HAL YANG DIPERJUANGKAN TEMAN
(Part 2)
(Translater
: Natsume)
Kantor itu gelap
dan semua perabotnya sudah disingkirkan.
Di tengah
ruangan itu, seorang Hiiragi Kureto berdiri.
Di saat Guren
berdiri di pintu masuk, Kureto melihatnya dan berkata.
"........
Guren, ya.”
"Ya.”
"Kudengar
kau ingin berbicara denganku?”
"Ya.........”
Saat
bicara, Guren mengalihkan pandangannya kearah pinggang Kureto. Disana, tergantung sebuah
katana. Pedang
yang sama seperti yang Shinya, Goshi dan Mito bawa.
Meskipun
seperti yang Mahiru telah katakan; bahwa mengurangi dosis racun kiju akan
menjamin keselamatan seseorang, tapi meskipun begitu, memberikan kiju
dengan mudahnya dan secepat ini pada pewaris tahta yang tidak lain adalah
Kureto, jelas adalah tindakan yang terlalu beresiko.
Tapi
jelas saat ini ia memegang pedang iblis itu.
Guren
berkata.
"Keputusan
yang jelek banget.
Apa kau menyerah pada daya tarik kekuatan itu?”
Kureto
tertawa mendengarnya.
"Aku
tidak bisa memastikannya tanpa bereksperimen, jadi hanya mengikuti apa yang
wanita itu lakukan dan seorang bajingan pemburu kekuatan lakukan.
Guren pun
tertawa.
"Benar.....
Ini adalah percobaan terburuk.”
"Hahaha.”
"Ah,
ngomong-ngomong tentang Mahiru, barusan dia berbicara sesuatu tentang kau.”
Kureto
menjawab.
"Aku
kebetulan mendengarnya.
Ia berkata aku adalah orang tidak berguna yang tak berani mengambil risiko
dan hanya bisa memproduksi senjata yang terjamin keamanannya, kan?”
Kureto
telah mendengar semuanya.
Tapi,
Guren sengaja membicarakan hal lain.
"Bukan,
ia berkata kau adalah seorang perjaka tak berguna.
Mendengarnya,
Kureto sedikit tecengang sebelum ia menjawab.
"Kau
pastinya salah dengar.”
Ia
tertawa lalu menghunus pedangnya.
Pedang
itu berwarna hitam pekat.
Itu
adalah pedang iblis.
Menatap
pada pedangnya, Kureto berkata.
"Hasrat
telah ditekan seutuhnya."
Kekuatan ini telah seutuhnya dapat dikendalikan. Rasionalitas
terjaga dengan aman.
Tetapi, apa salahnya dengan hal itu? Menggenggam sebuah pedang yang tak bisa kau gunakan
dengan bebas, apa yang bisa kau lakukan?
Tidak ada
jawaban.
Kureto
melanjutkan.
"Dikendalikan
oleh kekuatan dan amukan.
Mau jadi apa kau?
Apa yang bisa kau lindungi?”
“……”
"Kita
bukan lagi primata.
Sejak pertama kali kita menekan hasrat dengan rasionalitas, kita telah
berkembang. Bukankah
begitu?”
Mendengarnya,
Guren mengangguk.
"Ini
pertama kalinya aku berpikir kau benar.”
"Hah. Benarkah? Aku selalu
benar.”
"Tapi
tidak saat ini. Mengapa
kau membawa pedang itu?
Kau tak seharusnya membiarkan racun iblis itu memasuki tubuhmu.....”
Akan
tetapi, Kureto memotong.
"Kami
telah melanjutkan penelitian pada senjata Kiju. Karena kami punya
data penelitian Mahiru dan darah iblis di laboratorium milikmu. Bisa dibilang,
kami hampir menyelesaikannya.
Risikonya sangat rendah, kami dapat menahan laju hasrat iblis
seutuhnya."
Saat
bicara, Kureto menarik pedang dari sarungnya dengan sekali gerakan.
Ia
menerjang lurus kedepan.
