KUTUKAN DAN MATA AIR PANAS
(Translator : Hikari)

Di ronde kelima ada lawan yang sudah kami hadapi berkali-kali.
"…Red Ogre dan Blue Ogre, ya."
"Kita telah mengulanginya berkali-kali. Mereka tidak akan terlalu bermasalah sekarang."
"Tapi kalau mereka adalah lawan di ronde kelima, artinya ronde keenam ke sana akan lebih sulit daripada boss. Aku tidak minat mundur setelah mendapatkan hadiah kedelapan. Apa yang akan kita lakukan?"
"Kita akan maju sejauh yang kita bisa! Dan kalau itu tidak berhasil, kita akan menantangnya lagi!"
"Kalau begitu, aku akan terus mendukung kalian berdua dengan semua yang kupunya. Enchant ——Attack, Defence, Speed!"
Aku memasangkan tiga enchant pada Mikadzuchi dan melihatnya pergi.
Sambil menyaksikan Sei-nee dan Mikadzuchi yang mengoptimasi pergerakan mereka untung melawan Red Ogre dan Blue Ogre di gerbang belakang, aku berkontribusi dalam pertempuran dengan menyerang menggunakan busur dan panah.
Di awal, aku menggunakan panah Curse untuk menyegel serangan spesial lawan sehingga kami dapat melewati ronde kelima tanpa kesulitan apapun.
Sejauh ini Red dan Blue Ogre dari ronde kelima adalah yang terkuat, tapi karena Hobgoblin di ronde keempat bertarung sebagai grup, mereka bahkan lebih sulit dihadapi untuk grup dengan orang sesedikit kami, karena ada batasan seberapa banyak yang dapat dihadapi satu orang dalam satu.
Ronde keenam, ronde yang dihadiahi Diffusing Crystal, material penguat yang kuinginkan. Dan lawan ronde ini adalah——

"Urami-danuki? Kali ini monster yang kulihat untuk pertama kalinya. Terlebih lagi, dia jenis hewan."
Apa yang muncul adalah bake-danuki besar setinggi hampir dua meter.
Tertutupi rambut-rambut lembut, dia memiliki armor mirip ketel di torsonya seakan menutupi perut gendutnya dan memegangi sebatang tombak di tangannya, sebuah tombak dengan bilah berbentuk salb.
Meskipun dia memiliki siluet yang imut, sama seperti kesan kata "grudge (dendam)" dalam namanya, dia memelototi kami dengan kebencian dalam matanya. Mata ini membantai semua keimutan yang ada pada dirinya.
"Oh-hoh, jenis monster yang baru muncul. Ayo ubah tanuki tidak imut ini menjadi sup tanuki. Tentu saja, Nona yang akan memasaknya."
"Musuh di arena tidak menjatuhkan item, jadi aku tidak bisa memasaknya."
"Yun-chan, jadi itu jawaban balasanmu, mm? Ngomong-ngomong, sudah dimulai!"
Kali ini, Sei-nee yang menukasku.
Tepat setelah itu, suara gong memulai ronde keenam.
Pada saat yang bersamaan dengan dimulainya pertarungan, Urami-danuki melompat tinggi.
Dari arah yang kami lihat, Urami-danuki mengeluarkan suara *bofun* yang konyol dan asap putih menyebar dari tubuhnya, menyembunyikan dirinya.
"Kita tidak tahu apa yang akan muncul, jadi berhati-hatilah."
"Tabir asap ini bisa kuhilangkan! ——Bow Skill — Gust of Wind!"
Pada saat yang sama Mikadzuchi memperingatkan, aku melancarkan Art yang menciptakan tekanan angin kuat bersama dengan sebuah serangan.
"Apa?‼ Dia menghilang!"
"Atau tepatnya, dia membagi diri? Lihat, kita terkepung."
Sei-nee bergerak dalam diam saat melindunggi Mikadzuchi dan titik butaku, dan saat kami bertiga menatapi musuh dengan berdiri saling memunggungi, Urami-danuki kecil mengelilingi kami.
Ada lima Urami-danuki yang cukup tinggi mencapai pinggangku. Setiap dari mereka memegangi sebuah tombak yang sesuai dengan fisik mereka. Mereka secara bertahap mengurangi jarak di antara kami dan mereka.
Akan tetapi——
"Mencoba mengepung kita seperti Goblin tidak akan berhasil‼"
"Bodoh! Jangan serang musuh baru dengan sembarangan!"
Aku mengalihkan senjataku dari busur ke Meat Cleaver dan menebas Urami-danuki yang berdiri di depanku.
Pada saat yang sama Meat Cleaver itu sampai, si Urami-danuki menghilang begitu saja menjadi asap.
Bersamaan dengan itu, serangan dari tombak-salib muncul dari asap putih dan menggores pinggangku.
Seperti yang kuduga, dengan sebuah serangan yang dilancarkan dari jarak dekat, bahkan dengan sepenuhnya penggunaan See-Through dan Sky Eyes, aku nyaris dapat menghindari ujung tombak dan berakhir dengan pinggangku yang tercabik oleh bilah tombak itu.
"Oww! Sial, sepertinya serangan ini juga dibarengi dengan Curse."
Aku dapat mendengar sebuah jeritan tertahan dari kursi penonton saat aku menerima serangan tersebut. Aku menahan pinggangku yang tersayat dan melangkah mundur.
"Jadi bukannya membagi diri, dia membuat klon bayangan, ya. Kalau begitu, kita harus menemukan tubuh aslinya di antara para klon."
Mikadzuchi dengan tenang menganalisa kenyataan bahwa salah satu dari Urami-danuki menghilang menjadi asap putih.
Sementara itu, Sei-nee menyembuhkanku, mengembalikanku ke kondisi sempurna.
"Yang benar saja, bagaimana cara kita menemukannya?"
Sukses menyarangkan satu serangan padaku, mulut Urami-danuki melengkung menjadi senyum sinis.
"Kita bisa menyerang semua klon bayangan sekaligus. Kita bisa memusnahkan semua klon dan kemudian menyerang tubuh yang sebenarnya. Juga, kita bisa mencoba mencegahnya melakukan serangan spesialnya. Hanya itu yang bisa kupikirkan."
Atau, kita bisa melakukan serangan frontal pada mereka untuk mencoba menemukan perbedaan antara klon dan tubuh aslinya. Mikadzuchi bergumam dan pada saat yang sama dia menyerbu ke arah Urami-danuki lalu menusukkan tongkat heksagonalnya.
Saat senjata tersebut dengan ganas berbenturan antara satu sama lain, Mikadzuchi menangkis tombak Urami-danuki dan memukulnya di torso. Akan tetapi, seperti sebelumnya, musuh menghilang menjadi asap putih dan klon bayangan lainnya muncul, bergabung dengan yang lainnya mengepung kami.
"Yang benar saja, apa yang harus kita lakukan dengan ini?!"
Meskipun aku berusaha mati-matian menghindari serangan dari tombak-salib itu, HPku terpangkas oleh serangan balasan yang datang dari dalam asap putih.
