RESOR DEMONFOLK DAN TIKET LOTERE
(Translater : Hikari)

"Haa, tehnya enak."
Menyambut hari kedua ekspedisi Eight Million Gods ke garis depan Area Gunung Berapi, aku beristirahat di kedai teh di sudut dungeon Demonfolk Resort..
Aku sedang duduk di sebuah kedai teh yang terlihat seperti muncul dari drama sejarah, menyeruput teh hijau dan menyantap onde tiga warna, bersantai memandangi pemandangan dungeon.

"Tetap saja, ternyata ada sebuah kota di dalam dungeon. Kurasa apapun mungkin."
Ada juga monster yang memiliki dungeon di dalamnya. Tidak begitu aneh untuk sebuah kota berada di dalam sebuah dungeon. Aku mulai berpikir mungkin aku beradaptasi dengan dunia OSO ini.
"Terlebih lagi, aku tidak mengira kita akan memasuki pertempuran begitu tiba."
Fyuuh, aku menghela napas dan menyeruput teh, kemudian mengingat kembali apa yang terjadi segera setelah kami bergegas ke dalam dungeon.
Hal pertama yang kami lakukan bersama dengan Sei-nee dan Mikadzuchi setelah memasuki dungeon ini adalah membuka sebuah portal.
Dalam prosesnya, kami akhirnya menghadapi boss monster kembar yang melindungi gerbang belakang Demonfolk Resort.
Aku tidak membayangkan bahwa setelah memasuki dungeon, kami akan langsung sampai di pertempuran melawan boss tanpa melawan apapun di perjalanan.
Yah, kami mampir di beberapa lapak di perjalanan, sih.
Dan, berbicara mengenai pertempuran boss——

"Nah, datangi aku!"
""GUOOOOOO——!"
Dua monster humanoid meraung dan menyerbu Mikadzuchi.
Monster yang melindungi gerbang belakang bernama Red Ogre dan Blue Ogre. Mereka adalah pasangan boss kembar yang berbagi HP dan MP.
Salah satu dari mereka adalah monster dengan kulit merah dan satu tanduk, yang lain berkulit biru dengan dua tanduk. Mereka adalah iblis setinggi dua meter dan terlihat tampan.
Menghadapi mereka, Mikadzuchi terang-terangan menyerang mereka sendirian. Di baris belakang ada aku dan Sei-nee yang menyediakan support dan menyerang dengan sihir, menggunakan berbagai cara untuk memastikan Mikadzuchi tidak kalah.
"Ayo! Enchant——Attack, Defence, Speed! Cursed——Defence, Mind!"
Aku memasangkan Enchant pada Mikadzuchi dan pada saat yang sama memperlemah lawan dengan Cursed, kemudian menembakkan panah pada musuh untuk memberikan damage dari jauh.
Walaupun Cursed terhadap status kekebalan boss kembar itu melemah, aku mencoba memasangkannya lagi dan berhasil melampaui kekebalan mereka.
"——Aqua Bullet Ice Lance!"
Sei-nee menembakkan sihir dengan cepat berturut-turut pada Red Ogre yang pertahanan sihirnya berkurang karena Cursed dan melancarkan sejumlah besar damage pada si boss.
Mikadzuchi sebagai penyerang depan bertukar serangan jarak dekat dengan kedua Ogre, kemudian pada satu titik saat tongkat heksagonalnya ditangkis, dia bergerak menjauh dan menghela napas.
"Sei! Kalau kau menyerang mereka terlalu kuat, targetnya akan beralih ke barisan belakang!"
"Sebenarnya, aku sudah memikirkan itu saat menyerang. Tapi tetap saja, sepertinya aku mengumpulkan cukup banyak kebencian, jadi aku akan beralih dari menyerang ke penyembuhan."
Sei-nee berhenti menyerang Red Ogre yang kelemahannya adalah elemen air dan beralih peran menjadi penyembuh Mikadzuchi.
Dan aku semakin memperkuat Mikadzuchi.
"Mikadzuchi, aku akan menaruh ini pada equipmentmu, jadi jangan terdesak lagi! Element Enchant ——Weapon, Armor!"
SIsa HP para Ogre tersebut masih 70%. Memegang Fire Elemental Stone di kedua tangan, aku memasangkan Enchant pada equipment Mikadzuchi.
Senjatanya bersinar merah samar dan mulai meninggalkan kelebatan cahaya setelah setiap ayunan.
Juga armornya mulai memancarkan warna yang sama, meningkatkan pertahanan elementalnya.
Dengan Sei-nee memulihkan HP Mikadzuchi dan mengurangi jumlah damage elemental yang dia terima, Mikadzuchi dapat bertahan dari serangan Red Ogre secara stabil.
Dan, dia berfokus pada Blue Ogre yang kelemahannya adalah elemen api.
"Cursed ——Attack, Defence!"
Kedua Ogre yang stats Mind-nya telah berkurang, menjadi semakin lemah.
Tidak dapat menahan Cursed yang berulang kali kuberikan, serangan dan pertahanan kedua Ogre itu menurun dan karena itu momentum serangan Mikadzuchi terhadap mereka meningkat.
"Dalam keadaan mereka seperti ini, mudah untuk panah status buruk berhasil."
Aku menembakkan panah-panan status buruk pada Ogre yangmelemah dan berhasil menaruh status buruk pada mereka berkat kekebalan yang mereka yang rendah.
Tetap saja, Paralysis, Sleep dan Stun menghentikan pergerakan mereka hanya untuk sekejap. Damage Poison memiiliki durasi yang lebih pendek daripada biasanya dan para Ogre pulih dengan cepat.
Saat HP kedua Ogre itu berkurang di bawah 50%, MP yang tidak digunakan sejauh ini, digunakan untuk pertama kalinya.
"GUOOOOOOOOOO——"
Gada logam yang Red Ogre gunakan kini dibungkus api dan begitu benda tersebut menghantam tanah, Mikadzuchi terhempas oleh gelombang kejutnya.
"Khhh?! Ini benar-benar keras bahkan dengan pertahanan elementalnya!"
"——High Heal! Mikadzuchi, kau baik-baik saja?!"
Sementara Sei-nee segera menyembuhkan Mikadzuchi, Sense See-Through-ku tidak melewatkan pergerakan Blue Ogre.
Gada logam Blue Ogre diselimuti embun beku dan mengeluarkan udara yang membekukan, tapi sebelum benda itu menghantam tanah, aku melancarkan sihirku.
"——Clay Shield!"
Sebuah dinding tanah muncul di antara Mikadzuchi dan Blue Ogre yang mana menghalangi angin biru yang mulai berputar-putar dari kaki si Ogre.
Tempat-tempat pada dinding tanah yang disentuh oleh angin, terkikis dan dinding itu hancur dalam beberapa detik, mengubahnya menjadi partikel-partikel cahaya.
Akan tetapi, berkat beberapa detik itu Mikadzuchi dapat melarikan dirir dari jangkauan Blue Ogre.
"Apa yang barusan itu?"
"Dari apa yang kudengar, itu adalah skill serangan Ogre."
"Mikadzuchi, kau akan mendapat Stun kalau kau terkena itu terus-menerus."
