KEADIPATIAN ANCADI
(Translator : Elsa)

Karena kondisinya yang tak biasa, lelaki muda itu, meskipun sudah sadar, masih belum bisa berdiri tegap. Ditambah lagi, lelaki muda itu terancam mengalami dehidrasi karena suhu padang pasir serta keringatnya yang bercucuran cukup banyak, sehingga dia dipersilakan masuk ke kendaraan itu untuk meminum sedikit air di dalam sana.
Dia mengira-ngira bahwa kendaraan beroda empat itu adalah semacam kereta, dan merasa agak pusing karena rasa nyaman berada di dalam sana. Namun, dia mengingat kembali, jika berhenti di tengah jalan, maka dia tidak akan bisa menyelesaikan misinya. Jadi, dia menenangkan diri, mengingat bahwa tidak ada waktu untuk menikmati kemewahan semacam itu. Setelah itu, dia memperkenalkan diri kepada rombongan Hajime yang menyelamatkannya.
“Pertama-tama, izinkan aku berterimakasih atas bantuan kalian. Terima kasih banyak. Ketika aku mengira bahwa akan mati dalam kondisi seperti ini… Ancadi akan hancur. Namaku Vis Fuad Zengain. Putra dari kepala wilayah Keadipatian Ancadi, Randzi Fuad Zengain.”
Tak disangka-sangka, lelaki bernama Viz itu adalah orang penting. Ancadi sendiri adalah pusat dari pengangkutan produk-produk laut agar kesegarannya tetap terjaga selama didistribusikan dari Elisen, di mana 80% produk laut tersebut diproduksi pada bagian utara benua. Dengan kata lain, sebagai pemasok utama makanan dari bagian utara benua, Ancadi ini menguasai harga pasaran. Kepala wilayah Ancadi sendiri bukan hanya dikenal sebagai bangsawan, namun bangsawan berkedudukan tinggi yang dipercaya oleh Kerajaan Herrlicht.
Mendengar identitas Kaori, sebagai “God’s Apostle/Pengikut Dewa” dan orang yang dipanggil dari dunia lain, dan juga mengenai rombongan Hajime dipenuhi oleh petualang tingkat Gold, Viz amat terkejut hingga matanya terbelalak. Demikianlah, dia berpikir, apakah ini perintah Dewa!? Bahkan seorang Dewi juga dikirim kemari!, kemudian, dia berdoa seketika. Dalam hal ini, Sang Dewi, Kaori, terheran-heran disebabkan olehnya. Hajime mendesak Viz untuk menjelaskan kondisinya sekarang sambil mengeluarkan sedikit Pressure/Tekanan-nya, membuat Viz menelan ludah dan mulai berbicara selagi dibasahi oleh keringat dingin.
Yang Viz katakan adalah,
Empat hari lalu, penduduk Ancadi pingsan karena demam tinggi yang terjadi secara terus-menerus tanpa sebab yang jelas. Kejadian itu amat mendadak, dengan 3.000 dari 270.000 orang tidak sadarkan diri pada hari pertama, serta gejala yang sama terus terjadi hingga jumlah korban mencapai 20.000 orang. Pusat layanan kesehatan penuh dengan cepat, hingga memenuhi tempat umum. Para anggota medis merawat pasien sambil meneliti penyebab dari penyakit tersebut. Tetapi, seperti Kaori, mereka hanya dapat meredakan rasa sakitnya, tanpa menyembuhkan sedikitpun.
Sementara fenomena ini terjadi, jumlah pasien berangsur-angsur meningkat. Tak lama kemudian, anggota medis juga ikut terjangkit penyakit ini. Jumlah yang amat banyak ini mempersulit pengguna sihir yang berusaha meredakan rasa sakit pasien, dan saat kekacauan ini berlangsung, beberapa dari mereka yang tidak sempat dirawat pun tidak dapat melanjutkan hidup. Keputusasaan menyelimuti mereka, karena kematian terjadi pada hari kedua setelah terjangkit oleh penyakit tersebut.
Di dalam sana, salah satu ahli obat tidak sengaja menggunakan “Liquid Judging/Pertimbangan Cairan” pada air minum. Hasilnya, ditemukan bahwa air tersebut mengandung racun, yang menjadi penyebab meluapnya kekuatan sihir. Saat itu juga, tim penyelidik pun dibentuk. Mereka memeriksa oasis Ancadi, sambil memikirkan kemungkinan terburuknya, dan sesuai perkiraan, oasis itu sudah tercemar.
Pastinya, sebagai Negeri yang berada di tengah-tengah gurun, penduduk amat bergantung pada oasis tersebut. Jadi, penjagaan dan pemeliharaannya dikelola dengan ketat oleh pihak yang bertanggungjawab. Jika dipikirkan secara sederhana, bukanlah pernyataan yang berlebihan bila mengusir para pengawal Ancadi dan meracuni oasis adalah suatu hal yang ‘tidak mungkin’, bahkan meskipun tindakan ini sudah direncanakan dengan baik.
