. Saat ini, bukan hanya Shizuku, yang terbiasa dengan sikap pasangan ini, tapi semua orang di sana memandang mereka sebagai pasangan yang kasmaran.

Persiapan pilar-pilar dimulai kembali, dan Shizuku kembali ke bangkunya. Seharusnya dia mendapatkan data untuk CADnya, tapi Isori saat ini sedang mengerjakan milik Kanon. Selain itu…

“Taktiknya luar biasa! Hebat seperti biasa.”

Yang dimaksud Honoka di sini adalah taktik yang dicetuskan Tatsuya berjalan dengan baik. Dan Shizuku juga merasa kalau semuanya tidak perlu perubahan lagi.

Isori juga tidak banyak bicara dengan Kanon, dan tidak melakukan penyesuaian apapun. Tim perempuan terlihat sangat rileks jika dibanding dengan laki-laki, yang mana kedua atlet itu dengan teknisi mereka sedang pusing dengan perubahan di sana sini.

◊ ◊ ◊

5 Agustus, hari pertama Kompetisi Sembilan Sekolah. Pada hari ini, diadakan babak penyisihan Ice Pillar Break kelas ganda laki-laki dan perempuan dan kelas ganda Rower and Gunner.

“Semisal waktu lombanya bertabrakan, maka aku tidak punya pilihan lain selain menyerahkan semuanya kepada Isori-senpai.”

“Sepertinya kita tidak perlu mengkhawatirkan hal itu.”

Pagi harinya, mereka datang ke tenda SMA 1, mereka adalah orang-orang pertama yang mendapat akses situs komite kompetisi yang berisikan jadwal kompetisi. Tatsuya berbicara dengan lega, dan Isori menjawabnya dengan senyuman di wajahnya. Sekarang mereka sedang membaca jadwal hari itu.

Tatsuya bertanggung jawab atas Shizuku di Ice Pillar Break dan Eimi di Rower and Gunner. Mereka berdua di bawah binaannya, tapi jikalau kompetisi Eimi dan Shizuku bertabrakan, maka dia tidak punya pilihan selain meminta Isori untuk menggantikannya, membuatnya mengawasi dua atlet sekaligus, Kanon dan Shizuku.

Secara umum, di Ice Pillar Break dan Rower and Gunner, teknisi tidak terlalu berperan besar. Maka dari itu bukanlah masalah besar jika dua atlet hanya diawasi satu teknisi. Namun, Tatsuya tetap tidak tenang jika harus melepaskan atlet binaannya begitu saja.

Kalau saja berakhir kacau, maka dia akan malu bukan main.

Jadwal perlombaannya sebagai berikut : Eimi ada di slot waktu pertama di pagi hari, dan Shizuku ada di slot keempat dan ketujuh. Dengan begitu, jadwal mereka tidak ada masalah.

Tatsuya berbicara sebentar dengan Isori dan pergi ke tempat kompetisi Rower and Gunner.

Tapi bukan Isori yang terlihat lega, melainkan Shizuku lah yang tersenyum lega melihat Tatsuya.

“Apa kau lega jadwal Shiba-kun tidak bertabrakan?” tanya Isori yang tersenyum melihatnya.

Shizuku, yang tidak menduga akan ditanya itu, memalingkan wajah malunya dan dengan suara kecil menjawab “Tidak”.

“Benarkah? Aku pribadi lega dengan ini. Walau malu mengatakannya, tapi aku tidak bisa menyesuaikan CAD semahir Shiba-kun. Aku sudah biasa melakukannya untuk Kanon, jadi semuanya akan lancar jika orangnya dia, tapi aku tidak yakin bisa memberikan hal yang sama jika aku yang mengerjakan punya Kitayama-san. Karena semakin tinggi kekuatan sihirnya, semakin sulit untuk dikustomisasi CADnya.”

“Apa-apaan maksudmu! Kalau yang kerja Kei, pasti semuanya beres!”

Kanon muncul dari belakang Isori dan menepuk keras punggungnya sambil meneriakkan itu. Tampaknya, tepukan itu cukup sakit, karena dari suaranya saja sudah cukup keras. Namun, Isori hanya tersenyum bingung dengan semua itu. Karena dia tidak sedang mengeluh, tapi cuma sekadar menenangkan adik kelasnya. Tapi kenyataannya, semuanya berbeda dari bayangannya, dan mengingat apa yang Kanon katakan, dia merasa malu dengan antusiasme tunangannya itu.