"Oh itu, saat salah satu skill mereka menghentikan, yang lainnya datang untuk menghantammu, ya 'kan? Kalau kau kalah, Sei-nee dan aku akan harus bertarung di garis depan."
"Jangan khawatir, untuk berjaga-jaga aku akan bangkit kembali dengan Revival Medicine. Tapi tetap saja, penting untuk tidak mati. Untuk sementara waktu, aku akan bertarung dengan fokus menghindarinya."
Saat kami berdiskusi singkat dengan Mikadzuchi, waktu jeda untuk serangan khusus Ogre pastilah sudah berakhir karena kedua makhluk itu mulai bergerak.
"Ayo serang dengan sihir Sei sebagai fokusnya. Juga, begitu aku berteriak 'switch', kau berubah dari penyerang ke penyembuh. Saat itulah aku akan menyerang."
"Aku mengerti. Kalau begitu, ayo lakukan."
"Hei, bagaimana dengan aku?"
"Nona, bergeraklah sesukamu."
"Itu sangat tidak jelas…"
Dibiarkan bergerak sesukaku oleh Mikadzuchi, aku fokus pada kestabilan kerja sama dengan Sei-nee.
Mikadzuchi sebagai garda depan menangkis serangan kedua Ogre dengan menggunakan semua tekhnik bertahan yang dia punya dan saat kuda-kuda mereka hancur, Sei-nee menembakkan sihir pada Red Ogre yang lemah terhadap elemennya, secara efektif memberikan damage dalam jumlah besar.
"—— 'Switch'!"
"——Icicle Lock Heal"
Pada saat yang sama Mikadzuchi memberikan sinyal, Sei-nee berganti ke peran penyembuh dan support.
Sementara itu, Mikadzuchi yang menekankan pada pertahanan dan menangkis, mulai mengalahkan Blue Ogre dengan tongkat heksagonalnya yang terbungkus elemen api.
Untuk mendukungnya, Sei-nee mengunci pergerakan Red Ogre dengan membekukan kakinya dan menyembuhkan Mikadzuchi, membuatnya dapat bertarung dengan Blue Ogre.
"Tetap saja, tidak diberitahu harus melakukan apa itu merepotkan. Yah, coba tiru Sei-nee saja. ——Mud Pool"
Diinstruksikan untuk bergerak sebebasnya, aku memutuskan untuk mengambil tindakan dengan mengurangi beban Mikadzuchi dan Sei-nee.
Pertama-tama, aku memutuskan untuk menyamai Sei-nee dan menciptakan Mud Pool di bawah Red Ogre, menahan pergerakannya.
Berikutnya, aku memasang pana status buruk Curse dan menembakkannya pada para Ogre. Efek dari Curse adalah penurunan MP dan kalau cukup beruntung, sebuah efek negatif tambahan.
Walaupun ini support sederhana, tanpa MP Ogre tidak dapat mengaktifkan skill mereka.
Itu layak untuk dilakukan karena saat HP mereka berkurang 20%, MP kedua monster itu terkuras sepenuhnya.
Begitu Mikadzuchi menyadari bahwa lawannya tidak dapat mengaktifkan skill mereka, akhir pertarungannya sudah diputuskan pada saat itu.
"UOOoOohh! ——Six Rotation Smash!"
Dalam sekejap, Mikadzuchi melepaskan sebuah serangan enam rotasi yang kuat pada dada Blue Ogre, menghempaskan dan menghamburkan cahaya enchant dalam prosesnya.
"Bekukan segalanya. ——Diamond Dust."
Sihir yang Sei-nee lepaskan muncul dari tanah dan dalam sekejap membungkus Red Ogre, membentuk ulang sekelilingnya menjadi sebuah dunia es.
Saat kristal-kristal udara beku menyentuh tubuh Red Ogre, es menyebar ke sekujur tubuhnya, membuatnya mendapat damage.
Jurus hebat Mikadzuchi dan Sei-nee mengakhiri pertempuran. Kedua Ogre itu terjatuh pada lututnya dan kemudian ambruk ke tanah pada saat yang sama.
"Baiklah! Gerbang belakang terbuka. Begitu kita mendaftar pada portal,.kita tidak akan perlu menuruni gunung untuk kembali dan kalau kita ingin datang ke sini, kita tidak perlu mencari-cari kunci. Syukurlah semudah itu."
Nihihi, Mikadzuchi tertawa dan melewati gerbang yang terbuka dengan suara berat, kemudian mendaftarkan dirinya pada objek pemindah pada portal yang berada tepat di luar gerbang.
"Sei, Nona. Bagaimana?"
"Tertanya, bossnya cukup mudah? Atau malahan, kau dan Sei-nee terlalu kuat."
"Itu aneh. kalau aku tidak salah, kudengar tim perintis berjuang cukup keras."
Sei-nee dan aku kebingungan.
Biasanya seorang boss melindungi sebuah tempat seperti ini akan sedikit lebih kuat, 'kan? Aku jadi kepikiran, tapi Mikadzuchi muncul dengan penjelasannya sendiri.
"Tim perintis dibentuk dari anggota-anggota yang memiliki kemampuan pencarian dan bertahan hidup yang tinggi. Kali ini, kita punya seorang petarung sepertiku, juga enchant Nona untuk buff dan debuff yang membuat kita dapat menahan mereka dengan kekuatan penuh, 'kan?"
"Setelah kau mengatakannya, mungkin memang begitu. Sebuah party normal biasanya akan fokus pada menahan serangan dan perlahan menyerangnya balik."
"Tidak, secara pribadi kurasa pertempuran kali ini cukup ganas…"
Meskipun mereka berdua membuat evaluasi semacam itu, aku bisa membayangkan tim perintis tidak selemah itu. Tetap saja…
Aku melihat ke arah Mikadzuchi yang menghadapi kedua iblis tersebut dan melihat tanah yang berlekuk dalam, membuktikan betapa kuatnya kedua boss itu.
Tekanan angin dari gada logam yang diayunkan itu benar-benar menakutkan dan aku ingin menyatakan rasa salutku pada tim perintis yang bertarung melawan para Ogre tanpa informasi lebih dulu.
"Sekarang, kita sudah mendaftarkan diri di portal, jadi ayo lakukan pengecekan item drop seperti biasanya."
"Kau benar. Item dropku Blue Demon's Horn. Bagaimana denganmu, Yun-chan?"
"Aku punya Red Demon's Hard Leather."
"Aku dapat Red Demon's Horn. Yang berarti item dropnya adalah tanduk Red dan Blue Demon serta kulitnya, ya."
Mengeluarkan Red Demon's Hard Leather yang dijatuhkan boss dan memastikannya, itu bukanlah material penguat, hanya kulit biasa.
Mikadzuchi dan Sei-nee juga menunjukkan milik mereka, tapi tidak satu pun yang seperti item langka.
"Mencocokkan ini dengan info dari tim perintis, sepertinya ada empat item drop. Itu banyak, tapi tidak satu pun dari keempatnya yang benar-benar menarik…oke! Ayo lakukan beberapa ronde lagi dengan para boss itu untuk mendapatkan beberapa item ini!"
"Serius?!"