Dari mana, bagaimana, siapa… tim penyelidik hanya dapat memiringkan kepala mereka. Apalagi, karena persediaan air sejak dua hari lalu tidak banyak, mereka sudah tidak punya persediaan air lagi untuk digunakan. Demikianlah, tidak ada cara lain bagi mereka untuk menyelamatkan orang-orang yang terjangkit karena meminum air beracun itu.
Namun, bukan berarti tidak ada cara lain — masih ada cara untuk menyembuhkan tubuh korban. Cara itu membutuhkan mineral yang disebut ‘Batu Serene/Tenang.’ ‘Batu Serene’ ini adalah mineral berharga yang berefek menenangkan aktivitas sihir dan sedikit dari mineral berharga ini bisa didapat di daerah bebatuan utara dekat «Gunung Berapi Agung Guryuu-en». Jika ‘Batu Serene’ dibuat menjadi bubuk dan diminum, maka akan mampu menenangkan kekuatan sihir yang meluap-luap di dalam tubuh mereka yang sudah terjangkit.
Meskipun demikian, daerah bebatuan utara itu terlalu jauh, sehingga membutuhkan waktu setidaknya satu bulan bila pergi kesana menaiki kereta. Ditambah lagi, para petualang Ancadi, terutama mereka yang mampu memasuki dungeon «Gunung Berapi Agung Guryuu-en» dan memanen ‘Batu Serene’ sudah terjangkit penyakit tersebut saat kembali. Para petualang yang tidak kompeten bahkan tidak bisa melewati badai gurun yang menyelimuti  «Gunung Berapi Agung Guryuu-en». Di samping itu, mereka juga tidak mempunyai persediaan air yang aman digunakan, jadi meminta bantuan kepada Kerajaan adalah sebuah keharusan.
Mereka meminta bantuan, agar mendapatkan air yang sementara waktu memudahkan 270.000 penduduk Ancadi, tidak termasuk orang-orang kuat yang mampu memasuki «Gunung Berapi Agung Guryuu-en». Namun, tidak mudah menemukan mereka yang mampu melakukannya. Meskipun permintaan Bangsawan tidak dapat diabaikan, pihak Kerajaan lebih mengutamakan pemeriksaan kondisi Ancadi saat ini. Ditambah lagi, Kerajaan juga bisa dengan sengaja memperlambat prosedur tersebut.
Karena itu, Zengain, yang memiliki kekuasaan, berpikir bahwa menjadikan Viz sebagai perwakilan Ancadi dan secara langsung meminta bala bantuan adalah hal yang penting.
“Ayah, ibu, dan adik perempuanku juga terjangkit. Walaupun mereka berhasil pulih menggunakan persediaan Batu Serene yang ada di Ancadi, kondisi mereka benar-benar melemah hingga tidak mampu pergi ke kota terdekat, apalagi ke Kerajaan. Karena itu, akulah yang memohon bantuan dan meninggalkan Ancadi kemarin bersama beberapa pengawal. Saat itu, aku tidak merasakan gejala apapun… tetapi mungkin sudah terjangkit. Kemunculan penyakit itu mungkin berbeda, tergantung orangnya. Situasi ini membuatku gelisah… Keluargaku jatuh sakit, negeriku berada dalam kekacauan, dan kami berdebat mengenai siapa yang harus segera memohon bantuan. Belum lagi mendapatkan Batu Serene. Bahkan saat ini, nyawa penduduk Ancadi sedang dalam bahaya… tetapi kondisiku menyedihkan begini!”
Meskipun tidak dapat menguatkan tubuhnya, Viz memusatkan kekuatan ke kepalan tangan dan memukul pahanya. Kelihatannya dia mempunyai rasa tanggung jawab yang kuat kepada orang-orang, melihat posisinya sebagai kepala wilayah Ancadi selanjutnya. Mungkin dia juga merasa hina mengingat pengawalnya dimusnahkan oleh serangan cacing-cacing pasir.
Namun, untungnya, cacing-cacing pasir itu ragu untuk memakannya karena bisa merasakan bahwa Viz sudah terjangkit. Meskipun kelelahan akibat penyakit itu, penyakit itu juga yang membuat cacing-cacing tidak menyerang dan hasilnya, bertemulah dia dengan rombongan Hajime. Kehidupan itu adalah dimana seseorang tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
“… Aku ingin kau, bukan, aku memohon padamu, sebagai perwakilan resmi dari Kepala wilayah Ancadi. Tolong, pinjamkanlah kekuatanmu.”
Saat berkata demikian, Viz membungkuk. Kesunyian menyelimuti kendaraan itu selama beberapa saat. Suara pasir yang terhembus angin mengenai jendela bergema. Viz sendiri tahu, sebagai perwakilan resmi, seharusnya dia tidak diperbolehkan untuk menundukkan kepala dengan mudah pada orang lain, tetapi didasari oleh keputusasaan, dia merasa tidak boleh melewatkan keberuntungan seperti itu.
