BAB 6

Penerjemah : Fulcrum


5 Agustus, Kompetisi Sembilan Sekolah 2096 akhirnya dimulai. Bukan hanya perlombaannya saja yang berubah tahun ini, tapi banyak prosedurnya juga mendapat perubahan itu.

Yang pertama adalah Ice Pillars Break dan Shield Down, ada tiga grup di babak penyisihan yang masing-masing berisikan sembilan kontestan (atau bisa dibilang sembilan pasang) yang bertanding sebanyak tiga kali (tiga set), dengan pemenang setiap grup akan bertemu di babak final. Rower and Gunner akan dilakukan dengan setiap pasang melakukan perlombaan di saat yang sama, dengan skor mereka akan didasarkan pada jumlah banyaknya target yang terkena tembakan dan lama waktu yang mereka butuhkan.

Perlombaan yang paling tidak mengalami perubahan, Mirage Bat, memiliki 27 kontestan dengan tiga perwakilan masing-masing sekolah. Sistem empat set sebelumnya sudah diganti menjadi tiga ronde dengan empat kontestan dan tiga ronde dengan lima kontestan. Yang mana dilakukan pengundian dalam penempatan kontestan. Penggunaan sihir terbang tidak diperbolehkan melebihi satu menit. Ini berarti para kontestan perlu mendarat kembali setiap satu menit.

Monolith Code dirubah dari sistem kualifikasi lamanya yang berformat pertandingan acak yang dilaksanakan selama dua hari. Dengan adanya 5 lokasi dan empat pertandingan, delapan pertandingan sekolah akan dilakukan dalam sepuluh ronde. Oleh karena itu para kontestan Monolith Code akan bertanding di hari kesembilan dan kesepuluh, maka Steeplechase Cross-country dilakukan di hari kesebelas. Pasti itu akan sangat memberatkan fisik dan membebani mental.

Hari pertama diisi dengan babak kualifikasi kelas laki-laki dan perempuan cabor Ice Pillars Break dan sekaligus Rower and Gunner.

“Kalau jadwal lombanya bertumpukan, maka akan cukup merepotkan untukmu, Isori-senpai.”

“Tapi sepertinya kita tidak perlu mengkhawatirkan itu.”

Pagi-pagi di tenda SMA 1, Tatsuya terlihat lega. Isori menjawabnya dengan senyuman. Mereka sedang memelajari jadwal pertandingan hari itu.

Ada sembilan pertandingan masing-masing untuk kelas laki-laki dan perempuan. Ini separuh jumlah pertandingan tahun lalu, jadi masing-masing hanya akan bertanding dua kali sehari. Beban para kontestan untuk cabor ini juga sangat berkurang.

Tahun lalu masing-masing kelas punya dua tempat pertandingan, tapi tahun ini mereka hanya menyediakan satu tempat saja untuk masing-masing kelas. Ini berarti meskipun kepadatan seluruh jadwal tidak berubah, frekuensinya tetap saja meningkat.

Tatsuya menarik napas lega setelah tahu kalau jadwal pertandingan Eimi dan Shizuku tidak bertabrakan. 

Tatsuya bertanggung jawab untuk CAD Shizuku di Ice Pillars Break, dan CAD Eimi di Rower and Gunner. Dia benar-benar direpotkan oleh urusan mereka berdua, tapi jika jadwal pertandingan Eimi dan Shizuku bertabrakan, dia pun tidak punya pilihan lain selain menyerahkan tindak lanjut CAD Eimi dan Shizuku kepada Isori.

Selain itu, baik Ice Pillars Break dan Rower Gun (singkatan Rower and Gunner) tidak memiliki staf teknis yang banyak saat pertandingan. Satu-satunya yang membutuhkan pergantian dan penyesuaian CAD selama berlangsung pertandingan hanya Shield Down, dan Mirage Bat. Karena itu melepas Eimi dan Shizuku ke tangan teknisi lain bukanlah masalah besar, tapi Tatsuya tidak suka melepas tanggung jawabnya begitu saja ke tangan orang lain. Kalau memang sampai seperti itu, dia pasti akan malu sekali.

Jadwal pertandingan tersebut menyatakan bahwa Eimi akan bertanding pertama di pagi hari, dan Shizuku di urutan pertandingan keempat dan ketujuh. Tidak ada yang bertabrakan.

“Kalau begitu, aku akan pergi ke tempat Rower Gun.”

“Semoga berhasil. Kalau ada Shiba-kun, aku yakin tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

Dengan senyuman cerah yang diberikannya, Isori melihat Tatsuya pergi.


Di samping garis start lomba itu ada tiga pintu yang disediakan untuk para kontestan dan staf; Tatsuya memasuki salah satunya. Tidak ada orang di dalamnya. Meski begitu, masih ada satu setengah jam sebelum pertandingan dimulai. Para staf teknis sudah mulai bekerja, tapi saat ini para kontestan masih belum muncul.

“Selamat pagi!”

Segera setelah dia berpikir seperti itu, dia disapa dengan suara ceria Azusa.

“Pagi, Shiba-kun!”

Lebih cepat darinya bisa membalas, Eimi muncul dari belakangnya. Merasa agak sedikit terlambat menjawab, Tatsuya tetap memberikan salam kepada mereka.

“Selamat pagi, Kaichou. Eimi, kau juga datang?”

Maksud kata ‘juga’ di sini adalah bersama dengan kakak kelas. Karena sikapnya yang diam, dia cuma menunduk kepada Tatsuya, yang mana dibalas Tatsuya dengan cara yang sama.

“Ya, kita sarapan bersama. Apa kau sudah menunggu lama?”

Eimi bertanya kepada Tatsuya, meski dia terlihat tidak terlalu peduli akan itu.

Akan sangat tidak mengenakkan bagi Tatsuya kalau Eimi datang dulu, jadi dia hanya menggelengkan kepalanya.

“Tidak, tidak sama sekali.”

“Baguslah!”

Melipat kedua tangannya, Eimi menyeringai. Meski dia kelihatan licik di mata orang lain, seringaian itu sangat cocok dengan Eimi.

“Kalau begitu ayo kita mulai penyesuaian CADnya.”

Saat Tatsuya berbicara seperti itu kepada Eimi,

“Ayo kita ke sana.”

Azusa berbicara kepada sang kontestan.


Hasil perlombaan hari pertama adalah kememangan pasangan Eimi di posisi pertama dan posisi ketiga untuk Rower Gun kelas laki-laki. Pasangan Shizuku-Kanon berhasil lolos babak eliminasi, diikuti juga dengan tim laki-laki Ice Pillars Break yang dengan mudah lolos.

“Eimi, kerja bagus. Bidikanmu hampir sempurna.”

“Terima kasih, Subaru. Aku sendiri cukup kaget.”

Suara yang sama cerianya berputar-putar saat makan malam, tapi tidak ada yang merasa kemenangan itu mudah didapat.

“SMA 7 secara mengejutkan performanya bagus.”

Para eksekutif: Azusa, Hattori, Isori, Kanon, Tatsuya, dan Miyuki, berkumpul di sudut ruangan untuk tidak merusak suasana bahagia yang ada di tempat itu, dan mengevaluasi hasil pertandingan hari pertama.

“Kita dapat posisi tiga untuk laki-laki dan satu untuk perempuan. Mereka dapat posisi satu untuk laki-laki dan dua untuk perempuan.”

Hattori membaca hasil pertandingan hari ini setelah mendengar perkataan Azusa. Mengingat hasil mereka hari ini, mereka jatuh di posisi kedua secara keseluruhan. Dan lomba Rower Gun kelas tunggal besok adalah salah satu lomba yang SMA 1 rasa sulit.

“Mereka memang ‘Seventh High of the Seas’[1]. Aku yakin kita tidak kalah dalam hal akurasi, tapi kelihaian mereka luar biasa.”

Saat Isori berbicara, Hattori berubah menggunakan nada bicara yang berhati-hati.


“Kalau SMA 7 mengklaim posisi satu di kelas tunggal besok, itu akan menguntungkan mereka untuk ke depannya.”

“Karena selisih poin mereka akan lebih dekat dengan SMA 3?”

“Itu yang aku sendiri tidak ingin mengakuinya.”

Berada di posisi kedua di kelas laki-laki dan tiga di perempuan; SMA 3 memeroleh poin sebanyak 60. SMA 1 lebih unggul sebanyak 20 poin. Meskipun mereka unggul, situasi ini tidak akan bertahan lama. Itu karena mereka tidak yakin entah bagaimana dalam perlombaan besok.

“……Mungkin akan lebih baik kalau Shiba-kun yang mengurus kelas tunggal Rower Gun besok? Kalau seperti itu, siapapun yang kita kirim pasti akan bisa menang.”

Celetukan mendadak itu datang dari Kanon. Baiklah, teori itu memang entah bagaimana terdengar memungkinkan, tapi tetap saja itu kesimpulan yang ceroboh. 

Sebuah udara dingin mulai terasa di tempat itu. Kanon dengan refleks berubah ke mode defensif, tapi Tatsuya menahan Miyuki selagi Isori juga melakukan hal yang sama kepada Kanon dan sebuah keributan berhasil dihindari.

“……Sudah tidak sempat melakukan perubahan teknisi. Dan meski sempat sekalipun, tidak ada jaminan aku bisa membalikkan situasi.”

Setelah mendengar itu, semua orang, bahkan Kanon sekalipun, mengangguk setuju, tapi dia terlihat agak curiga. Itu karena kemenangan kelas ganda perempuan hari ini jelas karena akurasi dan efisiensi sihir mereka.

“Ini perasaanku saat menonton pertandingan pertama hari ini punya dampak yang signifikan. Aku yakin kalau mereka mendapat masukan yang sama maka efeknya akan sama.”

Meski jelas itu cuma argumennya saja, jelas terlihat Tatsuya berusaha merubah topik. Namun, tidak ada yang memprotesnya.

◊ ◊ ◊

Sudah rahasia umum kalau Miyuki datang ke kamar Tatsuya, banyak sekali desas-desus yang bersebaran. Karena itu, dia tidak bisa lagi mendekam di kamarnya saja seperti tahun lalu.

Tentu saja dia tidak bisa diam terus di kantin atau lobi. Lebih parahnya lagi, hotel saat ini sedang penuh, jadi jumlah suporter masing-masing sekolah yang bisa menginap di sana cuma sebanyak 20 orang. Sisanya harus tinggal di luar hotel. Berkeliaran lama-lama hanya akan mengundang tatapan-tatapan dingin.

Tempat yang dipilih kelompok Tatsuya berada di samping van penyesuaian CAD.

“…….Ini entah bagaimana terasa seperti kemah.”

“Kemah di hotel?”

Celetukan Honoka dibenarkan oleh Shizuku.

“Itulah anehnya, bagaimana menurutmu?”

“Kau benar.”

Tapi entah bagaimana pembicaraan mereka berakhir dengan kemenangan Honoka.

Mereka saat ini sedang duduk di kursi lipat untuk kemah. Di depan mereka ada meja lipat kemah. Di atas kepala mereka ada tenda yang dipanjangkan dari atap van.

Van kerja milik staf teknisi SMA 1 adalah sebuah van kemah dengan tenda yang bisa dipanjangkan dari atapnya. Mengingat kalau tahun lalu mereka hanya menggunakan mobil kecil, ini sudah peningkatan yang luar biasa, hampir bisa dibilang mewah. Jelas murid-murid sekolah lain terbelalak melihat van kerja SMA 1.

Mungkin ada yang mengira kalau orang di balik semua ini sudah jelas, tapi itu sebenarnya Miyuki. Tahun lalu dia kesal bukan main melihat kakak tercintanya dipaksa pergi menaiki kendaraan jelek, dan bahkan setahun setelahnya kekesalan itu masih belum mereda, sebaliknya, dia semakin berusaha untuk meningkatkan kondisi para staf teknis. Miyuki awalnya bermaksud untuk meminta FLT (dengan kata lain ayahnya) untuk mendanai itu, tapi pada akhirnya dia tidak bisa menolak kebaikan ayah Shizuku.

Bahkan setelah semua itu, dia sudah menyiapkan kursi di bus untuk kakaknya agar mereka bisa duduk bersama; Miyuki jadi agak egois kalau masalah kakaknya. Hmm, pada akhirnya peningkatan transportasi staf teknis bukan hanya untuk Tatsuya saja tapi untuk semua staf yang lain, jadi mungkin dia tidak seegois itu.

Walaupun, itu bukan pemikiran utamanya.

“Ini, kopinya.”

“Ah, terima kasih.”

Pembicaraan ini bukan antara Miyuki dan Tatsuya. Meski memang benar yang berbicara itu Miyuki, tapi Pixie lah yang membuatkan kopi untuk Tatsuya. Bukan hanya Tatsuya, Pixie juga membuatkan untuk semua orang.

“……Terima kasih.”

“………”

Baik Miyuki ataupun Minami menyembunyikan ketidaksenangan mereka. Namun Pixie secara sistem memang terintegrasi dengan dapur van itu. Tidak ada yang bisa mereka berdua lakukan.

“Oh, terima kasih.”

Kent berterima kasih kepada Pixie seperti biasa seperti berbicara dengan manusia. Dia adalah asisten Tatsuya di Kompetisi Sembilan Sekolah ini, dan performa kerjanya patut dipuji.

“Mizuki, Erika tidak sedang tidak enak badan, ya?”

Mungkin untuk mengalihkan perhatian dirinya sendiri, Miyuki bertanya kepada Mizuki tentang apa yang didengarnya sebelumnya.

Ada delapan orang di sana: Tatsuya, Miyuki, Honoka, Shizuku, Mikihiko, Mizuki, Minami, dan Kent. Pixie, secara teknis bukan manusia, bekerja sebagai pelayan mereka.

“Tidak…… Eri-chan bilang dia ada urusan.”

Ini sudah larut malam, dan masih ada beberapa murid yang berkeliaran. Dengan begitu, bukan hanya SMA 1 saja yang memarkir van penyesuaian CAD di sana; teknisi-teknisi sekolah lain sekarang sedang menonton sebuah adegan minum teh dadakan yang ada. Pesta minum teh ini pasti akan tersebar di kalangan murid SMA 1. Kalau begitu, maka jumlah orang yang akan ikut pasti meningkat besok malam.

Faktanya hanya Tatsuya dan Miyuki lah yang sebenarnya mengadakan acara minum teh ini. Mereka berdua tentunya mengajak Leo dan Erika juga. Namun, tidak ada tanda-tanda mereka.

“Leo bilang dia akan datang……..”

Mikihiko berbicara seolah meminta maaf. Dia mengajak Leo lewat komunikatornya; dia sebenarnya tidak sekamar dengannya. Karena itu mereka tidak tahu posisi Leo di mana; tapi Mikihiko adalah jenis orang yang selalu merasa perlu meminta maaf untuk hal seperti itu.

“Um, tentang Saijou-senpai, aku melihatnya saat menuju ke sini.”

Mendadak ada orang yang tidak diduga memberi informasi. Orang yang berbicara adalah Kent, tersenyum pada Tatsuya (berdua Honoka dan Miyuki duduk di sisi lain kursi terlihat menegang, meski Kent sendiri tetap menghadap ke depan). Dia sudah ada di sini sejak setelah makan malam, jadi dia segera menuju ke kamarnya saat pesta teh ini akan dimulai untuk mandi.

“Dia dihentikan oleh direktur Rozen cabang Jepang.”

“Rozen?”

Pertanyaan Tatsuya muncul akibat informasi yang didapatnya dari Mikihiko.

Saat dia menoleh ke Mikihiko, Mikihiko mengembalikan pertanyaan yang sama.

“Ya, orang itu jelas Ernst Rozen.”

Mata Tatsuya dan Mikihiko saling bertatapan untuk sesaat; mata Tatsuya segera kembali tertuju pada Kent.

Kent sepertinya tidak sadar akan itu, dan menjawab Tatsuya dengan senyuman seperti anak anjing yang kegirangan dengan ekornya yang bergoyang-goyang.