Serangan-serangan klon bayangan itu tidak cukup kuat untuk menumbangkan kami dengan sekali serang, tapi mereka memberikan status buruk Curse. Terlebih lagi, bentuk dari tombak itu merepotkan.
Status buruk Curse selain mengurangi MP juga menyebabkan efek negatif lainnya dari waktu ke waktu, jadi kalau kami terus menerima serangan-serangan itu, akan ada kemungkinan mendapatkan efek negatif yang mematikan.
Saat ini kami dapat memulihkan diri dengan item, Sei-nee juga bisa menggunakan Recovery Magic untuk mempertahankan margin keamanan, tapi sepertinya kami tidak akan bisa menyarangkan damage apapun pada lawan.
Tombak-salib itu memiliki jangkauan serangan yang lebar karena ujung-ujungnya memiliki bilah berbentuk sabit, jadi sulit untuk menghindarinya. Kecuali kau menghindarinya dalam margin yang besar, kau akan terkena.
Juga, karena tombaknya mengepung dari segala sisi, mempertahankan diri kami sendiri perlahan menjadi semakin sulit.
"Sialan! —— Zone Bomb!"
Putus asa, aku menggunakan sihir terendah dalam Elemen Tanah yang dikombinasikan dengan Sky Eyes.
Berfokus pada banyak musuh yang ada dalam jarak pandang, aku melancarkan sihir Bomb dalam sekejap.
Hasilnya, empat klon bayangan tanuki terbungkus oleh ledakan kuning Bomb dan mendapat sedikit damage, tapi karena mereka diserang pada saat yang sama, mereka berempat menusukku dengan tombak mereka.
"Nowah?! Ha-hampir saja!"
Membuang rasa malu dan aku kemudian menghindar dengan merangkak, keempat tombak lawan melewati kepalaku. Sambil merayap, aku menyelinap menjauh dari bawah mereka.
"Nona, apa yang kau lakukan?"
"'Apa', katamu? Percobaan!"
"Serangan barusan berbahaya. Coba bayangkan apa yang terjadi kalau kau terkena serangan serentak tombak-tombak itu."
Dikatakan begitu, aku memikirkan situasi di mana aku menerima serangan serentak dari keempat klon bayangan itu dan menyimpulkan bahwa ada kemungkinan besar aku bisa menerima Curse yang parah.
Sekaligus serangan berantai dari serangan beruntun dalam rentang waktu pendek.
"Kelihatannya kau mengerti. Tapi yah, itu adalah contoh kegagalan yang bagus. Para anggota guild sudah pasti akan mengingatnya."
Khukhukhu, Mikadzuchi tertawa tertahan sambil menangkis sebuah serangan dari klon bayangan dan terus mencari petunjuk bagaimana mengalahkan mereka.
Setelah itu, aku menerima beberapa serangan balasan dari Urami-danuki, dan sementara memulihkan damage dengan potion, aku menggunakan sihir Bomb untuk menumpukkan damage pada satu Urami-danuki.
"Sial, serangan dengan Bomb tidak memberikan terlalu banyak damage. Aku harus memikiran metode yang lebih efisien."
"Nona, tidak bisakah kau menemukan tubuh utamanya dengan See-Throughmu?"
"Tidak terjadi apa-apa. Aku sudah memperhatikan mereka selama beberapa waktu, tapi aku sepertinya tidak menemukan perbedaan apapun pada tanuki ini. Sense tipe Concealmentnya pasti sangat tinggi."
"Setelah datang sejauh ini, kita mendapatkan lawan yang licik. Kita mungkin akan sangat kelelahan kalau ini tidak berjalan dengan baik. Tapi, bagaimana kalau…"
Sementara Mikadzuchi dan aku berhenti melawan Urami-danuki, Sei-nee sepertinya menemukan jalan keluar.
"—— High Heal"
Cahaya putih muncul di ujung tongkat dan penyembuhan untuk target tunggal High Heal diaktifkan.
Targetnya bukan aku ataupun Mikadzuchi, tapi klon bayangan Urami-danuki.
——GYAAAHHH!
Meskipun si klon menjerit dan berubah menjadi asap putih, tidak ada tombak yang datang sebagai serangan balasan.
Klon bayangan Urami-danuki lainnya kembali ke tubuh utama dan semua damage yang dilancarkan pada mereka sejauh ini pun jadi satu.
"Kurasa ini mudah begitu kau menyadarinya, 'kan?"
"Sei-nee, apa maksudmu?"
"Urami-danuki adalah musuh undead, jadi serangan fisik kurasa tidak efektif. Terlebih lagi, kecuali sihir tertentu, serangan itu efeknya akan sangat tidak bagus."
"Aku mengerti. Ini mudah begitu kita tahu triknya. Nona, berikan aku elemen api."
"Baik. Element Enchant ——Weapon!"
Serangan balasannya menjadi cepat begitu Mikadzuchi dan aku tahu kelemahan musuh.
Aku menggunakan Elemental Stone dan memasangkan Element Enchant pada senjata Mikadzuchi.
Mulai dari sini, Mikadzuchi melawan Urami-danuki menggunakan damage tipe api, Sei-nee menyerang dengan sihir penyembuhan dan aku terus melancarkan damage dengan panah perak yang sangat efektif melawan undead.
Akhirnya, Urami-danuki itu melengkingkan jeritan kematian dan mengembuskan asap putih dari tubuhnya, lalu ambruk.
"Dia sangat tangguh. Aku menggunakan banyak Yellow Potion di sini."
"Aku juga menyerangnya berkali-kali dengan High Heal, jadi tidak ada banyak MP Potion yang tersisa."
Meskipun Sei-nee dan Mikadzuchi dalam kondisi yang sempurna, mereka tidak punya banyak item konsumsi untuk mendukungnya.
"Apa kau tidak apa-apa? Berapa banyak Yellow Potionmu yang tersisa?"
"Ada 10 saat ini. Kalau terus begini, sepertinya aku kemungkinan besar tidak bisa mencapai ronde kesepuluh."
"Kelihatannya begitu untuk saat ini. Kita tidak perlu berpikir soal mundur di tengah jalan."
Aku mendengarkan pendapat mereka berdua dan meskipun dalam kondisi ini, kita akan masuk ke ronde ketujuh dan kemungkinan akan bisa mendapatkan hadiah ronde kedelapan yang diinginkan Sei-nee. Mungkin, kami juga bisa saja menyelesaikannya sampai akhir.
Sementara aku berdiri di situ dengan perasaan lega aku akan mendapatkan material penguat yang kuinginkan, tiba-tiba aku mendapat hantaman dari belakang.
"——HAa?"
Rasa terkejutnya cukup kuat untuk menghancurkan ide naifku tentang tantangan arena.
Tombak-salib ungu mencuat dari perutku.
Sei-nee dan Mikadzuchi juga ditusuk oleh benda yang sama dan suara seperti sebuah jeritan terdengar dari bangku penonton.
"Yun-oneechan! Sei-oneechan!"