Semua pandangan terpaku pada Hajime. Meskipun mereka menyerahkan keputusan ini pada Hajime, pendangan mereka semua, terkecuali Yue dan Tio yang sudah jelas mengatakan padanya bahwa mereka ingin membantu. Terutama Kaori; ia tidak bisa mengabaikan situasi seperti itu sebagai seorang ‘Healer/Penyembuh’. Tatapannya seakan memohon kepada Hajime. Namun, Myuu berkata lebih berani mengucapkannya langsung.
“Ayah~. Akankah ayah membantunya?”
Ucapnya, sambil menatap Hajime dengan polos. Sepertinya Myuu percaya bahwa Hajime bisa menyelesaikan masalah apapun tanpa syarat. Hajime adalah satu-satunya pahlawan baginya. Ke arah Myuu, dan pandangan penuh harap Kaori, dia berkata, “Yah, mau bagaimana lagi,” Hajime mengangkat bahu dengan perasaan masam.
“Fufu,” Shia dan Tio tertawa kecil mendengarnya. Hajime seketika menoleh ke belakang, ke arah Yue, dan Yue… sama seperti biasanya. Tidak peduli apapun keputusan Hajime, ia akan mengerahkan seluruh kekuatan untuk membantunya. Bahkan tanpa kata-kata, perasaan Yue dapat tersampaikan dengan jelas kepada Hajime. Hajime mengelus pipi Yue, dan setuju untuk mengusahakan permintaan Viz.
Sejak awal, dia sudah berencana pergi ke «Gunung Berapi Agung Guryuu-en», dan mempercayakan Myuu pada Ancadi saat itu. Lagipula, tidak benar bila mengajak seorang anak berumur empat tahun ke tempat semacam itu. Dengan demikian, mereka tidak ada masalah dalam mendapatkan ‘Batu Serene’ sambil menaklukkan dungeon, dan Myuu, anak dari ras demi-human itu, tidak akan dalam bahaya karena sumber penyakit luapan kekuatan sihir itu sudah diketahui. Pada akhirnya, masalah itu dapat diselesaikan oleh Hajime sambil menyelesaikan rencananya.
“Karena tingkatan Hajime-dono sudah ‘Gold’, saya harap Hajime-dono mengumpulkan ‘Batu Serene’ dari Gunung Berapi Agung terlebih dahulu. Namun sebelum itu, kita perlu pergi ke ibukota Kekaisaran untuk memastikan air kita aman dikonsumsi. Bisakah artefak bertipe movement/pergerakan ini digunakan orang lain selain Hajime-dono?”
“Yah, selain Kaori dan Myuu, kami semua bisa menggunakannya, tetapi… kita tidak perlu pergi jauh-jauh ke Ibukota Kekaisaran. Akan kupastikan air itu aman, jadi aku ingin pergi ke Ancadi terlabih dahulu, bagaimana menurutmu?”
“Hajime-dono bisa memastikan airnya aman? Apa maksudnya?”
Perkataan Hajime, tentang bahwa dia bisa “mengamankan” air untuk ratusan ribu orang itu membuat Viz ragu, dan memang masuk akal bila orang meragukan perkataannya.
Namun, Hajime mempunyai cara untuk mendapat air tanpa mengangkutnya. Caranya dengan mengumpulkan embun di udara menggunakan sihir elemen air.
Tentunya, hal itu mustahil untuk dilakukan oleh pengguna sihir biasa. Tetapi yang ada di sisinya itu adalah seorang pengguna sihir jenius yang langka, Yue. Ditambah lagi, Yue mempunyai banyak cara untuk memulihkan kekuatan sihirnya. Selain itu, Viz atau Randzi akan mempunyai cukup waktu untuk pergi ke Kerajaan untuk memohon bantuan lagi jika sudah pulih dan membawa sisa Batu Serene di Ancadi.
Setelah diberi penjelasan singkat, awalnya Viz tidak bisa mempercayainya. Apalagi peluang baginya amat kecil untuk sampai ke Kerajaan melihat kondisinya saat ini. Namun, dia setuju untuk kembali ke Ancadi setelah dibujuk oleh si “Pengikut Dewa”, Kaori.
Sekali lagi dikejutkan tentang bagaimana bisa sebuah kendaraan beroda empat dapat bergerak secepat ini, bagaikan meluncur di padang pasir, Viz juga bertanya-tanya mengapa seorang “Pengikut Dewa” seperti Kaori itu sendirian, hanya diikuti sekumpulan petualang, mengapa seorang anak dari suku Sea-dweller memanggil Hajime yang seorang manusia itu ‘Ayah’, mengapa mereka bersama dengan seorang Rabbitman, juga mengapa wanita muda berambut hitam memancarkan senyum menjijikkan meskipun ia dicaci maki. Namun, jantungnya berdebar-debar oleh karena harapan yang mulai muncul dalam pandangnya. 