“Saijou-senpai kelihatan seperti dalam masalah.”

Segera setalah Kent berbicara,

“Aku kenapa?”

Seolah menunggu waktu yang tepat, Leo bergabung ke pembicaraan itu.

Kent sebenarnya tidak sedang menggosip, tapi dia tidak bisa mengatasi kecanggungan di hadapan senpainya.

“Dia berbicara kalau dia melihatmu di lobi bersama Ernst Rozen.”

Sebelum dia bisa menjawab, Tatsuya sudah terlebih dahulu menggantikannya menjawab hal itu.

“Ah, ahhhh…….. ya. Itu memang agak lama. Maaf tentang itu.”

“Bukan masalah. Lagipula ini bukan sesuatu seformal itu.”

Seperti yang diduga Kent, pembicaraan Rozen dan Leo tidak menyenangkan.

Tidak siap untuk mengorek informasi lebih lanjut, Tatsuya menawarkan Leo untuk duduk.

Pesta teh ini berlanjut sampai jam sepuluh malam. Mikihiko, Leo, dan Kent mengantarkan Shizuku, Honoka dan Mizuki kembali ke kamar mereka. Miyuki dan Minami tetap di sana, membantu bersih-bersih.

Sudah rahasia umum kalau Miyuki dan Tatsuya tinggal di kamar yang sama. Meski begitu, Miyuki tidak berani untuk kelihatan masuk ke kamar Tatsuya di depan Honoka dan yang lain. Dia tidak seberani itu. Menurut Honoka, dia seperti biasa tidak ingin melihat Miyuki dan Tatsuya bermesraan meninggalkan mereka masuk ke satu kamar yang sama. Miyuki tetap tinggal di sana untuk alasan itu. Alasan Minami untuk tetap tinggal sebenarnya adalah untuk bersih-bersih, insting pelayannya sangat tinggi.

Harga diri Minami benar-benar terpenuhi. Ini karena Pixie sudah disuruh berhenti bekerja atas perintah Tatsuya, dan tidak ikut campur dalam bersih-bersih.

Pixie sedang duduk di kursi kemah di bawah pengawasan Tatsuya. Pixie sudah menutup matanya, dan menutup telinga dengan kedua tangannya. Sebuah 3H tidak hanya menangkap audio dari telinganya saja, bahkan dengan kelopak matanya yang tertutup sensor optiknya masih bisa melihat sekitarnya. Hal itu bisa dilakukan dengan mematikan sensor eksternalnya, jadi sebenarnya apa yang robot itu lakukan tidak ada gunanya. Alasan kenapa Pixie berlaku seperti manusia adalah untuk melatih sensor non-mekaniknya.

“Bagaimana? Apa kau bisa mendeteksi sesuatu?”

(Aku tidak bisa mendeteksi apa-apa.)

Pixie menjawab Tatsuya, yang berdiri di depannya, dengan telepati aktif miliknya. Segera setelah pesta teh itu selesai, Parasite yang bersemayam di robot itu diperintah Tatsuya untuk mencari boneka Parasite yang lain.

Menurut intel dari Kuroba, boneka-boneka Parasite secara keseluruhan sama dengan Pixie. Mereka sepertinya merupakan usaha Kudou, yang tahu tentang Pixie, untuk menirunya. Itulah yang Tatsuya pikirkan. Tentu saja, mereka tidak ditujukan untuk kerja rumah tangga biasa, mereka jelas dibuat untuk bertarung. Tapi mengingat penampilan yang feminin, itu adalah bukti kalau mereka meniru Pixie.

Para Parasite bisa mendeteksi sesama mereka. Bukan hanya mereka yang bersemayam di tubuh manusia hidup saja, tapi yang di robot pun bisa merasakan sesama mereka seperti yang terjadi di insiden Februari. Bahkan kalau mereka semua sama-sama robot, mereka semua masih mampu untuk mendeteksi satu sama lain.

Alasan kenapa Pixie tidak bisa mendeteksi boneka-boneka Parasite itu adalah karena mereka dalam fase dimana mereka tidak bisa dilacak, pikir Tatsuya. Tidak mungkin Parasite tidak bisa dirasakan satu sama lain. Juga rasanya tidak mungkin kalau Kudou belum membawa boneka-boneka Parasite mereka.

(Mungkin mereka sedang dorman. Mereka cukup hati-hati…..)

Tatsuya mendengar dari Pixie kalau jika ada yang dalam fase tidak aktif maka akan sulit untuk terdeteksi. Apa orang-orang Kudou juga tahu tentang itu? Apa yang diketahuinya malam itu menandakan kalau mencari boneka Parasite yang tersimpan akan sulit dilakukan, sebelum mereka aktif kembali.

Saat Minami berdiri di samping Tatsuya, proses bersih-bersih di sana sudah selesai. Tidak lebih dari itu, tidak ada lanjutannya lagi.

Tatsuya meminta Pixie untuk masuk, mengunci van dan masuk ke fase off, sebelum kembali ke hotel bersama Miyuki dan Minami.

◊ ◊ ◊

6 Agustus, hari kedua Kompetisi Sembilan Sekolah.

Pagi dimulai lebih cepat saat musim panas. Meski begitu, langit saat ini gelap, dan baru dihiasi dengan sedikit warna biru. Di waktu seperti itu, Miyuki di sebuah kamar yang gelap duduk di samping ranjang. Dia melihat wajah tidur sang kakak tercinta.

Jelas orang lain juga akan terkejut jika mereka tahu, tapi Tatsuya tidur tidak bersuara. Miyuki membiarkan kamar itu tetap gelap, tapi menyalakan lampu yang tidak mengganggu tidurnya. Bahkan orang yang sekamar dengannya bersuara pun tidak membangunkannya.

Seperti yang dikatakan banyak orang, meski Tatsuya tidurnya lelap dia adalah tipe orang yang bangun pagi. Dia akan selalu bisa bangun pagi tepat waktu. Tidak butuh alarm. Jam biologisnya sangat akurat. Terlebih lagi, dia masih bisa bereaksi jika ada niat jahat yang berusaha menyerangnya bahkan meski ia masih tidur sekalipun. Bahkan jika orang yang menyusup itu pun bersuara lebih kecil dari suara jatuhnya jarum, jika mereka punya niatan untuk mencelakainya atau Miyuki maka dia pasti akan segera bangun. Walau begitu, jika orang yang datang tidak punya niat seperti itu, kesadaran Tatsuya masih tetap akan menyadarinya.

Batasan jaraknya berbeda-beda bergantung waktu dan keadaan. Terkadang dia tidak akan bangun sampai orang tersebut dekat sekali dengan dirinya; kadang-kadang saat orang itu masuk ke kamarnya. Miyuki pikir Tatsuya mungkin memberi batas jarak sebelum dia tidur.

Dia menebak kalau alasannya dia bisa dekat dengan Tatsuya adalah karena kakaknya tidak memasang batasan apapun sebelum tidur.

Di situasi saat mereka tidur sekamar, area gerak Miyuki saat bangun tidur tidak akan memasuki batas jarak kakaknya. Tapi meski setelah membawa kursi di samping ranjangnya, dia tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun.

Dia tidak yakin apa dia bisa lebih dekat lagi. Kalau dia lebih dekat lagi 10 cm, dia mungkin akan bangun. Atau dia mungkin bisa meringkuk disampingnya tanpa membuat kakaknya membuka mata.

Miyuki ingin tahu.

Seberapa dekat dia bisa mendekati kakaknya? Berapa jarak batasnya?

(Tepatnya seberapa jauh Onii-sama akan membiarkanku….)

Miyuki mendadak merasa dingin. Perasaan itu menguasainya, tapi, kenyataannya tidak dingin. Bahkan di tengah musim panas, suhu sebelum matahari terbit bisa terbilang dingin, dan dia hanya sedang mengenakan gaun tidurnya. Kalau dia terus berpakaian seperti ini, maka tubuhnya akan masuk angin.

Di titik ini kesadaran Miyuki mulai menuju ke arah yang aneh.

(Aku penasaran apa Onii-sama kedinginan?)

Faktanya, ini pertama kalinya Miyuki menghabiskan malam sekamar dengan Tatsuya. Kemarin malam, atau setidaknya malam kemarin lusa, dia kelelahan sekali dan langsung menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Dia tidur pulas sampai pagi. Namun sejak kemarin malam sampai pagi ini, dia terus mengamati wajah tidur Tatsuya yang ada di sampingnya setiap kali ia bangun. Untuk lebih jelasnya, meski matahari masih belum terbit, dia sudah ada di samping ranjang kakaknya layaknya seorang penguntit. Kurang tidurnya mulai melemahkan kontrol diri Miyuki.

Seperti orang demam, Miyuki menaruh tangannya di kening Tatsuya. Meski dia kelihatan seperti melakukan itu dengan sadar, sebenarnya kesadarannya masih berkabut; pemikiran yang sebelumnya ada di benaknya, ‘Onii-sama mungkin bangun’, sudah tidak ada lagi.

Untungnya, Tatsuya tidak membuka matanya. Keningnya dingin berbeda dengan tangannya.

(Dingin….)

Sambil berpikir kenapa bisa seperti itu, tubuh Tatsuya menghindari adanya metabolisme tidak penting dan mendinginkan diri, sementara itu suhu tubuh Miyuki lebih tinggi karena kurang tidur. Namun pemikiran Miyuki….

(Oh tidak…. aku harus menghangatkannya.)

Sudah tidak terkendali lagi.

(Umm, tidak ada salahnya untuk bersentuhan di saat seperti ini….. ya ‘kan?)

Itu lebih seperti untuk situasi darurat.



Pemikiran seperti itu, jika pikirannya berfungsi normal pasti akan segera berubah panas, memiliki kesan seperti ‘merawat’ di benak Miyuki.

(……Aku rasa tidak ada gunanya melepas baju…….)

Sepertinya urat malunya masih belum putus. Benar-benar lupa tentang membuat Tatsuya bangun, Miyuki dengan lembut meringkuk di samping Tatsuya.

(Onii-sama, biarkan Miyuki menghangatkanmu……)

Sudah berada di ambang bangun dan tidur, Miyuki membenamkan dirinya ke dunia mimpi sambil memeluk Tatsuya.


Memastikan napas Miyuki sudah normal, Tatsuya membuka matanya.

(Dia akhirnya tertidur……)

Dengan perlahan mengangkat lengan Miyuki dari dadanya, Tatsuya bangkit pergi dari ranjang. Dia sebenarnya sudah bangun saat Miyuki menaruh lengannya padanya. Namun, adiknya sedang dalam kondisi yang aneh (dia bisa tahu hanya dengan melihatnya), jadi dia hanya bisa mengikuti alurnya saja dan pura-pura tidur.

Untungnya, dia tidak terbawa oleh nafsu seksualnya bahkan saat ada seorang wanita cantik yang tidur seranjang dengannya. Itu bukan berarti dia punya perasaan seperti itu, dan saat dia membayangkan tidur seranjang dengan adik perempuannya yang seusia dengannya dia hanya bisa malu. Sensasi lembut tubuh Miyuki meningkatkan rasa malunya berkali-kali. Dia tidak bisa tidur lagi.

Meski begitu, adiknya akan bertanding hari ini, dan dia tidak boleh membangunkannya. Tatsuya tidak tahu kapan Miyuki akan bangun, tapi setidaknya masih ada waktu baginya untuk tidur lebih lama.

Tatsuya berpakaian tanpa bersuara. Membelai rambut Miyuki dan mengucapkan ‘Tidur nyenyak’, Tatsuya menarik napas di pagi hari dan pergi meninggalkan kamarnya.

◊ ◊ ◊

“Selamat pagi.”

“Ah, selamat pagi…..?”

Azusa meregangkan lehernya saat ia membalas Tatsuya dan Miyuki, yang masuk ke tenda sambil membawa sandwich sarapan. Dan karena itu, sapaan ini berakhir tidak selesai.

Miyuki, selalu mengikuti Tatsuya, terlihat canggung, tidak, sangat malu. Dari perspektif Azusa ada jarak di antara mereka, bisa dibilang sekitar 30 cm, lebih jauh daripada biasanya. Dan mata Miyuki sedikit merah di ujungnya dan sedikit melirik ke bawah.

Hari ini, Miyuki akan bertanding di kualifikasi Ice Pillars Break kelas tunggal. Taktik SMA 1, untuk memeroleh posisi juara satu umum, adalah untuk meraih kemenangan di Ice Pillars Break divisi perempuan. Memerkirakan jumlah skor maksimal yang bisa diperoleh, dan menghindari adanya insiden selama kualifikasi, itulah yang dipikirkan Azusa. Menurut Miyuki, mereka tidak bisa membayangkan dirinya kalah, tapi sekarang dia sudah menyerah dengan kegelisahan itu.

“Ada apa?”

Azusa bertanya karena dia tidak bisa menghilangkan kekhawatiran itu.

“Apa, maksud senpai?”

Bertanya balik dengan nada paksa oleh Tatsuya, dia terbungkam tidak mampu bertanya lebih lanjut.

◊ ◊ ◊

Seperti yang diperkirakan, Miyuki menyelesaikan kualifikasi dengan skor yang memimpin tinggi. Semuanya berubah agak menakutkan di kelas laki-laki, tapi mereka dengan selamat mampu lolos babak kualifikasi. Dan seperti yang ditakutkan para eksekutif SMA 1, baik Rower Gun kelas tunggal laki-laki dan perempuan berada di posisi keempat, tidak memeroleh poin sama sekali.

Untuk sekolah lain, SMA 7 memenangkan baik divisi laki-laki maupun perempuan dengan perolehan 100 poin; dengan total 200 poin, mereka berada di garis depan selama dua hari berturut-turut. SMA 3 berada di posisi kedua untuk kedua kelas; dengan total 120 poin, mereka menggungguli SMA 1 di posisi kedua secara umum. Memikirkan lomba besok dan seterusnya, mereka bisa dengan mudah menjatuhkan SMA 7, itulah yang seharusnya sedang dipikirkan SMA 3. Itu seharusnya merupakan awal yang bagus untuk SMA 3.

Namun, pemandangan makan malam SMA 3 jelas tidak terlihat bahagia sama sekali. Para murid kelas 2 berkumpul di sudut ruangan terbebani oleh para atmosfer berat ini. Sumber kekelaman mereka adalah pemain kelas tunggal Rower Gun mereka, Kichijouji, yang tidak mampu meraih posisi juara.

“Kichijouji, bahkan posisi dua itu tidak buruk. Jangan terlalu dipikirkan.”

“Ya. Aku pernah sekali di posisi dua, tapi aku tidak memerdulikannya.”

Bahkan ada anak kelas 3, setelah selesai makan dan beres-beres, datang menghiburnya saat mereka lewat di depannya tapi itu semua tidak terlalu berefek.

“Siapa yang bakal mengira SMA 7 akan menggunakan trik seperti itu……?”

Sejak tadi dia sebenarnya tenang saja, tapi geraman-geraman tak bisa berhenti keluar dari mulutnya. Kalau tidak ada meja di depannya, dia mungkin sudah akan jatuh ke depan.

Dia terkejut bukan karena dia kalah dengan mudah, tapi karena caranya dikalahkan. Untuk orang seperti Kichijouji, yang bergantung pada kecerdikan, kalah secara taktik adalah sesuatu yang punya dampak besar bagi dirinya. Dan dia merasa kalau kekalahannya hari ini bukan karena kemampuannya, melainkan pada taktiknya.

“Tidak ada gunanya terus menyesalinya.”

Perkataan itu mudah untuk dikatakan, cuma sebuah kalimat penghibur untuk komplain dan geramannya. Para anak kelas 2 yang mengelilingi Kichijouji bilang itu kepadanya di saat-saat kritis ini.

“Itu benar, mengabaikan peraturan untuk mengabaikan semua tembakan adalah sesuatu yang jarang.”