Ia cepat.
Lebih
cepat dari Shinya dan yang lain.
Guren
menarik pedangnya.
Menahan
serangan kureto.
Bunyi
benturan logam terdengar di dalam ruangan.
Lalu
tubuh Guren terdorong
Tubuhnya terdorong
ke belakang.
Ia
ditekan ke dinding yang ada dibelakangnya.
Kureto
itu kuat. Nyatanya
lebih kuat dari Guren.
Masih
terdorong ke tembok, pedang Guren terus mundur kearahnya sambil berderik dan
sesaat sebelum pedangnya sendiri menyentuh kulitnya--
“……”
Kureto
mendekatkan wajahnya dan berkata.
".......
Bagaimana, Guren?
Bagaimana bisa umat manusia mencapai level ini seraya mempertahankan
rasionalitasnya?"
"......
Tapi ini masih lebih lemah dibandingkan denganku dengan seluruh kekuatanku.”
“Terus kenapa? Apa yang kau bisa
lakukan sendirian?”
Tidak
ada, sama sekali.
Guren
dengan jelas menyadarinya.
Dirinya
diselamatkan oleh Shinya.
Diselamatkan
oleh Goshi dan Mito.
Tidak
hanya diselamatkan oleh mereka, bahkan sebelumnya saat ia membuat keputusan yang
ia sadari adalah sebuah kesalahan, ia menghubungi Kureto dan meminta tolong. Karena itu jika
ditanya apakah satu orang dapat mencapai sesuatu, ia sadar betul apa
jawabannya.
Tapi apa
yang Kureto tanyakan?
"......
Apa yang coba kau buktikan?
Bukankah aku sudah cukup tunduk padamu?”
"Ya. Ya. Kau tunduk
padaku. Shinya
juga. Jujo. Goshi. Gereja Hyakuya. Semuanya telah
dan akan tunduk padaku.”
Mahiru
tidak termasuk.
Terpikir
tentang ini, Guren bertanya.
"......
Bagaimana dengan Mahiru?”
“……”
Kureto
tak mau menjawab.
"Hah,
apaan. Dengan
kata lain, kau mengaku kalah dari Mahiru?”
Mendengar
Guren mengatakan ini, Kureto melirik pada Guren dan menarik pedangnya, sebelum
melangkah mundur.
Ia
kembali ke tengah ruangan.
Masih
menggenggam pedangnya, ia merentangkan kedua lengannya.
“.......
Benarkah begitu?”
Ia
bertanya dan Guren menjawab.
"Iblismu
tahu itu.”
"Hahaha.”
Tertawa,
Kureto menyarungkan pedangnya dan berkata.
"Saat
si iblis mengobarkan hasratku, aku tak memikirkan soal Mahiru. Hasratku ada pada
hal-hal lain.”
"Yang
mana?”
Saat
ditanya, Kureto mengangkat bahu.
"Apakah
perlu memberitahumu?”
Tentu
saja, tidak perlu.
Jadi
Guren mengubah arah pembicaraan.
".......
Bagaimana para pelayanku?”
Kureto
menjawab.
"Apa
tidak masalah hanya khawatir tentang keadaan para pelayanmu?"
Mendengar
ini, mata Guren melebar.
Kemarahan membanjiri hatinya.
Ia merasa segel iblis dihatinya sedikit melemah.
Perkataan
Kureto mengacu pada keluarga Guren.
Keluarga
Ichinose.
Bukan,
Kureto membahas tentang mereka yang dipimpin oleh keluarga Ichinose, para
pengikut Mikado no Tsuki.
Perbuatan
Guren kali ini bisa saja menyebabkan pembantaian mereka yang berada di Mikado
no Tsuki.
Penelitian
Kiju – adalah sesuatu yang tak bisa digelar tanpa persetujuan keluarga
Hiiragi.
Kureto
tersenyum..
Dengan
ekspresi santai.
Guren
membalasnya dengan sorot mata mematikan.
Jika
mereka telah terbunuh.
