BAB 0

(Translater : Fulcrum)

 

Hanya ada sepuluh Institusi Pengembangan Penyihir yang ada di seluruh Jepang, masing-masing memiliki subjek penelitian yang berbeda.

Contohnya, First Institute, meneliti sihir yang berefek langsung pada badan organik untuk meningkatkan efektivitas sihir sebagai senjata.

Fourth Institute menggunakan Sihir Pengganggu Mental dengan tujuan memperkuat area kalkulasi sihir, area yang ada di alam bawah sadar penyihir yang berperan sebagai sumber kekuatan sihir.

Tujuan Seventh Institute adalah untuk mengembangkan sihir yang mampu digunakan di peperangan melawan musuh dalam jumlah banyak. Hasilnya adalah Sihir Kontrol Koloni.

Dan subjek penelitian Ninth Institute, yang mengundang banyak praktisi Sihir Kuno ke Nara, adalah kombinasi Sihir Kuno dan Modern.

Pengguna Sihir Kuno bekerja sama dengan Ninth Institute diluar kehendak mereka; mereka berharap untuk dapat mengembangkan Sihir Kuno yang diwariskan kepada mereka dengan sains dan menciptakan sihir baru yang lebih kuat. Namun, sejak awal, tujuan Ninth Institute adalah untuk mengembangkan Sihir Modern yang lebih kuat dengan mempelajari teknik Sihir Kuno dan memproduksi penyihir yang superior sebagai senjata.

Sebagai akibatnya, pengguna Sihir Kuno hanya berakhir dengan dicurinya teknik mereka, tapi itu tidak penting. Bisa dibilang jelas masuk akal jika para pengguna Sihir Kuno punya dendam kepada penyihir-penyihir yang diproduksi oleh Ninth Institute, yang memiliki ‘angka’ sembilan di namanya.

Dendam ini masih subur hingga tahun 2096 ini.

 

◊ ◊ ◊

Senin, 25 Juni 2096.

Mantan Jenderal perang yang dikenal sebagai Tetua oleh komunitas sihir Jepang, Kudou Retsu, sedang mengunjungi tempat bekas Ninth Institute bersama putranya, Kepala Keluarga Kudou saat ini, Kudou Makoto.

Ninth Institute ditutup segera setelah berakhirnya Perang Dunia III, tapi fungsinya sebagai laboratorium tetap masih beroperasi, bahkan sampai sekarang. Saat ini, tempat itu menjadi fasilitas penelitian umum yang dibuka dengan kerja sama Keluarga Kudou, Kuki, dan Kuzumi. Laboratorium itu berubah jadi meneliti tentang Sihir Tipe Persepsi, sesuatu yang lebih memakan waktu lama daripada melakukan penelitian terhadap penyihir.

Namun, itu hanya dilihat dari luar saja. Tentu saja, penelitian tentang Sihir Tipe Persepsi ada di dalamnya. Namun, itu bukan penelitian yang dilakukan oleh kepala laboratorium itu sekarang.

Di dalam fasilitas penelitian itu, Retsu dan Makoto dipandu ke sebuah ruangan besar, diikuti dengan android berukuran manusia. Ada tabel 4 x 4, 16 sel totalnya. Android itu punya tabel tipis yang terpasang di punggungnya, sebuah robot perempuan, ‘gynoid’[1].

Kalau itu adalah laboratorium yang memproduksi 3H-Humanoid Home Helper, maka semuanya ini bukanlah hal yang aneh. Ada beberapa kegunaan lain dari 3H; contohnya, mereka mungkin bisa digunakan untuk kepentingan militer.

Namun, kalau dipikir-pikir, ‘gynoid’ tidaklah cocok untuk penelitian sihir laboratorium itu.

“Bagaimana perkembangannya?”

Kebanggan kepala laboratorium ini tergambar jelas di wajahnya saat menjawab pertanyaan Makoto.