Taktik SMA 7 cukup sederhana dan tak terduga, bisa menembak target dihitung sebagai poin bonus, dan karena itu kekuatan sihir mereka difokuskan untuk kontrol papan mereka, untuk mempersingkat waktu. Peraturan Rower and Gunner menyatakan kalau waktu tim tercepat dibagi oleh jumlah tembakan dari tim dengan tembakan terbanyak untuk menentukan waktu per tembakan mereka. Angka itu dikali dengan jumlah tembakan dan akan menghasilkan nilai yang diambil dari jalannya waktu untuk mencari perbedaan waktu. Tim dengan perbedaan waktu terpendek akan dipilih menjadi pemenang. Itu berarti kalau perbedaan waktu mereka kecil maka tim dengan jumlah tembakan terbanyak akan diuntungkan; sebaliknya, kalau tidak ada perbedaan waktu yang signifikan, maka tim dengan waktu tercepat lah yang diuntungkan.

Kebetulan di kelas tunggal laki-laki, Kichijouji dari SMA 3 memeroleh jumlah tembakan yang terbanyak. Ini berarti hasil dari presisi tembakannya, perbedaan waktunya terlalu besar. Yang jadi masalah adalah Kichijouji masih tidak terima kalah dari taktik kasar yang tidak memerdulikan tembakan.

“Untuk kelas ganda, semua tim fokus pada tembakan.”

“Sebenarnya, di situ SMA 1 kalah telak dari SMA 7.”

“SMA 7 mungkin hanya beruntung saja. Itu terjadi sebelum kompetisi. Bukankah begitu, Masaki?”

Para anak laki-laki kelas 2, untuk mencari dukungan, menyeret Masaki ke dalam semua ini.

Di sana, semua yang mencoba menghibur Kichijouji, menyadari sesuatu yang aneh.

Melihat ke belakang, sampai sekarang Masaki belum mengatakan satu kalimat penghibur pun kepada Kichijouji. Berbanding terbalik, dia belum bicara sama sekali sejak makan malam. Dia makan-makan biasa, tapi dia memberi kesan kalau pikirkannya sedang fokus pada hal lain.

“Masaki?”

“Hmm? Benar, yang paling kuat tidak selalu menang, tapi kemenangan hari ini akan memberi kesan buruk pada SMA 7. SMA 1 mungkin kalah dari mereka sekarang, tapi mereka pasti akan mengejar. Dilihat secara objektif, aku yakin ini tidak buruk sekali. Ini masih ada dalam kalkulasi kita.”

Sepertinya dia mengikuti pembicaraan ini sejak tadi, tapi untuk alasan tertentu perasaan aneh itu tidak bisa hilang. Baik teman-teman laki-laki dan perempuan sekelas dengan Kichijouji, tidak peduli gender, melihat satu sama lain.

“Aku mengerti….. kau benar. SMA 1 akan menyusul.”

“Tujuan akhir kita adalah juara satu umum. Kita punya pekerjaan yang harus dilakukan besok.”

“Tidak ada gunanya memikirkan hasil hari ini, iya ‘kan katamu? Aku mengerti, Masaki.”

Namun, sepertinya Kichijouji sudah lepas dari syoknya berkat perkataan Masaki. Dengan begitu makan malam selesai, dan tidak ada seorang pun yang bertanya tentang sikap aneh Masaki.


Pesta teh malam itu tetap diadakan karena pekerjaan mereka yang menumpuk, termasuk penyesuaian CAD, sudah akan berakhir. Besok pagi ada Shield Down kelas ganda laki-laki, dan siangnya adalah babak final untuk Ice Pillars Break kelas ganda perempuan.

Meski dia bertugas untuk Shizuku, yang lolos kualifikasi, dia juga di saat yang sama bertugas untuk Kirihara yang berpasangan dengan Tomitsuka. Terlebih lagi, besok lusanya dia ada Ice Pillars Break kelas tunggal perempuan Miyuki di pagi hari dan Shield Down kelas tunggal laki-laki untuk Sawaki siangnya. Ini adalah hari kedua Kompetisi Sembilan Sekolah yang tersibuk untuk Tatsuya.

“Shiba-senpai, pemeriksaan voltase untuk CAD Kirihara-senpai sudah selesai.”

“Selanjutnya sambungkan dengan auto-debugger.”

“Ok.”

Dengan Kent sebagai asistennya, CAD Shizuku dan Kirihara bisa diselesaikan. Pekerjaan ini butuh ketelitian yang lebih daripada penyesuaian biasa, jadi membuat Kent jadi asistennya sama saja memberikan pelajaran yang tidak lazim tentang protokol penyesuaian CAD. Namun, Kent secara mengejutkan cukup terampil dan pandai, dan dia menjadi berguna untuk membantu Tatsuya.

Tepat saat pekerjaan mereka sudah akan berakhir, seorang pengunjung mendatangi Tatsuya.

“Itu kau, Ichijou. Ada apa?”

Yang datang ke van itu adalah Masaki.

“Maaf mengunjungimu di waktu ini. Apa bisa kita bicara sebentar?”

“Jadwal kita sedang mepet. Kalau cuma sebentar, aku bisa. Kent, aku istirahat dulu.”

“Ok, senpai.”

Tatsuya memanggil Kent untuk itu, lalu pergi bersama Masaki ke sebuah tempat yang tidak disinari cahaya lampur van.

“Kau memercayakan pekerjaan teknisimu kepada anak kelas 1?”

Masaki, sambil berjalan dan sedikit terkejut, bertanya padanya.

“Aku dulu juga anak kelas 1.”

Namun, mendengar jawaban Tatsuya yang sedikit sarkastik, Masaki tersenyum pahit, berpikir ‘Itu terlalu kasar’.

“Baiklah, aku yakin kau datang berbicara padaku tentang Steeplechase.”

Mengabaikan penampilan ramah Masaki, Tatsuya langsung masuk ke inti pembicaraan dan menebak apa yang akan dibicarakan mereka. Masaki seketika terlihat merubah ekspresinya, lalu merubah pikirannya merasa kalau ini bukan waktu untuk basa-basi.

“Ya, seperti yang kau katakan. Entah bagaimana, ini lebih mencurigakan daripada yang kukira.”

“Apa kau menemukan sesuatu?”

Tatsuya berhenti berjalan dan menoleh ke Masaki. Dia mendaratkan pertanyaan pada perkataan Masaki.

“Ini masih jauh untuk dibilang ‘penemuan’. Hanya saja JSDF garis keras sepertinya terlibat dalam ini?”

“Garis keras?”

Tatsuya secara refleks bertanya balik; Masaki segera merasa kalau Tatsuya tidak tahu apa maksudnya bilang ‘garis keras’.

“Oh, maaf, itu adalah faksi anti Great Asian Alliance garis keras di dalam JSDF.”

“Dan mereka lah yang bekerja di balik layar Kompetisi Sembilan Sekolah?”

Dengan sedikit berpikir, itu adalah sesuatu yang mudah dimengerti. Kekuatan yang menginginakan kemenangan perang sedang tergesa-gesa untuk meningkatkan kekuatan tempur mereka dengan menseleksi penyihir tempur. Murid SMA mungkin belum siap untuk berperang, tapi bahkan para garis keras sekalipun tidak mengira sebuah perang bisa terselesaikan hanya dalam satu dua hari. Selain itu, jika mereka melihat hasil Kompetisi Sembilan Sekolah, akan mudah untuk menebak kalau metode ini akan digunakan di pertemuan atlet penyihir universitas.

Namun, Keluarga Kudou, tidak, Kudou Retsu dan para garis keras bekerja sama, bisa dibilang ini ada sebuah kerja sama yang bermasalah. Tatsuya mendengar kalau Kudou Retsu benci melihat penyihir dijadikan senjata. Itu semua rumor, tapi kredibilitasnya tinggi. Mendengarnya saja dari Fujibayashi mungkin bisa untuk membela keluarganya saja; itu mungkin memang bisa terjadi, tapi Kazama, kritikus Sepuluh Master Clan, juga mengatakan hal yang sama.

Retsu benci menggunakan penyihir sebagai senjata, dan masih saja dia tidak menolak penggunaannya sebagai tentara. Bertolak belakang, tapi itulah alasan utama tidak mungkin untuk orang tua sepertinya menggunakan murid-murid SMA sebagai kelinci percobaan untuk metode sebodoh itu. Karena tentara bukanlah buangan, mereka adalah sumber daya penting.

“Aku dengar Kolonel Sakai ingin kita anak SMA untuk bergabung dengan JSDF, tanpa lewat Kementerian Pertahanan.”

Saat Masaki lanjut menjelaskan, Tatsuya merasa kalau dia semakin dan makin bingung. Aku mengerti, kalau tujuan para garis keras adalah untuk mencari para sukarelawan tentara maka konfrontasi dengan Kudou Retsu tidak bisa terjadi. Kalau mereka akan menyelenggarakan acara tempur tingkat tinggi, maka rencana mereka sudah jelas sekali. Mungkin mereka masih mencoba untuk menanamkan insting perang dan sikap destruktif pada anak-anak SMA. Kalau memang begitu, maka tidak ada bedanya dengan meningkatkan jumlah generasi muda yang menjadi penyihir tempur.

Bahkan baginya yang termasuk dalam generasi muda, berbanding terbalik, daripada memandangnya sebagai masalah generasi muda, dia memandang kalau itu masalah orang lain. Memotivasi insting tempur dan sikap destruktif adalah elemen utama dalam latihan Yotsuba.

Namun, itu tidak menjelaskan sihir yang membuat Parasite bisa lepas kendali. Para garis keras tahu seberapa banyak dan seberapa jauh tentang itu. Baik mereka terikat kepada sang pengendali boneka atau mereka hanyalah aktor sampingan.

Dan ada satu masalah kecil yang mendadak muncul di benak Tatsuya.

“……Kau sampai bisa tahu nama Kolonel Sakai.”

Bahkan Keluarga Ichijou mungkin punya jalan mereka sendiri untuk terhubung dengan JSDF. Tapi seharusnya tidaklah mudah untuk bisa mencari tahu nama seorang pemimpin dalam waktu singkat. Karena mereka bukanlah sebuah partai politik, tidak ada sama sekali catatan yang menuliskan setiap faksi.

Masaki menujukkan ekspresi getir pada monolog Tatsuya.

“Kolonel Sakai adalah kenalan lama ayahku.”

Seperti yang diduga, bahkan Tatsuya terkejut dengan pengakuan ini.

“Ichijou, aku tidak menduga kalau……”

“Tidak, bukan begitu! Jangan pikir yang aneh-aneh, Shiba!”

Seperti yang diduga, Ichijou secara terbuka membantah kesalahpahaman itu. Bahkan Tatsuya merasa lega mendengarnya. Jika kemungkinan buruk jumlah musuh bertambah; kalau situasi ini memburuk, dia akan membalik keadaan dengan paksa.

(Tidak….. kalau seperti itu aku lebih baik menghancurkan saja lokasi Steeplechase. Tidak peduli aksi apa yang harus kulakukan kalau aku melakukan itu.)

“Mereka kenalan sejak lama.”

Masaki tersipu karena hal lain, sepenuhnya tidak sadar kalau Tatsuya sedang memikirkan sesuatu yang jauh lebih berbahaya.

“Kolonel Sakai adalah komandan tinggi saat Invasi Sado empat tahun lalu.”

(Sejak awal aku tidak ada hubungannya dengan tujuan Kudou atau prediksi JSDF.)

“Mungkin kau tahu ini, tapi pasukan sukarela yang dipimpin ayahku berhasil menguasai kembali Sado. Di saat yang sama ayahku menarik perhatian Kolonel Sakai untuk melepaskan unit regimen menuju Niigata, Hokuriku. Saat itu baik pemerintah dan JSDF fokus di Okinawa, jadi JSDF bermaksud mengirimkan sebuah batalion sekali pasukan sukarela berhasil menguasai kembali Sado.”

(Membuat SMA 1 menang itu opsional. Atau setidaknya di Steeplechase hari terakhir, kemenangan Miyuki atau Honoka atau Shizuku akan harus menunggu setelah ini selesai. Penghentian Kompetisi Sembilan Sekolah akan menjadi penghinaan besar untuk Asosiasi Sihir nantinya di Kompetisi Thesis, tapi itu bukan masalahku.)

“Kolonel Sakai menjawab permintaan ayahku. Kami berterima kasih untuk itu bahkan sampai sekarang. Saat itu ada sebuah kekuatan militer besar yang dikirimkan kepada kami. Kami belum pernah melihat yang sebesar itu, seperti yang dikatakan ayahku, dan aku juga yakin begitu.”

(Kalau aku menyerang di bawah permukaan tempat itu dengan Material Burst mungkin itu akan dianggap sebagai ledakan senjata. Mentarget sebuah massa yang kecil sekali adalah sesuatu yang mustahil untuk Third Eye dan jarak dekat beberapa kilometer seharusnya tidak memicu letusan gunung berapi. Melakukannya di tengah-tengah malam tidak akan membahayakan semua murid. Itu tinggal membujuk Miyuki dan orang yang bisa kumanfaatkan….. kira-kira siapa.)

“Namun, tepat setelah bagian pertama Invasi Okinawa selesai, Kolonel mencoba untuk melakukan penyerangan terhadap pasukan Uni Soviet Baru! Ayahku memprotesnya, tapi Kolonel tidak menghiraukannya. Tentu saja, tidak mungkin markas utama akan mensetujui hal seperti itu. Akibatnya itu tidak terjadi, tapi ayahku terus berselisih dengan Kolonel sampai pasukan itu berhasil mundur. Dari situ mereka berselisih pandang dan berpisah, dan mereka belum berbicara lagi satu sama lain sampai sekarang.”

(Kalau saja ada anggota sindikat kriminal yang berkeliaran seperti tahun lalu maka aku bisa memanfaatkan mereka. Bukannya mereka punya kekuatan untuk berhadapan dengan pasukan pertahanan?)

“Aku bicara dengan ayahku kemarin dan dia sedang bingung, bilang ‘Akan lebih baik kalau tidak ada pemberontakan bodoh itu’, lalu dia bilang, ‘Ini sudah menjadi masalah orang lain jadi kita tidak bisa apa-apa’ saat ia menyimpulkan semua ini.”

“Pemberontakan, katamu?”

Tatsuya baru saja memikirkan sesuatu yang sangat berbeda dari apa yang Masaki bicarakan sejauh ini. Namun ada satu kata yang sesuai dengan pikirannya, spontan dia memfokuskan kesadarannya pada cerita Masaki.

Untuk Masaki, Tatsuya mendadak memberikan respon yang mengejutkan setelah diamnya selama penjelasan itu, dan dia sendiri merasa kata ‘pemberontakan’ itu terlalu berlebihan.

“Bukan, tidak ada pemberontakan melawan Kolonel Sakai. Aku sendiri tidak tahu banyak detailnya, aku cuma tahu kalau ‘hanya tinggal menunggu waktu sebelum ada pemberontakan’.”

“Itu berarti kau tidak punya bukti sama sekali?”

“Y….Ya.”

“Jadi hanya rumor.”

“Lagipula….. ya seperti itulah!”

Masaki pasti merasa kalau pembicaraan ini semakin mengarah ke hal yang tidak diinginkannya. Dia menaikkan suaranya untuk menghentikan paksa pembicaraan ini.

“Saat ini Keluarga Ichijou tidak ada hubungan sama sekali dengan Kolonel Sakai. Kita sempat dekat jadi kita punya banyak koneksi; karena itulah kita bisa tahu kasus ini. Kelompok Kolonel Sakai mungkin tidak akan melakukan pemberontakan. Kalau mereka ada yang melakukan sesuatu, aku yakin itu untuk mengumpulkan penyihir-penyihir muda dalam jumlah banyak dan mambawanya ke dalam faksi mereka, lalu melakukan peperangan dengan Great Asian Alliance.”

“Ini sudah cukup untuk pembicaraan yang tidak terlalu rahasia ini,….. tapi terima kasih. Akan kuingat itu.”