"Ayolah Nona, bermain bersama kami hari ini!"
Berkata demikian, Mikadzuchi memegang lenganku dan menuju ke gerbang belakang.
Setelah itu, kami menantang boss yang muncul kembali sebanyak tiga kali lagi totalnya. Setiap kali melakukannya, kami mengubah gaya bertarung kami, mencari metode yang lebih efisien untuk menghadapi boss.
Terkadang aku menjadi umpan dan akhirnya berlari ke sana sini, di waktu lain aku menyerang dengan busurku sebagai penyerang utama, atau bersama dengan Sei-nee fokus menyerang dengan sihir.
Kemudian sepanjang hari itu kami terus menantang boss untuk mengumpulkan item drop, melakukan apa yang biasanya dikenal sebagai boss farming.

"——Dan inilah hasilnya, ya."
Kembali ke kenyataan setelah mengingat itu, aku bergumam.
Melihat Sense-ku setelah pertempuran-pertempuran tersebut yang tidak disangka adalah leveling kecepatan tinggi, aku menyesap tehku.


Possessed SP51
Bow Lv48 Longbow Lv26 Sky Eyes Lv12 Swiftness Lv16 See-Through Lv20 Sorcery Lv15 Enchant Arts Lv37 Earth Element Talent Lv28 Dosing Lv42 Cook Lv11
Unequipped:
Alchemy Lv42 Synthesis Lv42 Crafting Knowledge Lv44 Taming Lv16 Engraving Lv25 Swimming Lv15 Linguistics Lv24 Climbing Lv21 Bodily Resistance Lv1 Spiritual Resistance Lv1

Sense pertarunganku naik level.
Longbow dan Earth Element Talent yang kugunakan untuk menahan musuh telah naik, dan karena aku menggunakan sihir bersama Sei-nee, Sense yang berhubungan dengan sihir juga meningkat.
Saat Mikadzuchi memancing Ogre ke arahku dengan sengaja, aku berlari dengan kecepatan penuh untuk menghindarinya. Gara-gara itu Swiftnessku naik.
Dan saat kami menghadapi boss secara langsung, aku menggunakan Enchant dan item untuk meningkatkan stats kami, sehingga Enchant Arts pun meningkat.
Memikirkan kembali hari itu——
"Kami menyerahkan sebagian besar pertarungan pada Mikadzuchi dan meskipun kami hanya bertiga, itu tidak sesulit biasanya."
Biasanya aku fokus pada memilih enchant yang optimal untuk seluruh party dan memakaikannya berturut-turut dengan cepat saat enchant tersebut memudar, tapi kali ini aku hanya terus-menerus memakaikan enchant pada Mikadzuchi.
Juga, monster humanoid memiliki sedikit pergerakan yang tidak terduga dan penampilan mereka tidak menjijikkan, yang mana membuatku tetap bersikap tenang.
"Ngomong-ngomong, dungeon ini terlalu nyaman. Permisi, bisa minta tambah teh dan ondenya? Yang tiga warna tanpa tusuk satenya."
"Gigii."
Saat aku mendengar balasan dari si Hobgoblin perempuan, seekor Goblina pramusaji berpakaian kimono, sabuk dan celemek datang keluar dari dalam membawakan secangkir teh dan onde.
Goblin itu berkulit hijau pucat dan bertanduk pendek, juga gigi bergerigi sebagai ciri khasnya, tapi selain dari itu semua dia tidak ada bedanya dari NPC biasa.
Ryui dan Zakuro memakan onde tiga warna, kelihatan bingung dengan tekstur lengketnya. Melihat mereka berdua, aku juga merasa tenang.
Monster-monster di dungeon ini berkomunikasi dengan para player hanya dengan gerak tubuh, tapi mereka kaya akan ekspresi dalam responnya.
"Haa, teh ini enak."

Aku menggumamkan kata-kata yang sama untuk kedua kalinya hari ini dan memasukkan satu suap penuh onde yang cukup manis. Saat itulah aku menyadari.
"Tidak, tidak, tidak. Aku jadi terlalu terbiasa dengan ini. Benar-benar dungeon yang menyeramkan."
Tujuan awalku adalah bermain sebisa mungkin di garis depan dungeon, aku mengingatnya.
Aku menggelengkan kepala dan dengan amat sangat enggan, aku meminta bukti pembayaran pada si Goblina.
"Permisi! Aku ingin membeli onde untuk dibawa pulang dan tolong bonnya."
"Gigii"
Begitu aku membayar tagihannya bersama dengan onde, aku menerima secarik kertas hijau, kemudian mulai berkeliling dungeon tanpa tujuan pasti.
Saat aku berjalan, aku membagi onde yang kubeli barusan dan memakannya bersama Ryui dan Zakuro, sambil di saat yang sama mencari-cari sesuatu yang menarik.
·
Untuk struktur dungeonnya, ada sebuah jalan lebar yang menuju ke gerbang belakang dan tiga jalan sempit yang membentang secara parallel ke kiri dan ke kanan.
Juga setiap jalan memiliki satu jalur sehingga seluruh dungeon jika dilihat dari atas akan membentuk sebuah tangga yang diletakkan secara vertikal.
Tujuh jalur dibariskan pada tangga Demonfolk Resort yang dinomori secara berurut dari kanan saat dilihat dari depan dan memiliki gunanya masing-masing.
Jalan yang berada di paling jauh di kanan memiliki barisan bangunan bergaya Jepang, rumah-rumah untuk dijual dan untuk disewa player. Dalam posisinya itu adalah sesuatu yang seperti area pemukiman dungeon ini.
Karena ada sedikit player di sini sekarang, memberi tempat ini kesan tenang.
Kontras dengan hal itu, di jalan keenam dan ketujuh di sebelah kiri dengan para monster di dalam dungeon ini, itu adalah tempat untuk bertarung.
Dua jalan yang berpenerangan redup yang mirip dengan gang belakang, tidak seperti jalan pertama sampai kelima di mana item-item dijual, terdapat preman Goblin, Hobgoblin bersenjata dan Ogre yang menyerang orang-orang.
Ngomong-ngomong, tanda pertarungan dimulai dengan melakukan kontak mata dengan mereka. Dikatakan seperti itu, aku awalnya penasaran apakah mereka itu berandalan atau semacamnya, tapi ternyata jalan keenam dan ketujuh itu adalah semacam rumah bagi para penjahat di kota monster ini.
Dan, saat ini aku sedang menyusuri jalan keempat.
"Kuharap aku bisa menemukan sesuatu yang bagus. Kalau bisa, aku ingin mendapatkan material penguat untuk aksesoris yang akan kuberikan pada Sei-nee dan Myu."
Aku bergumam sambil mencari di lapak-lapak, tapi daripada material penguat, kebanyakan yang mereka jual adalah barang kerajinan tangan dan souvenir.
"Oh, satu paket roti daging. Mungkin bagus jadi oleh-oleh untuk Letia. Dan di situ, ada toko yang menjual mineral. Aku penasaran apa itu bijih logam yang ditambang di gunung ini."
Aku mengambil item makanan sebagai oleh-oleh untuk Letia dan bijih logam dari Area Gunung Berapi sebagai oleh-oleh untuk Magi-san. Selain itu, aku membeli beberapa item material untuk Lyly dan Emily-san.