“Pengembangbiakan Parasite berjalan baik. Peintegrasian dengan ‘gynoid’ sudah berjalan 60%. Seperti yang Anda ketahui, purwarupa kami ada enam belas buah.”

“Jadi ini sudah sampai di tahap inisiasi?”

“Ya.”

Sikap peneliti itu saat menjawab akan terasa aneh kalau itu cuma sebuah penelitian biasa, tapi baik Retsu maupun Makoto tidak memerdulikannya. Tentunya, hasil penelitian mereka lah yang bisa dibanggakan bukan posisi mereka.

Dia mungkin menyadari tanggapan positif kedua Kudou. Lidah kepala peneliti itu mulai makin banyak bicara.

“Pengembangbiakan Parasite pada ‘gynoid’ sekarang sepenuhnya berada dalam fase dorman berdasarkan hasil pemrograman kesetiaan kami. Perlawanan terhadap program itu sudah tidak muncul lagi. Sepertinya kesulitan terbesar menggunakan Parasite, pemrograman kesetiaan, sudah berhasil diselesaikan. Tes performa akan dilakukan kapanpun sesuai keinginan Anda.”

Ekspektasi dari perkataan kepala laboratorium itu melebihi perkiraan Makoto. Makoto mengira masih akan butuh waktu lama sebelum mereka bisa melakukan tes performa tarung, semua ini seolah tidak ada persiapan dilakukan.

“Ini mungkin terlalu cepat untuk tes tempur. Kau bilang mereka sudah menajalani pemrograman kesetiaan, jadi jumlah tes otonomi mereka masih belum cukup?”

Retsu, bukan Makoto, menjawab tawaran kepala laboratorium itu.

“Kita tidak tahu se-stabil apa mereka bisa menggunakan kekuatan roh mereka di luar ruang eksperimen.”

“Untuk itu, tesnya…….”

Kepala laboratorium yang memaksakan pandangannya karena salah paham itu didiamkan oleh gestur Retsu.

“Apa kau tahu kalau akan diadakan Kompetisi Sembilan Sekolah tahunan di bulan Agustus? Tahun ini ada lomba bernama Steeplechase Cross Country. Selain rintangan-rintangan alam, mereka juga perlu menggunakan sihir mereka untuk menang, itu adalah sebuah lomba halang rintang jarak jauh.”

Kepala laboratorium itu segera memahami maksud Retsu yang sesungguhnya.

“Parasite akan digunakan sebagai rintangan?”

“Departemen Pertahanan tidak punya banyak anggota untuk diminta ikut serta di sebuah kompetisi anak SMA, bukan? Kalau Parasite digunakan, maka penyihir militer tidak akan terluka karena serangan anak SMA, dan dengan adanya program kesetiaan, tidak perlu khawatir para murid untuk terluka karena kekuatan roh mereka sudah dikendalikan. Ini kesempatan sempurna untuk melakukan tes secara langsung.”

“Namun, Tetua, apa komite akan menyetujuinya? Kalau detail eksperimen ini bocor, apa yang akan publik katakan? Menurut saya, publik tidak akan membiarkannya.”

Makoto tidak tahu rencana Retsu, tapi komite manajemen pasti akan gelisah akan reaksi publik terhadap anak SMA yang dijadikan kelinci percobaan. Namun, Retsu tidak bisa dihentikan.

“Tidak, komite manajemen tidak akan menerima hal ini. Komite sudah meminta bantuan militer di perlombaan tahun ini. Dengan begini, kesempatan kita untuk menggunakan Parasite sudah tidak ada.”

Namun, Retsu tidak memikirkan langkah pencegahan, jika sampai informasi ini bocor. Itu bukti jelas kalau dia yakin tidak akan gagal dengan semua ini dan siap bertanggung jawab.

Dan kalau kebetulan ada anak SMA yang terluka karena Parasite yang lepas kendali, baik Retsu atau Makoto akan buka omongan.

 

Menyerahkan detailnya pada anaknya, Retsu kembali ke kediaman utama Keluarga Kudou di Ikoma. Setelah sampai di mansion, dia segera pergi ke kamar Minoru, putra termuda Makoto.

