AKAN BAGAIMANA KENGERIAN KOSMIK BUKANLAH MUSUH BAGI PEDANG DAN SIHIR 
(Translator : Zerard)

“Hup! Ahh!”
Teriakan imut namun tangguh di iringi dengan ledakan cahaya yang menyayat kegelapan  yang mengelilingi gunung suci.
Kegelapan itu sangatlah menjijikkan, seperti gumplan daging yang besar. Penuh akan denyut-denyut, seperti makhluk hidup yang isi tubuhnya berada di luar.
Kegelapan itu telah tiba dengan batu api dari surge, benda ini, benar-benar tidak di ketahui, bahkan tidak dapat di jabarkan.
Makhluk ini telah datang dengan menempel pada batu meteor, yang di mana masih hangat pada kawahnya pada puncak gunung, dan kemudian makhluk ini telah menjadi bayang-bayang, menjalarkan dagingnya menuju empat sudut dunia.
Adalah kemungkinan, dari perspektif akan seseorang yang hanya dapat melihatnya dari sudut tiga dimensi, bukan berasal dari alam ini.
“…Melihatnya saja rasanya sudah mau membuatku gila,” Sage berakta, wajahnya pucat dan berkeringat. Dia masih bukanlah seorang planeswalker. Akan sangatlah di sayangkan untuk pergi ke dunia lain ketika dia masih belum melihat dan memahami keseluruhan makhluk ini.
Sekarang dia mengeratkan giginya, jari pada tongkat, kukunya, setiap bagian tubuh dan tangan bergerak, mengukir kata akan kekuatan sejati. Hanya Sage yang memiliki kemampuan untuk menyegel bayangan ini, makhluk mengerikan ini, daging berdenyut ini. Setiap menit, setiap detik, dia merasa jiwanya terkikis, tetapi…
“Benarkah?” Sword Saint menggerakkan kakinya maju dan mundur, adalah gerakan yang di gunakan untuk menjaga jarak dengan musuh. Dia mempertimbangkan kesempatannya, menyerang tentakel yang menjalar ketika dia mempunyai kesempatan, memaksa mereka kembali, atau memotongnya. Setiap kali, sebuah cipratan akan darah kehitaman akan menyembur, seperti bendera merah yang berkibar dari pedangnya, melukis langit. Bahkan seorang pengamat yang tidak memiliki kemampuan seni bela diri akan mengerti bahwa gadis itu adalah kunci dari pertahanan party ini.
“Kalau dia bisa berdarah, itu berarti kita bisa membunuhnya,” dia berkata. “Entah gimana caranya.”
Tidak semua masalah dapat di selesaikan dengan pedang. Namun setiap masalah yang dapat di selesaikan dengan pedang, akan dia selesaikan.
Bagi Sword Saint, monster ini tidaklah lebih dari sekedar gumpalan daging yang telah datang kedunianya dari bintang. Makhluk ini datang menerpa tanah airnya dan sekarang berada dalam jangkauan pedangnya, dia akan menghancurkannya. Sesederhana itu.
Ya, sederhana… dia memang begitu.
Sage menghela, heh, dan tersenyum, mengalah pada cara temannya. Pundaknya melemas.
Ketika mereka berpikir kamu sederhana, jadilah teknikal. Dan ketika mereka berpikir kan akan menjadi teknikal, jadilah sederhana.
Itu adalah yang terbaik. Sama seperti yang lainnya. Pikir Sage, dan kemudian dia berkata ringan, “Mungkin aku harus menggunakan Fusion saha buat melenyapkannya sampai habis?”
“Aw, kalau gunung ini sampai jadi lebih pendek dari sebelumnya, mereka akan menyalahkanku!” Hero berkata, menebas beberapa tentakel yang bergerak menuju Sword Saint.  Walaupun tampak lelah, dia tersenyum.
Adalah Sage yang mencegah makhluk ini untuk menyebar, Sword Saint yang menangani pertahanan, dan semua penyerangan di tangani oleh Hero. Tubuh kecilnya telah terbebani dengan pedang raksasa, dan sekarang dia mengemban kedamaian dunia pada pundaknya juga.
“Paling nggak pola gerakannya mudah; jadi nggak terlalu sulit.” Hero terdengar temamh seolah dia tidak merasakan semua beban ini; dia menyiapkan pedang sucinya dengan kedua tangan. “Makhluk ini cuma sekedar menyerang aja… Mungkin dia memang bodoh?”
“Dia Cuma tahu mengembang dan menyerang. Itulah kenapa kita harus menghentikannya sekarang.”
“Tapi kurasa Yang Mulia akan menyukai ini.”
“…Aku lebih baik nggak membayangkan apa yang akan terjadi kalau kita gagal di sini dan terserap oleh makhluk itu.” Sage menarik kembali rasa kagum yang dia miliki pada rekannya yang berdebat. “Tapi, kalian berdua benar tentang satu hal. Aku yakin kecerdeasan makhluk ini tidak begitu tinggi…”
Dia memperkuat pembatasnya seraya sebuah serangan datang dari sudut yang aneh; Sage berpikir dengan epat. Tampaknya makhluk ini, bayangan ini—jika kamu dapat menyebutnya seperti itu—belajar dari menyerap makhluk lain. Mereka hanya beruntung bahwa makhluk yang sedang mencoba menyerap mereka pada saat ini sangatlah bodoh.
Tapi… Sage menyuarakan pertanyaan.
“Kok bisa ada mayat goblin yang jatuh dari atas gunung…?”
“Seseorang yang lagi berburu goblin di suatu tempat pasti—yang melakukannya!” Hero menebas monster dengan segenap kekuatan pada lengan kurusnya, tidak mempedulikan ilmu pedangnya, memotong bagian dari makhluk itu.
Semua seperti biasa. Gadis berambut hitam tersenyum. Akan menjadi kesalahan besar untuk berpikir bahwa dia sendiri dapat menyelamatkan dunia.
“Dia melakukan tugasnya—jadi kita harus melakukan bagian kita dan nggak kalah dalam pertarungan ini!”
Dia tersenyum kembali, terlihat seperti seorang gadis yang dapat kamu temukan di desa manapun di dunia. Kemudian dia mengayunkan pedang sucinya seperti sebuah pentungan.
“XEEEEEEEEEEEENNOOOOOOOOOOOOOOOONNN!!!!!”
“Mana mungkin kita kalah!”
Sebuah ledakan matahari.