“Aku, itu bukan apa-apa. Aku menginvestigasinya atas kemauanku sendiri, tidak perlu terima kasih. Lagipula melihat situasi seperti ini, tampaknya tidak akan ada yang bergerak. Akan kuhubungi kau kalau aku menemukan sesuatu…. Tidak tahu saat pesta penutupan, atau kuhubungi diam-diam.”

“Terima kasih.”

Tatsuya melihat Masaki pergi, yang tergesa-gesa, dengan sebuah terima kasih. Dia tahu kalau semua omongan Masaki tidak benar, dan dia tidak ingin membawa-bawa masalah boneka Parasite.

(Garis keras….)

Dihadapkan dengan pihak yang bisa dijadikan kambing hitam, Tatsuya sebaliknya kembali tenang. Jelas tidak ada waktu lagi untuk taktik aneh-aneh. Sudah kurang dari sepuluh hari lagi sebelum Steeplechase Cross-country, di mana eksperimen boneka Parasite akan dilakukan. Untuk melakukannya dengan cepat akan sangat sulit bahkan dengan bantuan Yakumo sekalipun. Mungkin bisa kalau dengan bantuan Yotsuba, tapi kemungkinan besar Maya tidak akan memberikan bantuan untuk meledakkan lapangan latihan Fuji. 

(Jarang sekali aku sebimbang ini………)

Dengan itu, Tatsuya akhirnya tahu apa yang harus dilakukannya. Untuk sekarang, malam ini, Tatsuya meminta dirinya untuk mengekesampingkan dulu masalah boneka Parasite dari pikirannya dan merilekskan diri di pesta minum teh bersama adik dan teman-temannya.

◊ ◊ ◊

Hari ketiga Kompetisi Sembilan Sekolah. Pagi harinya ada babak eliminasi dan final untuk Shield Down kelas ganda laki-laki dan babak final Ice Pillars Break kelas ganda laki-laki.

Tomitsuka mengangkat tamengnya, lalu menerjang maju. Kontestan SMA 3, dari pertandingan itu sadar kalau para kontestan SMA 1 adalah pemain jarak dekat, selalu menjaga jarak dari Kirihara dan Tomitsuka saat bertarung. Namun, para kontestan SMA 3 mengira kalau sihir Tomitsuka adalah adalah sihir jarak jauh tingkat tinggi. Yang sebenarnya adalah mereka kewalahan karena sihir Tomitsuka yang bersifat seperti ‘Gram Demolition’. Di situasi seperti ini para kontestan SMA 3 hanya bisa menembaki mereka dengan peluru udara terkompresi.

“Yaaah!”

Gelombang kejut yang terlepas dari tameng Tomitsuka meledakkan udara-udara itu menjadi angin besar. Itu adalah Sihir Tipe Gerakan ‘Rest’ dan sebuah turunan Sihir Akselerasi ‘Explosion’. Yang terjadi di sini bukanlah akselerasi dari benda padat, melainkan sebuah proses perubahan gas secara langsung melalui kontak dengan permukaan tameng yang memberi vektor akselerasi yang tegak lurus dengan permukaan tameng.

Sebelum Kompetisi Sembilan Sekolah dimulai, Tomitsuka tidak mampu menggunakan sihir yang menggunakan udara yang populer di kalangan pengguna Sihir Modern. Sihir tipe ini kebanyakan membutuhkan kemampuan manipulasi udara berkelanjutan yang baik. Untuk Tomitsuka, yang tidak mampu memanipulasi sihir yang lepas dari tubuhnya, tidak mungkin ia bisa melakukan itu dengan baik.

Namun, tidak bisa ‘sama sekali’ untuk menggunakan sihir tipe itu sebenarnya cuma masalah yang dimiliki ‘kesadaran’nya. Di manapun dia berada, ada udara di sana. Itu bisa digunakan dengan mudah. Hanya dengan mengakselerasi udara yang ada dekat tangannya, dia tidak butuh sihir jarak jauh. Contohnya saja ‘Mach Puch’ Sawaki, dimana udara terkompresi di sekitar tangannya mendorong apapun yang diterjangnya. Sebuah sihir untuk mengakselerasi bagian tubuh, tidak, seluruh tubuhnya sampai kecepatan sonik setelah bergerak dengan presisi tinggi, tapi gelombang kejut sihir itu.

Tatsuya, yang juga berperan ganda sebagai penyusun taktik, memanfaatkan basis teori itu. Tapi, berkat usaha Hirakawa Chiaki lah Rangkaian Aktivasi ‘Blast’ yang Tomitsuka kuasai bisa digunakan.

Chiaki secara alami lebih ahli dalam perangkat keras daripada perangkat lunak CAD; dia juga ahli menyesuaikan Rangkaian Aktivasi, tapi dia tidak terlalu ahli menyusunnya. Tapi setelah mendengar konsep ‘Zero Range Blast’ Tomitsuka, Chiaki, di bawah bimbingan Profesor Jennifer Smith, berhasil mengatasi kelemahannya dalam menyusun Rangkaian Aktivasi, sebelum berhasil menyusun Rangkaian Aktivasi untuk ‘Blast’ yang bisa Tomitsuka gunakan dengan mudah. Bisa dibilang kalau berkat Chiaki, si Range Zero Tomitsuka bisa menggunakan ‘Blast’.

Kirihara, mengambil kesempatan Tomitsuka yang menghalau serangan SMA 3, menerjang maju. Untuk letak posisi mereka, Tomitsuka sedang ada di tengah, pasangan SMA 3 ada di pinggir, dan Kirihara ada di tengah mereka.

Dia lalu merendahkan tubuhnya, berlutut di satu kaki seolah terjatuh, lalu menyerang dengan tameng mereka.

Setelahnya sebuah pukulan mengejutkan ring itu. Bersamaan dengan gelombang kejut pukulan ring itu, sebuah gelombang getaran tersebar.

Getaran itu kuat di pusatnya. Namun, itu berdampak besar pada pasangan SMA 3, yang berdiri di pinggir ring. Kalau saja mereka jatuh keluar, maka mereka sudah didiskualifikasi.

Kesadaran mereka semuanya fokus untuk menahan pijakan, mereka menjauh dari Kirihara dan Tomitsuka.

Mereka berdua tidak membiarkan ada celah sedikit pun. Menggunakan Sihir Akselerasi diri, Tomitsuka berlari maju dan melewati Kirihara, menabrak salah satu kontestan SMA 3 dengan tamengnya. Sekarang ini waktu untuk keahliannya, ‘Explosion’.

Kontestan SMA 3 yang lain tidak punya waktu untuk menyadari kalau rekannya sudah keluar ring saat Kirihara menusuk tamengnya dengan ‘Shield Edge’ miliknya.

Itu adalah variasi dari ‘Sonic Blade’. Tameng kontestan SMA 3 itu tidak retak, tapi hancur berantakan. Dan tanpa menunggu ronde dua, Shiled Down kelas ganda laki-laki dimenangkan oleh SMA 1.

Kirihara mengangkat tangan Tomitsuka dan menariknya tinggi ke atas. Di kursi staf di luar ring, Chiaki terlihat bertepuk tangan dengan bahagia. Dia selalu terlihat masam dengan adanya Tatsuya duduk di sampingnya, tapi sepertinya dia sudah tidak memerdulikan itu.

◊ ◊ ◊

Di hari ketiga Kompetisi Sembilan Sekolah, SMA 1 mendapat posisi ketiga untuk Ice Pillars Break kelas ganda laki-laki, dan posisi satu untuk kelas perempuan. Shield Down kelas ganda laki-laki mendapat posisi satu, tapi kelas ganda perempuan kalah di babak eliminasi. Itu adalah hasil yang tak terduga, tapi hal itu juga dialami SMA 3 yang naik ke puncak secara umum. Kalau mereka sudah mengalahkan SMA 3 di pertandingan itu maka mereka pasti sudah akan ada di posisi satu secara umum; pertarungan yang sangat intens.

Tapi apa yang sudah terjadi terjadilah. SMA 3 berada di posisi kedua untuk semua lomba di hari ketiga ini. Selisih poin mereka di hari kedua adalah 40 poin dan sekarang selisihnya jadi 100. Di meja makan malam, bahkan mereka berdua yang menang sedang dalam suasana hati yang buruk.

Sebaliknya,

“Shizuku, selamat untuk kemenanganmu!”

“Yah, dengan kemampuan Shizuku itu sudah pasti.”

“Ya ya, selamat Shizuku!”

Di pesta minum teh Tatsuya, pujian-pujian untuk Shizuku itu dilayangkan dengan cepat.

“Terima kasih, semuanya.”

Tidak peduli berapa kali, itu tetap saja sesuatu yang patut dianggap bahagia. Shizuku dengan mudah memiringkan kepalanya.

“Besok giliran Miyuki, huh?”

Sedikit malu, tapi tetap menawan seperti biasa dia mengembalikan fokusnya ke Miyuki.

“Ya, aku juga akan berusaha yang terbaik.”

Tanpa menunda, Miyuki menjawab dengan senyuman penuh tekad.

“Aku yakin sebaiknya kau tidak berpikiran seperti itu. Kalau kau fokus mengarahkan semuanya untuk itu maka kau sendiri akan jatuh.”

“Tidak mungkin ada jebakan yang bisa mengenai Miyuki, benar bukan? Daripada begitu, aku rasa yang paling penting tidak ceroboh saat start.”

“Itulah jebakan terbesar.”

“Astaga……. Subaru, Erika, apa kau benar-benar mengira aku seceroboh itu?”

Alasan kenapa Subaru dan Erika membuat saran-saran mereka terdengar seperti candaan adalah karena mereka tidak tahan dengan atmosfer yang ada antara Shizuku dan Miyuki. Dengan protes kecil Miyuki, atmosfer di tempat itu menjadi sedikit rileks.

“Tidak, bukan itu maksudku.”

Subaru menjawab dengan senyuman kecut menghiasi wajahnya, dan Miyuki seperti biasa tidak mencoba melanjutkan itu.

Pembicaraan gadis-gadis itu terus berjalan di bawah langit malam. Jumlah orang yang ikut pesta minum teh itu meningkat dan menjadi semakin meriah.

Erika tidak datang di hari pertama, bilang kalau dirinya ‘sibuk’, tapi dia sudah ikut sejak kemarin malam seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Malam ini, Satomi Subaru dan Akechi Eimi juga ikut bersama mereka. Meja kemah itu akan penuh sebentar lagi. Kalau saja ada orang lain yang datang, mereka pasti perlu mencari meja dan kursi tambahan. Semua perempuan kelas 2 ada di sini, jadi mungkin hal itu tidak akan terjadi.

Pesta minum teh pertama ini diketahui oleh tim SMA 1 keesokan paginya. Alasan kenapa Eimi dan Subaru bergabung dengan mereka malam ini bukan karena mereka ingin begadang.

“Omong-omong Eimi baguslah kalau kau merasa lebih baik. Menghabiskan malam seperti itu tidaklah enak.”

“Aku, aku tidak merajuk! Tidak sama sekali!”

Ini bukan seperti masalah besar…. tapi melihat Eimi membantahnya sampai seperti itu, Subaru hanya bisa menghela napas. Berdasarkan sikapnya, ketenangannya bisa dipertanyakan, tapi Subaru bisa merasa kalau Eimi sedang terganggu.

Subaru dan Eimi sekamar. Mereka tidak seakrab Honoka dan Shizuku dan sejak datang ke Kompetisi Sembilan Sekolah, selain saat pertandingan, mereka akan menghabiskan waktu mereka bersama. Jadi saat Subaru merasa ada sesuatu yang mengganggu Eimi, dia sendiri akan terpengaruh dan sebagai temannya, akan merasa perlu melakukan sesuatu.

“Ada apa?”

Miyuki bukan hanya bertanya kepada Eimi, tapi Subaru juga.

“Tidak apa-apa!”

Wajahnya memerah, Eimi mencoba untuk menyembunyikannya. Tapi sesuatu seperti itu tidak akan bisa menghentikan Subaru.

“Ini tentang Tomitsuka……”

Mendengar jawaban yang Subaru katakan sambil satu mata tertutup dan mengangkat bahu, Miyuki, Honoka, dan Shizuku semuanya menghela napas lega dengan ekspresi mengerti semuanya.

“Apa yang Tomitsuka-kun lakukan?”

Mizuki ganti bertanya pada Shizuku, yang duduk di sebelahnya. Tapi, Erika lah yang menjawabnya.

“Dia mungkin sedang bermesraan sama cewek itu.”

“Cewek itu……?”

“Hirakawa. Hirakawa Chiaki.”

Sepertinya Mizuki mulai mengerti arah pembicaraan Erika. Namun, dirinya masih terlihat tidak percaya, mereka menoleh ke Eimi.

“Eimi. Ini Tomitsuka-kun, aku yakin dia cuma berterima kasih saja.”

Berbicara tentang keakraban Tomitsuka dan Chiaki selama makan malam (walau sebagian besar Chiaki cuma menunduk), Honoka menyampaikan itu untuk menghibur Eimi.

“Aku bilang tidak ada masalah.”

Eimi memertahankan bantahannya, tapi bukan hanya Honoka yang sudah melihat Tomitsuka dan Chiaki. Shizuku dan Miyuki juga melihat hal yang sama. Bahkan jika mereka tidak, mereka sudah tidak perlu memertanyakan kebenarannya lagi setelah melihat ekspresi Subaru dan Eimi yang bisa dipercaya di sini.

“Eimi, Tomitsuka-kun tidak bisa diharapkan.”

“Apa maksudnya itu!?”

Menunjukkan ekspresi yang cukup terduga, bisa dipertanyakan apa dia memang menyembunyikan sesuatu. Meski begitu, perkataan Shizuku cukup frontal, jika pikir-pikir lagi.

“Tidak seperti Tatsuya-san, Tomitsuka-kun adalah orang yang benar-benar tidak peka. Kau harus mengatakan kepadanya langsung agar ia bisa mengerti.”

Setelah Shizuku mengatakannya, Eimi terlihat mulai menunjukkan ekspresi senang. Sepertinya itu berhasil menembus pertahanannya, atau bisa dibilang, Eimi sudah menyerah.

Omong-omong masalah kepekaan, Tatsuya sendiri sampai bingung harus memasang ekspresi seperti apa. Untungnya, masalah itu tidak bertahan lama.

[Tuan.]

Mendadak mendapat telepati dari Pixie, Tatsuya menahan dirinya dan berdiri dengan ekspresi normal. Dia sudah melarang Pixie untuk melakukan telepati kecuali dalam satu kondisi. Dengan kata lain, sekarang kondisinya seperti itu.

“Onii-sama?”

“Tatsuya-san?”

“Sepertinya ada yang berbunyi. Akan kuperiksa sebentar.”

Meninggalkan Miyuki dan Honoka dengan sebuah alasan murahan, Tatsuya pergi menaiki van itu.


Sekali di dalam, Pixie memandunya ke peta yang ada di panel kursi pengemudi. Di pusat peta itu ada lokasi-lokasi perlombaan, tergabung dengan jalan militer di seberangnya.

[Saya mendeteksi keberadaan sesamaku di lokasi ini.]

“Apa semua sinyalnya masih menyala?”

Melihati peta itu dengan ekspresi kacau, Tatsuya berbicara dengan Pixie.

[Sepertinya begitu. Tampaknya kehadiran saya sudah diketahui.]

“Berapa banyak?”

[Saya mendeteksi 16.]

Jumlah itu sama seperti yang ditemukannya di bekas Ninth Institute.

[Ah….]

Pixie menyuarakan perasaannya secara refleks. Fenomena seperti itu sering terjadi akhir-akhir ini.

“Ada apa?”

[Saya mendadak hilang kontak. Saya yakin mereka masuk ke fase dorman lagi.]

“Apa ada tanda-tanda pergerakan?”

[Dari apa yang saya dapati, negatif.]

Di kondisi seperti itu boneka Parasite masih belum bisa dikembangkan di fasilitas militer. Tatsuya tidak tahu seberapa tahu mereka, tapi pengujian performa boneka Parasite ini sangat rahasia. Kalau memang begitu, Tatsuya yakin kemungkinan mereka pasti membawanya dengan sebuah lab berjalan atau semacamnya.