Dengan suara *whump*, aku ditusuk oleh tombak ungu, tapi aku tidak merasakan sakit apapun atau menerima damage.
Aku memutar tubuhku untuk melihat ke belakang dan menyaksikan sesosok Urami-danuki semi-transparan ungu menatapi kami dengan kebencian. Pada akhirnya, tepat sebelum menghilang, dia menyunggingkan seulas senyuman sinis.
"Apa-apaan yang barusan…"
Saat aku mengelus bagian abdomenku dengan tercengang karena tidak adanya rasa sakit, suara Mikadzuchilah yang mengembalikan perhatianku.
"Cih! Kita kena!"
Mikadzuchi segera menyerapah dan memastikan statusnya di menu.
"Pada ahirnya dia meninggalkan kita Curse yang konyol! Bagaimana denganmu, Sei?"
"Ini lumayan berkurang karena aku punya aksesoris kekebalan Curse, tapi…"
Saat mereka berdua melihat ke arahku, aku memastikan statusku di menu.
Melihat efek Curse yang tertera di situ, aku kehilangan kata-kata.
"…apa-apaan ini?"
Statusku saat ini menunjukkan Curse dan tidak ada nilai yang menunjukkan intensitasnya.
Terlebih lagi, tidak seperti Curse normalnya, aku mendapat berbagai efek negatif.
"Skills Sealed, Healing Skills and Items Disabled, Statistic Decrease, juga HP Decrease dan MP Decrease? Apa-apaan ini?"
Aku tercengang dengan efek Curse yang terlalu kuat.
Dengan begini, aku tidak bisa memulihkan HP dan MP maupun status burukku. HP Decrease tidak secepat Poison tapi perlahan berkurang.
Dan sepertinya Mikadzuchi mendapat Curse yang sama denganku.
"Jadi Nona tidak kebal terhadap itu dan mendapatkannya secara penuh. Dan kau Sei?"
"Hanya MP Decrease. Tapi karena MP-ku berkurang, aku tidak akan bisa menggunakan banyak sihir dalam pertempuran."
"Cih, final attack Urami-danuki, ya. Ayo lewatkan pilihan untuk mundur dan langsung ke ronde ketujuh. Kenyataannya, ini berubah menjadi pertarungan dengan batas waktu."
Final attack adalah istilah umum untuk serangan yang diaktifkan secara paksa ketika HP monster mencapai titik nol. Ini juga disebut sebagai Attack Upon Death dan Stray Attack.
Saat pertempuran arena, kau tidak bisa menyerahkan item penyembuh pada yang lain.
Saat ini Mikadzuchi dan aku tidak bisa menggunakan item yang kami punya. Satu-satunya orang yang bisa menggunakan item adalah Sei-nee yang paling banyak menggunakan MP Potion.
"Barusan berjalan dengan begitu mudah, aku seharusnya lebih berhati-hati."
Mikadzuchi bergumam pelan. Gumamannya bergema sepenuhnya di arena yang sunyi. Kemudian, "barusan itu mudah bagimu, Mikadzuchi", sebuah sahutan muncul dari kursi penonton.
Apa yang benar-benar kami pahami sekarang, adalah situasinya berubah dari nyaman menjadi di mana kami terpojok oleh Curse Urami-danuki.
"Dia muncul, musuh ronde ketujuh…"
Lawan dari ronde ketujuh yang berada di arah pandangan Sei-nee adalah—— Twin Torso Warrior.
Dia adalah dua tubuh iblis warrior  yang menempel berpunggungan menjadi satu. Mereka memegang pedang melengkung di tangan-tangannya dengan satu kepala dua wajah yang melambangkan empat jenis gaya berpedang.
Iblis warrior di depan mengenakan heavy armor, iblis warrior di punggung mengenakan kinagashi longgar.
"Bagaimana caranya yang di punggung bergerak dengan kaki-kaki itu? Itu yang ingin kutanyakan, tapi kurasa tidak ada waktu untuk itu."
"Yang ada di punggung memiliki lutut yang terbalik seperti yang ada di game robot. Makhluk itu di luar dugaan memiliki kemampuan melompat yang kuat."
"Yun-chan, Mikadzuchi, kita tidak punya waktu untuk membicarakan itu. Jadi, Mikadzuchi, apa yang kita lakukan?"
"Sei, kau akan menjadi penyembuh untuk berjaga-jaga. Jangan menyerang dan simpan MPmu. Nona, gunakan semua item yang bisa kau pakai. Aku akan menyelesaikan ini dengan cepat."
Aku segera memberikan item bukan penyembuh yang kupunya di inventory dan bisa digunakan Mikadzuchi.
"Ini, Enchant Stone dan Boost Tablet. Juga, aku akan meminjamkanmu Substitute Gem Ring. Ini bisa menahan tiga serangan."
"Aku tahu cara menggunakan Enchant Stone dan Boost Tablet, jadi tidak ada masalah. Tapi cincin ini adalah barang berhargamu bukan, Nona?"
Substitute Gem's Ring adalah equipment unik yang dapat sepenuhnya meniadakan serangan tergantung dari ukuran permata yang dipasang pada dudukannya.
Untukku, yang memiliki pertahanan yang lemah, ini adalah item yang sangat kuat.
"Kalau kau kalah, Sei-ne dan aku yang ada di belakangmu tidak akan memenangkan ini. Kami tidak bisa membiarkanmu kalah, Mikadzuchi. Juga, aku adalah karakter support. Karena aku seorang support, peranku adalah mengatur supaya posisi petarung dapat berjuang sebaik mungkin."
"Nona…aku mengerti. Akan kupinjam."
Setelah berkata begitu, Mikadzuchi memakai Substitute Gem's Ring di jari telunjuk kanannya. Selanjutnya, dia menghancurkan Boost Tablet di antara giginya dan mengucapkan kata kunci Boost Tablet untuk Attack, Defence, dan Speed, mengaktifkan mereka.
"Rasanya enchantnya menutupi sebagian besar pengurangan stats."
Dengan mengayunkan ringan lengannya dan meregangkan tubuh, Mikadzuchi memeriksa kondisi tubuhnya.
Sei-nee dan aku juga menggunakan item penguat untuk mengurangi efek penurunan stats, mempersiapkan diri kami sejak awal.
Begitu waktunya tiba, Hobgoblin si wasit membunyikan gong dan ronde ketujuh dimulai.
"Baiklah kalau begituuuuu, aku berangkat."
"Pergilah, aku akan membantumu sebisa mungkin."
Agar bisa melewati pertempuran ini, aku berjuang sebaik mungkin menyediakan serangan pengalih dengan busur.
Panah yang kutembakkan melewati kepala Mikadzuchi, dipatahkan oleh pedang melengkung Twin-Torso Warrior, tapi aku terus menembakkan panah tanpa henti supaya musuh tidak bisa mengabaikannya.
Dan, begitu Mikadzuchi melambung di depan Twin-Torso Warrior, mereka mulai bertukar serangan.