Jika
merekas semua dieksekusi.
“……”
Apa yang
akan ia lakukan?
Ia tak
lagi mengerti.
Demi
menyelamatkan Mito dan Goshi, Sayuri dan Shigure, ia menelantarkan semua orang. Ia bahkan
membuang kemanusiaannya sendiri.
Hanya
melihat hasrat di depan mata dan berpikiran sempit, ia seketika mengkhianati
keluarganya. Namun
bahkan setelah mengetahui kemungkinan keluarganya terbunuh, Guren masih saja
"......
Aku percaya padamu.”
Ia
berkata begitu.
Ia hanya
bisa mengakatan kata-kata konyol semacam ini.
Kureto
masih menyeringai riang.
"Ah,
iya. Benar-benar
irasional, tindakan bodoh.”
“……”
"Tindakan
dari seorang yang tidak kompeten untuk memimpin orang lain. Semua ini
salahmu. Semua
orang yang melayanimu telah dijatuhi hukuman mati....”
"Bajingan!”
Guren
menghunus pedangnya.
Tapi
Kureto masih lebih cepat.
Pedang Guren dipukul mundur oleh Kureto. Tidak
memperdulikannya, Guren mengayunkan pedangnya dua-tiga kali, tapi ia bukan tandingan
Kureto.
Karena
iblisnya ditahan oleh segel dalam dirinya, tubuhnya tak bisa bergerak lebih
cepat dari ini.
Karena
mantra itu.
Ia takut
kalau mantra dalam dirinya dirancang untuk membuatnya lebih lemah dari Kureto.
Guren
bersiap melepas segel yang menjerat iblisnya. rantai di hatinya
--
Akan
tetapi, Kureto berkata.
"Jangan
melepas rantainya, Guren.
Pertahankan akal sehatmu.
Itulah kelemahanmu.
Kapanpun seseorang membuatmu gusar, kau jadi terguncang.”
“……”
"Juga,
semua yang barusan kukatakan itu bohong. Semuanya dalam perlindunganku.”
“……”
"Para
petinggi mempertimbangkan untuk mebunuh semua Ichinose yang hina, tapi aku
memberi perintah untuk membiarkan Ichinose mengerjakan penelitian Kiju—jadi aku
melindungi mereka."
Jika
kata-katanya benar, keluarga, rekan dan pelayan Guren semuanya diselamatkan
oleh Kureto.
Guren
berkata.
".....
Lagipula, kau melakukannya untuk pencapaian pribadimu, benar, kan?”
Akan
tetapi, Kureto berkata sebaliknya.
"Tidak. Aku tak butuh
pencapain semacam itu.
Posisiku tidak akan goyah hanya karena hal semacam ini.”
Itu
benar. Posisi
Kureto yang telah didudukinya sejak lahir, di puncak keluarga Hiiragi, tak akan
tergoyahkan. Meskipun
hal ini didasarkan pada anggapan bahwa tak ada yang lebih baik dari Kureto.
Tapi
meskipun begitu, mengapa,
"....
Mengapa kau melindungi keluargaku.... melindungi Mikado no Tsuki
Kureto
menjawab singkat.
“Karena
aku menginginkanmu.”
“……”
“Dengan
begini, kau akan sepenuhnya tunduk padaku, kan? Kau akan menerima
idealismeku, sama halnya dengan kau menerima kontrak dengan Mahiru, ambisi
pribadimu, hasrat akan kekuatan dan yang lainnya."
Guren
bertanya.
“Kekuatanku
tak terlalu dibutuhkan.
Kau telah memiliki segalanya.
Lalu mengapa, kau butuh kekuatanku?”
Kureto
merespon.
“Satu-satunya
alasanmu percaya bahwa aku memiliki semuanya adalah karena kau melihatku dari
posisi yang lebih lemah.”
“……”
“Aku sama
sepertimu. Ada
banyak hal yang harus aku lakukan.