Kudou Minoru tahun ini berusia enam belas tahun dan merupakan anak kelas 1 di SMA Sihir yang berafiliasi dengan Universitas Sihir Nasional. Seharusnya sekarang dia ada di sekolah, tapi hari ini dia sakit dan beristirahat di rumah. Tapi ini sudah kesekian kalinya.

“Minoru, ini aku.”

Retsu memanggilnya saat mengetuk pintu kamar cucunya; setelah sedikit ragu, pintu kamar itu terbuka, mempertunjukkan seorang anak laki-laki yang berwajah pucat. Penampilannya lembut dan halus, tapi dia mungkin akan salah dikira perempuan. Dengan penampilan seperti ini, Kudou Minori adalah tipe ‘lelaki cantik’.

“Ojii-sama, tolong maafkan penampilanku.”

Suara permintaan maafnya cukup keras, cocok dengan penampilan laki-lakinya.

“Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal seperti itu. Terlebih lagi, apa tidak apa-apa untukmu bangun?”

Perkataannya untuk cucunya yang mengenakan piyama bukan cuma manis-manis belaka. Kesedihan terpancar di wajah Retsu; kepeduliannya akan kesehatan cucunya tulus.

Minoru menjawab kasih sayang kakeknya dengan senyuman.

“Aku tidak apa-apa. Suhuku sudah-“

Namun, tepat saat dia akan bilang ‘turun’, dia langsung batuk parah dan tidak bisa mengatakannya. Kalimat ‘Jangan khawatirkan aku’ di dalam hatinya dikhianati oleh tubuhnya. Ini selalu terjadi padanya. Saat ini, satu-satunya hal yang bisa Minoru lakukan hanya menyembunyikan air matanya dari sang kakek yang dihormatinya.

“Minoru, berbaringlah.”

Retsu, yang dengan perlahan mengelus punggung cucunya yang batuk-batuk, menyuruhnya untuk beristirahat.

“Ojii-sama……. Baik.”

Minoru mulai protes, tapi dia mengurungkan niatnya. Dia paham dengan baik kondisi tubuhnya dan tidak bisa menyembunyikannya. Pada akhirnya, dia kembali ke ranjangnya; dia cukup dewasa untuk tahu kalau tidak mengkhawatirkan kakeknya adalah hal terpenting.

Retsu menyangga leher Minoru dengan bantalnya sendiri dan duduk di kursi yang sudah dipindahkannya. Dengan suara yang lembut, Retsu membawa Minoru ke sebuah pembicaraan.

“Minoru, kau tidak perlu khawatir dengan absenmu yang banyak.”

Perkataannya bukan cuma kebohongan semata.

“Kekuatan sihirmu termasuk salah satu yang terkuat di generasimu di dunia. Bahkan jika aku membandingkanmu dengan murid-murid SMA yang ikut di Kompetisi Sembilan Sekolah, hampir tidak ada yang setara denganmu.”

Dan, itu bukan cuma omongan manis seorang kakek. Minoru memiliki kekuatan sihir yang pantas dimiliki seorang cucu Kudou Retsu.

“Terima kasih.”

Dia tahu kalau kakeknya mengakui kekuatan sihirnya. Kesedihan yang tersemat di wajah Minoru hilang. Perkataan Retsu berhasil menceriakan cucunya.

Namun, mereka juga sedikit tidak sensitif.

“Kompetisi Sembilan Sekolah……. Kalau bisa aku ingin ikut.”

Gumaman Minoru tidak terdengar seakan mengkasihani dirinya sendiri. Perkataan itu benar-benar menusuk hati Retsu.

“Minoru……..”

Kalau cuma dilihat dari kekuatan sihir, sudah 100% Minoru akan ditunjuk sebagai perwakilan untuk Kompetisi Sembilan Sekolah. Namun, itu kalau dia mampu menjalankannya. Minoru, seorang anak kelas 1 SMA yang menghabiskan kebanyakan waktunya di ranjangnya, akan menolak untuk ikut meskipun SMA 2 menunjukkannya dengan alasan untuk tidak jadi beban tim.