Dia melancarkan hantaman-hantaman presisi dengan tongkat heksagonalnya sambil menghindar sedikit. Twin-Torso Warrior terus melakukan tebasan-tebasan dengan jangkauan lebar, menyabetkan pedang melengkungnya.
Biasanya, setelah musuh menyerang, ada kesempatan untuk memukul mereka, tapi keempat pedang lawan melancarkan banyak serangan yang menutupi celah sehingga Mikadzuchi tidak dapat memukul Twin-Torso Warrior dengan baik.
Akan tetapi, dengan Mikadzuchi yang menyerangnya, Twin-Torso Warrior tidak dapat menahan panah-panahku dan beberapa tempat yang tidak terlindung oleh armor pun tertusuk.
Sebenarnya aku menggunakan panah yang disintesis dengan obat status buruk, jadi begitu panahnya menusuk musuh, efeknya dapat terlihat.
Meskipun panahnya sendiri memberikan damage yang kecil, damage selipan Poison, efek negatif acak dari Curse, serta Sleep dan Stun penghambat aksi telah menumpulkan Twin-Torso Warrior untuk sesaat, membuat kami bisa mendapatkan keuntungan.
Tetap saja, karena Twin-Torso Warrior pulih dari status buruk lebih cepat dari para Ogre, efeknya tidak terlalu kuat.
"Dia lebih kuat dari pada Ogre! Ini sulit! Ini bukan sesuatu yang ingin kuhadapi saat aku benar-benar diperlemah!"
Karena Mikadzuchi ingin mempertahankan perlidungan Substitute Gem's Ring, dia terus menghindari serangan si Warrior.
Karena itu, Sei-nee yang bertindak sebagai penyembuh darurat tidak dapat ikut serta dan hanya menyaksikan kami.
""—— VOOOOOOOOOO!""
Saat kepala depan dan belakang Twin-Torso Warrior meraung, warrior di depan mengayunkan pedang melengkungnya secara diagonal lalu mengambil satu langkah ke depan. Saat itulah warrior di sisi lain mengayunkan pedang-pedangnya menyabet dari sisi ke sisi.
Mikadzuchi menghindari serangan-serangan itu dan menyelinap ke samping Twin-Torso Warrior, tapi dari arah yang dihindarinya, bagian punggung melancarkan sebuah tusukan. Untuk mengelakkannya, Mikadzuchi melompat jauh ke samping.
"Fyuuh, hampir saja. Karena tubuh lain di bagian punggungnya, tidak ada titik buta di belakangnya."
Kali ini, Mikadzuchi mengadapi monster warrior yang mengenakan kinagashi di depan. Kami memposisikan diri untuk melakukan serangan dari dua arah, dari depan dan dari belakang dengan kami bertiga.
"Um, bukankah ini akan jadi sangat buruk kalau dia mengabaikan Mikadzuchi…?"
"Pada saat itu, kita mungkin harus mengulur waktu tidak peduli apa yang terjadi."
"Kau akan memikirkannya saat itu terjadi. HAA——"
Mikadzuchi perlahan menggeser kakinya di tanah ke depan, menghitung jarak antara pedang melengkung musuh, kemudian dengan teriakan nyaring dia menusukkan senjatanya.
Menyamakan serangan itu, aku menembakkan sebatang panah pada monster warrior di depan.
Saat itulah Twin-Torso Warrior menunjukkan sebuah gerakan yang belum kami lihat.
Monster yang dihadapi Mikadzuchi memblokir serangan dengan pedang-pedang di tangannya, tapi monster di sisi kami tidak membantunya. Sebagai gantinya, dia memukul panah yang dia abaikan sampai sekarang.
"Ini…bukankah pergerakan sisi depan dan belakang ada sedikit perbedaan?"
Sampai barusan, keempat pedang berfokus untuk menahan Mikadzuchi, tapi sekarang mereka telah berbagi tugas ke tiap sisi.
Dan, dengan hanya dua pedang di bagian punggung, dia tidak dapat menahan serbuan Mikadzuchi, membuat Mikadzuchi mendekat.
"Terhempaslah! Haa‼"
Dipenuhi dengan semangat tempur, dia menusukkan tongkatnya pada si warrior yang memakai kinagashi. Hasilnya adalah si Twin-Torso Warrior terhempas ke arah kami.
Agar tidak membiarkan dia mendekat ke tempat Sei-nee dan aku berada, aku melemparkan permata sihir dengan terburu-buru.
"Semoga berhasil! —— Clay Shield!"
Dimulai dengan lokasi di mana permatanya dijatuhkan, sebuah dinding tanah muncul dari permukaan dan dihantam oleh Twin-Torso Warrior.
Setelah menghantam dinding, si warrior jatuh di tempat dan bangkit dengan terhuyung-huyung.
"Kekuatan yang hebat. Serangan barusan mengurangi 10% HPnya."
"Sepertinya kau tidak melihat dari sisimu, Nona, tapi setengah dari itu akibat dia menghantam dinding tanah yang kau buat."
Sambil berkata demikian, Mikadzuchi memanggul tongkat heksagonalnya, kemudian sekali lagi mempersiapkan senjatanya dan menurunkan pinggang.
Twin-Torso Warrior mempunyai 70% HP yang tersisa. Dan, HP Mikadzuchi berkurang menjadi 60% karena Curse Urami-danuki.
Karena akan berbahaya kalau HPnya jatuh di bawah itu, Sei-nee yang sejak tadi bersiaga pun bergerak.
"Mikadzuchi, penyembuhan. —— High Heal!"
"Oh, makasih. Oke, ayo berjuang sedikit lebih lama lagi!"
Sei-nee menggunakan sihir penyembuhnya untuk memulihkan Mikadzuchi yang melanjutkan pertarungan dengan Twin-Torso Warrior.
Aku terus menembakkan panah sambil memperhatikan perubahan pada pengurangan HP lawan.
"Bukankah Twin-Torso Warrior punya sedikit perbedaan dalam pertahanan di kedua sisinya?"
"Jadi kau menyadarinya juga, Yun-chan?"
Karena aku kehabisan panah status buruk, aku berhenti sebentar untuk mengeluarkan panah yang biasa. Sementara itu, aku mendengarkan analisis Sei-nee.
"Punggungnya rentan terhadap serangan fisik. Mikadzuchi pasti menyadarinya karena dia mencocokkan pergerakannya dengan Twin-Torso  saat makhluk itu mencoba berbalik dengan bagian depan menghadap ke arahnya, dan terus berada di belakangnya."
Saat itulah si monster warrior menyabetkan senjatanya lebar-lebar dan setengah berputar ke kiri. Bersamaan dengan itu, pergerakan dari warrior di bagian depan beralih ke Mikadzuchi dan mengayunkan pedang melengkungnya, tapi Mikadzuchi menyamakan pergerakan dan berguling saat mengelak. Sekali lagi, Mikadzuchi menghadapi monster warrior di bagian punggung.
"Cih, dia beralih ke depan lagi."
"Mikadzuchi, aku akan memulihkan HPmu. ——High Heal."
"Makasih, Sei."
"Dan Yun-chan, kau juga dapat HP Decrease, 'kan? —— High Heal."