“Bahkan jika Tatsuya-san…. Shiba-kun tidak ada waktu, maka semuanya pasti akan baik-baik saja…. Itu pasti.”

Shizuku menyampaikan apa yang ada di pikirannya kepada Isori.

“Shiba-kun menyesuaikan CADku dengan sangat teliiti sampai-sampai sudah tidak perlu dilakukan penyesuaian apapun sebelum kompetisi. Sebaliknya, baik aku maupun Akechi-san sudah paham akan ini dikarenakan kemungkinan bertabrakannya jadwal kami berdua.”

“Ahahaha, itu benar.”

Shizuku berbicara dengan nada yang serius, tapi Isori hanya tertawa membalasnya. Shizuku mungkin mencoba untuk mengurangi kecemasan Isori, dan dia menerima itu dengan baik.

Namun, perkataan Shizuku, tergantung dari sudut pandang pendengar, bisa diartikan “Sejak awal aku memang tidak berharap pada Isori-senpai”. Isori sendiri menyadari hal itu.

Dan Shizuku tidak, Kanon pun juga. Mereka mulai berbicara dengan santai.

(Kalian berdua tetaplah seperti ini. Setidaknya sampai selesai ronde final besok lusa.)

Doa Isori dalam hari.


Ketika Rower and Gunner telah usai, dan Tatsuya kembali ke tenda SMA 1, ronde kedua Ice Pillar Break kelas perempuan masih berjalan.

“Kerja bagus. Sepertinya hasilnya baik.”

Isori, yang menonton Eimi lewat monitor, menyapa Tatsuya yang baru saja kembali dari pekerjaannya dengan senyuman.

“Terima kasih banyak. Kunisaki-senpai dan Akechi-san sudah bekerja keras.”

Azusa bergabung dalam pembicaraan itu dari belakang Tatsuya dengan bersemangat.

“Kerja mereka berdua, tentu saja, sempurna, tapi kemampuan Shiba-kun juga luar biasa kali ini.”

Taktik Tatsuya untuk menyelesaikan kompetisi itu dalam sekejap harus digagalkan oleh intervensi pihak ketiga.

“Aku sudah memperkirakan mereka akan menggunakan ‘Invisible Bullet’, tapi tidak kukira mereka akan mengkombinasikannya dengan Loop Cast. Membuat sihir mereka seperti machine gun.”

“Aku sendiri juga kagum dengan keefektifan penggunaan Loop Cast, tapi perhatianku lebih tertuju “Invisible Bullet’ yang seperti shotgun. Lagipula, kunci utama Rangkaian Sihir itu adalah menciptakan tekanan di dua titik ‘kan? Kau sudah berhasil menjaga kestabilan sihir itu seperti aslinya. Aku tidak bisa berkata apa-apa selain memuji kerjamu luar biasa.”

“Bukan itu yang berpengaruh. Cardinal Code-lah yang menciptakan tekanan yang unik dan esensial sihir itu, tetapi, kerangka sihirnya diambil dari sihir lain yang berperan dalam membidik. Kichijouji Shinkurou menyamarkan sihirnya sedemikian rupa hingga tak terlihat.”

“Uh, aku baru tahu.”

Kanon, yang mana sejauh ini menahan dirinya dalam pembicaraan ini, karena topiknya tidak ia mengerti, secara tak sadar menyatakan apa yang ada di pikirannya keras-keras kepada Tatsuya.

“Bagaimanapun juga, mungkin dia melakukan penelitian di Institusi Penelitian Sihir Kanazawa. Ini sendiri sudah sering terjadi, ketika mempublikasikan suatu Rangkaian Sihir, sang pencipta akan sengaja merombak hasil penelitiannya hingga merubah struktur asli sihirnya agar semakin rumit. Ini dilakukan agar sang pembaca tidak dapat mempelajari seluk-beluknya dengan mudah.”

Kemungkinan besar, bukan Kichijouji yang melakukannya, yang notabene masih 13 tahun saat itu, melainkan para staf senior institusi itulah yang menambah-nambahi sihir tersebut.

“Jadi begitu. Bahkan hal seperti itu tidak dapat menghentikan Shiba-kun.”

Azusa tidak sadar kalau dia sudah ‘menginjak ranjau’. Tapi ‘ledakan’ Tatsuya tidak terjadi karena ia sudah harus bergegas ke area tunggu Ice Pillar Break.

Ice Pillar Break tahun ini, selain inovasi mereka membuatnya juga dalam kelas ganda, regulasinya berubah.