Seringkali aku merasa kekuatanku tidaklah cukup. Begitupun para
pelayanku. Tak ada
waktu lagi. Tapi aku
lebih rasional dibanding kau dan Mahiru, aku tak menyentuh sihir terlarang.”
Mendengar
ini, Guren melihat pada pedang yang dibawa oleh Kureto dan berkata.
“Bukannya
kau sudah menyentuhnya?”
“Hanya
setelah keselamatanku tak terancam. Jika tidak menggunakannya aku akan kalah dalam
pertempuran. Tapi, hal
itu tentunya juga ada dalam batasan-batasan rasional. Kekuatanmu saat
mengamuk kiranya sekitar sembilan kali lipat dari kekuatanku. Tapi aku juga
sadar, hanya dengan 30 orang saja yang menggunakan pedang semacam ini akan
cukup untuk membunuhmu.”
“……”
“Itu
artinya kita sudah mampu untuk membunuh Mahiru. Waktu bajingan
itu menjadi pusat perhatian sudah habis.”
Guren
berkomentar mengenai ini.
“Tapi
Mahiru mengharapkan kita mencapai titik ini. Kita masih menari
di telapak tangannya.”
“Benarkah?”
"Ya.”
Tapi
Kureto memasang ekspresi serius dan berkata.
“Mahiru
mungkin sudah memprediksi ini.
Para petinggu ‘Mikado no Oni’ tidak akan mengampuni keluarga Ichinose. Mereka akan
membantainya. Karena ia
tumbuh di keluarga Hiiragi, ia tentu sangat mengerti tentang hal semacam ini.”
“……”
“Jadi,
keluarga Ichinose akan dibinasakan. Lalu kau pun akan memiliki kebencian yang luar biasa pada
kami. Kiju sangat
menyukai hasrat yang kelam.
Jadi kau akan lebih kuat karena pembantaian orang-orang tak bersalah. Ia menyudutkanmu
sedemikian rupa dengan harapan kau akan menjadi lebih kuat. Kau tertangkap
oleh wanita jahat itu.”
Guren
akhirnya mengerti mengapa Kureto menyelamatkan keluarga Ichinose yang ada
didepan pintu kematian.
Hal itu ia lakukan untuk menghindari rencana Mahiru. Si brengsek ini
mengerahkan segalanya demi kemenangan atas Mahiru. Hal semacam ia
menginginkan Guren adalah jelas sebuah kebohongan.
Guren
berkata.
“Artinya,
kau yang egois ini, berterimakasih padaku?”
Kureto
tertawa.
“Berterimakasihlah
padaku. Aku
benar-benar menginginkanmu.
Karena kau luar biasa."
Hal
semacam ini tidaklah berarti.
Kureto
telah mendapat kekuatan dari Kiju.
Kemudian, keluarga Hiiragi bahkan akan menjadi lebih kuat.
Keluarga
Ichinose tak punya kesempatan menang. Tidak, sejak awal mereka melawan musuh yang tak
terkalahkan. Ia sudah
lama sadar. Itulah
sebabnya ia menaruh harapan pada penelitian terlarang.
“……”
Hasilnya,
ia masih belum bisa berkembang dibandingkan dengan Mahiru dan perkembangannya bahkan
melambat.
Guren
bertanya.
"........
Lalu? Apa yang
akan kau lakukan setelah itu?”
“Haha,
kau perlahan mulai bersikap seperti pelayanku.”
“Diamlah.”
Kureto
tertawa dan berkata.
“Bunuh
Mahiru. Aku akan
memberimu tugas ini.”
“……”
Guren
menatap Kureto.
Guren tak
mempermasalahkannya dan berkata seraya dengan lesu menyarungkan pedangnya.
“Lagipula
kau tak bisa menolak.
Ada cukup banyak sandera.
Ichinose Sakae, Hanayori Sayuri, Yukimi Shigure..... Yah, aku hanya bisa
mengingat nama-nama itu tapi intinya semua pelayanmu adalah sandera.”
“……”
“Jangan
melotot padaku dengan ekspresi menakutkan seperti itu. Situasi belum
berubah saat ini.
