GUNUNG BERAPI AGUNG GURYUU-EN
(Translator : Elsa)


«Gunung Berapi Agung Guryuu-en»
Letaknya 800 kilometer ke arah utara pada Keadipatian Ancadi. Dari yang bisa kita lihat, Guryuu-en ini adalah gunung raksasa berdiameter lima kilometer, dengan ketinggian 3.000 meter. Tampilannya tidak seperti gunung berapi aktif pada umumnya, yang berbentuk menyerupai kerucut. Gunung ini memiliki kubah, puncak datar yang terbuat dari lava, dan sepertinya lebih tepat untuk menyebutnya bukit raksasa daripada gunung. Akan tetapi, skala dan ketinggiannya ini bisa dibilang abnormal.
«Gunung Berapi Agung Guryuu-en» ini pada umumnya dikenal sebagai salah satu dari Tujuh Dungeon Agung. Namun, tidak seperti «Dungeon Agung Orcus», area ini lebih jarang didatangi oleh para penjelajah. Itu karena bahaya yang terdapat di dalam sana dan tingkat kesulitannya. Apalagi, tidak seperti «Dungeon Agung Orcus», Demonic Beast pemilik bebatuan sihir yang seharusnya dikumpulkan itu jarang ada… Itulah alasan utamanya, tetapi sebenarnya, karena tidak banyak orang yang mampu mencapai pintu masuknya.
Alasannya,
“… Itu terlihat seperti Laputa.”
“… Laputa?”
Hajime, secara tidak sadar bergumam dan mengingat adegan pada anime yang merupakan mahakarya itu, perilakunya ini membuat Yue dan gadis-gadis lain memandanginya sambil bertanya-tanya. Hajime hanya mengangkat bahu kemudian melihat putaran badai pasir dari dalam kendaraan beroda empat itu.
Benar, serupa dengan kastil ‘mengambang’ yang terbungkus awan cumulonimbus, «Gunung Berapi Agung Guryuu-en» juga terbungkus putaran badai pasir. Skala badai ini amat besar hingga menyembunyikan keberadaan «Gunung Berapi Agung Guryuu-en», dan tornado dari badai pasir itu terlihat seperti dinding yang ‘mengalir.’
Ditambah lagi, terdapat demonic beast seperti Cacing pasir dengan jumlah yang tidak sedikit sedang mengintai, siap menerkam di tengah-tengah badai, dan akan melakukan serangan kejutan tanpa ampun pada tempat yang jarak pandangnya terbatas itu. Demikianlah, Hajime hanya bisa mengangguk, mendengar kisah orang-orang berkemampuan standar yang tidak mampu melewati badai pasir maupun «Gunung Berapi Agung Guryuu-en».
“Aku bersyukur kita tidak berjalan kemari.”
“Benar sekali, bahkan Diriku sekalipun tak ingin membawa tubuh sendiri untuk masuk kesana.”

Menatapi badai pasir dari jendela seperti Hajime, Shia dan Tio lega karena memiliki kendaraan itu. Tersenyum masam, Hajime berkata, “Kalau begitu, ayo.” dan kendaraan mereka melaju semakin cepat. Mengenai dungeon ini, mereka tidak datang untuk menaklukkannya dengan santai. Tidak banyak batu Serene di permukaan, jadi mereka perlu memasuki area dungeon yang lebih dalam dan tidak tersentuh demi mendapatkan jumlah yang diperlukan. Dan bila mereka memasuki area yang terdalam, pasti ada jalan pintas untuk keluar dari situ, seperti yang sudah mereka alami sampai sekarang. Dengan begitu, mereka bisa segera kembali ke Ancadi.
Hajime sendiri tidak tertarik soal keselamatan masyarakat Ancadi, namun tidak keberatan membantu mereka. Dengan melakukan itu, setidaknya dia tidak akan merasa bersalah pada Kaori, teman seperjalanannya, dan juga tidak akan membuat Myuu melihat hal yang akan mengejutkannya.
Saat memikirkan hal ini, Hajime mendapatkan semangatnya kembali dan berusaha melewati badai pasir yang dahsyat itu.
Di tengah badai pasir itu, dunia seakan dilukis dengan warna coklat. Keadaannya seperti pada «Lautan Pohon Halteena» yang dipenuhi kabut; sulit untuk melihat apa yang ada di depan. Badai ini juga dapat memengaruhi kondisi fisik seseorang, jadi mungkin malah lebih merepotkan daripada kabut itu. Bahkan, meskipun sudah menggunakan sihir, menerobos tempat yang dipenuhi demonic beast tersembunyi ini memang pada hakekatnya tidak mungkin.