* * *
Dikelilingi pasir berwarna coklat, Ancadi, yang mereka datangi ini, seperti kota Komersial Fhuren, wilayah itu dikelilingi dinding, hanya saja yang ini berwarna putih susu. Dinding luar dan bangunan-bangunannya berwarna sama. Hal itu menciptakan kontras warna yang indah antara dunia luar yang dipenuhi warna coklat.
Namun, yang membedakan Ancadi dengan Fhuren adalah pilar-pilar cahaya yang muncul dari dinding tertutup yang bentuknya tak biasa, yang memanjat menuju ke langit. Pilar-pilar ini menjadi satu di langit, membentuk kubah raksasa, menutupi seluruh wilayah itu. Terkadang, terlihat seakan-akan permukaan air dijatuhi sesuatu, muncul ombak kecil, dan membentuk pemandangan misterius nan indah.
Tampaknya kubah ini menghindarkan pasir agar tidak memasuki kota. Meskipun terkadang badai pasir besar muncul saat malam bulan purnama, kubah itu mencegah  pasir memasuki Ancadi dan dari dalam hanya terlihat seperti langit mendung.
Hajime dan rombongannya memasuki Ancadi melalui gerbang yang amat besar dan berkilauan. Bahkan, sihir pelindung juga didirikan agak pasir dari luar tidak dapat masuk. Penjaga gerbang yang meskipun dikejutkan oleh kendaraan mereka itu tidak mempunyai tenaga untuk menanyakannya;aura suram yang menyelimuti Ancadi, dan kelihatannya mereka sudah menyerah. Namun, ketika mereka menyadari Kepala wilayah selanjutnya duduk di kursi belakang kendaraan, mereka berdiri tegap, seperti sudah mendapatkan tenaganya kembali sebagai tentara.
Gerbang masuk Ancadi terletak di tempat yang lebih tinggi. Kelihatannya, ini bertujuan agar para pengunjung dapat menikmati pemandangan indah Ancadi.
Tidak terkecuali rombongan Hajime; mereka tentunya amat mengagumi pemandangan yang indah itu. Oasis di sebelah timur terlihat berkilauan saat dipantulkan oleh sinar matahari, disertai tumbuh-tumbuhan hijau yang rimbun mengelilinginya. Air dari oasis itu mengalir mengelilingi kota seperti sungai, juga terdapat perahu kecil ditambatkan sana sini, meskipun di tengah-tengah gurun. Alun-alun yang hijau dibuat di sekitar kota, membuat kita menyadari seberapa luas kota ini.
Di sebelah utara terdapat lahan pertanian. Hajime melihat banyak sekali buah-buahan yang tumbuh sejauh mata memandang, membuktikan kelimpahan produksi buah-buahan Ancadi. Di sisi barat, terdapat bangunan besar yang mirip istana berwarna putih alami, warna putihnya agak berbeda dengan bangunan-bangunan lain. Kesan yang diberikan bangunan itu membuat orang mengerti bahwa ini adalah tempat kediaman sang bangsawan. Bangunan-bangunan yang terlihat kasar yang kelihatannya kawasan pemerintahan berjajar di sekitar istana.
Meskipun terletak di tengah-tengah padang pasir, Ancadi juga terlihat seperti ibukota perairan… begitulah singkatnya.
Biasanya, tempat ini akan berbisnis buah-buahan. Ditambah lagi, tempat yang terkenal dengan pemandangan indah, sering dikunjungi untuk tamasya dan melihat-lihat; seharusnya dipenuhi semangat dan teriakan. Tetapi, sekarang hanya dipenuhi suasana yang suram. Tidak banyak orang yang berada di jalanan dan tidak ada toko yang buka. Semua pintu tertutup rapat, seakan-akan menunggu badai berlalu. Kesunyian meliputi kota itu.
“… Saya ingin menunjukkan bahwa negeri kami ini dipenuhi kegembiraan kepada nona Pengikut Dewa dan Hajime-dono. Sayangnya, kita tidak datang di saat yang tepat untuk itu. Jadi, izinkan saya memandu kalian saat semuanya sudah kembali normal. Untuk saat ini, mari kita menghadap ayah saya. Beliau ada di istana.”
Rombongan Hajime mengangguk setuju, kemudian mereka melanjutkan perjalanan.


* * *
“Ayah!”
“Viz! Kau, ap— … Tidak, tunggu, ada apa denganmu!?”
Memasuki tempat itu, dipimpin oleh Viz, rombongan Hajime memasuki kantor Randzi, sang Kepala wilayah. Mereka dengar, keadaannya melemah, rupanya, dia sudah mengonsumsi obat dan sihir penyembuh, sehingga dapat bekerja dengan semangat.
Randzi terkejut karena putranya, yang berangkat menuju Ibukota Kerajaan untuk memohon bantuan itu telah kembali. Sama seperti para perkerja di istana itu, mata Randzi terbelalak melihat keadaan anaknya.
Hal itu tidak aneh. Lagipula, Viz sedang mengambang di udara saat itu.