Sampai tahun lalu, 24 atlet akan bertanding dalam format kompetisi, dan tiga atlet terbaik akan masuk ke babak final.

Dan tahun ini, sembilan tim dibagi ke tiga grup, dan dalam babak penyisihan setiap tim terbaik dari masing-masing grup lah yang akan masuk ke babak final. Hari ini, akan dimulai kompetisi kelas tunggal yang diadakan dalam sembilan pertandingan di babak penyisihan.

Bagi pasangan Kanon-Shizuku, pertandingan pertama mereka ada di urutan keempat. Lawan mereka adalah tim dari SMA 7, yang salah satu anggotanya adalah atlet ‘Battle Board’ yang bernasib malang tahun lalu. 

Sudah diketahui semua orang kalau insiden tahun lalu adalah kerja sindikat kriminal, dan jelas posisi SMA 7 saat itu ialah sebagai korban. Kanon juga paham kalau sama sekali tidaklah logis menyalahkan SMA 7 atas insiden yang juga berdampak ke Mari.

Tapi logika dan emosi berjalan sendiri-sendiri. Moral Kanon yang tinggi membuatnya tidak sabar untuk memulai pertandingannya.

“Jadi…. kalian akan pakai itu?” tanya Isori pada Kanon. Tatsuya, yang mana, dari pengalamannya tahun lalu, paham betul keseriusan Shizuku dalam hal seperti ini, bisa memahami pilihan kostum mereka, yang hanya beda warna. 

“Hmmm iya. Cantik ‘kan..” jawab Kanon terang-terangan. Bakiaknya berbunyi keras pada setiap langkahnya.

‘Kostum’ mereka berdua bukan kostum jalan-jalan, tapi yukata, yang biasa dikenakan di festival.

Isori meminta bantuan Tatsuya.

Tatsuya tahu kalau sudah terlambat untuk bilang sesuatu, tapi sepertinya tidak sopan jika membiarkan Isori begitu saja, jadi dia menjawabnya.

“Shizuku, kau terlihat luar biasa tahun ini.”

“Jujur padaku…. Apa ini cocok denganku?”

“Ya. Biru-mu tahun lalu juga bagus, dan paduan merah-ungu tahun ini juga sangat cocok denganmu.”

“Huh, terima kasih.”

Wajah Isori menunjukkan suatu keputusasaan yang mendalam.

Kanon melirik ke arah tunangannya dengan wajah kesal, tanpa perlu bicara sepatah katapun wajahnya sudah berkata seperti ini, “Shiba-kun saja bisa berkomentar seperti itu, dan kau…..”


Para penonton riuh dengan tepuk tangan ketika para atlet masuk ke area kompetisi. Mungkin ini yang paling riuh sejauh ini.

Pasangan SMA 7, mengenakan kostum sailor (pelaut), menaiki platform di satu sisi lapangan. Kostum mereka bukan seperti pelaut di laut, melainkan seragam sailor anak SMA di abad 20. Atasan mereka punya kerah putih khas seragam sailor, dan bawahannya rok warna biru laut. Birunya bukan biru biasa, tapi biru gelap yang khas kelautan yang menjadi karakter SMA 7…. Setidaknya itulah pikir semua orang, tidak peduli apa alasan mereka memilih mengenakan itu.

Di sisi lain lapangan, pasangan SMA 1 tampil dengan yukata di platform. Yukata Kanon warna biru gelap yang memberi kesan dewasa dengan corak seperti kembang api, dan milik Shizuku warna merah-ungu dengan kesan feminin berhiaskan corak kembang api yang sama. Warna yukata mereka dipilih untuk menyesuaikan dengan musim dan tradisi yang mana saat itu musim panas.

Baik pasangan SMA 1 dan SMA 7 punya jumlah pendukung yang bisa dibilang sama banyaknya.

“Mau bagaimanapun juga, dukungan mereka tidak berpengaruh dalam hasil.”

Di ruang observasi staf teknis, terletak di belakang platform atlet, Tatsuya menggumamkan sesuatu yang dipahami semua orang.

Sebenarnya, bahkan Tatsuya sudah lelah secara psikis setelah latihan Ice Pillar Break kelas perempuan.

“Yang paling penting para atlet bisa bersenang-senang, bukan? Kurasa bersenang-senang adalah bagian dari Kompetisi Sembilan Sekolah.”

Isori yang sebelumnya hanya diam saja, sekarang terlihat cerah.

“Ya, sepertinya pertandingan akan segera dimulai.”

