HAL YANG DIPERJUANGKAN TEMAN
(Part 2)
(Translater : Natsume)

Kantor itu gelap dan semua perabotnya sudah disingkirkan.
Di tengah ruangan itu, seorang Hiiragi Kureto berdiri.
Di saat Guren berdiri di pintu masuk, Kureto melihatnya dan berkata.
"........ Guren, ya.”
"Ya.”
"Kudengar kau ingin berbicara denganku?”
"Ya.........”
Saat bicara, Guren mengalihkan pandangannya kearah pinggang Kureto. Disana, tergantung sebuah katana. Pedang yang sama seperti yang Shinya, Goshi dan Mito bawa.
Meskipun seperti yang Mahiru telah katakan; bahwa mengurangi dosis racun kiju akan menjamin keselamatan seseorang, tapi meskipun begitu, memberikan kiju dengan mudahnya dan secepat ini pada pewaris tahta yang tidak lain adalah Kureto, jelas adalah tindakan yang terlalu beresiko.
Tapi jelas saat ini ia memegang pedang iblis itu.
Guren berkata.
"Keputusan yang jelek banget. Apa kau menyerah pada daya tarik kekuatan itu?”
Kureto tertawa mendengarnya.
"Aku tidak bisa memastikannya tanpa bereksperimen, jadi hanya mengikuti apa yang wanita itu lakukan dan seorang bajingan pemburu kekuatan lakukan.
Guren pun tertawa.
"Benar..... Ini adalah percobaan terburuk.”
"Hahaha.”
"Ah, ngomong-ngomong tentang Mahiru, barusan dia berbicara sesuatu tentang kau.”
Kureto menjawab.
"Aku kebetulan mendengarnya. Ia berkata aku adalah orang tidak berguna yang tak berani mengambil risiko dan hanya bisa memproduksi senjata yang terjamin keamanannya, kan?”
Kureto telah mendengar semuanya.
Tapi, Guren sengaja membicarakan hal lain.
"Bukan, ia berkata kau adalah seorang perjaka tak berguna.
Mendengarnya, Kureto sedikit tecengang sebelum ia menjawab.
"Kau pastinya salah dengar.”
Ia tertawa lalu menghunus pedangnya.
Pedang itu berwarna hitam pekat.
Itu adalah pedang iblis.
Menatap pada pedangnya, Kureto berkata.
"Hasrat telah ditekan seutuhnya." Kekuatan ini telah seutuhnya dapat dikendalikan. Rasionalitas terjaga dengan aman. Tetapi, apa salahnya dengan hal itu? Menggenggam sebuah pedang yang tak bisa kau gunakan dengan bebas, apa yang bisa kau lakukan?
Tidak ada jawaban.
Kureto melanjutkan.
"Dikendalikan oleh kekuatan dan amukan. Mau jadi apa kau? Apa yang bisa kau lindungi?”
“……”
"Kita bukan lagi primata. Sejak pertama kali kita menekan hasrat dengan rasionalitas, kita telah berkembang. Bukankah begitu?”
Mendengarnya, Guren mengangguk.
"Ini pertama kalinya aku berpikir kau benar.”
"Hah. Benarkah? Aku selalu benar.”
"Tapi tidak saat ini. Mengapa kau membawa pedang itu? Kau tak seharusnya membiarkan racun iblis itu memasuki tubuhmu.....”
Akan tetapi, Kureto memotong.
"Kami telah melanjutkan penelitian pada senjata Kiju. Karena kami punya data penelitian Mahiru dan darah iblis di laboratorium milikmu. Bisa dibilang, kami hampir menyelesaikannya. Risikonya sangat rendah, kami dapat menahan laju hasrat iblis seutuhnya."
Saat bicara, Kureto menarik pedang dari sarungnya dengan sekali gerakan.
Ia menerjang lurus kedepan.
Ia cepat.
Lebih cepat dari Shinya dan yang lain.
Guren menarik pedangnya.
Menahan serangan kureto.
Bunyi benturan logam terdengar di dalam ruangan.
Lalu tubuh Guren terdorong
Tubuhnya terdorong ke belakang.
Ia ditekan ke dinding yang ada dibelakangnya.
Kureto itu kuat. Nyatanya lebih kuat dari Guren.
Masih terdorong ke tembok, pedang Guren terus mundur kearahnya sambil berderik dan sesaat sebelum pedangnya sendiri menyentuh kulitnya--
“……”
Kureto mendekatkan wajahnya dan berkata.