Tatsuya sepertinya tidak tahu jarak efektif untuk dapat mendeteksi boneka Parasite. Tapi untuk uji performa itu, dia menduga kalau mereka tidak akan ditempatkan terlalu jauh saat kompetisi itu berjalan. Posisi dekat dengan lokasi kompetisi adalah kemungkinan logis. Satu-satunya masalah cuma….

(Kalau kita bisa menentukan lokasi boneka Parasite dari sini, mereka kemungkinan juga bisa tahu posisi Pixie….)

Hal itu membuatnya khawatir. Kalau Pixie bisa merasakan boneka Parasite, sebaliknya mereka juga bisa. Itu berarti tim eksperimen Kudou juga tahu kalau keberadaan boneka Parasite telah diketahui.

Kalau semua persiapan Tatsuya sudah lengkap, dia pasti sudah akan langsung bergerak. Itu berarti mencari beberapa posisi berbeda sampai hari kompetisi. Namun, orang-orang ini melakukan semua itu di bawah proteksi Kudou Retsu, dan kemungkinan mereka tidak akan terlalu memerdulikan itu.

(……..Bukannya baru saja kemarin aku merasa kalau tidak ada yang bisa didapat dari sini. Bukan berarti tidak ada gunanya. Ayo kita lihat.)

Tatsuya akhirnya memutuskan aksinya.


Saat dia sudah menyiapkan semua peralatannya dan kembali ke luar, pesta minum teh itu sudah selesai.

“Tatsuya-san, sampai jumpa besok.”

“Sampai jumpa, Miyuki.”

“Tatsuya-kun, terima kasih pestanya.”

“Shiba-kun, Miyuki, terima kasih lagi~”

“Dadah, Tatsuya.”

“Shiba-senpai, selamat malam.”

Kumpulan temannya (ditambah satu adik kelas) pergi kembali ke hotel. Melihat mereka pergi, Miyuki tersenyum dengan gembira kepada Tatsuya.

“Onii-sama, mau keluar?”

“Ya.”

Dia tahu betul Tatsuya sehingga tidak ada gunanya untuk Tatsuya menutup-nutupi lagi.

“Aku sudah menduga, jadi aku membuat semua orang cepat kembali ke hotel.”

Dia sudah ditebak, tapi setelah berpikir kalau ini sudah biasa, ekspresi kacau di wajahnya menghilang. Tetapi, perkataannya setelahnya punya efek yang besar.

“Onii-sama, tolong jangan pergi.”

“Miyuki…. Apa maksudmu?”

“Tidak, Malahan, Onii-sama. Aku tidak akan membiarkan Onii-sama pergi.”

Sudah tidak ada kegembiraan lagi yang terpancar di matanya. Sebaliknya, sekarang matanya memancarkan sebuah tekad yang kuat.

“Onii-sama pasti ingin pergi berhadapan dengan musuh sekarang? Aku secara pribadi merasa itu tidak bagus.”

“Pixie sudah mendeteksi lokasi musuh. Kita akhirnya punya petunjuk.”

“Tunggu dulu. Apa yang kuminta adalah, kenapa Onii-sama perlu menghalangi eksperimen Keluarga Kudou.”

Itu adalah momen-momen langka dimana Tatsuya kehabisan kata-kata. Sejak dia menerima email dari orang tak dikenal, dia selalu merasa kalau semua ini harus segera dihentikan. Namun, hanya itu saja yang dipikirkannya.

“Ini mungkin egoku saja. Aku belum sama sekali membantu Onii-sama sedikit pun di kasus ini, jadi ini juga memalukan untukku.”

Seperti yang dikatakannya, Miyuki terlihat tegas. Selagi menahan ‘malu’nya, dia meneruskan perkataannya untuk menahan kakaknya.

“Onii-sama boleh memarahiku seperti apapun nanti. Tapi Onii-sama. Sebelum itu, tolong dengarkan aku.”

Mata Tatsuya tidak lepas dari Miyuki sekalipun. Setelah mendeklarasikan kalau dia akan menghadapi musuh, dia tidak bisa bergerak sedikit pun di depan adiknya.

“Tidak ada satu alasan pun kenapa Onii-sama harus bertanggung jawab atas rencana Keluarga Kudou. Onii-sama tidak punya kewajiban untuk menghentikan boneka Parasite sama sekali.”

Tatsuya sendiri paham betul akan itu. Dia memahaminya dengan baik.

“Onii-sama juga tidak perlu bertanggung jawab atau semua kontestan di Steeplechase Cross-country.”

Rasanya dia seperti sedang dimarahi dengan cara dipukul tongkat saat meditasi. Tatsuya perlahan mulai sadar apa yang ingin dikatakan adiknya, dan di mana adiknya benar dan dia salah.

“Onii-sama. Aku akan mengatakan sesuatu yang sangat egois. Sesuatu yang aku sendiri malu memikirkannya.”

Tidak ada tanda-tanda malu atau kesombongan di nada bicara Miyuki. Tidak ada sedikit pun keraguan juga di dalamnya.

“Yang perlu Onii-sama lakukan hanya melindungiku. Satu-satunya tanggung jawab Onii-sama hanya aku.”

Bahkan sampai sekarang, hanya suara adiknya sajalah yang masuk ke telinganya.

“Baik mereka dari SMA 1 atau sekolah lain, Onii-sama tidak perlu memerdulikan siapapun kecuali aku!”

Terdengar Miyuki menggertakkan giginya. Suara itu menyembunyikan air mata yang tergenang di matanya.

“Biarkan saja boneka Parasite sampai hari H. Kalau Onii-sama lupa jika boneka Parasite itu hanya akan dilepas di hari itu saja, mereka bahkan tidak pantas untuk jadi musuh Onii-sama. Tidak apa-apa untuk menghancurkan mereka saat hari H. Setelah kompetisi selesai, aku akan menghancurkan roh-roh itu sendiri.”

Perlahan, sedikit demi sedikit, Miyuki menaikkan tatapannya bertemu dengan mata Tatsuya. Matanya sekarang sudah kering.

“Kalau Onii-sama memaksa pergi, bahkan setelah aku seperti ini, aku akan menghentikan Onii-sama dengan paksa.”

Sekarang Tatsuya panik.

Dia bisa merasakan kekuatan terlarang terkumpul pada diri adiknya.

“Hentikan ini, Miyuki! Apa kau ingin menyegel ‘mata’ku!? Kalau kau mau melakukan itu , kau sendiri akan berakhir tidak bisa menggunakan sihir juga!”

“Aku hanya perlu mengundurkan diri dari kompetisi besok. Nantinya aku rasa aku juga perlu keluar dari SMA 1. Tapi aku lebih mending seperti itu daripada melihat Onii-sama seperti ini!”

Untuk pertama kalinya, Miyuki mengeluarkan semua pikirannya. Dengan tangisan, dia mengeluarkan perasannya yang sesungguhnya.

“Onii-sama, apa Onii-sama tidak sadar seberapa banyak beban yang Onii-sama limpahkan pada diri Onii-sama sendiri!? Dari tadi pagi sampai sore Onii-sama selalu sibuk menyesuaikan CAD untuk kompetisi, lalu setelah pertandingan Onii-sama berkonsultasi dengan staf teknis lain dan memberikan masukan, lalu mengajari adik kelas sampai larut malam sambil mempersiapkan hal-hal untuk besok. Lalu mengurus urusan militer dan Keluarga Kudou…. Bahkan bagi Onii-sama sekalipun, itu sudah keterlaluan! Onii-sama hanya akan berakhir kelelahan sendiri!”

Air mata mengalir dari mata Miyuki.

Tatsuya akhirnya sadar seberapa lelah dirinya, dan seberapa lelah adiknya mengkhawatirkan dirinya.

Keraguan yang menyelimutinya menghilang, dan dia merasa kalau hatinya sekarang sudah lebih tenang.

“Tidak perlu seperti itu.”

Miyuki terlihat tidak bisa apa-apa mendengar Tatsuya. Frustasi yang ada di suara Tatsuya sebelumnya sudah hilang, dan sekarang sudah digantikan dengan kelemah lembutan.

“Aku akan kembali ke kamar.”

“Onii-sama…..?”

“Miyuki. Kau benar. Aku salah.”

Miyuki tidak menduga kalau dia akan mampu menyakinkan kakaknya. Sebagai manusia, dia tahu betul kalau kakaknya benar. Jadi dia tidak percaya kalau dia bisa merubah pemikiran kakaknya.

“Seperti yang kau bilang. Hanya dirimulah yang perlu kulindungi. Selama aku bisa menjagamu, semuanya tidak penting. Hanya dirimulah yang terpenting.”

Perkataan itu lah yang selalu ingin Miyuki dengar, yang mana sudah mengisi dan menenangkan hatinya. Seolah luapan emosinya sebelumnya cuma ilusi, dia hanya berdiri diam memandangi Tatsuya. Tatapannya, seperti sebelumnya, terlihat seperti memandangi mimpi.

“Ayo kembali.”

Mendorong pundak adiknya dengan lembut, dia mulai menjalankan Miyuki yang seperti boneka kembali ke hotel.

Di belakang mereka, Minami, yang terus ada di tempat selama drama itu, mengikuti mereka, menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya.

◊ ◊ ◊

Pagi hari keempat kompetisi. Di Ice Pillars Break kelas tunggal perempuan, Miyuki memenangkan semua babak final kurang dari semenit.

Kemenangannya sangat mutlak sampai ada kekhawatiran kalau dia telah membuat lawan-lawannya trauma; namun, Miyuki sendiri terlihat tidak peduli akan itu. Dan semua penonton tidak memerdulikan yang kalah. Senyuman Miyuki yang sangat menawan membuat mereka semua terjerat dalam pesonanya meski Miyuki lupa untuk menyalami lawan-lawannya.

Setelah istirahat makan siang ada Ice Pillars Break kelas tunggal laki-laki dan Shield Down kelas tunggal laki-laki. Tatsuya bertugas di Shield Down. Di perjalanannya ke ring, Tatsuya bertemu dengan Sawaki.

“Shiba-kun, kau terlihat lebih baik hari ini.”

Dia sudah mengurus Ice Pillars Break (sederhananya, Miyuki) sepanjang pagi, tapi dia sudah mencuci mukanya setelah sarapan.

“Apa aku seberbeda itu?”

Tatsuya bertanya kepada Sawaki sambil merasa kalau pertanyaan itu terasa mendadak dan terlambat.

“Ah. Hari pertama, kedua, ketiga, aku bisa melihat kalau kau tidak konsentrasi. Aku berusaha untuk diam saja karena kulihat kau bekerja dengan baik. Aku pikir kau sedang mengkhawatirkan sesuatu atau semacamnya.”

Tatsuya secara pribadi terkagum. Dia tidak mengkhawatirkan sesuatu tapi ia sedang gelisah; namun, dia tidak ingin menunjukkan itu. Bahkan sekarang, teman-temannya; Honoka, Shizuku, Mikihiko, dan yang lain seperti Isori dan Azusa yang lebih dekat dengannya ketimbang Sawaki; tidak ada yang terlihat menyadari itu. Mungkin itu karena Sawaki jarang bersamanya jadi dia sadar kalau ada perubahan kecil. Namun, kemampuan observasi Sawaki luar biasa.

“Kau terlihat segar hari ini. Jadi aku mengatakannya.”

“Walaupun aku sendiri tidak menyadarinya, aku mungkin kelelahan saja. Kemarin, aku bisa tidur nyenyak untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir untuk bisa mengembalikan fokusku.”

Sebagai alasan, itu cukup pintar, walau bukan yang terbaik. Walau dia merasa kalau Sawaki tidak akan termakan alasan itu, dia tetap mengatakannya saja.

“Itu bagus. Tetap bersemangatlah, Shiba-kun.”

Namun, Sawaki tidak menunjukkan keraguan sedikit pun. Dia hanya menyemangatinya. Dia tidak memikirkan hal lain dan tetap fokus tentang pertandingannya.

◊ ◊ ◊

Laju pemulihan Tatsuya dan laju SMA 1 menaruh tekanan pada pemimpin mereka berjalan beriringan.

Hari keempat. Hasil SMA 1: Ice Pillars Break, kelas tunggal laki-laki posisi ketiga, kelas tunggal perempuan posisi satu. Shield Down, kelas tunggal laki-laki posisi satu, kelas tunggal perempuan posisi satu. SMA 3 memulai hari dengan unggul 100 poin dan turun jadi 60 poin.

Kemenangan SMA 1 terus berlanjut bahkan di divisi kelas 1. Di hari pertama kompetisi divisi kelas 1, baik laki-laki maupun perempuan mendapat posisi satu di Rower and Gunner. Tatsuya yang menjadi teknisi untuk kelas laki-laki bersama Kent. Dia membimbing kouhainya menuju kemenangan melawan SMA 7. Pemenang kelas perempuan, Kasumi, menunjukkan ekspresi kemenangan ‘Ini tidak ada apa-apanya’ dari tengah podium kemenangan.

Hari kedua kompetisi divisi kelas 1 adalah babak final Ice Pillars Break dan Shield Down. Kelas laki-laki berhasil mencapai posisi tiga di Shield Down, tapi kelas perempuannya menang secara menakjubkan. Tatsuya adalah teknisi untuk Minami, tapi dia benar-benar tidak melakukan banyak hari itu.

Kelas laki-laki juga mendapatkan posisi tiga di Ice Pillars Break dan kelas perempuan seperti tadi mendapat kemenangan lagi. Izumi menguasai penuh jalannya kompetisi Ice Pillars Break. Saat Izumi kembali ke tenda SMA 1, seluruh wajahnya, entah bagaimana terlihat tersenyum pada Miyuki, tenggelam dalam suasana itu, tapi untuk sekali Miyuki membiarkan tubuhnya dipeluk seperti sebuah guling sampai Izumi puas.

Dan di hari ketiga divisi kelas 1.

“……Ini memang tak bisa dihindari.”

“Seperti dugaan. Ayako memang tak terkalahkan di Mirage Bat….. Bahkan aku sendiri tidak bisa menyainginya.”

Babak final Mirage Bat divisi kelas 2 & 3 sudah dua hari yang lalu; hari ini, Tatsuya, yang besok tidak ada kegiatan, sedang menonton babak final Mirage Bat divisi kelas 1 dari tribune penonton. Hanya satu atlet SMA 1 yang berhasil mencapai babak ini.

Sebenarnya, di babak eliminasi, disarakan untuk Izumi atau Kasumi ikut serta di Mirage Bat kelas perempuan. Ide itu mendapat banyak dukungan; namun, Tatsuya menentang keras hal itu, dan Kasumi berakhir ikut di Rower and Gunner dan Izumi ikut Ice Pillars Break.

Premis Tatsuya menentang keikutsertaan dua orang itu dengan berkata ‘kemampuan Kasumi lebih condong ke Rower and Gunner’ dan ‘kemampuan Izumi lebih cocok untuk Ice Pillars Break’, bukanlah bohong. Ciri-ciri penyihir Keluarga Saegusa adalah kuat dalam segala jenis sihir. Mayumi adalah sebuah kasus langka di mana ia punya keahlian di satu bidang khusus.

Namun, alasan sebenarnya adalah ‘tidak ada satu pun dari mereka yang bisa menang melawan Ayako’.

Sihir keahlian Ayako adalah ‘Ultimate Scattering’, sebuah Sihir Tipe Konvergen yang menyebarkan uap, energi, dll bahkan sampai titik di mana mereka sudah tidak bisa mengenalinya lagi. ‘Ultimate Scattering’ tidak ada hubungannya dengan Mirage Bat. Namun, Ayako punya sihir lain yang dikuasainya sebaik ‘Ultimate Scattering’.

Itu adalah ‘Mock Teleportation’. Sihir itu menyembunyikan penggunanya atau orang lain dengan selubung udara, memerkecil inersia, dan membuat penggunanya mampu bergerak dengan instan melalui sebuah lubang vakum.