Penerangan datang dari lampu yang terbuat dari batu Cahaya Hijau dan memotong keredupan tempat yang tidak dapat dijangkau sinar matahari itu. Saat ini, mereka berkendara dengan kecepatan 30km/jam. Jika informasi yang didapat sebelumnya memang akurat, mereka pasti dapat melalui badai pasir dalam waktu tidak lebih dari lima menit.
Dan saat itu, telinga kelinci Shia berdiri tegak dan Hajime juga bereaksi, satu detik setelahnya. “Bersiaplah!” Hajime meninggikan suaranya dan segera membanting setirnya.
Tiga Cacing pasir bersama dengan mulut besar mereka yang terbuka pun melompat keluar dari bawah. Menghindari penyergapan, kendaraan mereka bergerak membentuk huruf S di tanah, dan Hajime terus melarikan diri tanpa peduli. Dengan kecepatan ini, akan lebih baik bila mereka secepatnya keluar dari badai pasir itu daripada bertarung tiap kali musuh muncul.
Dua Cacing pasir muncul untuk menyerang dari kedua sisi saat kendaraan itu melaju cepat dan mengabaikan tiga cacing tadi. Tempo cacing-cacing itu amat tepat, hingga kendaraan beroda empat itu terkena pukulan tubuh mereka. Namun, pukulan-pukulan itu sama sekali tidak merusak kendaraan rombongan Hajime, hanya membaliknya ke samping. Karena itu, begitu Hajime mengetahui serangan mendadak mereka menggunakan "Sign Perception," dia segera mencoba menggerakkan kendaraan ke arah menyimpang untuk menghindar. Akan tetapi, Yue dan Tio menghentikannya.
“…Nn, serahkan padaku.”
“Serahkan saja pada-Ku, Tuan.”
Mendengar mereka berdua, Hajime tanpa ragu membiarkan posisi roda kemudi seperti sebelumnya. Kemudian, cacing-cacing raksasa itu melompat keluar dari dunia berwarna coklat tersebut.
Namun, serangan-serangan mereka yang berasal dari kiri dan kanan itu bahkan tidak dapat menyentuh kendaraan rombongan Hajime sedikitpun.
“””Wind Blade/Pedang Angin”””
Melihat cacing pasir di sebelah kiri mereka, Yue bergumam dan sebuah pedang angin pun muncul, tercipta di bagian luar kendaraan beroda empat itu, kemudian terlempar, menciptakan lintasan menggunakan pasir di udara. Begitulah, cacing-cacing yang melompat keluar ke hadapan mereka pun terpotong secara horizontal – darah yang berasal dari tubuh mereka yang sudah terbelah menjadi dua itu pun jatuh berserakan.
Pemandangan serupa dapat dilihat pada sisi kanan mereka, yang sudah diurus oleh Tio.
“Hmm, seperti yang bisa diharapkan darimu, kau menembakkan angin dengan baik.”
“… Mustahil jika aku tidak memanfaatkan angin dari badai pasir itu. Yang kau lakukan tadi juga sesuai harapan, Tio.”
Mereka berdua seketika memilih untuk menggunakan sihir elemen angin, “Pedang Angin,” dan meskipun termasuk mantera sihir kelas pemula, pedang-pedang angin yang ditembakkan sebelumnya itu sekuat sihir kelas menengah. Alasannya, karena mereka memanfaatkan amukan angin diluar sana. Sederhananya, seberapa kuat sihir itu tidak hanya dipengaruhi oleh kekuatan sihir penggunanya. Jadi, penggunaan sihir yang terbaik itu bergantung pada kondisi dan lingkungannya. Tetapi, meskipun terbilang mudah, tetap saja sangat sulit untuk dilakukan. Bagi Yue dan Tio yang mampu melakukannya, memang semua itu sesuai yang bisa diharapkan dari kompetensi mereka berdua.
Di belakang mereka, tiga cacing yang tadi masih mengikuti. Kecepatannya amat luar biasa saat bergerak di tanah. Dibuat kesal oleh makhluk-makhluk itu, Hajime mengaktifkan ‘gimik’ kendaraannya. Briiing! Bunyi semacam itu datang dari bagian belakang kendaraan dan salah satu bagiannya terbuka. Beberapa objek berwarna hitam menggelinding dari dalam sana.