"Material ini sedikit mahal. Yah, mungkin karena mengumpulkan material di luar sini cukup sulit."
Biasanya aku akan harus mengumpulkan sendiri item bijih logam di luar, tapi karena lingkungan di luar dungeon ini terlalu sulit untukku sendirian, kuputuskan untuk membeli beberapa item di toko.
Pada akhirnya, aku menemukan sebuah souvenir untuk Cloude. Patung-patung yang dipahat dari kayu yang dijual di tempat-tempat wisata.
"Ukiran kayu Magma Bear ini kelihatan luar biasa dinamis… Aku akan membeli satu untukku juga."
Akhirnya, aku membeli dua Wooden-Carved Figurine dan mulai berjalan berkeliling mencari material lagi.
Hanya satu dari banyak toko yang berurusan dengan sangat sedikit item. Beberapa itemnya sama dengan yang dijual di toko-toko lain, tapi dengan perbedaan harga yang aneh.
Di antara item-item tersebut aku menemukan sesuatu yang membuatku tertarik.
"Oh, mereka menjual item yang didapatkan di Area Gunung Berapi."
Terkesan dengan fakta bahwa ternyata ada tanaman yang tumbuh di tanah tandus Area Gunung Berapi, aku menatapi item tersebut.
"Karukoko Fruit ini masih dikotori tanah, sih…"
Karukoko Fruit ini memiliki penampilan seperti kentang berwarna merah dan sepertinya tumbuh di tanah seperti halnya kentang.
Untuk mencobanya, aku membeli Karukoko Fruit dan memilih Sense Lower Matter Conversion dari Alchemy, tapi item tersebut tidak berubah menjadi apapun.
Karena ada tunas seperti yang ada pada kentang, ini mungkin tumbuh saat ditanam di ladang Atelier.
Aku membeli beberapa. Sepertinya aku perlu bertanya pada NPC Petani untuk belajar cara membudidayakannya.
Selain itu, ada juga item jenis tanaman seperti Vitality Tree Fruit. Aku telah menanamnya di ladang Atelier. Melihat bahan yang kukenali, memenuhi diriku dengan rasa aman.
"Aku membeli ini dengan harga 100kG!"
"Hm? Ini suara Myu?"
Aku melihat ke sekeliling saat mendengar suara yang tidak asing lagi di jalanan yang ramai ini dan sedikit jauh di sana, aku menemukan Myu yang sedang melakukan sesuatu dengan NPC Goblin pedagang.
"Kubeli ini seharga 130kG!"
"Gigii, gigii."
Goblin pedagang bertubuh bersih dengan kain di kepalanya dan hidung yang bengkok menunjukkan penolakan dengan menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu 140! Tidak, 150k!"
My uterus menumpukkan lebih dan lebih banyak lagi kertas biru di depannya, tapi tidak peduli berapa banyak dia menaikkan harganya, si Goblin pedagang menggelengkan kepala dan menunjukkan tanda "tidak" yang besar dengan lengannya.
Melihat gerakan mulus dan lucu Goblin yang mirip dengan yang biasanya bertarung di padang rumput, ditambah dengan gerakan konyolnya, aku berpikir bahwa makhluk itu jelek tapi juga lucu.
"Uuuhhh! Kenapa aku tidak bisa membelinya?!"
Saat aku dalam diam menyaksikan Myu dan yang lainnya, aku melihat Myu mulai menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal karena dia tidak dapat membeli item yang dia inginkan.
"Myu, minggir dikit. Sini kucoba."
Saat itulah Kohaku menaruh sebelah tangannya pada bahu Myu dan bergerak ke depannya.
"Ayolah, barter ya. Tunjukkin pakai jarimu item mana yang mau kamu tukerin."
Kata Kohaku dan mulai dengan item drop monster, bijih logam, potion dan semacamnya saat dia memastikan nilai pertukaran item yang dia tempatkan.
Nilai tukar yang kuintip dari jauh menggunakan Sky Eyes sepertinya tergantung dari lokasi di mana item tersebut didapatkan. Semakin jauh lokasinya, semakin tinggi nilainya.
Bahkan material yang biasanya dihargai sama di NPC, berbeda nilai tukarnya tergantung seberapa jauh dari Area Gunung Berapi item tersebut didapatkan.
Dan untuk Kohaku——
"Nah, kalau gitu, barang yang Myu mau, juga ini dan ini. Terus ini, supaya barternya imbang. Gimana?"
"Gigii."
Si Goblin pedagang mengangguk setuju, mengakhiri masalah itu.
"Kau berhasil! Terima kasih, Kohaku."
"Myu, kamu nggak sabaran banget, sih. Nih lihat, ada gambar barter di papannya."
Aku tidak menyadarinya karena papan itu di tertutup Myu dan yang lainnya, tapi saat ditunjuk Kohaku, ada sebuah papan hitam dengan gambar daging dan sayuran di sebelah kiri dan kanannya juga, sementara tanda panah yang menunjuk ke kedua arah berada di tengah-tengahnya yang artinya pertukaran.
"Ehehehe…tapi kenapa kau menukarnya juga dengan barang-barang yang tidak kau butuhkan?"
"Uh, itu keliatannya berguna, jadi…mm? Bukannya itu Yun-san?"
Begitu barternya selesai, Kohaku mengangkat kepala dan menyadari sosokku.
Aku berniat mengintip mereka diam-diam, tapi mau bagaimana lagi kalau aku sudah ketahuan. Jadi aku mendekati Myu dan yang lain.
"Onee-chan? Sejak kapan kau melihatnya?"
"Umm, sejak kau mengatakan '100kG', kurasa? Kupikir kau tidak ingin yang barusan kelihatan, tapi yah, maaf."
"Kau seharusnya muncul lebih cepat! Aku sama sekali tidak keberatan!"
Myu dan Kohaku mendiskusikan ke mana mereka akan pergi selanjutnya begitu mereka menerima item yang mereka dapat dari barter.
Semua orang memegang semacam makanan di tangannya. Aku bisa tahu dari penampilannya saat mereka berjalan berkeliling sambil memakannya dengan nikmat.
"Hei, Onee-chan. Bagaimana kalau jalan-jalan dengan kami? Berikutnya kami berpikir untuk pergi ke jalan kedua! Semuanya setuju dengan itu, 'kan?!"
"Aku tidak keberatan."
Dimulai dengan Lucato, semuanya berkata kalau mereka tidak masalah dengan itu.
Aku masih belum pergi ke jalan kedua, jadi kupikir ini kesempatan bagus dan memutuskan untuk menerima ajakan Myu.
"Kalau begitu, aku akan menerima tawaranmu."
"Yaa! Oke, Onee-chan, ayo langsung ke sana sekarang juga!"
"Benar! Ayo bawa Yun-san bersama kita dan pergi! Kita akan mendapat berkah dewa karena mendapat orang beruntung!"
"Sebenarnya, aku tidak seberuntung itu. Ngomong-ngomong, apa yang sedang kalian bicarakan?"
Mengabaikan apa yang kukatakan, Myu dan Hino masing-masing meraih salah satu tanganku dan menarikku.