Lubang vakum itu akan menjadi sebuah rintangan untuk atlet Mirage Bat lain, jadi dia tidak bisa menggunakannya seperti itu. Namun kalau Rangkaian Aktivasi ‘Mock Teleportation’ dilemahkan, maka sihirnya bisa membuatnya melompat lebih cepat daripada kecepatan mata seseorang dengan memanfaatkan tiupan angin kencang.

Bahkan penggunaan sihir terbang tidak bisa menyaingi kecepatannya. ‘Mock Teleportation’ sangat lemah dibanding sihir terbang dalam hal fleksibilitas gerakan. Namun, itu bukan masalah untuk Mirage Bat. Satu-satunya cara untuk menang melawan Ayako adalah dengan menghilangkan bola-bola cahaya itu sebelum ditemukannya.

Seperti yang Tatsuya dan Miyuki duga, Mirage Bat divisi kelas 1 menunjukkan pemandangan dimana Ayako seorang lah yang mencetak skor. Kouhai SMA 1 mereka sudah melakukan perjuangan keras. Dia mungkin bisa mendapat posisi dua.

Namun, itu sudah batasnya. Karena bahkan sampai sekarang, kesenjangan poin itu semakin besar.

Pemenang Mirage Bat divisi kelas 1 adalah Kuroba Ayako dari SMA 4. Perolehan skor umumnya adalah SMA 1 di urutan kedua, SMA 3 di urutan ketiga, dan SMA 5 di urutan keempat.

Hari terakhir kompetisi divisi kelas 1, Monolith Code. Di sini lagi-lagi SMA 1 mengalami kesulitan tapi berhasil memberikan perlawanan yang baik.

Tahun ini, Monolith Code menggunakan sistem kompetisi; baik divisi kelas 1 ataupun kelas 2 & 3 menggunakan enam arena dalam waktu dua hari. Setiap tim akan melakukan delapan pertandingan dalam sepuluh ronde (sederhananya, setiap tim akan istirahat dua kali).

Hari kedua, ronde ke sembilan, dipimpin oleh Shippou Takuma, tim SMA 1 berhasil memenangkan enam pertandingan sejauh ini. Mereka sudah mengalahkan tim yang mereka pandang sebagai saingan terbesar mereka bahkan sebelum kompetisi ini dimulai, SMA 3, di pertandingan sebelum pertandingan terakhir mereka, jadi semangat kemenangan mengalir di dalam diri setiap mereka. Namun, mereka sudah melihat SMA 3 kalah terhadap SMA 4 di depan mata mereka sendiri di pertandingan terakhir. Ini mencengangkan Takuma dan yang lain seperti barusan disiram air dingin.

“Orang itu luar biasa. Siapa namanya?”

Leo bertanya pada Tatsuya, yang ada di tribune penonton, dan bukan di area staf teknisi.

“Kuroba. Kuroba Fumiya.”

“Kuroba, tentu saja……”

Mikihiko, yang juga ada bersama mereka, menggumamkan sesuatu seolah ia ragu untuk mengatakannya keras-keras.

SMA 1 menghadapi SMA 4 di babak final. Sayangnya, sepertinya SMA 1 berada di posisi yang kurang mengenakkan.

Dipersulit dengan batuan-batuan besar, ‘arena berbatu’ Monolith Code memiliki medan seperti karst. Yang melindungi Monolith SMA 1, yang terletak di jembatan, adalah Shippou Takuma. Secara mengejutkan, dia mengajukan diri untuk menjaga pertahanan; sampai sekarang, selalu dia lah yang menjadi penyerang. Di kemenangan mereka melawan SMA 3 juga, Takuma yang menjadi penyerang, yang bisa dibilang menjadi alasan utama kemenangan mereka.

Meski begitu, Takumo tertekan oleh Fumiya. Seperti Minamoto no Yoshitsune, Fumiya melompat batuan-batuan itu, tidak membiarkan Takuma untuk sekalipun menguncinya di pandangannya. Dan Fumiya sedang membidik CAD bentuk pistolnya sambil berada di udara, menyerang Takuma dengan sebuah serangan tak terelakkan.

Sihir Sistem Luar, ‘Phantom Blow’.

Tatsuya sudah pernah menggunakannya di Monolith Code tahun lalu, tapi dibanding yang digunakan Tatsuya, ini jauh lebih kuat. Bukan hanya itu; Fumiya juga menggunakan sihir lain. Dengan pengalihan sihir yang lebih kuat, dia menyisipkan sihir lain, ‘Direct Pain’, sihir keahlian Fumiya; sebuah sihir yang dia sendiri bisa gunakan untuk menimbulkan rasa sakit langsung ke pikiran sang target.

Dia melemahkannya sehingga tidak ada penyihir lain yang bisa menyadarinya, tapi meski begitu, satu serangan saja sudah cukup untuk mengalahkan pikiran Takuma. Sebagai akibatnya, orang yang tidak sadar adanya ‘Direct Pain’ akan mengira kalau mereka terserang ‘Phantom Blow’ yang kuat.

Normalnya, kesalahpahaman sihir seperti ini tidak merubah efek yang dihasilkan. Efek rasa sakit yang terakumulasi di pikirannya jelas cukup untuk membuat Takuma hilang konsentrasi.

Dia sudah melemahkan sihirnya. Berkurangnya konsentrasi penyihir juga berefek dengan menurunnya kekuatan sihir; ada korelasi langsung antara konsentrasi dan suksesnya sihir. Takuma sedang mencoba untuk menyerang dengan ‘Stone Shower’, sebuah sihir yang mengendalikan hujan kerikil, untuk menghentikan gerakan Fumiya.

Batuan-batuan di sekitar Takuma berputar-putar.

Namun, mereka tidak menyerang Fumiya, mereka hanya terhujan di depan batu yang dijadikan pijakan Fumiya. ‘Direct Pain’ dilepas dari tangan Fumiya sambil disisipkan pada ‘Phantom Blow’.

Dengan tiga anggota SMA 1 yang di-KO-kan Fumiya, kemenangan SMA 4 sudah pasti.

Kompetisi divisi kelas 1 itu ditutup dengan kemenangan SMA 4 di Monolith Code. Namun, SMA 1 sudah mengamankan posisi dua dan mendapat peringkat satu umum di divisi kelas 1.

Akibatnya, dengan selesainya kompetisi divisi kelas 1, selisih skor dengan SMA 3, yang ada di peringkat satu, dan SMA 2, di peringkat dua, adalah lima poin. Hasil kompetisi anak kelas 1 menciptakan persaingan SMA 1 dan 3 lagi.

Hari kesembilan Kompetisi Sembilan Sekolah. Persaingan mereka kembali ke divisi kelas 2 & 3. Di bawah langit malam berbintang, babak final Mirage Bat, yang juga disebut Fairy Dance, dilaksanakan.

SMA 1 mengirim dua atlet, Honoka dan Subaru, ke final. Teknisi Honoka adalah Tatsuya; teknisi Subaru adalah Azusa. Meski mereka berdua cuma kelas 2, ini adalah taktik mereka untuk mengalahkan SMA 3. Dengan SMA 3 yang hanya punya satu atlet saja yang lolos ke babak final, strategi mereka sudah separuh jalan sukses. Dalam mempersiapkan keberhasilan separuhnya, Tatsuya dan Azusa bekerja keras. Sisanya sudah di tangan para atlet.

Mengenakan kostum yang serat di tubuh dan berwarna cerah, Honoka sedikit malu berdiri di depan Tatsuya. Meski dia tahu kalau itu adalah kostum olahraga, ia tetap merasa malu berdiri di depan laki-laki dengan pakaian seperti itu.

“Jelas tidak ada masalah. Apa kau merasa ada yang salah dengan kondisimu?”

Sudah hal yang biasa kalau setelah menyesuaikan CAD, Tatsuya akan mengamati tubuh Honoka dengan perlahan dan tajam. Dalam kasus ini hanya Tatsuya lah yang punya ‘mata’ yang lebih baik ketimbang mesin dalam melakukan observasi.”

“Tidak……tidak ada. Aku baik-baik saja.”

Honoka sangat malu sampai suaranya kecil sekali. Dia punya alasan yang lebih besar untuk malu selain berdiri di depan laki-laki. Tatsuya paham betul akan itu dan harus berpura-pura menganggap tidak ada masalah.

Apa kubiarkan saja dia sendiri untuk sesaat sebelum lomba agar dia bisa konsentrasi nantinya…….. pikir Tatsuya dan tepat saat ia akan mengatakan itu…

“Permisi, Shiba-kun.”

Subaru masuk dari ruang samping di mana Azusa melakukan pengecekan akhir padanya.

“Apa kau butuh sesuatu?”

Perkataannya bisa dibilang kasar, tapi nada bicaranya tidak. Tatsuya hanya bertanya; lagipula, meski mereka anggota setim, Mirage Bat adalah sebuah kompetisi individu. Untuk mendatangi seorang atlet sebelum perlombaan dimulai, walaupun bisa dianggap dia tidak punya pikiran seperti itu, adalah sesuatu yang tidak normal.

“Aku pikir aku mau berterima kasih kepada Shiba-kun.”

“Terima kasih? Kepadaku?”

“Ya benar, kepadamu.”

Subaru mengiyakan pertanyaan itu dengan agak tidak sopan. Normalnya memang begitulah sikapnya. Tahun lalu, ah sudahlah itu tidak penting.

“Aku akan memenangkan pertandingan ini. Maaf Tatsuya, tapi mitos tentangmu yang tak terkalahkan berakhir hari ini.”

Namun, Subaru tidak biasa berbicara arogan seperti ini.

‘Mitos tentang dirinya yang tak terkalahkan’ merujuk pada tahun lalu, dimana semua atlet yang dibinanya hanya kalah dengan atlet lain yang juga dibinanya, dan sejauh ini hal itu terus berlanjut. Bahkan di Kompetisi Sembilan Sekolah tahun ini, Eimi di Rower and Gunner kelas ganda, Shizuku di Ice Pillars Break kelas ganda dan Miyuki di kelas tunggal; Kirihara di Shield Down kelas ganda dan Sawaki di kelas tunggal; kompetisi Rower and Gunner divisi kelas 1 laki-laki dan perempuan semuanya mengamakan posisi juara.

“Bukan aku yang menang.”

Namun, Tatsuya tidak menganggap semua itu keberhasilannya. Eimi, Shizuku, Miyuki, Kirihara, Sawaki, dan Minami. Mereka semua atlet-atlet yang akan menang meski tanpa bantuannya. Tatsuya menganggap kalau dirinya sendiri beruntung. Responnya diikuti dengan senyuman ironis; dia tidak akan membiarkan kesempatan ini pergi begitu saja.

“Meski begitu, itu memang benar. Atlet-atlet yang dibina Shiba-kun tidak kalah. Akan kuhancurkan mitos itu.”

Namun, rekor itu memberi tekanan kepada musuhnya, jadi jika dilihat secara objektif, tidak ada masalah. Sikap sombong yang tidak seperti Subaru yang biasanya ini mungkin untuk menghilangkan tekanan itu.

Sebenarnya, sikapnya ini mengesalkan. Namun, meski begitu, untuk Tatsuya, Subaru adalah salah satu atlet di timnya. Akan terlihat bodoh jika ia memberikan respon bodoh dan membesarkan suaranya untuk menekannya.

“Jadi begitu?”

Tatsuya hanya membalasnya dengan sebuah kalimat singkat.

Setelah melihat Subaru pergi, saat Tatsuya kembali ke Honoka, dia entah bagaimana sudah berapi-api.

“Tatsuya-san!”

Tatapannya sudah tidak menunjukkan rasa malunya; sebaliknya, berisi sebuah kobaran api semangat besar.

“Aku akan berusaha sebaik mungkin. Aku akan melakukannya dan menang! Aku akan memertahankan rekor Tatsuya-san agak tidak rusak!”

Khawatir kalau semangat Honoka mungkin akan berbalik menjatuhkannya sendiri. Namun, di kasus ini, mungkin menenangkannya hanya akan merugikannya sendiri. Tatsuya mempelajari sifatnya dengan baik selama ini.

“Aku mengerti. Aku percaya padamu.”

Sebaliknya, di saat-saat seperti ini lebih baik untuk memacu semangatnya.

“Ya!”

Honoka dengan bahagia setuju, semangatnya terpancar dari senyuman cerahnya.

Babak final Mirage Bat.

Hasilnya Honoka meraih posisi satu dan Subaru di posisi dua. Atlet SMA 3 di posisi 3, tapi SMA 3 hanya mendapat 20 poin dibanding SMA 1 yang 80 poin.

Di peringkat umum, akhirnya SMA 1 berdiri di puncak.

◊ ◊ ◊

“Sampai sekarang, aku pikir kita tidak akan bisa mencapainya, tapi entah bagaimana kita berhasil seperti ini juga tahun ini.”

Murid-murid SMA 1 duduk untuk makan malam sambil memancarkan kelegaan daripada kebahagiaan. Ini adalah hari kesepuluh Kompetisi Sembilan Sekolah, dan SMA 1 sudah memimpin dengan selisih poin sebanyak 95 poin dengan SMA 3 dengan kemenangan mereka di Monolith Code.

Untuk sesaat, selisih mereka sebesar 100 poin, tapi mereka berhasil membalik keadaan.

“Yoshida adalah MVP hari ini. Dia benar-benar melakukan yang terbaik.”

Orang yang memuji Mikihiko adalah rekan Monolith Code-nya yang bernama Minakami Kerry; dia adalah anak kelas 3, karena keturunan India dan Inggrisnya, yang memiliki warna yang cukup jarang; rambut pirang dengan kulit gelap.

“Tidak……. itu bukan karena aku saja. Aku hanya mengikuti senpai-senpai.”

Saat dia berbicara, Mikihiko melirik Tatsuya, yang sedikit agak jauh darinya dan sedang dikelilingi para gadis.

“Aku juga dibantu Tatsuya…..”

“Itu benar. Shiba tahun ini juga melakukan kerja yang sangat bagus sebagai teknisi untuk kita. Hei, Shiba!”

Kerry memberi gestur-gestur memanggil Tatsuya yang sedang melihat ke arah mereka. Tatsuya berdiri diam sambil memegang nampan tempat makanannya. Saat dia melihat Tatsuya meninggalkan kumpulan gadis itu, termasuk adiknya, Miyuki, untuk datang ke meja laki-laki, Mikihiko memikirkan sesuatu yang berbahaya, ‘Hanya dia yang punya kenangan indah………’, tapi tidak ada yang tahu pasti apa yang dipikirkannya.

“Ayo, duduk sini.”

Perkataan itu datang dari ketua meja itu, Sawaki. Tatsuya tidak berani membantahnya, yah, karena dia sudah membawa nampannya, dia mungkin tidak pernah bermaksud membantahnya, dan menunjukkan pemahamannya dengan duduk.

“Kerja bagus, hari ini.”

“Tidak, aku tidak bisa melakukan kerja yang baik kemarin, jadi, aku mampu sedikit lebih baik.”

Tatsuya tidak terburu-buru dan langsung berbicara dengan Mikihiko. Sebenarnya Tatsuya lah yang seharusnya mengurus CAD Mikihiko. Walaupun ada kemungkinan jadwal Mirage Bat dan Monolith Code bertabrakan. Kalau memang terjadi seperti itu, Tatsuya akan harus memilih antara menjadi teknisi Mikihiko atau Honoka.

“Kita tidak bisa apa-apa kemarin. Kita tahu betul itu.”

Semuanya memahami itu, tapi Hattori lah yang berani buka mulut, menunjukkan sikapnya yang ‘jujur tapi keras kepala’.

“Seperti yang dibilangnya. Selain itu, hampir tidak ada masalah dengan pekerjaanmu. Sudah jelas, kau juga berkontribusi di kemenangan hari ini.”

“Dengan begini, kita seharusnya bisa menang secara umum. Jadi kau bisa mengangkat wajahmu di depan senpai-senpai.”