“Tolong jangan buat wajah seperti itu, Ojii-sama. Lagipula, Kompetisi Sembilan Sekolah bukanlah satu-satunya kesempatan unjuk kekuatan.”

“Itu benar, kau juga pintar. Sebagai penyihir, kau mungkin bisa menunjukkan kekuatanmu dengan menjadi peneliti sihir.”

Retsu menyembunyikan rasa sakit yang bergejolak dalam dirinya di hadapan cucunya, yang sedang tersenyum kepadanya dari ranjang, dan membalas semua itu dengan senyuman.

Minoru benar-benar ingin ikut serta dalam Kompetisi Sembilan Sekolah dan ingin unjuk diri dengan kemampuan sihir yang dimilikinya; Retsu tahu akan itu. Tapi, di saat yang sama, cucunya tahu kalau kesempatan itu tidak mungkin datang.

Kalau dia sehat, maka dia tidak mungkin perlu menyerah tentang masa depannya.

Kalau kekuatannya lemah, maka keinginan itu akan semu.

Kekuatan Minoru yang besar hanya semakin menyakitinya. Untuk Retsu, itu absurp.

Dan yang membawa mereka ke situasi absurp ini bukanlah entitas semacam Dewa atau Iblis.

Orang yang membawa cucunya ke dalam takdir yang pedih itu adalah anaknya sendiri.

Orang yang tidak menghentikannya adalah dirinya sendiri.

Lingkaran setan ini perlahan merusak hati Retsu.

“Sekarang jika dipikir-pikir lagi, Kyouko-neesan juga akan mengunjungiku hari ini. Dia bilang dia juga ingin bertemu dengan Ojii-sama.”

“Benarkah? Baguslah, Minoru.”

“Ya.”

Diantara cucu Retsu, Minoru dan Fujibayashi Kyouko punya hubungan yang cukup dekat. Minoru terlihat sangat senang saat dia mengatakannya.

Senyuman tulus di wajah cucunya itu terlalu menyakitkan untuk dilihatnya, membuat Retsu untuk kesulitan diam berada di tempatnya. Dia menaruh tangannya di dahi cucunya untuk memastikan demamnya tidak parah dan bangkit berdiri.

“Beristirahatlah dulu, Minoru. Mungkin nanti demammu akan turun.”

“Baik.”

Mendapat jawaban positif dari cucunya, dia memaksa dirinya untuk tersenyum kembali dan meninggalkan kamar Minoru.

 

Retsu membaringkan tubuhnya di kursi santai favorit di ruang kerjanya. Dalam sekali, dia membayangkan dirinya masuk ke dalam bantalan kulit kursinya yang lembut. Untuk Retsu, sebotol Armagnac[2] di rak memanggil-manggilnya. Dia bangkit berdiri dan, tepat saat dia melangkah selangkah, dia kembali lagi ke kursinya. Karena dia merasa tidaklah benar baginya untuk melarikan diri dari kenyataan dengan minuman keras.

Retsu bertanya pada dirinya sendiri, ‘Bagaimana bisa semua ini terjadi?’, dan merasa kalau semua ini tidak masuk akal. Bagaimanapun, ini tidak seaneh itu. Dia selalu mengabaikannya saat ini terjadi ke orang lain, jadi rasanya egois melihatnya meratapi kesedihan saat cucunya sendiri lah yang terkena….. Retsu merenungkan hal itu. Namun, tidak peduli berapa kali dia menyalahkan dirinya, semua ini tidak akan berubah. Retsu juga menyadari itu.

Kondisi lemah Minoru adalah akibat dari rekayasa genetika yang dijalaninya. Dia adalah penyihir modifikasi, manusia yang diciptakan dengan gen yang direkayasa untuk menguatkan kekuatan sihir mereka.