Beberapa mengenai cacing-cacing itu, menciptakan ledakan yang dahsyat, menghancurkan tanah, dan cacing-cacing yang bergerak dari dalam tanah pun keluar dari sana, dengan daging dan darah yang tercecer. Ke arah cacing pasir, benda-benda berwarna hitam itu, granat, menggelinding dan menyebabkan ledakan yang menerbangkan setengah badan mereka. Tubuh bagian atas mereka terhembus, menggelepar di udara, dan menghilang dalam badai pasir.
“Uhya~, hebat. Hajime-san, sebenarnya berapa banyak fungsi yang terpasang pada kendaraan ini?”
Shia bertanya pada Hajime sembari melihat cacing-cacing pasir yang terlempar jauh dengan baik dari kaca belakang. Hajime tersenyum licik.
“Kendaraan ini mampu berubah menjadi senjata berwujud manusia; golem raksasa.”
“””…”””
Meski Shia ingin berkata bahwa hal itu mustahil, mereka mengerti, bahwa Hajime mampu melakukannya. Jadi tidak hanya Shia, Tio dan Yue juga mulai melihat-lihat bagian dalam kendaraan, tanpa suara. Tersenyum masam, Hajime berkata, “Aku bercanda. Sesuai dugaan, aku tidak dapat membuatnya… walau sebenarnya aku ingin.” Akan tetapi, Yue dan gadis-gadis yang lain percaya, suatu hari Hajime akan dapat menciptakan fungsi semacam itu.
Setelahnya, Hajime yang tenang dan rombongannya itu juga diserang oleh laba-laba raksasa berwarna coklat dan demonic beast yang menyerupai semut. Tetapi, makhluk-makhluk itu tertindas oleh perlengkapan kendaraan, juga sihir Yue dan Tio tanpa mampu berbuat apa-apa, bahkan menghalangi jalan mereka sekalipun.
Tidak memedulikan Shia yang berkata, “Aku tidak ada gunanya disini,” dari kursi belakang, rombongan Hajime dengan mudah melewati badai pasir raksasa yang menghalangi jalan banyak penjelajah.
Buuahh! Rombongan Hajime berhasil keluar dari badai pasir dan sampai pada gunung berbatu yang beberapa kali lebih besar dari Ayers Rock. Tempat ini amat sunyi, dikelilingi oleh badai pasir yang membentuk dinding, dimana langit biru dapat dilihat di atas sana— mata dari badai pasir tersebut.
Pintu masuk ke dalam «Gunung Berapi Agung Guryuu-en» terdapat di puncak, jadi mereka melalui lereng, melanjutkan perjalanan dengan menaiki kendaraan. Permukaan berbatu yang terbuka itu berwarna kemerah-merahan, dan uapnya menyembur di sana sini. Meskipun Guryuu-en adalah gunung berapi aktif, tidak pernah meletusnya gunung ini merupakan mukjizat dari Dungeon agung.
Tidak lama kemudian, belokan-belokan yang terdapat disana mempersulit laju kendaraan, jadi Hajime dan rombongannya keluar dari sana, kemudian melanjutkan perjalanan menuju puncak gunung dengan berjalan kaki.
“Uwau… p-panas sekali.”
“Nn~…”
“Memang ya… panasnya sudah dalam skala yang berbeda jika dibandingkan dengan kekeringan di gurun… Bahkan tanpa batas waktu pun, akan lebih baik jika kita menaklukkan dungeon ini secepatnya, huh.”
“Hmm, meskipun Aku merasa nyaman disini… Aku tidak sabar… untuk merasa begitu panas sehingga tubuh ini akan menggeliat kesakitan.”
“… Aku akan melemparmu ke magma nanti.”
Terserang oleh rasa panas beberapa saat setelah keluar dari kendaraan, mereka semua, selain Tio, memunculkan ekspresi tidak puas. Karena tadinya mereka berada di tempat yang dilengkapi dengan alat pendingin, kini rasa panasnya semakin terasa.
Mereka tidak memiliki banyak waktu, jadi sambil mengeluh mengenai suhu panas, mereka segera pergi ke puncak gunung, mendaki daerah berbatu itu dengan sangat cepat, seakan tidak ada apa-apa. Hasilnya, rombongan ini dapat sampai ke puncak gunung dalam kurang dari satu jam.
Mereka sampai ke puncak gunung, area yang rumit, terkubur oleh bebatuan dengan ukuran yang bervariasi. Terdapat bebatuan dengan permukaan lancip, ada juga yang licin dan halus. Kelihatannya seperti pameran benda-benda aneh. Jadi, mereka bisa merasakan bahwa puncak dari badai pasir sudah semakin dekat.