Lebih tepatnya, saat dibawa oleh Cross Bit di udara, kondisinya masih rentan. Viz amat melemah, dan meskipun sihir penyembuhan Kaori berhasil membantunya agar tetap sadar, dia tidak bisa berjalan sendiri. Ketika Kaori sudah tidak bisa lagi menyembuhkan dan berusaha membantunya, “Ah, Nona Pengikut Dewa, demi aku…,” wajah Viz memerah dan mulai menatap Kaori sambil berkaca-kaca. Begitulah, Hajime membuat Cross Bit membawanya dengan paksa.
Tidak sengaja, kelihatannya seakan-akan Hajime cemburu. Dengan berpikiran demikian, pipi Kaori memerah, kemudian ia melirik Hajime, tetapi ternyata hanya karena Hajime tidak ingin menciptakan Kouki atau Hiyama lain.
Meskipun penampilannya menyedihkan---bergantung pada Cross Bit--- Viz selesai menjelaskan situasinya kepada ayahnya dengan cepat. Saat pembicaraan mereka semakin serius, seseorang yang terlihat seperti kepala pelayan datang membawa bubuk Batu Serene yang Viz minum. Saat itu, Viz masih menerima sihir penyembuhan Kaori. Begitu saja, dia pun sembuh, rasanya seperti tidak ada yang menghambat penyembuhannya.
Meski terasa demikian, racun itu sendiri masih bersarang di tubuhnya. Viz merasa lebih baik hanya karena efek Baru Serene yang mulai bekerja. Racun itu sudah ‘bersatu’ dengan cairan tubuhnya, jadi masih ada kemungkinan bahwa akan ada pengeluaran racun nantinya; tidak ada hal lain lagi yang bisa dilakukan.
“Yah, kami harus pergi. Kaori, pergilah dengan Shia ke pusat pengobatan tempat para pasien berada. Bawalah batu Kristalisasi Sihir. Yang lain akan mengamankan airnya. Tuan, adakah ruang dengan luas sekitar 200 meter di semua sisinya?”
 “Hmm? Um, ada satu di area pertanian…”
“Kalau begitu, semuanya, terkecuali Kaori dan Shia, akan datang ke sana. Shia, kau harus menemui Yue jika the batu Kristalisasi Sihir sudah penuh.”
Hajime memberikan instruksi pada mereka semua. Apa yang perlu dilakukan rombongannya cukup mudah. Seperti yang dilakukan pada Viz, Kaori akan menggunakan “Holy Ground” untuk mengeluarkan kekuatan sihir para pasien sedikit demi sedikit dan menunda proses penyebaran penyakit menggunakan “Ten Thousand Heaven.” Kekuatan sihir yang dikeluarkan itu akan tersimpan pada batu Kristalisasi Sihir. Kemudian, semuanya akan dibawa dan digunakan oleh Yue untuk menciptakan air saat sudah penuh.
Setelah membantu Yue menciptakan waduk air, Hajime akan pergi ke oasis. Dia akan mencari tahu penyebab kekacuan ini. Jika menemukan penyebabnya, Hajime akan menyelesaikan masalahnya, jika tidak, dia hanya akan pergi ke «Gunung Berapi Agung Guryuu-en». Begitulah rencananya.
Semuanya mengangguk penuh semangat mendengar instruksinya.
* * *
Saat ini, Sang Kepala Wilayah, Randzi, para pengawal, dan pelayan–pelayannya pergi ke pelosok, menuju ke area pertanian bagian utara Ancadi, diikuti Hajime, Yue, Tio, dan Myuu. Dataran itu hampir tiga kali dari 200 meter di empat sisi. Biasanya, disana adalah tempat tanaman-tanaman tumbuh, tetapi kelihatannya sekarang tidak.
Saat ini, Randzi yang ragu-ragu sedang menatap tajam ke arah rombongan Hajime, seakan-akan berkata jika ini bukan keadaan mendesak, mereka akan dihukum mati. Meskipun dia benar-benar ingin mengamankan airnya, jika dipikirkan secara logis, rencana Hajime tidak mungkin berhasil. Jadi, tidak bisa disalahkan jika Randzi memelototinya.
Namun, pandangan penuh keraguannya seketika berubah menjadi rasa takjub setelah Yue menggunakan sihirnya.
Threat Destroyer.
Bola sihir berwarna hitam yang bergerak memutar seketika muncul di atas lahan pertanian dimana ia mengulurkan tangannya. Bola itu berubah bentuk menjadi persegi tipis yang menyebar secara horizontal dan panjangnya sekitar 200 meter. Demikianlah, setelah terhenti beberapa saat, benda itu jatuh ke tanah dan menghancurkannya tanpa suara seperti bukan apa-apa.
Tanah pun hancur terkena tekanan hebat, kemudian bergetar, seakan berteriak. Beberapa saat kemudian, seluruh sisi kebun yang panjangnya 200 meter di tiap sisinya itu mendapat tekanan gravitasi super, dan membentuk waduk besar dengan kedalaman 5 meter.