Tolong aku, aku melihat ke arah Ryui dan Zakuro, Lucato dan yang lain tapi mereka semua menatapiku dengan senyuman.
Aku bergumam begitu lebih karena kebiasaan, bukan karena aku benar-benar menolaknya. Ditarik begitu oleh Myu dan Hino, aku menuju ke jalan kedua.
"Hei, Myu. Aku belum pernah pergi ke jalan kedua, jadi bisa beritahu aku apa yang ada di sana?"
"Hal utama di jalan kedua sebenarnya adalah——stan lotere! Onee-chan, apa kau mendapat kertas-kertas hijau di dungeon?"
"Ya, ada beberapa. Maksudmu yang ini?"
Aku mengeluarkan potongan-potongan kertas hijau yang kuterima setiap kali aku berbelanja di dalam dungeon.
"Yup, itu dia. Kau bisa bermain lotere sekali setiap tiga tiket yang kau kumpulkan."
"Hee, begitukah… Hm? Ngomong-ngomong, kertas apa yang kau pakai Goblin pedagang sebelumnya ?"
"Ah, itu voucher hadiah yang hanya bisa dipakai di dalam dungeon ini. Tunggu sebentar."
Myu berkata demikian dan mengeluarkan potonga kertas merah, biru dan hijau.
"Kertas merah untuk tiket tantangan arena, kertas biru adalah voucher hadiah, dan kertas hijau adalah tiket lotere."
"Aku tidak pernah melihat kertas merah dan biru. Darimana kau mendapatkannya?"
"Itu item drop dari para preman di jalan ketujuh."
"Eh?! Tidak mungkin…"
"Aww, kemarin kami tidak sengaja memasuki jalan ketujuh saat berbelanja. Tiba-tiba mereka mendatangi kami, jadi kami menyerang balik dan alih-alih item drop, kami mendapatkan tiga kertas acak. Tetap saja, itu berbahaya jadi kau sebaiknya tidak dekat-dekat tempat itu, Onee-chan!"
"Aku sudah pasti tidak akan pergi ke sana kalau seperti itu. Eh? Sebentar. Voucher-voucher hadiah yang barusan…"
"Yaaah, setelah kami mengetahui mereka menjatuhkan tiket-tiket itu, kami mengalahkan mereka saat kami berkeliling memulai keributan dengan semua Goblin di situ!"
"Kau sebaiknya hentikan itu! Aku jadi merasa kasihan pada mereka!"
Melihat Myu mengatakan itu dengan seringaian di wajahnya, aku membayangkan para preman itu perannya jadi terbalik di mana merekalah yang malah dirampok itemnya.
Tidak apa-apa, tidak apa-apa, Myu mencoba menenangkanku, tapi aku masih tidak merasa yakin. Sementara itu, aku menghitung jumlah tiket lotere yang kupunya.
"…empat belas, ya."
Dan, Myu sekali lagi menjelaskan kegunaan setiap tiket.
"Akan kujelaskan, ya. Tiket tantangan arena membuatmu dapat ikut arena di jalan kelima setelah kau mengumpulkan sepuluh lembar. Akan tetapi, tingkat jatuhnya rendah jadi kami belum mendapatkan cukup tiket."
Perlu sekitar seminggu untuk mengumpulkannya, gumam Myu. Mengambil alih penjelasan Myu, Hino menjelaskan kertas biru.
"Kertas biru adalah voucher hadiah. Yah, kurasa kau sudah tahu, tapi ini terbatas untuk di dungeon ini. Kertasnya dapat digunakan sebagai ganti uang untuk jumlah yang tertera di sana. Meksipun, sepertinya tidak bisa digunakan untuk di toko-toko barter seperti yang barusan."
Akhirnya, Kohaku menjelaskan tentang kertas hijau.
"Seperti yang Myu jelasin tadi, waktu kamu pergi ke toko lotere di jalan kedua, kamu bisa main lotere sekali untuk tiga kertas. Hasilnya, kamu dapetin item. Karena kita ngumpulin banyak banget pas belanja-belanja, ayo cobain, itu yang kita pikirin barusan."
Kalau tiga lembar untuk satu kali mencoba, aku bisa mencobanya empat kali.
"Yah, kalau kau mendapatkan item gratis, kenapa tidak mencobanya?"
"Ya 'kan? Kau juga bisa mendapatkan item langka. Seru 'kan?!"
Aku akan kalah bagaimanapun juga. Sementara aku hanyut dalam pikiranku sendiri, stan lotere di jalan kedua muncul di hadapanku.
Stan lotere itu memiliki papan tanda yang mencolok dalam alat lotere berbentuk persegi delapan yang diangkat tinggi-tinggi dan beberapa mesin loterenya sendiri ada ditempatkan di sana.
Tergantung dari warna bola yang keluar dari mesin lotere, hadiahnya sepertinya berubah.
Dengan item hadiah yang dipajang sebagai hiasan, bahkan sekalipun tahu aku tidak akan mendapatkan satu pun dari mereka, itu membuatku merasa bersemangat hanya dengan melihatnya.
Hadiah spesialnya adalah salah satu hadiah untuk pemenang event perkemahan musim panas, Special Home's Expansion Right. Di bawahnya, hadiah pertama dan keduanya adalah equipment.
Equipment hadiah pertama adalah Evil-Rending Sword — The Rending King, sebuah pedang besar yang diklasifikasikan sebagai Greatsword.
Untuk hadiah keduanya adalah equipment berupa set senjata dengan Sin dalam namanya dan kelihatannya hadiah yang diberikan sesuai dengan Sense si pemenang. Meskipun kekuatan serangannya lebih tinggi daripada hadiah pertama, set equipment ini memiliki efek tambahan yang tidak menguntungkan.
Efek tambahan itu memiliki nama yang sedikit chuuni, Orang yang Menumpuk Dosa. Untuk setiap lawan yang dikalahkan dengan senjata itu, EXP yang didapat berkurang 1%.
Sebenarnya, kemungkinan untuk mendapatkan setiap hadiah itu telah diperlihatkan, tapi kemungkinan untuk mendapatkan dua hadiah utama benar-benar kecil. Hadiah spesial 0,01% dan hadiah equipment pertama serta kedua memiliki kesempatan 0,1%.
"Untuk mendapatkan hadiah spesial memerlukan sekitar 30.000 tiket lotere, apa ini benar baik-baik saja?"
"Bukannya kau terlalu terburu-buru? Hadiah pertama dan kedua lebih terjangkau."
"Ter-terjangkau?"
"Memang! Itu lebih mudah daripada mengalahkan monster level rendah untuk item drop dengan kemungkinan 1%!"
Benarkah? Aku bertanya-tanya, kebingungan. Kurasa keduanya sama-sama sebuah siksaan.
Hadiah pertama dan kedua sama-sama memiliki kemungkinan untuk menang 0,2% secara keseluruhan, yang berarti 1.250 tiket lotere yang dibutuhkan.
Akan tetapi, tepat karena itulah kemungkinannya begitu rendah sampai semua orang menatapi pajangan dengan tatapan serakah.