Disitu terdapat batu yang luar biasa besarnya, dan sekumpulan bebatuan berbentuk aneh. Batu raksasa itu berbentuk menyerupai busur, dengan panjang sepuluh meter.
Rombongan Hajime menuju batu berbentuk busur itu, menemukan tangga raksasa di bawahnya, dan melanjutkan perjalanan ke «Gunung Berapi Agung Guryuu-en». Hajime berdiri di depan tangga itu dan menoleh ke belakang, ke arah dimana Yue, Shia, dan Tio berada. Dengan percaya diri, dia menantang Dungeon Agung itu dan berkata,
“Mari kita lakukan!”
“Nn!”
“Ya!”
“Umh!”

* * *

Bagian dalam «Gunung Berapi Agung Guryuu-en» ini lebih tak terduga daripada «Dungeon Agung Orcus» dan «Dungeon Agung Raisen».
Bukan kesulitannya, melainkan malah struktur interiornya-lah yang tidak terduga.
Pertama-tama, terdapat magma yang mengalir, tetapi melayang-layang di udara. Tidak mengalir di sungai, seperti pada negeri demi-human, Faea Belgaen. Magma melayang di udara dan mengalir seperti di sungai. Aliran magma yang merah membara dan melayang-layang itu menyerupai naga raksasa yang melompat-lompat.
Begitulah, magmanya melintas, mengalir pada ruang yang luas, membuat penantang merasa waspada tidak hanya pada magma yang ada di tanah, tatapi juga pada yang berada di atas mereka.
“Ukya!”
“Whoops, kau tidak apa-apa?”
“Ha~ terima kasih, Hajime-san. Tidak mungkin bagiku untuk megetahuinya… magma itu tiba-tiba menyembur dari bawah.”
Sesuai perkataan Shia, magma secara tiba-tiba menyembur dari dinding di sekitar mereka. Semburannya amat tiba-tiba, hingga menyadari tanda-tanda awal kemunculannya adalah suatu hal yang mustahil, seperti perangkap yang tersembunyi. Beruntung, Hajime memiliki “Heat Perception/Persepsi Panas.” Tanpanya, kecepatan penaklukan dungeon akan turun drastis, karena mereka harus lebih waspada.
Mengikuti itu semua, yang membuat mereka benar-benar kesulitan adalah rasa panas seakan direbus — ya, sungguh ekstrim. Panasnya benar-benar alami, disebabkan oleh magma yang mengalir di sepanjang jalan dan di atas mereka, sehingga terasa seperti di sauna, atau lebih tapatnya, di atas wajan panas. Temperatur yang begitu panas ini merupakan hal yang paling merepotkan mengenai «Gunung Berapi Agung Guryuu-en».
Dipenuhi keringat, rombongan Hajime terus melanjutkan perjalanan sambil menghidari tetesan dan semburan magma. Saat itu, pada suatu tempat di sana, mereka menemukan area yang memiliki potongan-potongan buatan di sekitarnya. Tempat ini dipenuhi potongan, yang kelihatannya berasal dari pick axe/beliung, tetapi disana terdapat kristal kecil, berwarna merah muda, mengintip dari salah satu bagian dinding.
“Oh? Itu. Batu Serene… kan?”
“Hmm, benar, Tuan.”
Kata-kata Hajime yang menyerupai pertanyaan itu dipastikan kebenarannya oleh Tio yang berpengetahuan luas.
Kelihatannya, ini adalah tempat para penjelajah yang berhasil melalui badai pasir, masuk kemari, dan menambang batu Serene.
“… Kecil sekali.”
“Ukurannya sama seperti yang orang lain bawa…”
Sesuai perkataan Yue, batu Serene yang tersisa hanya seukuran jari kelingking. Meskipun dapat dipanen dan dibawa, tetapi ukurannya terlalu kecil. Sesuai dugaan, sangat tidak efisien bila mereka mengambil yang ada di permukaan, jadi mereka harus pergi ke area yang lebih dalam agar dapat memperoleh bebatuan ini dengan cepat dalam jumlah yang banyak.
Untuk saat ini, Hajime menggunakan “Mineral Enquiry/Pemeriksaan Mineral” untuk mencari keberadaan batu Serene di sekitar mereka. Setelah menyimpan bebatuan yang dapat dikumpulkan dengan mudah, dia mendesak Yue dan yang lainnya untuk segera melanjutkan perjalanan.