Lampu merah sudah mulai menyala di tiang aba-aba masing-masing sisi lapangan.

Segera setelahnya lampu itu berubah menjadi kuning lalu hijau, dan seketika pertandingan pun dimulai.

Tatsuya dan Isori segera berhenti berbicara dan menaruh perhatian penuh mereka pada para atlet.

Warna lampu telah berubah. Pertama kuning. Lalu hijau.

Dari tempat pertandingan pecah sebuah ledakan menggelegar.

Itu adalah suara hancurnya pilar-pilar es, yang massanya masing-masing sekitar 1.83 ton.

Pilar es baris depan SMA 7 hancur, ambruk ke pilar-pilar di belakang mereka. Hal tersebut menyebabkan tabrakan.

Pilar es pertama, kedua, ketiga SMA 7 hancur satu per satu.

Tim SMA 7 tidak diam saja dihadapkan dengan pemandangan itu.

Saat ini, ketika pilar keempat mereka tumbang, delapan pilar sisanya berkumpul di tengah membentuk suatu balok es.

“Masuk akal. Jadi begitu taktik mereka.”

Isori bergumam dengan santai. Pilar-pilar es itu jelas akan lebih sulit untuk dihancurkan jika digabung jadi satu.

“Tapi, itu langkah yang salah. Lagipula, Kanon punya ‘Mine Genesis’.”

Di saat yang sama, Kanon meningkatkan Kekuatan Gangguan sihirnya untuk merubah fenomena.


Setelah berhasil bertahan dengan dengan menggabungkan delapan pilar es mereka, SMA 7 beralih ofensif.

Pilar-pilar es SMA 1 mulai berguncangan satu per satu.

Satu, dua, tiga. Tidak ada tanda-tanda perlawanan sama sekali.

Teriakan datang dari pendukung SMA 1.

SMA 7 pun tidak berhenti menyerukan teriakan mereka.

“Kecelakaan kah itu!” 

“Serang mereka!”

Namun, usaha SMA 7 berhenti setelah hancurnya pilar kedelapan.

Pilar kesembilan hancur.

Baris belakang pilar es SMA 1 tidak bergeming sedikit pun.

Pasangan SMA 7, yang sudah yakin akan kemenangan mereka yang pasti, terlihat panik, dihadapkan dengan keadaan yang berbalik.

Atlet SMA 7, yang punya peran defensif, mulai ganti peran jadi ofensif.

Meski begitu, mereka tidak bisa mengatasi ‘Data Fortification’ Shizuku.

Dan di saat yang sama juga sihir Kanon selesai.


“Kasar sekali. Apa mereka sebegitunya ingin selesai cepat?”

Tatsuya menggumamkan opininya tentang kondisi psikis pasangan SMA 7.

“Dan kita menang” sambung Isori, melihat kalau ini saatnya sihir Kanon selesai terbentuk.

Mine Genesis, sihir yang dikuasai Kanon dan Keluarga Chiyoda.

Sihir ini menciptakan getaran kuat pada benda padat, memanfaatkan permukaan tanah sebagai perantara.

Dan getaran itu cukup kuat untuk menghancurkan balok es.

Taktik menggabungkan pilar-pilar es jadi satu balok hanya semakin memudahkan Kanon, membuatnya tidak perlu mengaktifkan sihirnya pada banyak target.

Di tengah sisi lapangan SMA 7, sebuah getaran keras mulai terjadi.

‘Mine Genesis’ Keluarga Chiyoda bukanlah sihir yang mengguncang tanah, tapi mengguncang apa yang ada di atas dan di bawahnya, yang gerakannya seperti gelombang. Sihir ini dengan interval yang ireguler mampu menciptakan getara tak teratur di berbagai termpat di permukaan tanah. Menyebabkan distorsi yang menghancurkan objek padat yang ada di atas permukaan.

Balok es dengan massa total 14.6 ton tidak bisa menahan getaran tersebut untuk waktu yang lama.

Bahkan dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya, seluruh balok es itu hancur berkeping-keping.

Sebelum suara gema ledakan itu berhenti, mereka telah mendengar bel menandakan pertandingan berakhir.

Kanon menoleh dan memberikan tanda V pada Isori dengan senyum lebarnya.

Shizuku, berdiri di sampingnya, diam-diam menunjukkan gestur yang sama kepada Tatsuya.


Di pertandingan kedua babak penyisihan Ice Pillar Break melawan SMA 1, SMA 1 juga berhasil menang cepat dengan sisa empat pilar es.