Hajime melirik diam-diam ke arah Randzi dan bawahannya, mereka ternganga lebar sekarang. Mata mereka terbelalak seperti mau keluar. Mereka kehabisan kata-kata, kemudian berteriak, “Aapaaaaaaa —!?” dalam hati.
Setelah mengaktifkan setengah tenaga dari sihir “Age of Gods”, “Fuu,” Yue menghela nafas. Meskipun kekuatan sihirnya habis karena seketika mengeluarkan sihir dalam jumlah besar, raut wajahnya tidak berubah karena merasa tidak terlalu lelah. Meskipun ia bisa mengeluarkan sihir yang ada di dalam batu Kristalisasi Sihir seperti saat pertarungan di Ul, ia ingin menyimpan sihir di dalam batu itu sebanyak mungkin karena akan menantang «Gunung Berapi Agung Guryuu-en» setelahnya. Ditambah lagi, karena sedang tidak bertarung, Hajime menggunakan cara pemulihan sihir lain milik Yue.
Tubuh Yue terhuyung-huyung seperti hampir terjatuh, tetapi ia memperlihatkan bahwa ia tidak memerlukan bantuan. Ia yang ingin melakukan semua itu, jadi ia tidak ingin terjatuh karenanya. Pada akhirnya, ia terpelanting, tubuhnya tersandar di pelukan Hajime.
Dari belakang, Hajime sedikit memeluk Yue, dan mengangkatnya. Kali ini, dia memeluknya dari depan. Yue tersenyum bahagia, dan membalas pelukannya dengan melipat tangannya pada leher Hajime.
Setelah itu, “… Terima kasih atas makanannya.” Kemudian, ia menggigit leher Hajime.
AUM!~ CHU~,
Darah pun mengalir keluar. Yue, tanpa sadar, dengan mata berkaca-kaca, menjilati leher Hajime beberapa kali. Rasa cinta Yue, meskipun tidak ditunjukkannya, semakin meningkat ketika menghisap darah Hajime. Peristiwa itu membuat orang berpikir bahwa feromon telah keluar dari seluruh tubuhnya, membuat suasana terlihat memesona.
Nh, ah, chu chu, fuu
Penampilan seorang gadis cantik yang menggunakan lidahnya untuk menjilati tengkuk Hajime sambil mengeluarkan suara penuh gairah membuat mereka semua lupa mempertanyakan ras Yue sebenarnya. Padahal, biasanya, mereka menganggap ras Yue adalah penghisap darah yang dipenuhi kebencian. Semua orang yang ada disana membungkuk. Hanya Randzi, seperti yang bisa diharapkan dari seorang Kepala Wilayah, sudah pulih dari ketekejutannya dan kembali menatap tajam seperti tadi. Ada banyak hal yang berputar-putar dalam pikirannya. Dia merasa mereka terlalu arogan, kemudian mulai menganggap serius dan matanya pun memerah.
Meskipun Tio juga ingin memperlihatkan ‘kemesuman’-nya, ia menutup mata Myuu dari belakang karena ia belum cukup umur untuk melihat semua itu, sementara ia sendiri merasa terangsang. “Myuu tidak bisa melihat apapun~,” Myuu mengeluh, kemudian akhirnya dipeluk dari belakang dan tidak bisa melawan karena kepalanya terbungkus oleh dada yang ukurannya jauh lebih besar dari milik Shia.
Mengubah darah Hajime menggunakan kekuatan sihir menggunakan “Blood Conversion,” Yue diam-diam melepaskan diri dari leher Hajime setelah menjilatnya sekali lagi. Kemudian, ia mencium bibir Hajime. Hajime dan Yue saling bertatapan dengan tatapan hangat dan Ahem!, diakhiri dengan itu. Suara itu datang dari Randzi dan para bawahannya. Merasa bahwa mereka sudah terlalu berlebihan, Hajime dan Yue mengeluarkan senyuman masam… berbalik dan mulai berciuman lagi.
“Tidak, tidak, tidak, kau harus melakukan “itu” di tempat yang tidak bisa kami lihat… Aku juga mempunyai beberapa perkiraan tentang itu, si penghisap darah, tetapi untuk saat ini, aku ingin kau melakukan apa yang seharusnya dilakukan… Sebaliknya, bukannya harusnya kau yang paling mengerti itu!?”
Bantahannya membuat Hajime dan Yue mengangkat bahu dengan enggan, melirik Randzi dan yang lain yang kesal karena perilaku mereka, kemudian mulai bekerja.
Hajime memasuki waduk, kemudian mengeluarkan kendaraan beroda empat dari "Treasure Box." Dengan menggunakan fungsi leveling tanah yang dipasang pada kendaraan itu, ia menggunakan "Mineral Separation " dan melapisi permukaan waduk dengan logam sehingga air tidak bisa diserap oleh tanah. Setelah selesai melapisi, Yue mendorang lengannya keluar dan menggunakan sihir elemen air pada waduk itu.
“Fissuring Wave.”