Sambil merasa muak karena temperatur yang amat tinggi, mereka turun ke lantai tujuh; tercatat sebagai titik terdalam yang dapat didatangi oleh para penjelajah. Tidak ada orang yang dapat kembali dengan selamat jika bergerak lebih jauh dari sini. Jadi, rombongan Hajime mempersiapkan diri untuk turun ke lantai delapan.
Ketika itu,
GRuuOoOOOO!!!
Ketika mereka merasa seakan dihempas oleh angin panas yang kuat, api raksasa yang menyala-nyala muncul mendekat, menyerang tepat ke hadapan mereka. Serangan ini berlanjut saat api mulai membentuk spiral pada dinding berwarna oranye itu.
“”Absolute Calamity/Bencana Absolut.””
Sihir Yue teraktifkan untuk melawan bara api yang menyala-nyala itu. Bulatan berwarna hitam yang berterbangan dan berputar-putar pun muncul di hadapan mereka semua – sihir gravitasi. Namun, sihir ini tidak biasa digunakan untuk menghancurkan benda-benda yang ada di daratan.
Kobaran api yang dapat dengan mudah membakar seseorang hingga menjadi abu tersebut tertarik oleh bulatan yang hanya berdiameter 60 sentimeter, kemudian menghilang tanpa bekas. Api yang tertelan itu sebenarnya sudah ditiadakan. Bulatan hitam ini, yang disebut “Absolute Calamity,” hanya memproduksi gravitasi sendiri, menarik benda lain yang mendekati, kemudian menelan agar masuk ke dalamnya, cara kerja yang menyerupai lubang hitam.
Saat seluruh kobaran api itu tertelan oleh gravitasi super Yue, mereka semua dapat mengetahui bagaimana wujud dan rupa musuh mereka.
Banteng. Ia berdiri di tengah magma. Seluruh tubuh makhluk ini terselimuti oleh magma, serta memiliki sepasang tanduk melengkung di atas kepalanya. Api yang menyerang mereka tadi keluar dari mulutnya sesekali. Ketahanan demonic beast ini terhadap rasa panas membuat Hajime tergerak untuk menyerang balik.
Mungkin Banteng Magma ini marah karena sihir unik-nya, serangan api yang menyala-nyala itu dengan mudah ditiadakan, bunyi gedebuk! gedebuk! dapat terdengar dari kakinya dan berubah menjadi kuda-kuda, seakan ia ingin menyerang mereka.
Gravitasi super yang Yue ciptakan, seketika bergerak mendekat -- seperti tertarik, ke arah Banteng Magma. Di saat yang sama, si Banteng juga menyerang menggunakan api yang mendatar. Serangan Banteng, yang menyerupai laser ini, beberapa kali lebih kuat dari serangan api biasa.
Sekarang pun, Banteng Magma itu masih menyerang secara langsung. Namun, Yue yang terkena serangan itu, membalikkannya.
KABOOOOM!!
Tempat ini bergetar diikuti oleh suara ledakan, dan Banteng yang berdiri di atas magma itu terlempar ke belakang, kemudian menghantam dinding. Tetapi, “GRAAAAH!!,” demonic beast tersebut hanya berteriak penuh amarah dan segera berdiri. Kali ini, ia mengerahkan seluruh kekuatan untuk mengusir para penyusup.
“Hah… sesuai dugaan, serangan api tidak efektif jika digunakan untuk menyerangnya.”
“Yah, ia diselimuti magma… apa boleh buat.”
Yue, yang membalikkan serangan tadi, mendengus. Tertawa masam, Hajime mencoba mengambil Donner, tetapi, saat itu, Shia mengangkat tangannya.
“Hajime-san, tolong serahkan saja padaku!”
Meskipun Hajime meragukan Shia yang menggenggam Doryukken di kedua tangannya, gadis itu  mendengus dengan penuh semangat. Keraguan berubah menjadi rasa percaya, dan Hajime menunjukkan pengakuannya itu dengan lambaian tangan. Karena, Hajime menyadari bahwa Shia ingin mencoba fitur-fitur baru yang dimiliki Doryukken-nya. Dia sadar ketika mata sihirnya melihat Shia memenuhi Doryukken dengan sihirnya.
“Baiklah~! Aku akan melakukannya!,” Shia berteriak, dan setelah beberapa langkah kecil, ia melompat, menuju Banteng Magma yang telah mendekat beberapa meter ke arah rombongan itu.