"UOAAHHH! Aku sudah mengumpulkan tiket-tiket dari kenalanku dan berhutang segala, tapi aku masih tidak mendapatkannyaaaa!"
"SIALLll! RNG brengsek! Kalau aku menggerakkan benda itu tanpa gerakan sia-sia sedikit pun, aku pasti akan lebih mudah mendapatkannya!"
"Kurasa tidak ada apapun di mesin lotere ini. Kalau begitu, yang ada di sampingnya, tidak, yang itu saja."
Di mesin lotere lainnya ada para player yang mengincar hadiah-hadiah tingkat tinggi. Para player menjerit atau berlutut di depan lotere itu, menunjukkan tarian-tarian aneh atau berkeliaran dari satu mesin ke mesin lainnya. Tindakan-tindakan mereka benar-benar suatu misteri untukku.
"Apa-apaan itu…?"
"Ah, jangan dipikirkan. Yang lebih penting, Onee-chan, ayo kita sendiri main lotere."
Dengan tanganku yang ditarik Myu, aku bergerak ke depan mesin lotere terdekat.
·
"Loterenya memiliki satu hadiah spesial dan sembilan hadiah lainnya, ya. Berapa banyak yang bisa kalian coba?"
Saat aku berbalik dan bertanya, semua orang menunjukkan jumlahnya dengan jari mereka.
Myu bisa mencoba lima kali, Lucato dan Toutobi tiga kali, Hino, Kohaku dan Rirei empat kali.
"Baiklah kalau begitu, aku duluan. Dan, supaya aku bisa mendapatkan sesuatu yang bagus dengan berkah dewa dari Yun-oneechan."
"Apa? Apa maksudmu berkah dewa? Hei, jangan menempel padaku!"
"Soalnya, Yun-oneechan pada akhirnya selalu mendapat keberuntungan besar."
"Kalau aku punya keberuntungan, itu adalah kesialan!"
Aku berkata begitu pada Myu yang memelukku, tapi dia mengacuhkannya, kemudian dia memeluk Ryui dan Zakuro yang ada di atasnya.
"Sekarang, aku sudah mengisi diriku dengan kekuatan Yun-oneechan hingga maksimal, ayo!"
"Ya, ya. Sudah, cepat lakukan."
"DARYAAaaa——"
Dipenuhi dengan semangat tempur, Myu mulai memutar mesin lotere. Semua orang menyaksikan dengan napas tertahan, dan bola pertama yang keluar adalah——
"——Putih!"
Begitu kami memastikan warnanya dengan papan yang ada di belakang stan lotere, kami menemukan bahwa itu adalah hadiah kesembilan, sebuah permen. Itu mirip dengan hadiah tisu yang ada di lotere dunia nyata.
"Mgrr! Sekali lagi!"
"Jangan terlalu bersemangat."
Meskipun aku memperingatkannya, dia memutar mesin itu dengan momentum besar lagi. Hadiah yang kedua dan ketiga adalah putih lagi, yang keempat adalah hitam—hadiah kedelapan—sebuah MP Potion.
"UGHhgrrr! Yang terakhir!"
"Myu-san, berjuanglah!"
"Tidak apa-apa, kau bisa melakukannya!"
"Memangnya kau bisa melakukan yang terbaik dalam lotere?"
Aku penasaran saat menyaksikan Myu mencoba yang kelima kalinya dalam lotere——
"——Ini bukan emas, ini kuning! Aku salah kira! Benar-benar membingungkan!"
"Tapi kuning adalah hadiah keempat, jadi tidak terlalu buruk, 'kan?"
Karena warnanya mirip, Myu salah mengiranya sebagai hadiah spesial dan merasa kecewa saat menyadari itu adalah warna kuning, tapi dia kembali seperti biasa saat itu juga.
"Hmm. Yah, ini lebih baik daripada rata-rata. Dilihat dari tingkat kemungkinan yang diperlihatkan di situ, kurasa aku memang mendapat berkah dewa dari Onee-chan…"
"Myu, karena kau sudah selesai, kau harus mengambil itemnya."
"Ha?‼ Oh, iya!"
Myu segera menjauh dari mesin lotere dan menerima item dari Hobgoblin stan lotere. Hadiah kesembilan dan kedelapan sudah diputuskan sejak awal, tapi hadiah keempat memungkinkan pemenangnya untuk memilih dari beberapa jenis item yang ada, jadi sementara Myu berpikir keras tentang item mana yang diambil, Lucato dan yang lain mulai berbaris.
"Jadi…kenapa berdoa padaku?"
"Eh? Um, Myu-chan mendapatkan hadian yang memiliki tingkat kemungkinan 3%, jadi aku ingin menerima sedikit berkah dewa juga."
"Aku tidak mengira Myu-chan akan mendapatkan hadiah keempat, kau tahu. Hal semacam ini benar-benar memiliki tingkat kemungkinan yang rendah, jadi aku ingin meningkatkannya meskipun hanya sedikit."
"…dan aku, um, bagaimanapun juga…"
Lucato tersenyum simpul, Hino tertawa seakan menutupi sesuatu dan Toutobi mengalihkan tatapannya. Aku menatapi mereka lekat-lekat untuk sesaat, tapi kemudian "ya ampun" aku menghela napas dan memaafkan mereka seperti biasa.
"Fufufu, untuk mendapatkan berkah dewa dari Yun-san memenuhi seluruh tubuhku, hanya sebuah pelukan tidak akan cukup."
"Ayo siniiii, Rirei. Mulai putar loterenya. Jangan gangguin Yun-san."
Saat Rirei  mulai mengulurkan tangannya ke arahku dengan mencurigakan, Kohaku menyeretnya menjauh ke depan mesin lotere.
Dan, hasil dari kelima orang itu memutar mesin lotere satu demi satu, semua kebanyakan mendapatkan hadiah kesembilan, kedelapan, dan ketujuh. Kohaku mendapat hadiah keenam dan Rirei yang kelima.
"Apa? Hadiah keenam membolehkanmu milih satu dari tiga jenis tiket? Eww, nyebelin banget. Kalau kayak gitu sih, hadiah kedelapan masih lebih mendingan."
"Kohaku, kalau kau harus memilih, bukannya yang paling bagus adalah mengambil tiket dengan tingkat jatuh terendah---tiket arena? Yah, aku bahkan tidak tahu apa yang bisa dilakukan Hobgoblin's Silver Coin hadiah kelimaku."
Berkata begitu, Rirei terus-menerus melempar-tangkap koin perak yang berukir Hobgoblin.
Sepertinya itu satu koin acak yang didapat dari beberapa jenis koin.
Secara pribadi, aku merasa ingin mengumpulkan semua jenisnya dan menaruhnya di rak sebagai hiasan, jadi aku agak iri.
"Jadi, Myu. Bagaimana?"
"Hoeh? Aphaa?"
"Kau langsung menjilati permennya…ngomong-ngomong, apa yang kau dapatkan sebagai hadiah keempat?"
Untuk menjawab pertanyaanku, Myu menaruh permen di mulutnya dan menghancurkannya menjadi berkeping-keping dengan giginya.
"Kau harus memilih dari tiga jenis material! Aku memilih material yang disebut Cyclops' Tatara[1] Tamagahane Itu sedikit lebih langka dibanding yang biasa."