"Terima kasih, Sei-nee."
Karena aku penyerang garis belakang, aku tidak memperhatikan HPku sendiri, dan sebelum aku menyadarinya itu sudah turun ke 40%.
Aku punya HP maksimal yang lebih rendah dari Mikadzuchi, jadi menggunakan sihir penyembuhan padaku di saat yang bersamaan akan membuang-buang MP, jadi Sei-nee menggunakan penyembuhan padaku hanya sekali setiap dua kali dia melakukannya pada Mikadzuchi.
"MPku sudah tinggal sedikit, jadi selesaikanlah sebelum habis."
Mendengar perkataan Sei-nee, Mikadzuchi melambaikan tangannya dan mengambil satu langkah maju.
Pertempuran dengan Twin-Torso Warrior kembali dilanjutkan, tapi setelah HPnya berkurang 30%, musuh membuat pergerakan yang sama sekali berbeda dari sebelumnya.
"Dia mundur selangkah?"
Twin-Torso Warrior mengambil satu langkah mundur besar, merendahkan tubuh, dan menghambur ke depan sambil menyabetkan pedang melengkungnya pada Mikadzuchi.
"Cih, dia cepat!"
Suara udara yang terbelah dengan momentum kuat pedang melengkung itu mencapaiku yang ada di barisan belakang. Mikadzuchi, mengalihkan tubuh bagian atasnya menghindari dengan jarak setipis kertas, tapi si Twin-Torso Warrior memutar tubuh dan melakukan langkah maju lainnya.
"Yun-chan, bersiaplah!"
"Baik! —— Clay Shield!"
Untuk berjaga-jaga, aku bergerak bersama Sei-nee.
"Cih, dia mengejarku?!"
Mikadzuchi menurunkan dirinya sendiri untuk mengelak, tapi Twin-Torso Warrior terus berputar, berganti depan belakang terus-menerus, dia melancarkan tebasan-tebasan berat pada Mikadzuchi.
Serangna kedua diterima dengan tongkat, tapi Mikadzuchi kalah dalam kontes kekuatan dan terdorong mundur sehingga kuda-kudanya runtuh.
Dengan serangan ketiga, dia mendapat damage untuk pertama kalinya dan Substitute Gem's Ring menerima efeknya, mengeluarkan suara pecah yang terdengar pelan. Kemudian serangan keempat dan kelima yang dilancarkan Twin-Torso Warrior dengan mudah melampaui damage yang bisa diterma Substitute Gem's Ring.
Mikadzuchi tidak dapat memperbaiki posturnya saat mendapat peniadaan serangan-serangan itu dan menerima tebasan keenam sehingga sejumlah HPnya terpangkas.
"Ghaa!"
Dan, saat Twin-Torso Warrior akan melepaskan serangan ketujuh, aku melemparkan permata sihir ke kaki Mikadzuchi, menciptakan dinding tanah di bawahnya dan meraupnya.
Lapisan-lapisan dinding itu terlalu rapuh untuk serangan-serangan kuat pedang melengkung itu dan runtuh, tapi berkat dinding yang muncul dari bawah kakinya, dia dapat melarikan diri ke atas.
"——High Heal, High Heal!"
Sei-nee melancarkan penyembuhan pada Mikadzuchi dua kali, memulihkan damage yang diterimanya dengan sejumlah HP.
"Sei, Yun. Kalian telah menyelamatkanku."
"…tidak mungkin. Dia memanggilku dengan namaku."
"Serangan-serangan barusan sangat gigih. Kalau bukan karena barang yang Nona pinjamkan padaku, bantuanmu tidak akan berhasil tepat waktu. Satu pukulan lagi dan akan menjadi akhir bagiku. Juga, Nona, terima kasih untuk cincinnya."
"Jadi, bagaimana caranya kita mengurangi sisa HPnya?"
Sei-nee menggunakan sihir penyembuhnya berturut-turut sehingga MPnya mencapai dasar, memaksanya untuk memulihkannya dengan MP Potion yang tersisa.
Hanya saja, karena efek Curse mengurangi MPnya sedikit demi sedikit, dia ingin menyelesaikan ini secepatnya.
"Kalau begitu, tidak ada cara selain langsung menyelesaikannya dengan semua kekuatan tempur yang kita punya."
Sambil berkata begitu, Mikadzuchi melepaskan Substitute Gem's Ring yang pemata pada dudukannya telah pecah dan mengembalikannya padaku.
Setelah digunakan, Substitute Gem's Ring memiliki jeda beberapa jam sebelum dipakai lagi. Kerja bagus, aku bergumam padanya dan menyimpannya dalam inventory.
Kami menoleh pada Twin-Torso Warrior. Sepertinya dia telah menyelesaikan jurus besarnya dan jatuh berlutut, sama sekali tanpa pertahanan selama sepuluh detik.
"Aku menyerah untuk menghindar dan akan terus menyerangnya terus menerus secara fisik."
"Aku akan menggunakan MP Potion yang tersisa untuk menghujaninya dengan sihir."
"A-aku akan menyebarkan Magic Gem yang tersisa untuk meledakannya."
"Baiklah, sudah diputuskan!"
Mikadzuchi mengganti armor merah menyalanya saat ini ke equipment unik yang memiliki desain muram serigala, Dark Wolf's Armour.
Dark Wolf's Armour adalah equipment unik yang didapatnya sebagai hadiah raid quest. Efek negatif Skills Sealednya bertumpuk dengan efek negatif dari Curse Urami-danuki, jadi saat ini tidak ada kerugiannya. Terlebih lagi, efek tambahan Mightnya meningkatkan ATK penggunanya secara signifikan.
"Baiklah, ayo!"
Mengejar Mikadzuchi, aku juga mulai berlari ke arah Twin-Torso Warrior.
Sei-nee menciptakan peluru-peluru air dan tombak-tombak es dalam jumlah banyak, dan dengan menggunakan MP Potion dia terus menunggu sampai saat di mana dia bisa melancarkan semuanya sekaligus.
"Nona, samakan waktu dengan sihir Sei-nee. Jangan kena serangan sampai saat itu!"
"Aku akan melakukannya dari tempat aman."
Aku berpindah ke jarak menengah sambil menembakkan busurku, kemudian mulai menaruh Magic Gem Bomb sedikit demi sedikit, melemparkannya ke bawah kaki Twin-Torso Warrior.
Mikadzuchi menangkis ayunan pedang melengkung dengan armor di lengannya dan memutar ke samping lawan, kemudian memanfaakan stats yang ditingkatkan oleh Might, dia menusukkan tongkatnya pada monster warrior di bagian punggung. Saat dia melakukannya, tubuh lawan berputar, menerima dan mengurangi serangan dengan armor di depannya.
"Cih, tapi…aku akan memaksakannya! DARAAahhh‼"
Tongkat heksagonal menusuk ke bagian depan perut dan dengan kuat membuat armornya penyok.
Bersama dengan suara debam keras, Twin-Torso Warrior kehilangan tenaga di lututnya dan terjatuh ke tanah.