Berputar sekali di udara, dan mencari momen yang tepat, ia mengayunkan Doyukken ke bawah, ke arah Banteng yang berada di daratan pada waktu yang tepat. Bidikannya tepat sasaran; Doryukken tepat mengenai kepala demonic beast itu. Saat itu, serpihan-serpihan sihir redup dan berwarna biru tersebar pada tempat yang terkena Doryukken – dampaknya luar biasa. Kepala banteng itu meletup-letup, kemudian meledak.
Menggunakan Doryukken sebagai titik tumpu, Shia memutar tubuhnya lagi. Ia melompati tubuh Banteng Magma yang meluncur dan mendarat dengan indah di sisi lain.
“O-Ohh Hajime-san, aku, sang pengguna, sekarang mengerti fitur baru pada senjata ini menghasilkan kekuatan yang mengagumkan.”
“Ah, kelihatannya begitu… Aku berpikir, “Conversion : Impact” ini seperti apa, tetapi ini semua terlihat bagus…”
Tidak hanya Hajime, Yue dan Tio seketika memuji-muji Shia atas serangannya itu. Itu semua berkat sihir unik yang disebutkan oleh Hajime, Conversion : Impact
Conversion : Impact” ini adalah sihir baru yang diperoleh Hajime, “Magic Power Conversion/Konversi Kekuatan Sihir.” Efeknya sesuai dengan namanya, yakni mengkonversi kekuatan sihir menjadi dentaman.
Itu adalah kemampuan horsehead yang Hajime rubah menjadi daging cincang beberapa hari lalu di «Dungeon Agung Orcus». Sebenarnya Hajime diam-diam membawa daging itu, kemudian memakannya.
Jika horsehead ini hanya demonic beast biasa, status maupun skill Hajime tidak akan meningkat, namun dia memakannya karena mengira bahwa mungkin akan mempengaruhi sesuatu. Sebab, horsehead mampu bertahan melawan rombongan Kouki, bahkan ketika Limit Break Kouki sedang aktif… Tetapi sesuai perkiraan, status-nya tidak berubah; dia hanya mendapatkan sihir “unik” makhluk itu.
Kemudian, dia menggunakan Sihir Penciptaan untuk menambahkan “Conversion : Impact” ke dalam suatu batuan logam, dan memasangkannya ke Doryukken yang baru dibuat.
Hajime dengan penuh ketertarikan memperhatikan kepala Banteng Magma yang meledak itu, tetapi Yue mendesaknya agar segera melanjutkan perjalanan.
Setelahnya, variasi demonic beast meningkat ketika mereka menuju ke area yang lebih dalam. Demonic beast yang menyerupai kelelawar, mencipratkan magma dari sayapnya, demonic beast yang menyerupai belut moray dengan warna merah membara, melompat keluar dari dinding yang dilelehkannya, juga yang seperti landak, menembakkan jarum api yang tak terhitung jumlahnya, ada juga yang menyerupai bunglon, memperlihatkan wajahnya saat di tengah-tengah magma, dan menyerang menggunakan lidahnya yang tertutup magma, seperti cambuk, sambil berenang di sungai magma yang berada di atas kepala mereka, bahkan, ular yang berselimutkan api pun juga ada…
Semua itu memang merepotkan karena tubuh para demonic beast itu tertutup magma atau api, yang mana mambatalkan sihir yang setengah-setengah, dan beberapa dari mereka melakukan serangan kejutan, muncul dari magma yang mengalir, tempat mereka menyembunyikan diri. Para demonic beast tidak hanya mencoba untuk menimbulkan luka fatal dengan pukulan-pukulannya, banyak juga yang menggunakan magma di sekitar untuk menyerang; saat ini senjata musuh terbilang tidak terbatas. Lagipula, mereka bisa melarikan diri menuju magma untuk memastikan keselamatan. 
Memang benar, meski para petualang mampu melewati badai pasir, mereka tidak akan bisa turun lebih jauh dari lantai tujuh dan kembali. Ditambah lagi, meskipun demonic beast-demonic beast ini bisa dikalahkan, ukuran dan kualitas batu sihir itu sama dengan demonic beast di lantai empat puluhan di «Dungeon Agung Orcus» dan kehadiran batu Serene yang amat berharga ini, tidak terlalu memengaruhi pendapatan mereka. Jadi, bisa dimengerti jika tidak ada yang ingin menantang dungeon ini.
Mengikuti semua ini, hal paling merepotkan adalah suhu yang berangsur-angsur meningkat.