Berdasarkan hasil ini, taktik SMA 1 telah diketahui oleh sekolah-sekolah lain.

“Di pertandingan pertama, mereka juga sengaja melakukannya….?”

Di tenda SMA 3, Ichijou Masaki berbicara dengan Kichijouji Shinkuro yang perhatiannya benar-benar tertuju pada Tatsuya.

“Iya. Di Ice Pillar Break kau tidak akan kalah asalkan masih satu pilar yang berdiri. Menyisakan empat pilar berarti mengorbankan delapan yang lain. ….Menurutku taktik itu agak nekat” jelas Kichijouji dengan nada yang agak miris. Dia masih belum selesai terkejut, sejak awal kompetisi, melihat penembak SMA 1 menggunakan modifikasi ‘Invisible Bullet’ di Rower and Gunner kelas ganda perempuan.

“Bagaimana bisa dia, bukan, bagaimana bisa SMA 1 menggunakan taktik seperti itu?”

“Barusan kau bilang apa?”

Pemikiran Kichijouji terhenti sejenak, dan dia tidak bisa mengerti maksud pertanyaan Masaki.

Masaki mempertanyakan kemurungan Kichijouji, tapi masih menjawab pertanyaan temannya.

“Dengan mengurangi pilar yang perlu dilindungi, kau bisa lebih fokus pada hal lain, dan ini lah yang membuat mereka pasti bisa menyisakan paling tidak satu pilar utuh. Awalnya taktik itu terlihat masuk akal, dan cocok untuk atlet yang tidak punya kekuatan yang cukup untuk melindungi keduabelas pilar sekaligus. Tapi jika yang defensif hanya fokus pada empat pilar, maka lawan juga bisa dengan mudah memusatkan kekuatan sihir mereka pada pilar-pilar itu. Berdasar prinsip distribusi risiko, akan lebih menguntungkan menjaga dua belas daripada empat pilar. Dan hasil tahun lalu, jelas kalau Kitayama dari SMA 1 mampu melakukan itu.”

Masaki mengingat-ingat pertandingan Miyuki dan Shizuku di babak final Ice Pillar Break divisi kelas 1 kelas perempuan tahun lalu. Saat itu, Shizuku bisa bertahan dari serangan ‘Inferno’ Miyuki.

Miyuki sampai harus menggunakan ‘Niflheim’ untuk mengalahkan Shizuku.

Masaki berpikir kalau Shizuku sebenarnya bisa melindungi dua belas pilar itu, karena dia bisa dengan bersamaan melindungi dirinya sendiri terhadap ‘Inferno’ Miyuki saat itu dan masih menyerang pilar Miyuki.

“Ya… itu benar.”

Kichijouji sudah tidak memikirkan hal itu lagi. Saat ini, pikirannya sudah jelas.

“Kau benar, Masaki. Taktik SMA 1 bukan didasarkan pada kekuatan sihir Kitayama yang defensif. Masalahnya ada di Chiyoda, yang berperan ofensif.”

“Memangnya apa masalahnya? Lagipula, Chiyoda adalah pemenang tahun lalu.”

Tanpa berpikir panjang, Kichijouji menjawab pertanyaan yang dilontarkan salah satu orang.

“Sihir yang digunakan Keluarga Chiyoda adalah sihir turun temurun, ‘Mine Genesis’. Sihir itu bisa menghancurkan objek padat dengan getaran yang ditransmisikan melalui permukaan tanah. Sihir itu sulit digunakan karena kerumitannya, mustahil untuk memprediksi dengan akurat bagaimana hasil getarannya nanti. Sepertinya, taktik SMA 1 adalah menggunakan ‘Data Fortification’ untuk mencegah efek ‘Mine Genesis’ pada pilar mereka agar tidak terguncang.”

“Jadi begitu” respon anak kelas 3 yang bertanya pada Kichijouji sambil mengangguk-angguk.

Sekarang jadi semakin banyak orang yang bertanya pada Kichijouji.

“Meski ada kekurangannya, sihir Chiyoda-san merupakan suatu ancaman. Untuk bisa mengalahkan SMA 1, kita perlu mengelabuhi pertahanan Kitayama-san sebelum pilar kita dihancurkan ‘Mine Genesis’. Ada pendapat lain?”

Kichijouji mengangguk sambil tersenyum.