"....... Bagaimana, Guren? Bagaimana bisa umat manusia mencapai level ini seraya mempertahankan rasionalitasnya?"
"...... Tapi ini masih lebih lemah dibandingkan denganku dengan seluruh kekuatanku.”
“Terus kenapa? Apa yang kau bisa lakukan sendirian?”
Tidak ada, sama sekali.
Guren dengan jelas menyadarinya.
Dirinya diselamatkan oleh Shinya.
Diselamatkan oleh Goshi dan Mito.
Tidak hanya diselamatkan oleh mereka, bahkan sebelumnya saat ia membuat keputusan yang ia sadari adalah sebuah kesalahan, ia menghubungi Kureto dan meminta tolong. Karena itu jika ditanya apakah satu orang dapat mencapai sesuatu, ia sadar betul apa jawabannya.
Tapi apa yang Kureto tanyakan?
"...... Apa yang coba kau buktikan? Bukankah aku sudah cukup tunduk padamu?”
"Ya. Ya. Kau tunduk padaku. Shinya juga. Jujo. Goshi. Gereja Hyakuya. Semuanya telah dan akan tunduk padaku.”
Mahiru tidak termasuk.
Terpikir tentang ini, Guren bertanya.
"...... Bagaimana dengan Mahiru?”
“……”
Kureto tak mau menjawab.
"Hah, apaan. Dengan kata lain, kau mengaku kalah dari Mahiru?”
Mendengar Guren mengatakan ini, Kureto melirik pada Guren dan menarik pedangnya, sebelum melangkah mundur.
Ia kembali ke tengah ruangan.
Masih menggenggam pedangnya, ia merentangkan kedua lengannya.
“....... Benarkah begitu?”
Ia bertanya dan Guren menjawab.
"Iblismu tahu itu.”
"Hahaha.”
Tertawa, Kureto menyarungkan pedangnya dan berkata.
"Saat si iblis mengobarkan hasratku, aku tak memikirkan soal Mahiru. Hasratku ada pada hal-hal lain.”
"Yang mana?”
Saat ditanya, Kureto mengangkat bahu.
"Apakah perlu memberitahumu?”
Tentu saja, tidak perlu.
Jadi Guren mengubah arah pembicaraan.
"....... Bagaimana para pelayanku?”
Kureto menjawab.
"Apa tidak masalah hanya khawatir tentang keadaan para pelayanmu?"
Mendengar ini, mata Guren melebar. Kemarahan membanjiri hatinya. Ia merasa segel iblis dihatinya sedikit melemah.
Perkataan Kureto mengacu pada keluarga Guren.
Keluarga Ichinose.
Bukan, Kureto membahas tentang mereka yang dipimpin oleh keluarga Ichinose, para pengikut Mikado no Tsuki.
Perbuatan Guren kali ini bisa saja menyebabkan pembantaian mereka yang berada di Mikado no Tsuki.
Penelitian Kiju – adalah sesuatu yang tak bisa digelar tanpa persetujuan keluarga Hiiragi.
Kureto tersenyum..
Dengan ekspresi santai.
Guren membalasnya dengan sorot mata mematikan.
Jika mereka telah terbunuh.
Jika merekas semua dieksekusi.
“……”
Apa yang akan ia lakukan?
Ia tak lagi mengerti.
Demi menyelamatkan Mito dan Goshi, Sayuri dan Shigure, ia menelantarkan semua orang. Ia bahkan membuang kemanusiaannya sendiri.
Hanya melihat hasrat di depan mata dan berpikiran sempit, ia seketika mengkhianati keluarganya. Namun bahkan setelah mengetahui kemungkinan keluarganya terbunuh, Guren masih saja
"...... Aku percaya padamu.”
Ia berkata begitu.
Ia hanya bisa mengakatan kata-kata konyol semacam ini.
Kureto masih menyeringai riang.
"Ah, iya. Benar-benar irasional, tindakan bodoh.”
“……”
"Tindakan dari seorang yang tidak kompeten untuk memimpin orang lain. Semua ini salahmu. Semua orang yang melayanimu telah dijatuhi hukuman mati....”
"Bajingan!”
Guren menghunus pedangnya.
Tapi Kureto masih lebih cepat. Pedang Guren dipukul mundur oleh Kureto. Tidak memperdulikannya, Guren mengayunkan pedangnya dua-tiga kali, tapi ia bukan tandingan Kureto.