Masih sama seperti sebelumnya.
Semua yang berharga bagimu dapat dengan mudah terbunuh kapan saja.”
“……”
“Satu-satunya
alasan hal itu belum dilakukan adalah karena kau belum patut diwaspadai
sebelumnya. Sampah
tak penting yang diabaikan.
Tapi hari ini, kau muncul dan berdiri di kerumunan orang. Kau menyerah
untuk bersikap seperti sampah pengecut dan memperoleh kekuatan yang hebat. Kau muncul dari
medan pertempuran.
Jadi berhentilah bersandiwara.
Jika kau tidak mau menyerah pada hal-hal penting, kau tidak akan pernah
menjadi kuat.”
Perkataan
Kureto benar.
Ya.
Ya.
Selalu
saja begitu.
Meskipun
jika ia mempunyai kekuatan iblis, situasi ini masih tak akan berubah. Bahkan jika satu
orang menjadi kuat, itu tak berarti apapun.
Itu
sebabnya Mahiru bisa membuangnya.
Membuang
kemanusiaannya.
Jika
tidak, hanya dengan satu orang saja ia tidak bisa menjadi kuat.
Di dunia
yang busuk ini – bukan, dengan terlahir di keluarga Hiiragi, seseorang tidak
bisa bahagia.
Guren
berkata.
“Para
pelayanku, dimana mereka?”
Kureto
menjawab.
"Ya. Kau benar-benar
punya para pelayan yang luar biasa. Mereka dengan suka rela menjadi tikus percobaan
eksperimen Kiju sebagai imbalan untuk mengehentikanmu yang dirasuki
iblis....."
Guren
seketika bereaksi.
Tangan kanannya menggenggam kerah baju Kureto dan mengangkatnya.
Darah
panas mengalir ke kepalanya.
Ia ingin
membunuh bajingan ini.
Ia ingin
membunuh bajingan ini.
Disaat itu,
suara iblis terdengar di kepalanya.
“Kau
tahu.”
Suara
dari Noya terdengar di kepalanya.
“Tuh
'kan, sudah kubilang, lebih baik bekerja sama dengaku."
Tapi
Kureto tak melawan.
Ia hanya
melihat Guren dengan ekspresi girang.
Melihat
Guren dengan senyum.
Lalu ia
berkata.
“Bahkan
tanpa menghunus pedangku aku lebih kuat darimu. Atau kau ingin
mencoba membiarkan iblismu mengamuk lagi?”
Disaat
yang tak diketahui, beberapa pasukan bersenjatakan Kiju telah mengelilingi
Guren dan Kureto.
Semua
prajurit itu mengeluarakan pedang mereka.
Tapi Kureto
mengangkat tangan untuk menghentikan mereka.
“.......
Ini bukan masalah, biarkan saja Guren. Brengsek
ini tidak akan menyakitiku.
Lagipula, dengan adanya sandera disini, ia tak akan bisa mengamuk.”
“……”
“Lagipula,
setelah membunuhku apa yang akan kau lakukan? Bahkan jika aku
mati keluarga Hiiragi tak akan mati. Jadi, apa yang kau coba ubah dengan membunuhku?”
“……”
“Tidak
perlu membiarkan iblismu mengamuk.
Bahkan Mahiru bisa terbunuh jika ada 30 orang bersenjatakan Kiju, tanpa
satupun korban. Apalagi,
jika itu orang tidak mencari kekuatan demi hasrat mereka sendiri, kekuatan setingkat
ini sudalah cukup untuk membunuhnya. ”
Guren
berkata.
“......
Itu artinya kemenangan atas Mahiru? Bajingan itu bahkan memberi informasi pada Gereja
Hyakuya......”
Akan
tetapi, Kureto memotongnya.
“Ayahku
telah terlibat dalam pembicaraan dan mencapai kesepakatan dengan Gereja
Hyakuya." Mulai
hari ini sampai seterusnya, Mikado no Oni dan gereja Hyakuya akan bekerjasama
dalam pengembangan Kiju.