"Haa, haa... panas."
"... Shia, kau merasa panas karena kau terlalu memikirkannya. Yang mengalir itu hanya air... Lihat kan, sudah cukup dingin sekarang, fufu."
"Ah,Tuan! Yue mulai kacau! Pandangan matanya terlihat kosong!"
Rombongan Hajime, selain Tio, gerakannya semakin melambat dikarenakan panas yang amat menyengat. Sekarang, Hajime mengeluarkan artefak sejenis pendingin udara... tetapi pada akhirnya, semua itu bagaikan mencipratkan air ke tanah yang kering; tidak ada gunanya. Keringat mereka mengalir deras bagai air terjun. Melihat Yue dan Shia yang kesadarannya mulai kabur, Hajime berpikir, sepertinya mereka harus beristirahat sebentar sementara dia mengelap keringat yang bercucuran di dahinya.
Ketika mereka menemukan area yang cukup luas, Hajime menggunakan "Transmutation/Transmutasi" pada dinding yang jauh dari magma, dan menciptakan sebuah terowongan. Dia menyuruh Yue dan yang lain masuk, dan menutup jalan masuknya sehingga rasa panas yang berasal magma itu tidak akan secara langsung mengenai mereka. Dan juga, dia menggunakan “Mineral Separation” dan“Compressed Transmutation” untuk menutupi bagian luar dinding terowongan itu dengan bahan yang padat agar mereka tidak diserang oleh makhluk-makhluk seperti moray tadi, ataupun semburan api.
"Fuu... Yue, tolong ciptakan balok es. Kita akan beristirrahat di sini untuk sementara. Jika tidak, kita pasti akan melakukan kesalahan fatal nantinya."
"Nn... baik."
Meskipun matanya terlihat sayu, Yue melakukan sihir es, kemudian sebuah balok es muncul di tengah-tengah mereka. Walau Tio tidak mempermasalahkan suhu panas tadi, ia membuat angin berhembus, dan balok es menjadi pusatnya. Karenanya, udara dingin dari balok es langsung menurunkan temperatur ruangan.
"Whaa~~, sejuuuuk~, aku sudah bisa melanjutkan hidupku sekarangg~"
“… Hmmmm~.”
Yue dan Shia menyipitkan mata mereka dengan gembira.
Sambil berpikir mereka berdua terlihat moe, Hajime mengeluarkan handuk dari "Treasure Box" dan membagi-bagikan kepada mereka semua.
"Yue, Shia, memang bagus jika kalian menikmati keadaan saat ini, tetapi lap keringat kalian dulu. Pergerakan kalian akan melambat jika kalian merasa dingin nantinya."
Yue dan Shia perlahan mengambil handuk itu. Melihat mereka, Tio berbicara pada Hajime.
"Tuan, tolong jangan turunkan kewaspadaanmu dulu, ya?"
"Kau juga. Suhu panas ini memang berbahaya. Aku harus membuat artefak pendingin udara yang lebih baik lagi..."
"Hmm, dungeon ini mampu mengalahkan Tuanku... Mungkin inilah konsep «Gunung Berapi Agung Guryuu-en»."
Daripada kekalahan, panas tetaplah panas, dan Tio, yang juga mengelap keringatnya menggunakan handuk, membuat Hajime ragu.
"Konsep?"
"Mhm. Aku sudah mendengar banyak hal dari Tuan, tetapi tetap ada yang disebut "cobaan" kan? Jika ini digunakan untuk menantang Dewa... maka, pasti ada berbagai konsep yang mendasarinya, begitu pikir-Ku. «Dungeon Agung Orcus» yang Aku dengar dari Tuan memiliki banyak demonic beast, jadi berbagai macam pengalaman bertarung akan didapat saat melewatinya. «Dungeon Agung Raisen» membatalkan sihir, dan memoles fleksibilitas seseorang terhadap segala jenis serangan. «Gunung Berapi Agung Guryuu-en» mungkin menggunakan suhu panas ini untuk menghalangi konsentrasi seseorang dan bagaimana orang bereaksi terhadap serangan kejutan pada situasi seperti itu kan?"
"... Benar... Aku tidak pernah memikirkan itu karena pada akhirnya, aku hanya perlu menaklukkannya... tetapi "cobaan" ini digunakan oleh para Liberator/Pembebas untuk "mengajari" kita, huh?"