Itu adalah salah satu sihir elemen air tingkat tinggi yang menciptakan ombak raksasa untuk menghancurkan musuh. Bagi pengguna sihir biasa, meskipun disebut ombak raksasa, pada kenyataannya hanya tercipta tsunami berukuran antara sepuluh sampai dua puluh meter, tepatnya. Akan tetapi, jika Yue yang menggunakannya, sebuah tsunami dengan lebar 150 meter dan tinggi 100 meter terbentuk, secara langsung membanjiri dan memasuki waduk. Saat melakukan itu, ia menghisap darah Hajime beberapa kali untuk memulihkan kekuaran sihirnya. Demikianlah, sebanyak setengah dari kekuatan sihirnya pun tersimpan. Namun, tetap saja, darah Hajime juga terbatas.
Ditambah lagi, dia akan mengalami anemia karena kehabisan darah, tetapi saat itu Shia datang. Di dalam genggamannya adalah batu Kristalisasi Sihir dari Kaori. Meskipun kekuatan pada sihir batu itu telah terkuras sedikit demi sedikit, namun batu itu sudah menyimpan kekuatan sihir dari ribuan pasien. Demikianlah, sihir dengan jumlah yang cukup besar sudah tersimpan. Tidak sampai dua jam berlalu sejak Kaori datang ke pusat pengobatan; dalam waktu singkat, Kaori sudah bisa mengobati pasien dalam jumlah besar.
Shia kembali untuk membantu Kaori dan di saat yang sama, Yue mengaktifkan “Fissuring Wave” dengan cepat. Tak lama kemudian, terciptalah waduk berukuran empat puluh ribu meter persegi dipenuhi oleh air segar bebas racun.
“…Hal yang seperti itu…”
Ternganga, Randzi menatap permukaan air di depannya, yang memantulkan cahaya matahari, dan berkilauan bagaikan oasis. Dia kehabisan kata-kata.
“Sudah cukup, untuk saat ini. Selanjutnya, aku akan memeriksa oasis itu… jika aku tidak bisa memahami apapun, kau boleh meminta air dari Kerajaan.”
 “Ah, ya. Yah, aku mempunyai banyak pertanyaan… tetapi terima kasih. Terima kasih banyak. Dengan ini, orang-orangku tidak akan mati karena dihidrasi. Selain itu, izinkan aku mengantarmu ke oasis.”
Meskipun Randzi berusaha pulih dari keterkejutannya, dia tahu, apa yang harus dilakukan. Jadi, sikapnya benar-benar berubah total dan dengan tulus menyampaikan rasa terima kasihnya pada rombongan Hajime.
Hajime dan yang lainnya segera menuju ke oasis.
Tidak berubah, oasis itu berkilauan dengan indahnya, memantulkan sinar mentari, dan kelihatannya tidak mengandung racun.
Akan tetapi…
“…Nn?”
“…Hajime?”
Hajime memandangi suatu titik di dalam oasis sambil mengerutkan dahi. Menyadari perubahan ekspresi Hajime, Yue memiringkan kepala dan bertanya pada Hajime dengan ekspresi ragu.
“Yah, Mata Sihir-ku bereaksi akan sesuatu barusan… Raja, sudah sejauh apa tim penyelidik memeriksanya?”
“Apakah suatu artefak pernah tenggelam di oasis?”

“? Kurasa tidak. Meskipun penjaga dan pengelolaan oasis menggunakannya, letaknya pun ada di atas tanah… artefak itu tipe pelindung, jadi tidak akan mampu mengotori oasis. Buktinya, oasis itu tidak pernah tercemar sebelumnya.”
Artefak yang dibicarakan Randzi dinamakan “Cutter of What Intended,” dan itu sebenarnya kubah cahaya pelindung Ancadi. Pelindung ini digunakan untuk mencegah pasir masuk, sementara masih membiarkan hal-hal yang diperlukan, seperti udara dan kelembaban melaluinya. Namun, apa-apa saja yang boleh masuk dapat ditentukan oleh si pemasang pelindung ini. Dan lagi, “Cutter of What Intended” bukan hanya sekadar pelindung biasa, karena juga memiliki fungsi ‘mendeteksi,’ dan apa yang dideteksi juga dapat ditentukan sendiri. Bila menggunakan pengaturan standar, artefak ini dapat mendeteksi apakah jiwa seseorang terpengaruh oleh sihir gelap.
Dengan kata lain, jika pengaturan artefak tersebut diatur untuk ‘mereka yang memiliki niat jahat terhadap oasis,’ orang yang menentukan pengaturannya, Randzi, akan tahu jika “Cutter of What Intended” bereaksi akan sesuatu. Namun, sang Raja sendiri tidak tahu apakah ada persyaratan tersembunyi. Tidak sengaja, banyak orang yang keluar masuk selama pemeriksaan sementara para penjaga tidak bertugas karena oasis sudah tercemar.
“…Hee~. Kalau begitu, ada apa ya.”