Kedua belah pihak akan memperolehnya dan menaklukan semua organisasi sihir
di dunia. Seperti
itulah kekuatan dari Kiju.”
“……”
Ini
mungkin sesuatu yang tak diperkirakan Mahiru.
Sebagai
dua organisasi sihir terbesar di Jepang, Guren pernah berpikir sebelumnya bahwa
mustahil bagi keduanya bekerjasama.
Tapi
keadaannya berubah.
Karena kekuatan dahsyat Kiju, kedua belah pihak membentuk sebuah aliansi
dan mulai memikirkan cara menaklukan organisasi sihir lainnya.
Hiiragi
telah membidik kekuatan yang lebih besar sebagai tujuan mereka.
Ataukah
Mahiru telah memprediksi keadaan semacam ini?
Kureto
melanjutkan.
“Pertempuran
telah berakhir. Pertempuran
berikutnya akan dimulai.
Akan tetapi, berkaitan dengan hal dimasa depan, Mahiru yang memegang
informasi menghambat kita.
Jadi ia mesti dikalahkan.
Itulah Misimu”.
Guren
menjawab.
“.......
Jika aku tidak membunuhnya, semua keluargaku akan dibunuh?”
"Tidak. Tak ada yang bisa
kau lakukan perihal keluargamu.
Mahiru terlalu berbahaya.
Ia harus dibunuh.
Kau sudah paham?”
“……”
Sangat
paham?
Karena ia
sudah terlalu banyak menumpahkan darah.
Akan
tetapi.
“Satu-satunya
yang membiarkan ia lari dari jalan yang benar adalah kalian.“
Karena
percobaan yang dilakukan Mikado no Oni, Mahiru terlahir dengan kutukan itu. Kemudian,
ia meneliti senjata Kiju demi menolong adiknya, Shinoa dan akhirnya dirasuki
iblis.
Akar dari
permasalahan ini adalah para bajingan Hiiragi.
Tapi
Kureto hanya menjawabnya dengan singkat.
"Terus
kenapa?”
Guren
juga tahu ia akan menjawab seperti itu.
Itu
adalah pertanyaan konyol.
Situasi semacam ini sering kali muncul. Tak peduli
seberapa buruk itu, tak akan ada yang bertanggung jawab. Semuanya hanya
bergantung dari pola pikir masing-masing.
Apakah meraih
kekuatan?
Apakah
hanya mengikuti arus?
Atau
mati.
Kureto
berkata.
"Pilihanmu
tepat. Pada
akhirnya kau mempercayaiku bukan pada Kiju. Jadi aku akan
memenuhi permintaanmu.
Kau akan selalu jadi pelayanku.”
"Ha,
jika kau sangat percaya padaku, tak perlu ada sandera."
"Aku
tak sepercaya itu padamu."
“……”
"Lagipula,
kau adalah tipe orang yang lebih punya inisiatif disaat para sandera sedang
dalam bahaya. Jadi aku
akan mengatakan perkataan jahat ini diawal. Jika kau
berkhianat, aku akan membunuh semua sandera tanpa ragu.
“……”
"Jadi,
pilihlah. Antara
Mahiru atau hidup dari semua pengikut dan pelayan keluarga Ichinose –mana yang
lebih penting bagimu?"
Mendengar
pertanyaan ini, Guren teringat kejadian tadi malam.
Sesaat
setelah ia tidur dengan Mahiru di sebuah apartemen di Shibuya.
Saat
Guren berkata bahwa ia akan melindungi Mahiru.
Mahiru
berkata.
"Aku
tak bisa kamu lindungi.
Tidak bisa. Kau
paham, kan?”
Sambil
berkata begitu ia terlihat hampir menangis.
"Guren
punya orang-orang yang ingin ia lindungi. Bukan aku, tapi rekan-rekannya”
Dengan
ekspresi kalah, ia berkata.