Setelah Sawaki, ganti Kerry yang berbicara dengan wajah lega. Ini, tahun ketiganya, pertama kalinya dia ditunjuk sebagai perwakilan, mungkin tradisi itu memberi tekanan besar padanya.

Dari perspektif Tatsuya, itu adalah sesuatu yang terkesan tergesa-gesa dikatakan. Masih ada kemungkinan kalau selisih poin besar di Steeplechase Cross-coutry besok.

Dia ingin perlombaan besok bisa selesai dengan aman.

Tidak, dia akan menghadapi apapun yang mengganggu perlombaan besok dengan aman.

Itulah yang sedang dipikirkannya saat ini menanggapi pernyataan itu.

◊ ◊ ◊

Setelah makan malam, Tatsuya pergi menuju lounge hotel. Bulan masih belum muncul tapi langit malam sudah terlihat cerah. Siluet Gunung Fuji kelihatan disinari cahaya bintang-bintang. Dari tempatnya, kegelapan itu menggambarkan neraka. Dari balkon tempatnya, ia melihat ke bawah ke arah lokasi perlombaan Steeplechase besok, yang mana merupakan sebuah hutan buatan yang dilengkapi dengan jebakan-jebakan tersembunyi.

“Bagaimana semuanya?”

Dia bertanya ke sebuah robot bermodel perempuan yang ada di sampingnya.

[Tidak ada respon. Saya yakin mereka sedang dalam fase dorman.]

Yang menjawab itu adalah suatu entitas yang bersemayam di robot itu. Konferensi London memberinya nama ‘Parasite’; Tatsuya dan teman-temannya menyebut Badan Informasi Pushion itu, Pixie.

“Seperti yang diduga, tidak ada yang bisa kita lakukan sampai besok, hmm.”

Keputusasaan terasa dari monolog Tatsuya. Tapi tidak ada tanda-tanda depresi di wajahnya. Tatsuya murni hanya berharap dia bisa tahu lokasi aktor utama dalam eksperimen besok, para gynoid yang bersemayamkan Parasite, boneka Parasite, tidak salah lagi. Namun, saat dia punya Pixie di sisinya, dia tidak benar-benar berharap Pixie bisa menemukan mereka. Sejak awal, kalau dia ingin Pixie menemukan boneka-boneka Parasite itu, maka dia tidak akan naik ke tempat tinggi seperti ini. Lagipula, karena Pixie dan boneka-boneka Parasite sebenarnya merupakan suatu entitas yang sama, kalau mereka berdua aktif maka mereka pasti bisa merasakan satu sama lain.

Sejak malam Miyuki membujuknya dengan mempertaruhkan status penyihirnya, Tatsuya sudah melupakan niat untuk menghentikan eksperimen Keluarga Kudou yang mungkin makin membahayakan anak SMA sepertinya. Seperti yang diharapkan informan misterius itu, dia akan memutuskan aksinya saat hari H; sederhananya, besok. Ketidakinginan informan misterius melihat Tatsuya menghentikan eksperimen ini sebelum hari H bisa dilihat dari sedikitnya jumlah informasi yang diberikan.

Tatsuya datang untuk melihat tempat drama besok, yang diselimuti kegelapan, yang tidak lebih dari sebuah rasa penasarannya saja. Orang-orang bisa bilang kalau dia datang ke tempat itu untuk sedikit mengalihkan perhatiannya dari kemarahan atas dirinya yang dibuat dalam kondisi seperti ini oleh Keluarga Kudou dan informan misterius itu.

‘Tunggu saja sampai besok!’ untuk alasan itu. Itu cuma memanfaatkan kemampuan Pixie untuk mendeteksi keberadaan boneka-boneka Parasite.

“Tatsuya-kun.”

Tidak ada tanda-tanda orang yang memasuki lounge itu. Namun, hampir tengah malam, mungkin rasanya tidak ada orang seaneh dirinya yang berkeliaran di balkon, yang tidak punya penerangan ataupun AC.

“Sensei, apa sensei datang untuk cari angin?”

Normalnya, dalam hal ‘aneh’, Yakumo sudah lebih parah ketimbangnya….. pikir Tatsuya. Saat dia berpikir kalau dia seaneh dirinya, dia lupa tentang Yakumo.

“Aku, yah, bisa dibilang seperti itu. Angin malam terasa lebih enak daripada AC. Tapi, bukannya perempuan muda itu ingin bertemu denganmu? Aku rasa ini waktunya kau berbicara dengannya.”

Saat Yakumo berbicara, dia tidak sampai mengangkat bahunya, tapi entah bagaimana dia memberi kesan kalau ia sengaja ke balkon ini untuk menemui Tatsuya.

Dia bisa melihat bayangan dalam kegelapan. Perempuan itu sedikit lebih tua darinya, tapi dia masih bisa dibilang muda. Dia mengeluarkan aura yang berbeda dari ia yang biasanya; kecantikannya tidak seperti biasa, mungkin karena ketegangan yang menghiasi wajahnya.

“Seperti yang kuduga, pesan itu darimu, Letnan.”

Tanpa basa-basi, seakan-akan mereka ada di tengah-tengah percakapan, Tatsuya berbicara kepadanya, membuat wajah Fujibayashi sedikit melemas.

“Bagaimana kau bisa tahu?”

“Itu sudah masalah kemungkinan saja. Kalau dilihat dari semua kenalanku yang punya kemampuan teknis setinggi itu, hanya nama Letnan saja yang muncul.”

“Bagaimana kalau itu orang yang tidak kau kenal?”

“Kemungkinannya kecil hampir tidak mungkin.”

“Oh…..”

Meski dia sedikit rileks, wajah Fujibayashi masih terlihat tegang. Apa itu karena ketegangannya atau rasa bersalahnya, atau itu karena alasan yang benar-benar berbeda…… Tatsuya tidak punya rasa ingin tahu untuk mengulik itu lebih dalam.

Pertama, dia perlu bertanya apa yang tidak diketahuinya; tidak ada cara lain untuk menyelesaikan ini. Karena itu, Tatsuya bertanya tanpa ragu-ragu.

“Apa Letnan yang memberikan peringatan di jalan Ninth Institute? Apa yang Letnan ingin aku lakukan.”

“Apa……. Kira-kira apa ya yang aku ingin kau lakukan, Tatsuya-kun……”

Tatsuya meluruskan pandangannya yang tajam. Tapi dia tidak menemukan apa-apa yang bisa digunakannya untuk tahu jika dia berusaha membohonginya.

“Tatsuya-kun, bukannya kita lebih baik pindah tempat?”

Tanpa adanya pelindung sihir yang bisa mencegah mereka terdengar atau terlihat, mereka tidak bisa membicarakan itu dengan aman; informasi ini benar-benar rahasia.

“Itu benar….”

Dalam hal ini, masih tidak jelas apakah Fujibayashi atau Batalion Sihir Independen bisa dianggap teman. Tidak ada tanda-tanda jebakan, tapi dia tidak merasa kalau masalah ini seserius itu.

“Apa boleh sensei ikut?”

“Ok.”

“Eh, aku tidak masalah.”

“Baiklah, kuserahkan semuanya padamu.”

Setelah mendapat persetujuan dari kedua pihak, Tatsuya memberikan juga persetujuannya kepada rencana Fujibayashi.

Tempat Fujibayashi membawa Tatsuya dan Yakumo adalah di dalam RV yang sama seperti van tempat Tatsuya gunakan. Tempat parkir itu berbeda dari yang digunakan untuk Kompetisi Sembilan Sekolah. Itu agak terpisah dari beberapa mobil yang terparkir di sana.

[Tuan, saya tidak bisa merasakan adanya gelombang transmisi nirkabel sama sekali.]

Dengan bantuan Ushiyama dan yang lain, sensor Pixie sudah ditingkatkan jika dibandingkan dengan 3H yang lain.

“Tatsuya-kun, sini. Sensei, silakan duduk juga.”

Setelah memersilahkan mereka berdua duduk di sofa yang sederhana, Fujibayashi memberi Pixie sebuah tatapan yang agak tajam, tapi Fujibayashi langsung menuju ke dapur RV tanpa berkata apa-apa.

Dia mungkin tidak ingin buang-buang waktu. Dia datang membawa nampan dengan tiga gelas berisi cairan hitam. Dia menaruh gelas-gelas itu di meja dan langsung duduk di depan dua laki-laki itu mengabaikan Pixie yang berdiri.

“Pertama, apa tidak apa-apa kalau aku jelaskan sesuai kronologis?”

Tanpa menawarkan minuman itu, Fujibayashi langsung berbicara dengan Tatsuya. Cara bicaranya memberi kesan kalau Fujibayashi sedang berbicara dengan Tatsuya sebagai seorang teman.

“Kau benar. Sebelum kita diskusikan semua ini, ada beberapa hal yang ingin kupastikan.”

Tatsuya meneguk isi gelas itu tanpa waspada sama sekali. Kerongkongannya sedikit kering.

“Ok.”

Fujibayashi tidak terkejut melihat Tatsuya yang meminum es kopi yang disiapkannya tanpa ragu-ragu. Dia sadar kalau Tatsuya mungkin lebih tahu bahan-bahan minuman yang disuguhkannya daripada dirinya sendiri; lagipula, racun tidak akan berefek padanya seketika.

“Pertama adalah kenapa kau tidak memberikan suplai informasi tambahan setelah memberi pesan itu. Apa Letnan sedang diawasi?”

Tepat sasaran, Tatsuya menanyakan apa yang paling tidak ingin didengarnya, pikir Fujibayashi.

“Ya.”

“Lalu, kedua. Apa pertemuan ini atas perintah Mayor Kazama dan Tetua Saeki. Atau atas perintah Tetua Kudou.”

“……..Ini perintah atasan. Aku tidak dalam pengawasan kakekku.”

Maksudnya tidak dalam pengawasan, mungkin berarti kalau eksperimen paksa Keluarga Kudou ini tidak ada hubungannya dengan Fujibayashi Kudou, atau mungkin itu berarti mereka sangat memercayainya sehingga tidak butuh memberikan pengawasan.

“Apa boleh aku tanya satu hal, Nona Fujibayashi.”

Sebelum Tatsuya bisa bertanya lagi, Yakumo sudah melontarkan sesuatu dari sisinya. Memanggilnya ‘Nona Fujibayashi’ tidak terdengar elok, setidaknya itu bagi Tatsuya. Namun, Fujibayashi sepertinya tidak memermasalahkannya; dia tersenyum cemerlang mengangguk pada Yakumo.

“Ya, silakan.”

“Bagaimana posisi Keluarga Fujibayashi dalam hal ini?”

Namun, dia tidak bisa memertahankan wajah datarnya mendengar isi pertanyaan itu. Dia seperti itu bukan karena tidak ingin ditanya itu, tapi karena dia sendiri tidak yakin dengan posisi Keluarga Fujibayashi.

“Netral.”

“Mereka benar-benar menentang tapi mereka tidak bisa melawan apa yang dilakukan Keluarga Kudou, apa itu maksudmu?”

“………..”

“Nyonya yang menjadi Kepala Keluarga Fujibayashi adalah putri Kepala Keluarga Kudou. Hubungan para penyihir yang memiliki ‘angka 9’ lah yang membuat mereka dibenci Traditionalist meski mereka sesama pengguna Sihir Kuno. Kalau mereka melepaskan diri dari Keluarga Kudou, maka Keluarga Fujibayashi bisa berdiri sendiri di masyarakat sihir Jepang…… bukan begitu?”

Wajah Fujibayashi benar-benar tidak berekspresi, mungkin untuk mencegah siapapun bisa membaca isi pikirannya. Namun, bisa dibilang kalau hilangnya senyuman itu hanya makin membuat usahanya sia-sia.

“Tapi bukan itu yang aku ingin dengar. Apa pendapat Keluarga Fujibayashi tentang menggunakan ahli Taoisme dari Cina Daratan?”

Mata Yakumo tidak seperti biasanya. Sebaliknya, sekarang tatapannya tajam.

“Kalau mereka melakukan sesuatu seperti itu, aku yakin Keluarga Fujibayashi tidak akan menyukainya. Mengenai pelarian yang ditampung Makoto-ojiue di bekas Ninth Institute, Otou-sama sudah berulang kali memintanya untuk merubah pikirannya.”

Tatapan Yakumo yang tajam lenyap seketika Fujibayashi memberi jawaban jelas atas pertanyaannya. Tentunya, Keluarga Fujibayashi dan Keluarga Kudou membentuk sebuah aliansi dengan adanya pernikahan itu. Namun, mereka yang berusaha menjembatani mereka yang ‘berangka 9’ dan ‘Traditionalist’ dan orang-orang yang membenci pengguna Sihir Kuno, yang mencari-cari celah pertahanan mereka, adalah orang yang berbahaya.

“Tentunya, pelarian ahli Taoisme itu mempunyai sihir-sihir yang berguna. Dengan menggunakan sihir-sihir itu, jumlah Psion yang dibutuhkan boneka Parasite menjadi sedikit. Namun, meski begitu, baik Otou-sama dan aku merasa kalau itu tidak benar.”

“Maafkan aku, sensei, tapi kita harus segera mengetahui kronologis kejadian ini.”

Dengan interupsi Tatsuya, ketegangan yang muncul antara Yakumo dan Fujibayashi mereda. Wajah Yakumo kembali tersenyum kosong seperti biasa.

“Letnan Fujibayashi.”

Di sisi lain, dihadapkan dengan senyuman palsu Tatsuya, Fujibayashi mulai merasakan suatu ketegangan yang berbeda.

“Insiden ini benar-benar menggangguku dan membuatku frustasi. Walaupun aku tahu apa yang akan kau katakan tentang garis besar rencana pengujian performa senjata baru ini pada anak SMA di Kompetisi Sembilan Sekolah, aku tidak terlalu mengerti tentang apa yang terjadi di balik layar. Yah, aku tidak mengerti kebenarannya. Untuk alasan tertentu, informanku pelit memberi informasi.”

“Uuummm……. Tatsuya-kun, tentang itu.”

Wajah Fujibayashi sedikit menegang tapi itu jelas terlihat.

Mungkin itu memuaskannya, dan senyuman sadis Tatsuya menghilang.

“Kalau Letnan mengabaikan semua yang terjadi di balik layar, maka semuanya akan jelas.”

Miyuki sudah menyadarkan Tatsuya akan itu, tapi karena itu tidak relevan, dia tidak mengatakannya.

“Pertama, garis keras anti-Great Asian Alliance di militer negara kita merubah perlombaan di Kompetisi Sembilan Sekolah agar lebih memberikan pengalaman tempur.”

Tidak ada yang tidak setuju dengan perkataan Tatsuya.

“Selanjutnya, Keluarga Kudou memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan pengujian performa boneka Parasite.”

“Sofu-sama lah yang mengusulkannya, tapi Oji-ue sepertinya sempat menentang awalnya.”

“Jadi, orang yang memutuskan untuk menerima pelarian ahli Taoisme itu adalahTetua Kudou?”

“…….Bukan, itu Oji-ue.”

“Jadi begitu. Kita sebut saja orang yang menjadi dalang di balik layar melalui pelarian ahli Taoisme yang diterima Keluarga Kudou sebagai X. X mempunyai tujuan agar boneka-boneka Parasite lepas kendali dan menyebabkan luka dan kematian di antara para atlet Kompetisi Sembilan Sekolah. Mereka mungkin tidak bermaksud sampai membunuh, tapi sebuah luka saja bisa menghancurkan kehidupan seorang penyihir. Tujuan utama X mungkin adalah melemahkan kekuatan militer negara dengan cara menghabisi suplai penyihir yang akan menjadi tentara. Karena peningkatan kekuatan militer Jepang akan menyusahkannya.”

“Ya, itu juga yang kita simpulkan. Karena itulah aku di sini.”

“…….Apa maksudnya?”

Fujibayashi tidak mengalihkan matanya dari pandangan Tatsuya, yang dipenuhi ketidakpercayaan dan curiga.

“Tatsuya-kun. Kita meminta kooperasimu dalam menghentikan boneka-boneka Parasite yang lepas kendali.”