“Begitulah. Aku kepikiran taktik bagus. Untuk Sakuma-senpai, yang defensif, akan lebih mudah untuk menggunakan sihir ini, dan aku rasa aku bisa menyelesaikannya tepat waktu. Besok, akan kujelaskan rencana dan Rangkaian Aktivasinya.”

“Benarkah? Seperti yang diharapkan dari Kichijouji-kun.”

Para anak kelas 3 memuji Kichijouji, tapi Masaki, yang berdiri di sampingnya, melihat dengan tatapan khawatir.

“Apa kau benar-benar bisa? George, besok kau ada Rower and Gunner kelas tunggal.”

“Tidak apa-apa, Masaki. Kali ini akan kukalahkan dia.”

Kichijouji menggelengkan kepalanya dan tersenyum untuk mengusir kekhawatiran Masaki.

◊ ◊ ◊

7 Agustus, siang, babak final dari Ice Pillar Break kelas ganda perempuan.

Pasangan SMA 1, SMA 2, dan SMA 3 lolos masuk babak final.

Dua pertandingan telah berjalan, dan hasilnya seperti ini: SMA 1 – 1 menang, SMA 2 – 2 kalah, SMA 3 – 1 menang.

Pemenang Ice Pillar Break kelas ganda perempuan akan ditentukan di pertandingan berikutnya antara SMA 1 dan SMA 3.

“Pagi tadi, anak SMA 3 menang. Meski sekolah kita menang di Shield Down kelas laki-laki, kita tidak bisa membiarkan selisih poin kita dengan SMA 3 semakin lebar. Karena itu, aku ingin kalian untuk memenangkan pertandingan ini.”

Di ruang tunggu SMA 1, Isori menyampaikan permintaannya dengan bersemangat.

“Lagipula memang itu rencana kami. Pertandingan selanjutnya mutlak menang!”

Kanon sangat termotivasi dan terbakar semangat, bisa dilihat dari dirinya yang terus mengangguk-angguk.

“Kalau begitu akan kujelaskan ulang taktiknya. Chiyoda-senpai tidak ada perubahan. Sama seperti sebelumnya, fokus ofensif.”

Berbeda penuh dari Kanon, Tatsuya berbicara dengan santai.

“Serahkan saja padaku!”

“Baik. Selanjutnya, Shizuku. Untukmu, taktiknya agak berubah sedikit. Fokus pertahananmu, empat pilar baris belakang, bertambah dua pilar baris tengah. Total enam pilar. Koordinat datanya sudah ada di Rangkaian Aktivasinya, jadi kau tidak akan merasakan perubahan yang signifikan.”

“Aku mengerti, Tatsuya-san.”

Shizuku sama sekali tidak terlihat semangat dalam perubahan taktik ini. Seperti yang dikatakannya, di pertandingan hari ini, dia sepenuhnya percaya pada Tatsuya.

“Dan juga, bawa ini di lengan pakaianmu” kata Tatsuya dan memberikan Shizuku CAD berbentuk pistol pendek. Perangkat itu terisi versi terbarukan Rangkaian Aktivasi ‘Phonon Maser’, yang digunakannya di divisi kelas 1 tahun lalu.

“?”

“Apa Kitayama-san juga akan menyerang?” dengan nada sarkas, Kanon lah yang menanyakan hal itu dan bukan Shizuku, yang diam saja menundukkan kepalanya bingung. Memasukkan ‘Phonon Maser’ pada CAD Shizuku menandakan kalau Tatsuya yakin kalau kekuatan serangan Kanon sendiri tidak cukup. Tentu saja, itu membuat suasana hati Kanon memburuk.

“Ada kemungkinan kalau SMA 3 juga akan menggunakan taktik-taktik lain. Aku pribadi merasa tidak ada masalah hanya dengan Chiyoda-senpai saja yang menyerang, tapi aku tidak ingin kalau serangannya terlalu banyak makan waktu. Karena lawan kita adalah Kichijouji Shinkurou, dan dia bisa mempersiapkan apa saja yang tidak kita duga.”

Tatsuya menyampaikan itu semua sebagai pembuka, setelahnya dia mulai menjelaskan taktik SMA 3 yang diperkirakannya.

Selesai mendengarkan ceritanya, Kanon bahkan sama sekali tidak menyembunyikan kekagumannya dan sepenuhnya paham kegunaan Phonon Maser milik Shizuku.


Pasangan SMA 1 dan SMA 3 saling bertukar pandang dari platform mereka. Kanon dan Shizuku mengenakan yukata panjang. Di sisi lain, pasangan SMA 3 mengenakan jaket seragam kerah tinggi gaya militer dan bandana dengan tujuan menaikkan moral mereka.