Karena iblisnya ditahan oleh segel dalam dirinya, tubuhnya tak bisa bergerak lebih cepat dari ini.
Karena mantra itu.
Ia takut kalau mantra dalam dirinya dirancang untuk membuatnya lebih lemah dari Kureto.
Guren bersiap melepas segel yang menjerat iblisnya. rantai di hatinya --
Akan tetapi, Kureto berkata.
"Jangan melepas rantainya, Guren. Pertahankan akal sehatmu. Itulah kelemahanmu. Kapanpun seseorang membuatmu gusar, kau jadi terguncang.”
“……”
"Juga, semua yang barusan kukatakan itu bohong. Semuanya dalam perlindunganku.”
“……”
"Para petinggi mempertimbangkan untuk mebunuh semua Ichinose yang hina, tapi aku memberi perintah untuk membiarkan Ichinose mengerjakan penelitian Kiju—jadi aku melindungi mereka."
Jika kata-katanya benar, keluarga, rekan dan pelayan Guren semuanya diselamatkan oleh Kureto.
Guren berkata.
"..... Lagipula, kau melakukannya untuk pencapaian pribadimu, benar, kan?”
Akan tetapi, Kureto berkata sebaliknya.
"Tidak. Aku tak butuh pencapain semacam itu. Posisiku tidak akan goyah hanya karena hal semacam ini.”
Itu benar. Posisi Kureto yang telah didudukinya sejak lahir, di puncak keluarga Hiiragi, tak akan tergoyahkan. Meskipun hal ini didasarkan pada anggapan bahwa tak ada yang lebih baik dari Kureto.
Tapi meskipun begitu, mengapa,
".... Mengapa kau melindungi keluargaku.... melindungi Mikado no Tsuki
Kureto menjawab singkat.
“Karena aku menginginkanmu.”
“……”
“Dengan begini, kau akan sepenuhnya tunduk padaku, kan? Kau akan menerima idealismeku, sama halnya dengan kau menerima kontrak dengan Mahiru, ambisi pribadimu, hasrat akan kekuatan dan yang lainnya."
Guren bertanya.
“Kekuatanku tak terlalu dibutuhkan. Kau telah memiliki segalanya. Lalu mengapa, kau butuh kekuatanku?”
Kureto merespon.
“Satu-satunya alasanmu percaya bahwa aku memiliki semuanya adalah karena kau melihatku dari posisi yang lebih lemah.”
“……”
“Aku sama sepertimu. Ada banyak hal yang harus aku lakukan. Seringkali aku merasa kekuatanku tidaklah cukup. Begitupun para pelayanku. Tak ada waktu lagi. Tapi aku lebih rasional dibanding kau dan Mahiru, aku tak menyentuh sihir terlarang.”
Mendengar ini, Guren melihat pada pedang yang dibawa oleh Kureto dan berkata.
“Bukannya kau sudah menyentuhnya?”
“Hanya setelah keselamatanku tak terancam. Jika tidak menggunakannya aku akan kalah dalam pertempuran. Tapi, hal itu tentunya juga ada dalam batasan-batasan rasional. Kekuatanmu saat mengamuk kiranya sekitar sembilan kali lipat dari kekuatanku. Tapi aku juga sadar, hanya dengan 30 orang saja yang menggunakan pedang semacam ini akan cukup untuk membunuhmu.”
“……”
“Itu artinya kita sudah mampu untuk membunuh Mahiru. Waktu bajingan itu menjadi pusat perhatian sudah habis.”
Guren berkomentar mengenai ini.
“Tapi Mahiru mengharapkan kita mencapai titik ini. Kita masih menari di telapak tangannya.”
“Benarkah?”
"Ya.”
Tapi Kureto memasang ekspresi serius dan berkata.
“Mahiru mungkin sudah memprediksi ini. Para petinggu ‘Mikado no Oni’ tidak akan mengampuni keluarga Ichinose. Mereka akan membantainya. Karena ia tumbuh di keluarga Hiiragi, ia tentu sangat mengerti tentang hal semacam ini.”
“……”
“Jadi, keluarga Ichinose akan dibinasakan. Lalu kau pun akan memiliki kebencian yang luar biasa pada kami. Kiju sangat menyukai hasrat yang kelam. Jadi kau akan lebih kuat karena pembantaian orang-orang tak bersalah. Ia menyudutkanmu sedemikian rupa dengan harapan kau akan menjadi lebih kuat. Kau tertangkap oleh wanita jahat itu.”