Berkata begitu, dia menunjukkan padaku seonggok logam dengan lubang-lubang kecil seakan-akan itu meletup keluar dari permukaannya.
Material lainnya adalah Fire-Rat's Leather Robe[2] dan Jewelled Branch of Hōrai[3]. Itu adalah material yang hanya bisa didapatkan di sini.
"Ayo, Onee-chan, kau yang terakhir! Kau harus mendapatkan yang lebih baik daripada yang lainnya!"
"Jangan sembarangan ngomong!"
Dengan punggung yang didorong Myu, aku berdiri di depan mesin lotere. Aku menyerahkan dua belas tiket lotere pada Hobgoblin penjaga stan di depanku, dan saat aku akan memutar pegangannya, Ryui dan Zakuro berdiri di sampingku.
"…mau mencoba masing-masing satu?"
Ryui dan Zakuro sama-sama mengangguk di saat yang sama. Kuputuskan untuk membiarkan mereka berdua melakukannya lebih dulu. Tetap saja, karena sepertinya Zakuro tidak bisa memutar pegangannya dengan tubuhnya yang kecil, aku memeluknya dan memposisikan dia untuk memutar pegangan dengan kakinya.
Kemudian, saat aku perlahan menurunkan kakinya, mesin lotere segi delapan itu mulai berputar dan segera bolanya keluar dengan suara berderak.
"Putih, ya. Gagal…berikutnya, Ryui…eh, kau juga…"
Ryui menekankan tanduk yang dia banggakan ke pegangan itu untuk memutarnya, tapi benda itu segera mengeluarkan sebuah bola putih. Tetap saja, mereka berdua kelihatannya puas. Ryui dan Zakuro menerima permen hadiah kesembilan dari Hobgoblin dan segera memasukkannya ke mulut mereka dan mulai berjuang menjilatinya.
"Dasar, selera makan kalian adalah prioritas, ya. Jadi, tinggal dua."
Aku punya dua tiket lotere lagi. Aku tidak akan mendapatkan apapun lagipula, pikirku saat memutar pegangannya.
*klatter* *klatter* *klatter*. Aku mendengarkan bola-bola saling berantuk di dalam mesin lotere dan tanpa berharap, aku melihat bola yang keluar.
"Umm, warnanya…biru, ya."
Begitu aku bergumam demikian, Hobgoblin stan itu mengulas senyum di wajahnya yang kasar dan menggoyangkan sebuah bell besi.
*di-ding* *di-ding* Tubuhku berjengit karena suara bell itu. Terlebih lagi, semua orang di sekeliling melihat ke arahku karena terkejut, membuatku merasa malu.
"Mgrrr, kau mendapat hadiah ketiga! Aku benar-benar iri!"
"Hadiah ketiga adalah Precious Magic Crystal. Deskripsinya efek tambahan dari hadiah itu tertulis di situ."
Saat aku berbalik menanggapi suara Myu dan Lucato, aku melihat semua orang memandang ke arahku dengan tatapan iri. Karena aku merasa sedikit tidak nyaman, aku memutar roda mesin tersebut untuk keempat kalinya. Tidak mungkin, apa dia akan mendapatkan hadiah bagus lainnya? Orang-orang di sekitar anehnya memperhatikanku, sehingga aku merasa lega saat bola putih yang muncul.
Dan, hadiah ketiga yang kuterima dari Hobgoblin itu adalah sebuah bola kristal yang berulang kali berkedap-kedip warna merah seakan-akan benda itu penuh dengan lava.
Efek tambahan dari material penguat Precious Magic Crystal adalah Magic Increase (small). Itu adalah versi lain dari efek Sense Magic Increase, efek yang meningkatkan stas tipe sihir.
"Bagus, benar-benar bagus. Itu adalah material langka. Onee-chan, aku sangat iri."
"Kau mendapatkan material langka juga, Myu."
"Paling-paling aku hanya bisa membuat sebuah pisau kecil dengan ini! Untuk membuat pedang satu tangan, aku perlu dua!"
"Kalau begitu, masih banyak yang harus kau lakukan."
Aku bergumam dan menyimpan hadiah ketiga material penguat Precious Magic Crystaldi inventory.
Memikirkan bahwa mungkin bagus menggunakan material penguat itu pada aksesoris hadiah untuk Sei-nee atau Myu, aku memasukkan permen hadiah kesembilan ke mulutku; teksturnya yang kasar dan rasa manis yang lembut menyebar di dalamnya.
Saat aku berbalik ke arah Lucato dan yang lainnya setelah menyelesaikan empat percobaan lotereku, "jadi berkah dewa memang ada", seseorang berkata begitu dan aku disembah semua orang.
Dan, aku mau melakukannya lagi! Myu meninggikan suarnya, mengumpulkan tiket ekstra dari semua orang dan memutuskan untuk melakukan lotere lagi.
Aku menyerah dua tiketku pada Myu, dan saat dijumlah semuanya untuk tiga kali percobaan. Diputuskan bahwa Myu, Rirei dan Kohaku yang beruntung sebelumnya akan mencoba masing-masing satu kali.
"Baaaiklaaah, kali ini ayo capai yang lebih tinggi!"
"Kayaknya nggak bakalan semudah itu, tapi ya sudahlah. Kalau kita menang, kita untung."
"Kata Kohaku, tapi dia diam-diam mengharapkan hadiah yang bagus. Fufufu."
"Rirei, jangan ngasih narasi yang aneh-aneh!"
Karena sepertinya permainan lotere mereka akan makan waktu, aku bergerak menjauh dan menyaksikan mereka bertiga dari kejauhan, saat itulah Lucato berbicara padaku.
"Apa tidak apa-apa? Menyerahkan kedua tiket itu maksudku. Tinggal satu lembar dan kau bisa mencobanya lagi."
"Aku sama sekali tidak keberatan. Maksudku, aku tidak bisa berbuat apa-apa hanya dengan dua lembar dan aku akan melupakannya juga nantinya."
Saat aku berkata begitu dan melambaikan tangan, aku merasa seseorang berdiri di belakangku dan berbalik.
"Yah, bukankah ini cukup membuat iri? Kalau saja kami datang lebih awal, mungkin kami akan dapat juga."
"Mikadzuchi dan Sei-nee."
Setelah berbalik, aku melihat Mikadzuchi dan Sei-nee.
"Kami mendengar suara bel barusan. Sepertinya kau mendapatkan hadiah ketiga, Nona. Kau mendapatkan item terbaik dari semua yang memiliki kemungkinan yang realistis, benar-benar keberuntungan yang luar biasa. Nah sekarang, ayo gunakan tiket-tiket lotere yang kita kumpulkan!"
Saat Mikadzuchi menjatuhkan sekumpulan tiket lotere di depan Hobgoblin stan lotere, makhluk itu mulai menghitung jumlah tiketnya dengan buru-buru.
"Kau tidak akan mencobanya, Sei-nee?"
"Aku, um, tidak punya keberuntungan. Karena hanya permen yang akan kudapatkan, aku memberikan semua tiketku pada Mikadzuchi."
Berkata begitu, Sei-nee membuat raut wajah sedih.