“SMA 3 sendiri sepertinya percaya diri. Tentunya Kichijouji-kun sudah menyiapkan sesuatu.”

“Tidak mungkin mereka tidak menyiapkan sesuatu. Kita berdua ada kesamaan.”

“Benar” jawab Isori dan secara tak sadar tertawa. “Aku penasaran apa Kichijouji-kun bisa melebihi ekspektasi Shiba-kun?”

Isori sedang berbicara pada dirinya sendiri, tidak sedang khawatir, murni penasaran. Tatsuya juga berpikiran seperti itu.

Namun, kini dia sudah tidak bisa bercanda. Bukan karena para atlet. Tapi karena lampu tiang aba-aba sudah menyala.

Merah berganti kuning.

Kuning berganti hijau.

Dan di saat itulah, seluruh arena mendengarkan sebuah suara yang familiar.


Pilar-pilar es kedua tim hancur satu per satu.

Untuk SMA 1, kondisi ini sudah diprediksi sebelumnya.

Tapi SMA 3 dihadapkan dengan sesuatu di luar dugaan.

“Kenapa pilar yang tengah tidak hancur-hancur!?”

“Apa mereka merubah Rangkaian Aktivasi sihir mereka!? Seperti biasa, selalu pakai trik licik!”

Suara-suara itu terdengar di tenda SMA 3, terkejut dengan pilar-pilar baris tengah yang terlindungi.

“Itu bukan masalah. Sudah kuduga itu akan terjadi.”

Kichijouji dengan tenang menenangkan yang lain dengan santai.

“Ruang tunggu, apa ada tanda-tanda abnormal di para atlet?”

“Semua baik-baik saja. Lagipula, kita sudah mendengar hal ini dari Kichijouji-kun.”

Melalui komunikator, sang teknisi di ruang tunggu menjawab pertanyaan Kichijouji dengan penuh keyakinan.

“Seperti yang diharapkan dari George. Bagaimana kau bisa mengerti kalau orang itu akan merubah Rangkaian Aktivasinya?”

“Karena dia juga melakukannya tahun lalu.”

Kichijouji menjawab pertanyaan Masaki dengan tenang.

“Tapi hal seperti itu tidak akan mempengaruhi taktik kita. Hanya tinggal menghancurkan pilar mereka satu per satu saja.”


“Mereka bisa menembus ‘Data Fortification’ Kitayama-san….? Seperti yang diduga, SMA 3 sangatlah kuat.”

Isori bergumam setelah pilar ketujuh SMA 1 hancur.

“Lawan menggunakan kombinasi Sihir Tipe Osilasi ‘Flameless Heating’, Sihir Tipe Absorpsi ‘Melting’, dan Sihir Tipe Berat ‘Battering Ram’. Mereka menggunakan fondasinya seperti yang tertulis di buku; untuk mengalahkan ‘Data Fortification’, maka diperlukan kekuatan yang lebih besar, harus bisa mengacaukannya, berganti-ganti sihir dari berbagai tipe.”

“Sesuai buku huh, dengan kata lain mereka menggunakan cara tradisional yang  efektif. Seolah-olah mereka berusaha meniru Shiba-kun.”

“Tidak, rasanya sulit bagiku untuk mengakuinya. Karena kekuatan sihirku yang rendah maka aku sampai perlu memanfaatkan trik dan taktik.”

“Benarkah? Tapi aku masih merasa taktik Shiba-kun sangat rasional. Bagiku taktik Shiba-kun, dari segi kekuatan, adalah cara termudah untuk menang . Karena aku biasanya menahan Kanon, sehingga dia tidak melakukannya berlebihan dan tidak membuatnya kelelahan.”

“Seperti yang terjadi di Ice Pillar Break tahun lalu sampai Kanon kelelahan.”

“Karna Kanon sendiri tidak mendengarkanku…..”

Isori tersenyum masam, dan di saat yang sama pilar kedelapan SMA 1 telah hancur.

Namun, berdua Tatsuya dan Isori tidak panik sedikit pun.

“Tugas Kanon masih ada dua lagi? Aku penasaran kira-kira apa ekspektasi Shiba-kun akan terjadi? Bagaimana menurutmu Shiba-kun?”

“Kalau seperti ini, kalau pertahanan mereka tidak berubah, maka sebentar lagi semuanya akan selesai.”

Isori secara refleks tertawa pada cara bicara Tatsuya yang egosentris.