Guren akhirnya mengerti mengapa Kureto menyelamatkan keluarga Ichinose yang ada didepan pintu kematian. Hal itu ia lakukan untuk menghindari rencana Mahiru. Si brengsek ini mengerahkan segalanya demi kemenangan atas Mahiru. Hal semacam ia menginginkan Guren adalah jelas sebuah kebohongan.
Guren berkata.
“Artinya, kau yang egois ini, berterimakasih padaku?”
Kureto tertawa.
“Berterimakasihlah padaku. Aku benar-benar menginginkanmu. Karena kau luar biasa."
Hal semacam ini tidaklah berarti.
Kureto telah mendapat kekuatan dari Kiju. Kemudian, keluarga Hiiragi bahkan akan menjadi lebih kuat.
Keluarga Ichinose tak punya kesempatan menang. Tidak, sejak awal mereka melawan musuh yang tak terkalahkan. Ia sudah lama sadar. Itulah sebabnya ia menaruh harapan pada penelitian terlarang.
“……”
Hasilnya, ia masih belum bisa berkembang dibandingkan dengan Mahiru dan perkembangannya bahkan melambat.
Guren bertanya.
"........ Lalu? Apa yang akan kau lakukan setelah itu?”
“Haha, kau perlahan mulai bersikap seperti pelayanku.”
“Diamlah.”
Kureto tertawa dan berkata.
“Bunuh Mahiru. Aku akan memberimu tugas ini.”
“……”
Guren menatap Kureto.
Guren tak mempermasalahkannya dan berkata seraya dengan lesu menyarungkan pedangnya.
“Lagipula kau tak bisa menolak. Ada cukup banyak sandera. Ichinose Sakae, Hanayori Sayuri, Yukimi Shigure..... Yah, aku hanya bisa mengingat nama-nama itu tapi intinya semua pelayanmu adalah sandera.”
“……”
“Jangan melotot padaku dengan ekspresi menakutkan seperti itu. Situasi belum berubah saat ini. Masih sama seperti sebelumnya. Semua yang berharga bagimu dapat dengan mudah terbunuh kapan saja.”
“……”
“Satu-satunya alasan hal itu belum dilakukan adalah karena kau belum patut diwaspadai sebelumnya. Sampah tak penting yang diabaikan. Tapi hari ini, kau muncul dan berdiri di kerumunan orang. Kau menyerah untuk bersikap seperti sampah pengecut dan memperoleh kekuatan yang hebat. Kau muncul dari medan pertempuran. Jadi berhentilah bersandiwara. Jika kau tidak mau menyerah pada hal-hal penting, kau tidak akan pernah menjadi kuat.”
Perkataan Kureto benar.
Ya.
Ya.
Selalu saja begitu.
Meskipun jika ia mempunyai kekuatan iblis, situasi ini masih tak akan berubah. Bahkan jika satu orang menjadi kuat, itu tak berarti apapun.
Itu sebabnya Mahiru bisa membuangnya.
Membuang kemanusiaannya.
Jika tidak, hanya dengan satu orang saja ia tidak bisa menjadi kuat.
Di dunia yang busuk ini – bukan, dengan terlahir di keluarga Hiiragi, seseorang tidak bisa bahagia.
Guren berkata.
“Para pelayanku, dimana mereka?”
Kureto menjawab.
"Ya. Kau benar-benar punya para pelayan yang luar biasa. Mereka dengan suka rela menjadi tikus percobaan eksperimen Kiju sebagai imbalan untuk mengehentikanmu yang dirasuki iblis....."
Guren seketika bereaksi. Tangan kanannya menggenggam kerah baju Kureto dan mengangkatnya.
Darah panas mengalir ke kepalanya.
Ia ingin membunuh bajingan ini.
Ia ingin membunuh bajingan ini.
Disaat itu, suara iblis terdengar di kepalanya.
“Kau tahu.”
Suara dari Noya terdengar di kepalanya.
Tuh 'kan, sudah kubilang, lebih baik bekerja sama dengaku."
Tapi Kureto tak melawan.
Ia hanya melihat Guren dengan ekspresi girang.
Melihat Guren dengan senyum.
Lalu ia berkata.