"Jadi,
meskipun kamu membuktikannya sekarang, aku tak bisa bersamamu. Jika kau
benar-benar mencintaiku dan ingin bersamaku..... Bunuh semua rekanmu untuk
membuktikannya.”
Guren tak
bisa melakukan hal semacam itu.
Walaupun ia tidak punya kekuatan, Guren berkata bahwa ia akan
melindunginya.
Dihadapannya,
Kureto berkata.
"Jika
kau ingin melindungi keluargamu, bunuh Mahiru. Dalam sebulan. Jika kau tidak
membunuhnya dalam sebulan, pertama aku akan membunuh ayahmu.
“……”
"Jika
kau tidak membunuhnya dalam dua bulan, aku akan membunuh seratus
pelayanmu."
“……”
“Tapi kau
pasti mampu membunuh Mahiru.
Karena kau memang luar biasa.
Ah, aku juga sudah mengambil sampel darahmu. Untuk
mengembangkan penelitian.
Jika aku menemukan sesuatu, aku akan memberitahumu. Karenanya tak ada
lagi yang perlu kau lakukan.
Kembali dan istirahatlah.”
Dengan
itu, Kureto berbalik.
Percakapan ini berakhir.
Kureto mulai berbicara dengan para pelayannya.
Guren
masih belum bisa bergerak.
Pada akhirnya, tidak tahu ia murka atau jengkel pada dirinya sendiri yang
tak berguna.
Jika ia
tak mampu membunuh Mahiru, rekan dan anggota keluarganya akan terbunuh.
Tapi pada
dasarnya tak ada yang berubah.
Situasi ini, lucunya, mirip dengan situasinya sebelumnya, sangat mirip.
Menggapai
kekuatan terlarang, memutuskan berlari kencang layaknya kelinci, dan kesimpulan
akhirnya adalah,
"Seperti
ini.”
Mahiru
mungkin saja sedang tertawa.
Guren pun
berbalik dan melangkah keluar ruangan.
Di
koridor, ia melihat rekan-rekannya yang baru saja membahayakan hidup mereka
untuk melindunginya.
Hiiragi Shinya.
Jujo Mito.
Goshi Norito.
“……”
Ketiganya
terlihat seperti telah mendengarkan seluruh percakapannya dengan Kureto.
Mito
mendekatinya.
Ia
menyentuh tangan Guren.
"Um,
Guren.......”
Ia mendorong
lengan Mito dan berkata.
".......
Ha, seperti yang kau harapkan, aku benar-benar menjadi pelayan Kureto-sama.”
Ucapan
penuh depresi Guren membuat Mito murung. Guren melihat ekspresi Mito berubah dan menggelengkan
kepalanya.
"......
Nggak, maaf. Lupakan
apa yang barusan kukatakan.
Aku tidak sengaja mengatakan hal yang tak berarti.”
Ia
berjalan melewati Mito.
Tapi Mito
memanggilnya lagi.
“Guren!”
Ia
meneriakan namanya, tapi Guren tak lagi ingin menjawab. Tak ada lagi
kekuatan yang tersisa di hatinya.
Goshi
menatapnya. Ia tidak
berkata apapun tapi hanya menepuk pundak Guren.
Di dalam
sentuhan itu, Guren merasakan kebencian terhadap diri sendiri, kemarahan dan
kehangatan.
Mereka
ingin menenangkannya.
Menjadi lebih dekat dengannya.
Guren juga merasakan ketidakpuasan yang mengarah padanya saat dia tidak
membiarkan dua hal itu terjadi.
Shinya
berdiri dibelakang mereka.
Ia
menatap Guren dengan wajah letih dan berkata.
“Jangan
murung begitu. Kau juga
mengerti kalau keadaan sama sekali tak berubah. Seperti halnya
dulu."
Guren
menjawab.
"Aku
tidak murung. Ini
ekspresiku yang biasa."
"Hahaha.”
"Bolehkah
aku pergi sekarang?”
"Tentu. Nanti kami akan
berkunjung.”
“Menjengkelkan.”
“Kasarnya. Kita ini teman
baik yang saling menolong, lo!"