"Begitu ya," Hajime mengangguk untuk menanggapi dugaan Tio. Pengetahuannya cukup dalam meskipun ia adalah seorang masokis yang parah. Tio yang bijaksana ini hanya dianggap sebagai wanita cantik berambut hitam yang memancarkan sensualitas dan gairah seksual... jadi Hajime memandangnya dengan kasihan.
Namun, melihat keringat Tio mengalir dari tengkuk lehernya, menghilang di antara lembah payudaranya yang "melimpah," Hajime mengalihkan pandangannya. Pandangan Hajime beralih ke arah pakaian Yue dan Shia yang lengket akibat keringat mereka yang bercucuran itu. Melihat hilang dan munculnya kulit mereka melalui pakaian yang terlihat transparan, tatapannya terpusat ke arah Yue.
Mungkin karena mengelap keringatnya, kulit Yue terlihat mengintip dari gaun putih polos yang dikenakannya. Kulitnya sedikit memerah karena suhu panas dan terlihat mengkilap karena keringat dan napasnya yang lebih kasar dari biasanya benar-benar memberikan kesan erotis.
Tanpa sadar, Hajime bahkan lupa untuk mengalihkan pandangan dan terus menatapnya, tetapi seketika Yue membalas tatapan itu. Hajime melupakan keadaan saat ini karena terpesona... dan entah kenapa merasa sedikit bergairah. Dia pun mencoba mengalihkan pandangannya karena merasa bersalah.
Akan tetapi, tepat sebelum Hajime sempat melakukannya, Yue yang membalas tatapannya itu terseyum mempesona. Sambil menggunakan pakaian yang masih terlihat terbuka, berpose seperti kucing, ia merangkak dan mendatangi Hajime. Yue yang tidak akan melepaskan pandangan Hajime yang menuju dirinya, pipi yang memerah karena udara panas, dan menunjukkan sedikit dada-nya tiap ia bergerak...
Yue, yang langsung datang menghampiri Hajime dalam keadaan semacam itu, duduk di atas kaki Hajime yang duduk bersila, menatap ke atas, dan dengan nada yang manja dan manis ...
"... Hajime, usap keringatku?"
Tanpa sadar Hajime menerima handuk Yue, dan tidak dapat berhenti menatap mata Yue. Di dalam pikirannya, "Ah, sial. Aku tidak bisa menang dari Yue dalam keadaan seperti ini," pikirnya dengan senyum masam. Dengan tenang, Hajime mencoba meluncurkan tangannya pada tengkuk leher Yue... tetapi dihentikan oleh Shia.
"K-A-L-I-A-N B-E-R-D-U-A! Tolong perhatikan waktu, tempat, dan keadaan saat ini sedikit saja! Kita sedang terburu-buru dan berada di Dungeon Agung! Ya ampun! Astaga! Benar-benar..."
"Tidak, yah, umm. Mau bagaimana lagi, ya? Aku tidak bisa menahannya. Yue terlalu erotis. Jadi aku tidak bisa mengabaikannya."
"... Hajime yang diam memandangku itu menggemaskan."
"Tidak bisakah setidaknya kalian mempertimbangkan kesalahan kalian? Lagipula, kenapa Hajime-san tidak memandangku? Meskipun aku tepat di sebelah Yue-san dan dalam keadaan seperti itu juga... Astaga, kepercayaan diriku turun drastis~. Hey, Tio-san, katakan sesuatu juga."
"Yah, mereka berdua tergila-gila pada satu sama lain. Jadi apa boleh buat, kan? Aku juga ingin Tuan menyiksa-Ku tanpa mempedulikan tempat... namun, yah, Tuan sedikit bereaksi pada dada-Ku~. Saat ini Aku sudah cukup puas dengan itu. Kufufu."
Kata-kata mesum muncul dari Tio seperti biasa. Namun, Hajime sadar bahwa dia merasa keringat yang mengalir menuju dada Tio itu terlihat menggiurkan. Mendengar itu, "Dia bahkan tidak melihatku!," Shia mengamuk. Shia sudah lupa apa yang dikatakannya mengenai "waktu, tempat, dan keadaan" tadi dan mulai membuka baju di depan Hajime. Kalau begitu, Aku juga akan membuka bajuku, tetapi Hajime menembakkan peluru karet untuk membuat mereka diam, karena jika diteruskan semuanya akan jadi merepotkan.
Hajime terus menyeka keringat Yue di hadapan Shia yang menggeliat dengan payudaranya yang benar-benar terlihat jelas dan Tio dengan senyum menjijikkannya. Hajime menghela nafas sementara diam-diam merasa lega bahwa Kaori tidak ada di sana.