“Bahkan tanpa menghunus pedangku aku lebih kuat darimu. Atau kau ingin mencoba membiarkan iblismu mengamuk lagi?”
Disaat yang tak diketahui, beberapa pasukan bersenjatakan Kiju telah mengelilingi Guren dan Kureto.
Semua prajurit itu mengeluarakan pedang mereka.
Tapi Kureto mengangkat tangan untuk menghentikan mereka.
“....... Ini bukan masalah, biarkan saja Guren.  Brengsek ini tidak akan menyakitiku. Lagipula, dengan adanya sandera disini, ia tak akan bisa mengamuk.”
“……”
“Lagipula, setelah membunuhku apa yang akan kau lakukan? Bahkan jika aku mati keluarga Hiiragi tak akan mati. Jadi, apa yang kau coba ubah dengan membunuhku?”
“……”
“Tidak perlu membiarkan iblismu mengamuk. Bahkan Mahiru bisa terbunuh jika ada 30 orang bersenjatakan Kiju, tanpa satupun korban. Apalagi, jika itu orang tidak mencari kekuatan demi hasrat mereka sendiri, kekuatan setingkat ini sudalah cukup untuk membunuhnya. ”
Guren berkata.
“...... Itu artinya kemenangan atas Mahiru? Bajingan itu bahkan memberi informasi pada Gereja Hyakuya......”
Akan tetapi, Kureto memotongnya.
“Ayahku telah terlibat dalam pembicaraan dan mencapai kesepakatan dengan Gereja Hyakuya." Mulai hari ini sampai seterusnya, Mikado no Oni dan gereja Hyakuya akan bekerjasama dalam pengembangan Kiju. Kedua belah pihak akan memperolehnya dan menaklukan semua organisasi sihir di dunia. Seperti itulah kekuatan dari Kiju.”
“……”
Ini mungkin sesuatu yang tak diperkirakan Mahiru.
Sebagai dua organisasi sihir terbesar di Jepang, Guren pernah berpikir sebelumnya bahwa mustahil bagi keduanya bekerjasama.
Tapi keadaannya berubah. Karena kekuatan dahsyat Kiju, kedua belah pihak membentuk sebuah aliansi dan mulai memikirkan cara menaklukan organisasi sihir lainnya.
Hiiragi telah membidik kekuatan yang lebih besar sebagai tujuan mereka.
Ataukah Mahiru telah memprediksi keadaan semacam ini?
Kureto melanjutkan.
“Pertempuran telah berakhir. Pertempuran berikutnya akan dimulai. Akan tetapi, berkaitan dengan hal dimasa depan, Mahiru yang memegang informasi menghambat kita. Jadi ia mesti dikalahkan. Itulah Misimu”.
Guren menjawab.
“....... Jika aku tidak membunuhnya, semua keluargaku akan dibunuh?”
"Tidak. Tak ada yang bisa kau lakukan perihal keluargamu. Mahiru terlalu berbahaya. Ia harus dibunuh. Kau sudah paham?”
“……”
Sangat paham?
Karena ia sudah terlalu banyak menumpahkan darah.
Akan tetapi.
“Satu-satunya yang membiarkan ia lari dari jalan yang benar adalah kalian.“
Karena percobaan yang dilakukan Mikado no Oni, Mahiru terlahir dengan kutukan itu. Kemudian, ia meneliti senjata Kiju demi menolong adiknya, Shinoa dan akhirnya dirasuki iblis.
Akar dari permasalahan ini adalah para bajingan Hiiragi.
Tapi Kureto hanya menjawabnya dengan singkat.
"Terus kenapa?”
Guren juga tahu ia akan menjawab seperti itu.
Itu adalah pertanyaan konyol. Situasi semacam ini sering kali muncul. Tak peduli seberapa buruk itu, tak akan ada yang bertanggung jawab. Semuanya hanya bergantung dari pola pikir masing-masing.
Apakah meraih kekuatan?
Apakah hanya mengikuti arus?
Atau mati.
Kureto berkata.
"Pilihanmu tepat. Pada akhirnya kau mempercayaiku bukan pada Kiju. Jadi aku akan memenuhi permintaanmu. Kau akan selalu jadi pelayanku.”
"Ha, jika kau sangat percaya padaku, tak perlu ada sandera."
"Aku tak sepercaya itu padamu."