Karena oasis Ancadi tercemar, penampilan Randzi mengepalkan tinjunya dengan dipenuhi kepahitan membuat orang yakin, bahwa Randzi itu memang ayah Viz. Melihat Randzi sambal menyipitkan mata, Hajime tertawa saat menyadari bahwa Randzi salah paham akan perkataannya. Mata Sihir Hajime sudah pasti melihat ‘sesuatu’ melepaskan kekuatan sihir pada bagian tengah dasar oasis.
Memikirkan ‘sesuatu’ yang seharusnya tidak berada di sana membuat Randzi dan yang lainnya gelisah. Datang mendekati oasis, Hajime mengeluarkan benda berbentuk botol berukuran 500ml dari “Treasure Box” dan mengisinya dengan kekuatan sihir. Setelah itu, dia melemparkannya ke dalam oasis begitu saja.
Berjalan cepat, Hajime menjauhi oasis itu dan berdiri di samping Yue. Meskipun semua orang yang ada disitu memasang wajah ragu, Hajime diam saja. Kemudian, akhirnya Randzi bertanya pada Hajime, dan seketika, saat itu,
BAAAANNNGGGG!!!
Suara ledakan besar yang teramat keras terdengar, diikuti semburan air yang amat besar dari oasis. Randzi dan bawahan-bawahannya sekali lagi ternganga dan terbelalak.
 “Cih, berhasil dihindari ya? …Tidak, pasti karena defense-nya tinggi, huh?”
Setelah berkata demikian, Hajime mengeluarkan benda yang sama, kali ini sepuluh jumlahnya, dan melemparkannya lagi ke oasis. Kemudian, setelah beberapa detik, ledakan dan semburan air yang dahsyat muncul mengelilingi oasis.
Yang dilemparkannya adalah torpedo. Karena Tujuh Dungeon Agung selanjutnya ada di Elisen, «Reruntuhan Dasar Laut Meljeenae», berlokasi di dasar laut (menurut informasi Miledi), Hajime membuat prototype senjata yang dapat digunakan di bawah laut, torpedo. Hajime melemparkannya karena sekarang dia sudah mempunyai waktu dan tempat untuk mencoba benda itu. Hasilnya, meskipun kekuatannya cukup besar, alat penggerak dan kecepatannya masih kurang baik. Masih diperlukan improvisasi.
Torpedo-torpedo ini delangkapi Kristal yang dibuat menggunakan sihir ‘Penciptaan’ yang mampu melakukan “Specific Perception” and “Pursuit.” Torpedo ini akan mengejar musuh, dan setelah targetnya ‘terkunci,’ maka akan langsung meledak jika terkena kontak langsung. Artinya, ada sesuatu di dalam air, dan dia menggunakan senjata uji coba untuk mengejarnya.
“Oi, oi, oi! Hajime-dono! Apa yang sebenarnya Anda lakukan!? Ahh! Dermaganya hancur! Ikan-ikannya mati! Oasisnya kini berwarna merah!”
“Cih, masih belum bisa tertangkap, huh. Yah, selanjutnya aku butuh 50…”
Randzi memekik karena keadaan oasis kini menjadi lebih buruk, tetapi Hajime bergumam tanpa peduli dan melanjutkannya. Randzi, bersama dengan para bawahannya memegangi Hajime, dengan berputus asa mencoba menghentikan apa yang dilakukannya.
Menurut sudut pandang Randzi, orang yang tidak tahu mengenai ‘sesuatu’ yang tertangkap Mata Sihir Hajime itu, kelihatannya Hajime melempar benda yang tidak dikenal secara tiba-tiba, meledakkan oasis berkali-kali, serta menghancurkan dermaga dan membunuh ikan-ikan. Situasi ini amat membingungkan karena pagar pelindung tidak menganggap tindakan Hajime ini sebagai tindak kejahatan atau penghancuran. Randzi tidak dapat menyembunyikan kebingungannya, namun masih tetap mencoba untuk melindungi oasis.
Kesal karena dipegangi oleh Randzi dan yang lainnya, Hajime mencoba melepaskan pegangan mereka sambil melanjutkan ‘aksi’nya tersebut.
WHUUUSH!
Tentakel yang tak terhitung jumlahnya pun keluar dari air dan bergerak seakan sedang ‘memotong-motong’ udara. Tentakel-tentakel itu kemudian menyerang mereka semua, termasuk Hajime. Seketika, Hajime menghentikannya menggunakan Donner-Schlagnya, kemudian tentakel-tentakel itupun terbang, terlempar menjauh. Yue membekukan mereka, sementara Tio menggunakan api untuk menguapkannya.
Saat Randzi dan para bawahannya melihat oasis itu, mengira-ngira apa yang terjadi, tetapi sekali lagi, mereka dikejutkan oleh ‘tontonan’ tersebut — ‘sesuatu’ yang keluar dari oasis. Mereka mengira permukaan air meninggi karena Hajime meledakkannya. Permukaan oasis itu semakin naik dan menjadi terlihat seperti bukit kecil dengan tinggi sekitar sepuluh meter.
“Apa… itu…”
Randzi bergumam dengan tatapan kosong, tetapi kata-katanya dapat terdengar jelas.