Dia tidak berdiri dan menunduk, dia hanya tetap duduk di sofa dengan kedua kakinya yang ditutup rapat dan ditekan oleh kedua tangannya di atasnya, tapi Fujibayashi menundukkan kepalanya rendah. Dia tidak memanggilnya ‘Letnan Khusus’, melainkan ‘Tatsuya-kun’.

“Kooperasi?”

“Ya, ini bukan perintah. Ini bukanlah perintah yang diberikan karena posisimu. Oleh karena itu, ini adalah permintaan kooperasi.”

Fujibayashi mengangkat kepalanya dan bangkit dari sofa. Membaca niatannya, Tatsuya juga berdiri. Fujibayashi berpindah di depan sebuah kotak yang terlihat seperti peti mati yang mampu memuat tubuh satu orang dewasa. Di depan Tatsuya yang ada di sampingnya, dia membuka penutupnya.

Mungkin ada mekanisme di penutupnya, sekali penutupnya dibuka sedikit, penutup itu langsung terbuka lebar. Di dalamnya ada sebuah mobile suit ultramarine, yang terlihat seperti sebuah kostum olahraga berat.

“Walaupun tes performa boneka Parasite adalah sesuatu yang tidak resmi, ini tetaplah proyek yang dipercayakan kepada Keluarga Kudou dari Sepuluh Master Clan oleh militer nagara kita. Kalau kita mengganggu itu, itu akan menimbulkan perselisihan di militer atau bisa jadi perang tertutup dengan Sepuluh Master Clan.

“Kau ingin aku jadi agen penghancur ilegal.”

Suara Tatsuya berubah dingin dan keras. Itu tak bisa dihindari; dari perkataannya itu menandakan kalau mereka tidak akan melindungi identitasnya jika memang terbongkar. Ekspresinya bisa dibilang cukup tenang setelah mendapat permintaan seperti itu.

“Bahkan jika dibilang seperti itu, aku yakin tidak ada orang lain yang bisa melakukannya.”

Tatapan Tatsuya semakin tajam; namun, Fujibayashi menatapnya balik dengan kuat. Itu mungkin cuma gertakan saja, tapi dia tidak gentar sedikit pun.

“…..Baiklah.”

Negosiasi mereka berakhir dengan Tatsuya yang mengalah. Lagipula sejak awal ia berencana untuk menyelesaikan masalah boneka Parasite ini seorang diri. Dia sebenarnya bersyukur bisa menggunakan mobile suit tipe baru yang sudah diberi fitur penyamaran yang ditingkatkan.

“Terima kasih. Kau bisa menggunakan ini semaumu. Ini kuncinya.” Tatsuya menerima sebuah kotak kontrol nirkabel dari Fujibayashi.

“Saat kau sudah selesai, tekan saja tombol ini. Setelah lima menit, isinya akan hancur sendiri.”

Fujibayashi menunjukkan sesuatu di pinggir dinding. Ada sebuah tombol merah yang dikelilingi garis-garis kuning hitam.

“Apa yang kulakukan dengan mobile suit-nya? Aku tidak merasa kalau ini akan ikut hancur dengan isi van ini.”

“Kalau kau memasukkannya di dalam peti, maka itu akan ikut hancur. Selesaikan eksperimennya.”

“Baik.”

Tatsuya memberikan anggukan kepada Fujibayashi sambil ia melihat ke tombol itu dengan tatapan lembut, dan bergumam seolah ia berbicara kepada dirinya sendiri.

“Karena ini permintaan pribadi, aku pasti akan membuat Letnan membayarnya suatu saat nanti.”

Saat perkataan Tatsuya membuat pipi sang Letnan tersipu malu, Fujibayashi mengucapkan pamit dan meninggalkan mereka. Karena dia meninggalkan mobile suit dan RV itu kepada Tatsuya, dia mungkin akan pergi ke hotel. Yakumo memaksa untuk menemaninya, hanya untuk jaga-jaga. Saat siluet mereka menghilang, Yakumo mengajak Fujibayashi berbicara.

“Nona, apa sebenarnya itu permintaan Kazama-kun?”

“…….Apa maksudnya itu? Selain itu, apa bisa tolong berhenti memanggilku ‘Nona’.?”

Fujibayashi menjawab dengan wajah dingin tanpa melihat ke arah Yakumo.

“Maafkan perkataanku. Fujibayashi-san. Aku akan bilang tidak ada gunanya meminta Tatsuya-kun melakukan itu. Jangan buat kesalahan, maksudku boneka-boneka Parasite sebenarnya tidak akan lepas kendali, bukan?”

“Apa itu maksudnya mengatakan kalau aku berbohong?”

“Karena berbohong sudah jadi bagian pekerjaan……..”

Yakumo menyampaikannya dengan nada bicara yang santai dan lembut.

“Senjata itu punya perangkat pembatas. Aku tidak percaya orang seperti Kudou Retsu akan membiarkan kemungkinan itu begitu saja….. Omong-omong, apa kau tahu, Fujibayashi-san? Bahkan Mikkyo punya sihir yang dapat memanipulasi boneka(doll) seperti boneka(puppet). Pendeta-pendeta pemula yang kemampuannya masih belum cukup untuk memanggil Gohou Doushi menggunakan mereka untuk menciptakan sebuah Gohou Doushi palsu.” (kata boneka ‘doll’ lebih mengacu pada boneka yang tidak bisa dikendalikan, sementara boneka ‘puppet’ lebih mengacu pada boneka yang bisa dikendalikan seperti marionette.)

“Tidak….. aku tidak tahu, tapi aku mencurigainya.”

Fujibayashi menjawab perubahan topik itu dengan mengatakan apa yang memang diketahuinya. Meski dia sedikit melirik untuk melihat ekspresi wajah Yakumo, dia benar-benar gagal membacanya. Fujibayashi paham alasannya bukan sepenuhnya karena tujuan jahat.

“Sebelum aku datang ke sini, aku pergi ke Kuil Utama, yang sudah lama tidak kukunjungi. Aku bertanya pada ahli di area ini. Dia mengklaim kalau dirinya sudah mampu memanggil Gohou Doushi dan tidak lagi menggunakan yang palsu, tapi…”

Sepertinya ada suatu masalah di pertemuan itu. Yakumo membuat sebuah senyuman membayangkan kembali momen itu.

“Tidak peduli dia praktisi seperti apa, mereka tidak akan mengabaikan peraturan tentang kejahatan dan pertahanan. Dan, saat boneka itu melanggarnya, akan ada hukuman yang diberikan. Sebuah segel agar boneka itu tidak bisa membahayakan lagi. Sihir segel yang katanya bagian dari sihir pengendali itu.”

Yakumo menoleh. Matanya terlihat kosong, mulutnya melengkung. Wajahnya tampak seperti boneka berhantu yang membuat Fujibayashi berteriak. Tidak, dia tidak bisa berteriak.

Seketika, Fujibayashi jatuh ke sihir Yakumo.

“Boneka Parasite punya jenis sihir yang sama, ‘kan? Contohnya saja, larangan untuk menyerang non-kombatan. Kalau aturan itu tidak ada, maka mereka tidak akan bisa dilepas sebagai senjata otonom.”

“…..Seperti yang Anda katakan.”

Fujibayashi telah kehilangan baik pikiran maupun kekuatannya.

“Bahkan jika para ahli Taoisme menginginkan boneka Parasite itu untuk menyerang anak-anak SMA, maka fondasi sihirnya tidak akan membiarkan itu terjadi. Seketika mereka seperti itu, rangkaian kontrolnya akan langsung mengaktifkan segelnya dan Parasite itu akan tersegel.”

“Itulah yang kudengar.”

Namun, dia tidak menyembunyikannya. Dia tidak berbohong.

“Kalau boneka Parasite tidak lepas kendali, apakah sihir yang ada di dalam mereka itu berhenti, dan apa prosedur penempatan Parasite di sebuah boneka mesin akan diulangi lagi? Apakah ini tidak akan memengaruhi fakta kalau Parasite ditanamkan ke sebuah boneka mesin?”

“Aku tidak tahu.”

“Aku mengerti…. pengujiannya masih belum sampai situ.”

Yakumo melepas tatapannya dari Fujibayashi.

Kelelahan, Fujibayashi terjatuh hingga lututnya.

Yakumo berbicara ke kegelapan.

“Sepertinya seperti itu, Kazama-kun. Apa kau tahu?”

Bayang-bayang itu membentuk siluet manusia. Karena mereka sudah di luar lapangan parkir, lampu-lampu hotel menyinari sosok Kazama yang muncul.

“Kenapa kau di sini?”

“Kau bilang kalau Tatsuya-kun tidak perlu melakukan hal berbahaya itu.”

“Tidak, aku tidak tahu itu?”

Mungkin dia tidak tahu kalau dirinya sedang diawasi sedari tadi; Kazama tidak memerdulikan Fujibayashi yang melihat ke atas ke wajahnya dengan penuh teror dan menjawab pertanyaan gurunya dengan ekspresi termenung.

“Kau tidak mendengarnya dari Nona ini?”

“Ya.”

Kazama juga salah satu pengguna Sihir Kuno. Dia seharusnya punya pengetahuan umum tentang sihir boneka itu. Seharusnya mustahil dia tidak tahu tentang pembatas itu. Hal itu sudah tidak perlu ditanya lagi…..

“Hmmmm…….. Sepertinya ada alasan kenapa kau ingin Tatsuya-kun bergerak.”

“Sensei juga tidak memberi tahu Tatsuya-kun, bukan?”

Dengan menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan, dia secara tidak langsung setuju dengan pernyataan Yakumo.

“Aku tidak punya alasan untuk membela keputusan ini, tapi Komandan tidak tahu tentang ini. Meski Mayjend. tahu bagaimana menggunakan sihir, itu cuma terbatas pada Sihir Modern; Mayjend. sama sekali awam dalam hal Sihir Kuno.”

“Kukira kau penasihatnya…….”

“Kenapa sensei tidak menghentikan kami?”

Tampaknya, kebiasaan tidak menjawab pertanyaan ini tidak nyaman untuk Kazama.

“Karena akan sulit untuk menghentikannya.”

Itu tidak terlalu penting untuk Yakumo. Dia tidak bermaksud untuk menghentikan Kazama.

“Fujibayashi-san, tentang pembicaraan kita tadi.”

Kalau tidak ada bahaya, dia pasti sudah memberi tahu Tatsuya.

“Itulah kebenarannya secara umum. Ada kemungkinan kalau itu tidak akan bekerja baik dalam kasus ini.”

Yakumo, yang memutuskan untuk melepas dirinya dari urusan duniawi, memandang insiden ini sampai akhir karena dia takut dampak insiden ini akan berpengaruh ke dunia.

“……..Untuk alasan apa?”

“Kudou Retsu mungkin punya pola pikir yang sama. Bukan hanya dia, semua orang-orang tua di bekas Ninth Institute jelas punya pemikiran seperti ini.”

Usianya sendiri bisa dibilang tua, tapi ‘orang-orang tua’ yang dirujuk Yakumo adalah mereka generasi ‘angka 9’ yang sudah tua.

“Kau seharusnya mendapat laporan tentang Parasite dari Tatsuya-kun.”

Kazama dan Fujibayashi mengangguk menjawab pertayaan itu dalam diam.

“Parasite datang ke dunia kita dari dimensi berbeda melalui sebuah black hole kecil dan mereka merupakan sebuah hasrat murni yang kuat. Mereka menyatu dengan inang yang memiliki hasrat murni yang kuat dan hasrat murni yang kuat itu akan menjadi energi mereka.”

Yakumo mengulang kata ‘hasrat murni yang kuat’ berulang kali. Fujibayashi lebih cepat menangkap maksudnya.

“Astaga…… Apa yang Kokonoe-sensei ingin katakan!?”

“Hasrat murni yang kuat. Akan aneh kalau nanti saat pertandingan final Kompetisi Sembilan Sekolah tidak ada hasrat-hasrat kemenangan, ‘kan?”

“Kalau sihir pembatasnya malfungsi……?”

Kazama menggumamkan pertanyaan.

“Mungkin mereka akan lepas kendali. Mungkin mereka tidak akan seperti itu. Aku yakin kalau setidaknya kita harus memutuskan kalau kita tidak akan membiarkan hal itu terjadi.”

Jawaban Yakumo sangat tidak bertanggung jawab dan tulus.

“Dan saat boneka Parasite yang lepas kendali itu hancur, maka Parasite yang terlepas itu mungkin memiliki hasrat murni yang kuat.”

Baik Kazama dan Fujibayashi tidak bisa membantah kemungkinan terburuk yang dikatakan Yakumo. Kalau Kudou Retsu sendiri ada di sini, dia mungkin sudah pucat dan tidak bisa membantahnya.

“Oleh karena itu, aku percaya kalau memberikan Tatsuya sebuah mobile suit tidak salah. Tatsuya bisa mengurus boneka-boneka Parasite itu. Militer mungkin juga akan menyerah menggunakan rencana ini lagi seperti yang kau pikirkan, Kazama-kun. Jadi aku akan tutup mulut masalah ini untukmu. Aku ingin kau membayarku dengan memberitahuku sesuatu.”

Sebagai ganti tidak memberitahu Saeki kalau Kazama menyembunyikan informasi darinya, Yakumo menginginkan sebuah informasi.

“Tentang apa?”

“Siapa yang mengirim pelarian ahli Taoisme dari Cina Daratan ke Keluarga Kudou?”

Meski dia sedang ditanya, Kazama tidak tahu jawabannya. Fujibayashi lah yang menjawab pertanyaan Yakumo.

“……Seorang pebisnis Cina di Yokohama, seorang lelaki muda bernama Zhou Gongjin.”

“Zhou Gongjin dari Yokohama. Aku sering mendengar nama itu akhir-akhir ini.”

“Sensei tahu dia?”

Yakumo tidak menjawab pertanyaan Kazama.

“Yah, aku sudah bertanya apa yang ingin aku tahu, jadi aku pergi dulu. Seperti yang dijanjikan, aku akan tutup mulut tentang informasi dan aksi yang kau rahasiakan.”

Yakumo mengambil satu langkah ke kegelapan. Hanya itulah yang dilakukannya untuk menghilang.

Setelah Yakumo hilang, Fujibayashi bangkit berdiri.

“Mayor, emmm……….”

“Pergilah, Letnan. Kita tidak ingin Tatsuya melihat kita.”

Setelah memotong perkataan Fujibayashi, Kazama berjalan ke hotel.

Mungkin, dia berpikir, kalau mereka mengikuti Yakumo, Tatsuya pasti sudah akan tahu itu; Fujibayashi dengan patuh mengikuti Kazama, yang tidak menghukumnya.

“Letnan.”

Tanpa menoleh memastikan ia masih di sana, Kazama berbicara kepada Fujibayashi.

“Ya, Mayor.”

“Apa kau juga ditipu oleh Tetua Kudou, Letnan?”

“Apa?”

Walaupun dia terus berjalan, untuk sesaat dia hampir tersandung jatuh.

“Tentang kemungkinan boneka Parasite lepas kendali. Namun, kau pikir itu mustahil, ya ‘kan Letnan?”

“Ah, ya.”

Dia tidak segera paham apa yang Kazama maksud, jadi dia menebaknya.

“Saya tidak memastikan informasi ini sendiri, Pak. Saya sedang ada di situasi dimana saya tidak bisa segera melapor. Saya hanya mendapat informasi yang salah. Karena itu, saya ingin mencegah informasi salah itu tersebar.”

Kazama memilih untuk membiarkan Fujibayashi yang membela Keluarga Kudou.

“Kerja bagus, Letnan.”

“Terima kasih, Pak.”

Fujibayashi berhenti dan menunduk dalam ke Kazama yang terus berjalan tanpa berhenti.





[1] Secara harfiah berarti ‘SMA 7 Lautan’. Istilah ini muncul karena kurikulum pelajaran yang digunakan para gurunya berpusat pada sihir-sihir yang efektif digunakan di laut atau di air.