Makoto adalah ayah yang secara ceroboh melakukan rekayasa genetika pada anaknya; sederhananya, rasa malu Makoto terhadap Retsu lah yang menimbulkan semua ini. Sejak Makoto masih muda, dia minder dengan kekuatan sihirnya yang jauh di bawah Retsu. Anaknya sendiri juga seorang Sepuluh Master Clan dan dia putus asa melihat kekuatannya hanya sedikit di atasnya.

Jika dilihat secara objektif, berdua Makoto dan anaknya diberkahi dengan kekuatan sihir yang cukup kuat. Dia hanya selalu ‘melihat ke atas’ saja. Retsu mengamati adanya peningkatan kekuatan dari 10% penyihir yang selamat dari Perang Dunia III. Retsu berulang kali memberitahu anak dan keturunannya tentang itu, tapi dia tidak bisa membuat Makoto memahaminya.

Saat obsesi Makoto akan kekuatan berubah jadi keputusasaan, tumbuh sebuah kegilaan dalam dirinya. Dia menjadi terpaku pada ide jika ia tidak bisa punya keturunan yang memiliki kekuatan sihir yang tinggi, maka dia harus membuatnya dengan tangannya sendiri.

Terlebih lagi, untuk menciptakan seorang penyihir yang kuat, dia berencana untuk meningkatkan kualitas gen Kudou menggunakan teknologi inseminasi buatan dan sebuah rahim buatan. Dan hasilnya adalah Minoru. Secara resmi, ovum yang digunakan untuk penciptaan Minoru adalah ovum dari istri Makoto yang dibuahi spermanya sendiri. Namun, sebenarnya, bukan seperti itu.

Ayah kandung Minoru secara genetik jelas Kudou Makoto.

Secara genetik, ibunya adalah adik Makoto yang menikah dengan Keluarga Fujibayashi.

Sederhananya, Minoru adalah adik tiri Kyouko, anak yang lahir dari dua bersaudara.

Dia bukan hasil hubungan incest. Makoto dan adiknya tidak melakukan hubungan seksual; mereka hanya menyediakan sperma dan ovum saja. Walau begitu, itu tidak merubah fakta kalau dia adalah anak dari dua saudara dekat.

Kondisi fisik Minoru bisa dibilang efek dari rekayasa genetika yang dijalaninya atau itu bisa karena pembuahannya, penyebabnya tidak diketahui. Hanya dengan itu, karena kelahirannya yang tidak normal, Minoru tidak bisa dihindari.

Dari segi kekuatan sihir, rekayasa genetikanya berhasil.

Kekuatan Minoru berada di tingkat jenius yang pernah dilihat penyihir saat ini. Kekuatannya sendiri bisa setara dengan Shiba Miyuki dan Angelina Sirius.

Namun, akibat kondisi tubuhnya yang lemah, Minoru tidak bisa menggunakan sihir terus-terusan.

Itu bukan karena dia lemah seperti Itsuwa Mio; saat Minoru tidak sakit, dia bisa menggunakan sihir semaunya. Namun, kesempatan seorang penyihir yang terjebak di ranjangnya, cukup terbatas.

Bukan hanya itu; dia mungkin tidak akan bisa hidup lama sampai dewasa. Sebagai penyihir modifikasi, meski dia diciptakan sebagai senjata hidup, cucu termudanya itu tidak bisa melakukannya. Kutukan yang melanda Minoru ini menimbulkan pandangan baru tentang menjadikan penyihir sebagai senjata. Setelah sepuluh tahun memikirkannya, Retsu akhirnya sampai pada kesimpulannya.

 

Penggunaan penyihir sebegai senjata harus dihentikan.

Terlebih lagi, anak seperti Minoru tidak boleh diciptakan.

Retsu menekankan itu entah sampai ratusan atau ribuan kali pada dirinya sendiri.

 

 

 

 



[1] Segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia perempuan.

[2] Sejenis brandy yang diproduksi di Armagnac di Jerman.