Meskipun mungkin untuk mengurangi damage dengan membuat benturan mengalir ke belakan, musuh tidak dapat melakukannya dan dia menyebarkannya ke seluruh tubuh.
Iblis warrior di bagian depan menghujamkan pedang melengkungnya ke tanah dan menopang tubuhnya dengan kedua tangan, sedangkan monster warrior di punggung segera balas menyerang.
Mikadzuchi menangkis serangan itu ke samping dengan segenap kekuatannya, kemudian menyerang monster warrior di punggung.
"Sekarang. —— Aqua Bullet Ice Lance, tembakkan sekaligus!"
"Ayo lakukan. ——Bomb!"
Sei-nee menembakkan beberapa lusin sihir yang sedang menunggu di belakangnya, langsung menuju ke Twin-Torso Warrior.
Peluru-peluru air melesat dengan kecepatan tinggi, membuat penyokan-penyokan di armor warrior bagian depan. Tombak-tombak es mencungkil kaki tangannya, air membuncah bertemu dengan udara dingin lalu membekukan Twin-Torso Warrior.
Dan sementara musuh tidak dapat bergerak, Magic Gem Bomb aktif di waktu yang bersamaan. Twin-Torso Warrior tidak dapat menghindari rentetan ledakan dan dia tertelan oleh ledakan kuning. Garis bentuk tubuhnya menjadi tidak beraturan.
"Aku melemparkan beberapa lusin Magic Gem. Seharusnya ini cukup."
"Belum! Mikadzuchi, pukulan terakhir!"
Saat cahaya ledakan perlahan menghilang, Twin-Torso Warrior kelihatannya selamat, meskipun armor di bagian depan dan kinagashi di punggung compang-camping.
Makhluk itu berdiri meskipun HPnya kurang dari 10%, mengacungkan keempat pedangnya patah menjadi dua, dia melancarkan sebuah serangan berputar terus-menerus pada Mikadzuchi.
Akan tetapi, pedang-pedang rusaknya memiliki jangkauan yang pendek dan Mikadzuchi dengan mudah menghindarinya. Terlebih lagi, dia dapat melepaskan pukulan terakhir dengan memanfaatkan jangkauannya yang lebih panjang.
"Waktu yang tepat! Terhempaslah!"
Mikadzuchi menghujam dengan seluruh kekuatannya pada bagian samping lawan yang terbuka karena putaran tersebut.
Rotasi tersebut menambahkan kekuatan serangan dan armor Twin-Torso Warrior pun hancur sementara serangan tersebut terbenam dalam-dalam ke pinggangnya.
""——VOOOOOOOOOO!""
Twin-Torso Warrior terhempas bersama dengan sebuah teriakan, menghantam dinding arena dan menggelincir jatuh ke tanah.
Di sana, tubuhnya berubah menjadi partikel-partikel cahaya, menghilang.
"""WOOAAAA——"""
Karena kami telah bertarung dengan Art kami dan skill kami ditahan sejak ronde ketujuh dimulai serta berakhir dengan cara yang sangat mencolok, sorakan dari kursi penonton menjadi yang paling kencang terdengar sejauh ini.
"Baiklah, ayo lanjutkan ke ronde kedelapan——"Kita mundur."——Sei-nee?!"
Ronde ketujuh berakhir dan aku merasa sangat bersemangat karena ronde berikutnya adalah hadiah yang Sei-nee incar, tapi dia sendiri memutuskan agar kami mundur.
Keputusan mundur tersebut diterima oleh sistem, tapi aku bertanya pada Sei-nee karena penasaran.
"Apa tidak masalah? Maksudku, bukankah hadiah berikutnya adalah yang kau incar?"
"Mau bagaimanaa lagi. Curse dari Urami-danuki masih berlanjut. Juga, aku hanya punya cukup MP untuk satu mantera dan beberapa potion. Mikadzuchi dan Yun-chan, sekalipun kalian bertarung dengan HP kalian saat ini, kalian tidak bisa menggunakan skill, 'kan?"
"Tapi…"
"Kalau kita memaksakan diri menantangnya sekarang dan kalah, kita kehilangan semua hadiah sejauh ini. Lebih bijak untuk mundur saat ini."
Sambil berkata begitu, Mikadzuchj menaruh sebelah tangannya di atas kepalaku dari belakang dan mengacak-acak rambutku keras-keras. Menepis tangannya, aku harus setuju dengannya.
"Yup, kau benar. Sepertinya aku tidak cukup tenang."
"Tidak. Yun-chan memikirkanku, 'kan? Terima kasih."
Sei-nee mengelus kepalaku dengan lembut seakan sedang menyisir rambutku, membuatku merasa malu.
Di sudut penglihatanku, mulut Mikadzuchi melengkung tidak puas karena aku menepis tangannya, tapi itu karena dia terlalu kasar.
Mikadzuchi mendadak menghela napas, kemudian meninggikan suara supaya seluruh arena mendengarnya.
"Sekarang, kami telah menantang arena sebagai orang yang pertama. Bagaimana? Apakah itu memberi kalian tips?! Kami telah ikut serta tanpa persiapan khusus, dan hasilnya kami mundur setelah ronde ketujuh. Ambillah keuntungan dari informasi ini. Juga, lihatlah bagaimana orang lain menantang arena ini dan gunakan itu untuk melakukan persiapan kalian sendiri. Jadi yah, lakukanlah yang terbaik!"
Bersama dengan deklarasi penutup Mikadzuchi, berbagai sorakan muncul dari bangku penonton. Aku tersenyum simpul melihat antusiasme itu, kemudian pergi.
·
Setelah menantang arena, kami membagikan hadiah-hadiahnya, dan hasilnya adalah——
Setiap dari kami mengambil satu hadiah dari ketujuh ronde itu sehingga masih tersisa empat hadiah.
Aku mendapatkan Crystal of Exorcism, kemudian Mikadzuchi mendapatkan hadiah ronde ketiga dan ketujuh. Karena Sei-nee mundur sebelum kami mendapatkan item yang dia inginkan, dia berhak untuk memilih empat hadiah yang tersisa sebagai prioritas.
"Aku akan…mengambil hadiah keempat dan kelima. Kau berikutnya, Yun-chan."
"Eh? Aku….kalau begitu, hadiah ronde kedua."
"Kau benar-benar kurang serakah. Kita mendapatkan item yang kita inginkan, jadi kalian seharusnya mengambil semua yang tersisa, Nona, Sei."
Berkata demikian, Mikadzuchi menerima hadiah yang tersisa dan pembagiannya selesai. Pada hari itu, karena kami bertiga sudah kelelahan, kami memutuskan untuk beristirahat.
Kemudian, keesokan harinya, di sore hari keenam ekspedisi.
Aku sedang melakukan penyesuaian pada aksesoris di ruang para perajin Eight Million Gods.
Whew, aku akhirnya malah jadi membuat ulang aksesoris untuk Sei-nee dan Myu lagi.
Aku menatapi aksesoris yang ditaruh di atas meja.