“……”
"Lagipula, kau adalah tipe orang yang lebih punya inisiatif disaat para sandera sedang dalam bahaya. Jadi aku akan mengatakan perkataan jahat ini diawal. Jika kau berkhianat, aku akan membunuh semua sandera tanpa ragu.
“……”
"Jadi, pilihlah. Antara Mahiru atau hidup dari semua pengikut dan pelayan keluarga Ichinose –mana yang lebih penting bagimu?"
Mendengar pertanyaan ini, Guren teringat kejadian tadi malam.
Sesaat setelah ia tidur dengan Mahiru di sebuah apartemen di Shibuya.
Saat Guren berkata bahwa ia akan melindungi Mahiru.
Mahiru berkata.
"Aku tak bisa kamu lindungi. Tidak bisa. Kau paham, kan?”
Sambil berkata begitu ia terlihat hampir menangis.
"Guren punya orang-orang yang ingin ia lindungi. Bukan aku, tapi rekan-rekannya”
Dengan ekspresi kalah, ia berkata.
"Jadi, meskipun kamu membuktikannya sekarang, aku tak bisa bersamamu. Jika kau benar-benar mencintaiku dan ingin bersamaku..... Bunuh semua rekanmu untuk membuktikannya.”
Guren tak bisa melakukan hal semacam itu. Walaupun ia tidak punya kekuatan, Guren berkata bahwa ia akan melindunginya.
Dihadapannya, Kureto berkata.
"Jika kau ingin melindungi keluargamu, bunuh Mahiru. Dalam sebulan. Jika kau tidak membunuhnya dalam sebulan, pertama aku akan membunuh ayahmu.
“……”
"Jika kau tidak membunuhnya dalam dua bulan, aku akan membunuh seratus pelayanmu."
“……”
“Tapi kau pasti mampu membunuh Mahiru. Karena kau memang luar biasa. Ah, aku juga sudah mengambil sampel darahmu. Untuk mengembangkan penelitian. Jika aku menemukan sesuatu, aku akan memberitahumu. Karenanya tak ada lagi yang perlu kau lakukan. Kembali dan istirahatlah.”
Dengan itu, Kureto berbalik. Percakapan ini berakhir. Kureto mulai berbicara dengan para pelayannya.
Guren masih belum bisa bergerak. Pada akhirnya, tidak tahu ia murka atau jengkel pada dirinya sendiri yang tak berguna.
Jika ia tak mampu membunuh Mahiru, rekan dan anggota keluarganya akan terbunuh.
Tapi pada dasarnya tak ada yang berubah. Situasi ini, lucunya, mirip dengan situasinya sebelumnya, sangat mirip.
Menggapai kekuatan terlarang, memutuskan berlari kencang layaknya kelinci, dan kesimpulan akhirnya adalah,
"Seperti ini.”
Mahiru mungkin saja sedang tertawa.
Guren pun berbalik dan melangkah keluar ruangan.
Di koridor, ia melihat rekan-rekannya yang baru saja membahayakan hidup mereka untuk melindunginya.
Hiiragi Shinya.
Jujo Mito.
Goshi Norito.
“……”
Ketiganya terlihat seperti telah mendengarkan seluruh percakapannya dengan Kureto.
Mito mendekatinya.
Ia menyentuh tangan Guren.
"Um, Guren.......”
Ia mendorong lengan Mito dan berkata.
"....... Ha, seperti yang kau harapkan, aku benar-benar menjadi pelayan Kureto-sama.”
Ucapan penuh depresi Guren membuat Mito murung. Guren melihat ekspresi Mito berubah dan menggelengkan kepalanya.
"...... Nggak, maaf. Lupakan apa yang barusan kukatakan. Aku tidak sengaja mengatakan hal yang tak berarti.”
Ia berjalan melewati Mito.
Tapi Mito memanggilnya lagi.
“Guren!”
Ia meneriakan namanya, tapi Guren tak lagi ingin menjawab. Tak ada lagi kekuatan yang tersisa di hatinya.
Goshi menatapnya. Ia tidak berkata apapun tapi hanya menepuk pundak Guren.
Di dalam sentuhan itu, Guren merasakan kebencian terhadap diri sendiri, kemarahan dan kehangatan.
Mereka ingin menenangkannya. Menjadi lebih dekat dengannya. Guren juga merasakan ketidakpuasan yang mengarah padanya saat dia tidak membiarkan dua hal itu terjadi.