Tidak, dia bukannya tidak punya keberuntungan. Dia hanya tidak mendapatkan apa yang sebenarnya dia inginkan. Kau sebenarnya mendapatkan banyak barang langka, 'kan, aku menyemangatinya dalam hati.
"Tidak masalah. Setengah dari tiket lotere Mikadzuchi adalah milikku. Kami memutuskan bahwa semua selain yang Mikadzuchi mau akan dibagikan."
"Jadi, yang Mikadzuchi inginkan adalah——"
Menyadari suasana stan lotere yang berubah, aku berbalik dan melihat si Hobgoblin telah selesai menghitung tiketnya. Mikadzuchi mencengkeram pegangan mesin lotere untuk memutarnya.
Ekspresinya berubah menjadi serius dan aku hampir bisa melihat aura yang muncul dari punggungnya.
Dan, Mikadzuchi mulai memutar pegangan dengan semangat tempur luar biasa.
"——Tujuannya adalah, hadiah ketujuh! Datanglah!"
Cita-citanya cukup rendah, pikirku saat menyaksikan mesin lotere yang memuntahkan bola-bola.
Penampilan Mikadzuchi benar-benar bisa dibilang seperti sesosok setan yang melalui banyak pencobaan.
Aku akan terus memutarnya sampai aku mendapatkan item yang kumau, atmosfir seperti itulah yang dia pancarkan. Ada perbedaan jenis ketegangan dibandingkan dengan kemeriahan lotere.
Dan, begitu Mikadzuchi selesai mencoba tiket miliknya sendiri dan Sei-nee, hasilnya adalah——
"Lima hadiah ketujuh dari tiga puluh tiga kesempatan, ya. Yah, lumayan kurasa? Tapi, ternyata bagus juga aku mendapatkan beberapa tiket arena dari hadiah keenam karena kita tidak mengumpulkan terlalu banyak tiket itu."
Mikadzuchi berkata dan memegang kantung penuh permen, delapan hadiah MP Potion, beberapa koin hadiah kelima dan juga dua material crafting hadiah keempat, lalu kembali ke tempat Sei-nee berada.
"Ini, Sei. Ambil ini semua."
"Eh? Tidak apa-apa? Bukannya kita membaginya jadi dua?"
"Tidak apa-apa. Juga, kau mau ini, 'kan? Hadiah keempat, Jewelled Branch of Hōrai."
"Yup. Tapi dua tidak cukup untuk membuat sebuah staff. Aku perlu satu lagi untuk membuatnya…yah, aku akan coba memenangkan loterenya sendiri nanti."
Mikadzuchi menyerahkan sebagian besar item yang dia dapatkan pada Sei-nee dan setelah menyingkirkan beban tersebut, dia menoleh padaku.
"Nah, baguslah Nona ada di sini. Ayo pergi ke suatu tempat dan berbicara sedikit."
"Um, dikatakan 'ayo bicara sedikit' oleh Mikadzuchi rasanya cukup mengerikan…apa yang kau inginkan dariku?"
Terlebih lagi, dia mengatakannya dengan seulas senyuman untuk tidak membuatku terlalu cemas, tapi bagiku, dia terlihat seperti seekor singa yang memamerkan taring-taringnya.
Merasakan bahaya, aku mundur selangkah.
"Tidak perlu merasa takut begitu, 'kan? Kau jadi membuatku ingin sedikit menjahilimu."
"Hiih!"
Untuk sesaat, dia memperlihatkan senyum jahat, membuatku menjerit.
Dan, sebuah suara yang menghancurkan situasi ini terdengar dari belakangku.
"Mikadzuchi-san! Tunggu duluuuuuu!"
Myu datang dan seakan sedang menangkapku, dia merangkul lengan kananku. Meskipun biasanya aku menegurnya, kali ini aku merasa lega dengan caranya mengacaukan suasana di sini.
"Yun-oneechan saat ini milik kami. Tidak boleh membawanya pergi tanpa ijin!"
"Myu, aku bukan milik siapa-siapa!"
Memelukku lebih erat, aku tidak menyerahkannya, dia mengekspresikan dengan seluruh tubuhnya, tapi…
"Ohh, aku ada satu tiket ekstra untuk area yang tidak kubutuhkan setelah menukarnyaa dengan tiket lotere tadi. Aku sudah punya sepuluh tiket untuk menantang arena. Bagaimana ya, apa yang harus kulakukan dengan satu tiket ini?"
Melihat Mikadzuchi mengibas-ngibaskan secarik kertas merah di antara jemarinya, Myu mendorong punggungku dan berjalan ke arah Mikadzuchi.
"Ya, sini! Silakan ambil Onee-chan! Dan lakukan yang kau mau dengan dia!"
"Cepat sekali! Sebentar! Aku dibeli?!"
Saat itulah, ketika Mikadzuchi merangkul bahuku supaya aku tidak kabur, tubuhku menjadi tegang karena gugup. Sei-nee mengerutkan alisnya, berkata "maaf" dan bersama dengan Myu serta yang lain, kami diarahkan ke café kue-kue Jepang.
"Nona, Myu-chan dan yang semuanya, pesan apapun yang kalian suka! Aku akan membayarnya dengan voucher hadiahku!"
"Yaay! Mikadzuchi-san, kau murah hati sekali[4]!"
"Myu-san, kata-kata seperti itu tidak sopan ditujukan pada seorang wanita."
Lucato berbisik diam-diam pada Myu, tapi Mikadzuchi tertawa dan berkata "aku mendengarnya", membuat party Myu jadi salah tingkah dan kemudian tertawa kering.
Untuk menghilangkan suasana yang aneh itu, kami memesan kue kami dan aku duduk berhadapan dengan Mikadzuchi dan Sei-nee. Aku mempersiapkan diriku, bertanya-tanya masalah seperti apa yang akan terjadi padaku.
"Jangan waspada begitu. Aku hanya ingin mengajukan permintaan pada Nona sebagai seorang perajin."
"Kalau kau ingin memintaku melakukan sesuatu, maka berhentilah memanggilku 'nona'. Jadi, apa yang kau ingin aku lakukan?"
Mikadzuchi menaruh sebuah item tertentu di atas meja. Itu adalah item yang dia dapatkan di lotere barusan.
"——Hadiah ketujuh stan lotere, Yellow Potion. Aku ingin kau membuat ini, dan juga dalam beberapa hari."
  


[1] Tatara adalah tungku tanah liat tradisional Jepang yang digunakan untuk membuat Tamahagane, baja tradisional Jepang berkualitas tinggi.
[2] Referensi dari jubah mitos dari tikus api Tiongkok dalam kisah Putri Kaguya/Si Penebang Bambu
[3] Dahan pohon permata dari pulau mitos Hōrai dalam kisah Putri Kaguya/Si Penebang Bambu
[4] Makna ganda yang agak sulit diterjemahkan. "太っ腹" secara literal artinya "murah hati" atau "mewah", tapi kanjinya sendiri jika dipisah-pisah …"" bisa berarti "gemuk" and "" berarti "perut". Yah, mengerti 'kan? Karena itulah jangan gunakan frasa ini pada wanita. Kecuali kau tidak sayang nyawamu sendiri.