Untuk aksesoris biru dan perak yang dibuat dari Blurite Ore, aku pertama-tama memperkuat batangan logamnya dengan mensintesiskan Element Stone air ke dalamnya, meningkatkan efek elemen air.
Untuk gelang manik-maniknya, aku pertama-tama membuat manik-manik kaca transparan, tapi kemudian aku memikirkan bahwa cara Crystal of Exorcism membaurkan cahaya itu akan cocok dengan Myu, jadi aku melanjutkan proses manik-manik.
Aku diberi masukkan oleh Otonashi dan Langley yang mana bisa kugunakan sebagai referensi dan akhirnya membuat aksesoris untuk Myu.
Jugs, aku menggunakan Element Stone cahaya pada aksesoris yang satu ini juga. Mengkombinasikannya dengan material sejak tahap awal untuk memberikan efek tambahan Light Element Increase (small).
Yang tersisa hanyalah  menggunakan material penguat yang kupunya pada kedua aksesoris ini.
Aku mengeluarkan empat material penguat.
Item drop boss monster Area Dataran Tinggi, Chicken King's Crown.
Item drop dari Electric Parasitic Insect, boss monster mirip anemone laut yang ada di dalam Grand Rock, Parasite-Pacemaker.
Dan dua material penguat yang kudapatkan di Demonfolk Resort Area Gunung Berapi, Precious Magic Crystal dan Crystal of Exorcism. Aku menambahkan efeknya pada tiap aksesoris.
Dan hasilnya adalah——


Blue and Silver Mystic Ring Ornament (berat:1)
DEF+7 INT+3 MIND+12 Efek Tambahan: INT Bonus】【Water Element Increase (medium)】【Magic Increase (small)

Snow White Bracelet Ornament (berat:1)
DEF+8 MIND+12 Efek Tambahan: Recovery Increase (small)】【Range Improvement (small)】【Light Element Increase (medium)


Untuk Blue and Silver Mystic Ring Sei-nee, aku menggunakan Precious Magic Crystal untuk menambahkan efek peningkat stats yang berkaitan dengan sihir.
Untuk efek lainnya, ada INT Bonus yang dapat ditambahkan oleh Sense Engraving dan Water Element Increase dari Sense si perajin yang merupakan efek tambahan yang ditambahkan dengan penggunaan Blurite Ore.
Ini adalah aksesoris khusus elemen air dan sihir.
Snow White Bracelet Myu menggunakan tiga material yang tersisa dan adalah aksesoris yang meningkatkan penyembuhan, sihir cahaya dan efek bantuan.
Berkat efek Element Stone cahaya dan Parasite Pacemaker yang bertumpuk, efek Light Element Increase menjadi semakin kuat satu tingkat.
"Sihir Sei-nee akan menjadi semakin kuat. Dan karena Myu bilang ingin menjadi seorang paladin, aku membuat kombinasi yang umum untuknya."
Membayangkan wajah senang mereka berdua, aku jadi tersenyum.
Aku meregangkan tubuh dan menyadari sekarang sudah malam.
"Ah, sudah hampir waktunya tidur…Aku sudah mandi, jadi tinggal pergi tidur."
Setelah berkata begitu, aku tiba-tiba teringat.
"Bangunan mata air panas di Area Gunung Berapi, seharusnya tidak ada orang di sana di jam segini…"
Area garis depan yang dihuni sedikit player. Terlebih lagi, sekarang hampir tengah malah jadi tidak ada banyak orang yang online. Aku mungkin bisa menikmati mata air panas tanpa dilihat siapapun. Berpikir begitu, aku segera mulai bertindak.
Aku berpindah ke portal di gerbang belakang dungeon yang jauh dari pandangan orang, kemudian menuju ke mata air panas.
"…tidak ada orang di sini. Aku masuuuukkk."
Setelah memastikan tidak ada seorang pun di dalam atau sekitar bangunan, aku melepaskan sepatu botku di pintu masuk dan menyelinap ke dalam dengan berjingkat-jingkat.
Dan, begitu aku melewati pintu ke ruang ganti——
"OHH?‼ Semua equipmentku berubah, ya."
Yang tadinya equipmentku, telah diubah paksa menjadi handuk mandi yang membungkus tubuhku.
Kelihatannya, kalau aku ada baju renang, aku akan dipakaikan itu alih-alih handuk mandi, tapi sayangnya aku tidak punya equipment semacam itu.
"Aku telanjang di balik kain ini…eh, apa yang kupikirkan!"
Aku buru-buru menggelengkan kepala dan mengenyahkan pikiran tidak berguna itu, kemudian masuk ke dalam pemandian.
Memegani handuk mandi yang tidak bisa diandalkan dengan kedua tanganku, aku berjalan perlahan.
"Woah…jadi seperti ini bagian dalamnya."
Saat aku masuk dari ruang ganti ke kamar mandi, aku melihat pemandian terbuka dengan bebatuan kasar.
Setelah sekali lagi memastikan tidak ada siapapun di dalam, aku mendekati ember terdekat dan menuangkan air panas ke tubuhku sebelum memasuki bak pemandian.
"Di dunia nyata, kau tidak boleh membuat handuknya basah, tapi di sini tidak ada pilihan lain karena ini tidak akan lepas."
Aku memegangi handuk mandi yang tidak bisa dipercaya ini yang tidak akan lepas tidak peduli apa yang terjadi kemudian membenamkan tubuhku ke dalam bak mandi.
"Haa, ini surga. Demonfolk Resort mungkin benar-benar cocok untukku. Mmm, aku yakin menghabiskan pekan ini dengan santai."
Bertarung, membantai boss dan menantang arena tidak begitu melelahkan. Semuanya itu berkali-kali jauh lebih baik daripada monster-monster di dungeon yang menjijikkan.
"Tempat ini memiliki suasana seperti kota pemandian air panas. Ada banyak toko dengan makanan-makanan enak yang kunikmati."
Besok adalah hari terakhir ekspedisi guild, ya, kataku dan bersantai. Aku melihat ke langit malam, menatapi uap putih yang menghilang ke atas sana.
Kemudian, setelah beberapa lama termenung, Sense See-Throughku merasakan tanda-tanda kehidupan di ruang ganti dan membuatku panik.
"EH?! Ada orang lain yang datang di jam segini! Apa yang harus kulakukan?! Aku akan kelihatan!"
Kalau ketahuan laki-laki sepertiku masuk ke pemandian perempuan, ini akan jadi akhir kehidupan sosialku. Aku harus bersembunyi di suatu tempat, pikirku dan mulai mencari, tapi orang lain itu sudah memasuki pemandian.
"Jadi kau benar-benar di sini, Nona."
"Selamat malam, Yun-chan."
"Mikadzuchi, Sei-nee…"
Mengetahi bahwa mereka adalah orang-orang yang kukenal, aku merasa lega, tapi juga berpikir bahwa aku tidak bisa tetap di sini dan buru-buru keluar dari bak mandi.
Air yang tadinya menggenang sampai ke bahuku pun mengalir menuruni tubuhku. Handuk basahnya terasa berat.