Shinya berdiri dibelakang mereka.
Ia menatap Guren dengan wajah letih dan berkata.
“Jangan murung begitu. Kau juga mengerti kalau keadaan sama sekali tak berubah. Seperti halnya dulu."
Guren menjawab.
"Aku tidak murung. Ini ekspresiku yang biasa."
"Hahaha.”
"Bolehkah aku pergi sekarang?”
"Tentu. Nanti kami akan berkunjung.”
“Menjengkelkan.”
“Kasarnya. Kita ini teman baik yang saling menolong, lo!"
“Aku tak punya rekan.”
"Kalu begitu jangan selamatkan siapapun.”
“……”
"Jangan menolong Mito dan Goshi dengan setengah hati.”
“……”
Shinya menatapnya dengan sambil menutup sebelah matanya.
“...... Aku juga tidak menyelamatkanmu dengan setengah hati. Kau tak punya rekan? Jangan bercanda. Kami ini rekanmu. Kau yang memulainya. Di dunia yang gila ini, kaulah  satu-satunya yang mengajari kami tentang pertemanan dan persahabatan dan semua hal lainnya. Yang tentunya perbuatanmu itu bahkan lebih gila dari yang dibayangkan Kureto dan Mahiru. Jadi.....”
Shinya mengulurkan tangannya.
Dan melanjutkan.
"Bertanggungjawablah karena kau yang memulainya. Pimpinlah kami...... Pimpin pasukan ini. Bahkan di dunia yang tak lagi bisa kau percaya, kami masih memilih untuk mengikutimu."
Mito juga berdiri di samping Shinya dan melakukan hal yang sama.
Bahkan Goshi tidak sedang bercanda seperti biasanya sambil mengulurkan tangan.
Tapi karena itulah, hal ini terasa gila.
Berkata bahwa mereka ingin percaya pada Guren dan bukan pada keluarga Hiiragi adalah lebih dari sebuah pengkhianatan.
Tapi orang-orang ini nampak tak peduli.
“……”
Guren menatap tangan-tangan yang diulurkan padanya.
Rekan, rekan, rekan.
Iblis di dalam hatinya bergumam pelan merespon kata-kata konyol yang hanya bisa dikatakan oleh bocah ingusan.
"...... Rekan atau apapun itu, bunuh saja mereka. Kau tak akan lagi bisa mengejar Mahiru.”
Mungkin.
Jika ia meraih tangan mereka disini sekarang, mungkin Mahiru akan menertawakannya.
Tapi Ia ingin meraihnya.
Alasannya adalah karena ia bukan Mahiru.
Ataupun Kureto.
Pada dasarnya, ia bukan tipe orang yang bisa terus berjalan sambil menonton kematian rekannya.
Ia mungkin ketakutan.
“….. Dibanding Kureto dan Mahiru, aku lebih tak berguna."
Itu adalah kenyataan pahit yang ia rasakan setiap hari sejak pertama kali masuk sekolah ini.
Ketetapan hatinya tidak cukup kuat.
Dia tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk maju disaat jika teman-teman, keluarga dan rekannya mati.
Jadi ia menjawab rekan-rekannya yang mengulurkan tangan padanya.
"...... Aku mungkin tidak bisa melindungi siapapun.”
Ia mengangkat wajahnya, menatap pada mereka dan berkata.
“Jadi, pilihan kalian salah.....”
Tapi perkataannya disela dengan santainya.
Shinya berkata.
“Gak masalah."
Mito berkata.
"Meskipun ini salah, tidak masalah jika itu kamu.”
Goshi berkata.
“Kita sudah melalui banyak hal bersama, kau ngomong apa sih?"
Lalu ketiganya menggenggam tangan Guren dengan kuat dan pasti.  (TLNote: NAKAMA PAWA)
Guren menatap tangan mereka yang tumpang tindih.
Untuk beberapa alasan, mata mereka terlihat sedikit lembab, bagi Guren itu menjengkelkan.
Kepolosan ini.
Kelemahannya, karena dengan mudah bisa terselamatkan oleh kehangatan dari tangan-tangan ini.
Oleh karenanya untuk menyembunyikan semua itu, ia mengela napas dalam-dalam. Ia menekankan tangan yang satunya ke kepalanya tanpa kata dan kemudian,

"........ Bersama kalian benar-benar melelahkan, ya."
Saat dia menggerutu, ketiganya tertawa bahagia.