“Sisa dua pilar lagi….? Dan lawan masih empat…..”

“Tetap saja, sulit untuk mempertahankan ini. Tidak ada salahnya mencoba itu.”

Dengan kelabakan, Kichijouji menjawab gumaman Masaki.

Segera setelahnya, teriakan terdengar dari tenda SMA 3.

Dari layar monitor terpampang pilar kesebelas SMA 3 hancur.

Dan pilar terakhir, dengan ujungnya yang masih menyentuh dasar, sedang melayang di udara.


Mendengar riuh penonton, Isori tertawa.

“Bagus! Ini luar biasa, Shiba-kun! Aku masih tidak percaya semua omonganmu terjadi!”

Pilar es terakhir SMA 3 melayang di udara, bertumpu pada satu titik di dasar. Seperti orang yang berdiri satu tangan.

“Peraturan Ice Pillar Break melarang atlet mengangkat pilar es ke udara, karena tidak akan ada kontak dengan dasar. Tidak akan ada namanya distorsi, karena pergerakan vertikal saat bergetar akan terjadi di titik-titik yang acak. Seperti yang diharapkan dari Cardinal George, ini adalah rencana yang sempurrna melawan ‘Mine Genesis’. Tapi hanya untuk ‘Mine Genesis’ saja.”

“Kichijouji Shinkuro, sepertinya, sedang tidak dalam kondisi prima. Dia bukanlah orang yang akan lalai seperti ini” jelas Tatsuya sambil menghela napas. Sementara itu, Shizuku dengan tangan kirinya mengeluarkan CAD bentuk pistol pendek dari lengan yukata kanannya.

Terdapat Rangkaian Aktivasi ‘Phonon Maser’ di dalamnya. Namun, itu merupakan versi terbarukan yang bisa menembakkan sinar, bukan hanya dari moncongnya saja, tapi juga dari titik manapun yang diberikan.

Suara, terkuantisasi oleh osilasi frekuensi tinggi dan bertransformasi menjadi sinar panas, berasal dari tengah sisi lapangan SMA 3 di area kosong yang tidak terhalangi pilar es apapun. Dari titik itu, tembakan itu berjalan paralel dengan permukaan dasar dan menyerang titik kontak pilar es yang tersisa.

‘Phonon Maser’ Shizuku tidak akan bisa menghancurkan pilar es itu secara instan kalau dia menyerangnya dari samping.

Tetapi, untuk bisa melelehkan area sekecil itu, kau harus bisa melakukannya dengan kecepatan yang lebih cepat dari kedipan mata.

Pilar es SMA 3 telah kehilangan kontak dengan dasar.

Dengan begitu, sihir yang tujuannya menjaga keseimbangan objek berdiri dengan satu tumpuan pun terhenti karena seluruh kondisinya telah berubah.

Sebuah pilar es, mengambang dalam posisi yang aneh, segera kehilangan keseimbangan.

Hasilnya jelas.

Pilar itu terjatuh dan pecah, setelahnya terdengar suara bel berbunyi, menandakan akhir pertandingan.


Monitor itu menayangkan gambar intercom dari tempat pertandingan yang memperlihatkan dua gadis dengan balutan yukata bersalaman dengan kegirangan.

Kichijouji duduk diam di depan monitor itu dengan wajah kaku, rasa tidak percaya masih terpancar dari matanya.

“….George, ini….”

Suara canggung Masaki terdengar seperti bunyi alarm. Kichijou melompat dari kursinya dan berlari keluar tenda tanpa menoleh ke belakang sama sekali. Masaki tidak tahu harus bicara apa untuk menghibur sahabatnya itu.


“Ehehe~, menang!”

Ketika mereka bertemu di ruang tunggu, hal pertama yang Kanon lakukan adalah memberikan tanda V dengan senyum puas di wajahnya pada Isori.

“Kami menang.”

Shizuku, dengan senyuman kecil, mengangkat tangan kanannya. Tangannya, tersembunyi dibalik lengan yukatanya, dengan malu-malu, menunjukkan tanda V yang sama.

7 Agustus. Di akhir hari ketiga Kompetisi Sembilan Sekolah, SMA 3 masih 100 poin lebih unggul dari SMA 1.

Namun, banyak orang yang yakin kalau dengan hasil Ice Pillar Break kelas ganda perempuan, yang mana dimenangkan dengan telak, menjadi titik awal, yang mana seterusnya, mulai keesokan harinya, SMA 1 mulai mengejar SMA 3.