Menahan handuk yang basah dengan tangan, aku menuju ke ruang ganti, tapi——
"He?"
Tepat saat aku berpikir melewati Mikadzuchi, dia menangkap ujung handukku dan melemparku kembali ke bak mandi.
Aku jatuh ke dalam bak pemandian dengan suara debur keras, kemudian bangun dengan terburu-buru dan memprotes.
"PWAH! Itu bahaya! Bagaimana kalau handukku lepas?!"
"Kenapa kau malu-malu begitu. Juga, kau baru saja masuk jadi jangan keluar cepat-cepat. Temani kami sebentar lagi."
Berkata begitu, Mikadzuchi membenamkan diri ke dalam bak mandi di sebelahku.
Aku mencoba bangun lagi tapi dia menahan kepalaku dan memaksaku kembali ke bak.
Tidak dapat menolak karena perbedaan stats kami, aku pun menyerah dan membenamkan diri sampai ke mulut di tengah-tengah kabut air panas untuk menyembunyikan tubuhku.
"Kenapa kalian berdua ke sini?"
"Mm. Kami melihat Yun-chan berlari ke sini dan jadi penasaran."
"Tetap saja, apakah kalian tidak malu mengejarkau sejauh ini sampai ke pemandian…?"
"Kami pakai baju renang di balik ini, lihat."
Sei-nee berkata demikian dan memamerkan tali bahu yang terlihat meskipun handuknya tetap membungkus tubuhnya.
Pada saat itu, dadanya sangat menonjol, membuatku mengalihkan pandangan.
"Aahh, baiklah. Aku sudah mengerti——hya!"
"Khukhukhu, polos sekali. Kau benar-benar manis."
Mikadzuchi mengelus sedikit punggungku dengan ujung-ujung jarinya. Aku secara refleks melengkungkan punggung ke belakang lalu berbalik dan memelototinya.
"Mikadzuchi! Hei, apa-apaan yang kau pamerkan itu!"
Melihatnya menggeser handuk untuk memperlihatkan baju renangnya seperti Sei-nee, aku segera mengalihkan pandanganku.
"Kenapa kau bereaksi berlebihan seperti itu? Itu manis sekali, membuatku ingin mengerjaimu."
"Diam kau."
"Apa? Apa kau tidak percaya diri dengan dadamu yang kecil itu? Jangan khawatir, punyaku juga tidak besar."
Yang benar saja! Saat aku berteriak dalam hati dan menatapi Mikadzuchi, dia mengeluarkan sebuah nampan dari dalam inventory dan menaruhnya di pinggir bak.
Kemudian, hal berikutnya yang dia keluarkan adalah cawan sake dan sebotol alkohol.
"Mikadzuchi, alkohol lagi?"
"Adalah hal yang bergaya minum sambil memandangi bulan, ya 'kan?"
Dia menuangkan isi botol ke dalam cawan sake berwarna merah, mengisinya.
"Dan itu adalah?"
"Hadiah ketujuh dari Arena—— Magic Cup."
Dan sambil berkata demikian, dia meminum sedikit alkohol tersebut, kemudian memiringkannya secara horizontal. Saat dia melakukannya, cairan mulai muncul dari cawan itu seakan keluar dari air mancur.
"Cairan yang keluar dari dalam barusan dapat dihasilkan kembali dengan menggunakan MP. Kalau kau menuangkan potion ke dalamnya, yang dihasilkan adalah potion. Kalau isinya alkohol, maka yang keluar alkohol. Tentu saja, jumlah MP yang digunakan tergantung dari apa yang kau tuangkan ke dalamnya."
"Mikadzuchi menggunakannya secara berbeda dari apa yang seharusnya. Terlebih lagi, dia mengincar hadiah ketiga dan ketujuh hanya untuk ini, kau tahu?"
Haa, Sei-nee menghela napas. Hadiah-hadiah yang Sei-nee dan aku pilih, hadiah kedua dan kelima, adalah satu dari dua jenis, kotak suzura besar dan kecil.
Isi dari kotak itu berubah secara acak. Kotak besar Sei-nee ada satu item besar di dalamnya, sedangkan kotak kecilku ada tiga kotak lain yang lebih kecil.
"Hadiah keempatku adalah material yang disebut Nameless Demon's Horn. Dan untuk hadiah kotak kelima, aku tidak beruntung jadi mungkin item yang tidak kuperlukan."
Meskipun kami sedang hanyut dalam suasana pemandian yang menyenangkan, Sei-nee mulai mengeluarkan suasana tertekan, membuatku panik.
"Tidak apa-apa, Sei-nee. Um…kalau kau tidak membutuhkannya, aku akan menukarnya dengan apa yang kudapat dari kotakku."
"Uuunh, kebaikan hati Yun-chan menusuk hatiku. Tapi di saat yang sama, sepertinya tidak ada seorang pun yang mengharapkan apapun dari keberuntunganku."
Melihat Sei-nee malah semakin murung, kebalikannya, Mikadzuchi tersenyum senang.
"Begitu ekspedisi selesai, kau sebaiknya membukanya di depan semua orang. Entah kau beruntung atau tidak, semua orang akan bersemangat."
"Uuu, Mikadzuchi, kau berbicara seakan itu tidak ada hubungannya denganmu."
"Kenyataannya, tidak begitu. Ngomong-ngomong, Nona Yun, datanglah berpartisipasi dalam pesta besok."
Mikadzuchi memanggilku dengan namaku lagi. Dia melakukannya sekali saat di arena sebelumnya. Di saat yang sama, aku merasa sedikit senang dipanggil begitu. Aku merasa malu dipanggil seperti itu saat ini dan merosok ke dalam bak mandi sampai ke mulutku lagi.
"Dan, sekarang waktunya kau memutuskan apa yang akan kau lakukan, Nona."
"Putuskan?"
"Antara kau bergabung secara resmi dengan guild Eight Million Gods kami atau pergi."
"…tidak apa-apa. Aku sudah memutuskannya."
Rasanya terlalu nyaman sampai aku hampir melupakannya. Karena itulah aku telah memutuskannya sejak awal.
Mendengar kata-kataku, Mikadzuchi menanggapi dengan "aku mengerti, aku mengerti" dan meminum sisa alkohol sekaligus.
"Baiklah kalau begitu, aku akan pergi duluan."
"Tentu. Selamat malam. Jangan terlambat untuk pesta besok."
"Selamat malam, Yun-chan."
Aku menahan handuk berat dengan kedua tanganku dan berjalan menuju ruang ganti dengan langkah ringan.
Di belakangku, aku bisa mendengar Sei-nee dan Mikadzuchi berbicara satu sama lain.
"Nona Yun benar-benar kuat."
"Kau benar. Kelihatannya Yun-chan santai mengikuti situasi, tapi sejak dulu kapanpun dia memutuskan tentang sesuatu, dia akan selalu melakukannya sampai akhir."
Mendengar kata-kata itu, aku menyangkalnya dalam hati, aku sama sekali tidak kuat, pikirku.