“Aku tak
punya rekan.”
"Kalu
begitu jangan selamatkan siapapun.”
“……”
"Jangan
menolong Mito dan Goshi dengan setengah hati.”
“……”
Shinya
menatapnya dengan sambil menutup sebelah matanya.
“......
Aku juga tidak menyelamatkanmu dengan setengah hati. Kau tak punya
rekan? Jangan bercanda. Kami ini rekanmu. Kau yang
memulainya. Di dunia
yang gila ini, kaulah satu-satunya yang mengajari
kami tentang pertemanan dan persahabatan dan semua hal lainnya. Yang tentunya perbuatanmu
itu bahkan lebih gila dari yang dibayangkan Kureto dan Mahiru. Jadi.....”
Shinya
mengulurkan tangannya.
Dan
melanjutkan.
"Bertanggungjawablah
karena kau yang memulainya.
Pimpinlah kami...... Pimpin pasukan ini. Bahkan di dunia
yang tak lagi bisa kau percaya, kami masih memilih untuk mengikutimu."
Mito juga
berdiri di samping Shinya dan melakukan hal yang sama.
Bahkan
Goshi tidak sedang bercanda seperti biasanya sambil mengulurkan tangan.
Tapi
karena itulah, hal ini terasa gila.
Berkata
bahwa mereka ingin percaya pada Guren dan bukan pada keluarga Hiiragi adalah lebih
dari sebuah pengkhianatan.
Tapi
orang-orang ini nampak tak peduli.
“……”
Guren
menatap tangan-tangan yang diulurkan padanya.
Rekan,
rekan, rekan.
Iblis di
dalam hatinya bergumam pelan merespon kata-kata konyol yang hanya bisa
dikatakan oleh bocah ingusan.
"......
Rekan atau apapun itu, bunuh saja mereka. Kau tak akan lagi bisa mengejar Mahiru.”
Mungkin.
Jika ia
meraih tangan mereka disini sekarang, mungkin Mahiru akan menertawakannya.
Tapi Ia
ingin meraihnya.
Alasannya
adalah karena ia bukan Mahiru.
Ataupun
Kureto.
Pada
dasarnya, ia bukan tipe orang yang bisa terus berjalan sambil menonton kematian
rekannya.
Ia
mungkin ketakutan.
“….. Dibanding Kureto
dan Mahiru, aku lebih tak berguna."
Itu
adalah kenyataan pahit yang ia rasakan setiap hari sejak pertama kali masuk
sekolah ini.
Ketetapan
hatinya tidak cukup kuat.
Dia tidak
memiliki kekuatan yang cukup untuk maju disaat jika teman-teman, keluarga dan
rekannya mati.
Jadi ia
menjawab rekan-rekannya yang mengulurkan tangan padanya.
"......
Aku mungkin tidak bisa melindungi siapapun.”
Ia
mengangkat wajahnya, menatap pada mereka dan berkata.
“Jadi,
pilihan kalian salah.....”
Tapi
perkataannya disela dengan santainya.
Shinya
berkata.
“Gak
masalah."
Mito
berkata.
"Meskipun
ini salah, tidak masalah jika itu kamu.”
Goshi
berkata.
“Kita
sudah melalui banyak hal bersama, kau ngomong apa sih?"
Lalu
ketiganya menggenggam tangan Guren dengan kuat dan pasti.
(TLNote:
NAKAMA PAWA)
Guren
menatap tangan mereka yang tumpang tindih.
Untuk
beberapa alasan, mata mereka terlihat sedikit lembab, bagi Guren itu
menjengkelkan.
Kepolosan
ini.
Oleh
karenanya untuk menyembunyikan semua itu, ia mengela napas dalam-dalam. Ia menekankan tangan
yang satunya ke kepalanya tanpa kata dan kemudian,
"........
Bersama kalian benar-benar melelahkan, ya."
Saat dia
menggerutu, ketiganya tertawa bahagia.
1 Comments
♡
BalasHapusPosting Komentar