YAMADA-KUN DAN UTANO-SAN
(Translator : Theten)

Siapa yang menangis itu ?
Dikarenakan sebagian besar bagian istana yang kemungkinan terbuat dari batu telah hancur, langit-langitnya telah menghilang dan langit menjadi terlihat. Langit berwarna biru cerah dan matahari bersinar terang. Seiring dengan angin yang indah, itu seharusnya membuat seseorang merasa nyaman tetapi itu hanya membuat ku merasa lebih jengkel sekarang.
Suara pedang saling berbenturan, sihir meledak, tempat di sekitarnya dihancurkan, teriakan monster-monster sialan itu, suara putus asa teman-teman ku, dan suara tepat di samping ku yang memanggil ku—— semuanya terasa menjengkelkan.
Aku tidak akan bisa mendengarnya, seperti ini.
Kata-kata terakhirnya.
Suara dari _____, yang menghilang tepat di pelukanku.
"Maaf."
Ketika aku mengatakan itu, gadis di lengan ku tertawa seolah-olah bermasalah. Meskipun darah merah mengalir keluar dari tubuhnya karena ditebas oleh Dewa Iblis Kegelapan (Dark Demon God). Meskipun begitu, dia tertawa. Sehingga ekspresinya yang terakhir bukanlah tangisan atau kesakitan —– melainkan sebuah senyuman.
Sangat menyakitkan untuk melihatnya seperti ini sehingga aku lebih mengeratkan lengan ku untuk memeluknya.
Tetapi meskipun demikian, seolah-olah teman ku tidak dapat melihatnya yang berada dipelukan ku, mereka mengguncang bahu ku. Memanggil nama ku dengan suara keras.
"Meskipun aku bilang aku akan melindungimu. Meskipun —– aku berjanji padamu. ”
Sekali lagi, gadis itu tertawa. Kali ini, sambil tersenyum, dia menggelengkan kepalanya.
Rambut keemasannya berayun, dan matanya yang berwarna hijau giok menjadi lebih lembut. Ekspresi yang dia tunjukkan sesekali begitu indah sehingga jika bukan karena dia bersimbah darah tepat di tanganku, seseorang akan benar-benar jatuh cinta padanya.
Tetapi bahkan darah yang berwarna merah, sumber dari  kehidupan, hanya membuatnya tampak lebih cantik.
Saat aku dengan lembut membelai pipinya, bibirnya bergerak sedikit. Tetapi aku tidak mendengar kata-kata. Hanya saja, bibirnya bergerak.
Aah, kenapa aku selalu seperti ini? Tidak dapat melindungi mereka yang benar-benar ingin aku lindungi. Selalu dilindungi oleh orang lain, Pahlawan terlemah. Sebuah kegagalan yang tidak bisa menggunakan kekuatannya sendiri dengan benar. Mengapa? Mengapa? Mengapa? —— Kenapa aku meminta kekuatan semacam ini? Jika itu membuatku semenyedihkan ini, jika itu membuatku tersakiti seperti ini …….
"—–"
Dalam ingatan, sebuah suara mengganggu kata-katanya. Aku tidak bisa mengingatnya. Kata-kata terakhirnya.
Sihir yang luar biasa mengguncang dunia. Tebasan dari The Brave dan pengguna Demonic Sword, semburan dari Naga Kuno, serangan dari Raja Iblis; mengubah istana Dewa Iblis menjadi puing-puing.
Setiap orang berjuang dengan keras, bekerja sama. Mereka berusaha mengalahkan musuh dunia. Bahkan saat itu aku, orang yang memegang senjata untuk mengalahkan musuh, tidak memegang senjata itu, melainkan memegang dia.
Aku memegang tangannya yang kecil, lembut, ternoda oleh darah, dan hangat.Meskipun ini bukan pertama kalinya aku melakukannya, rasanya seperti itu.
Rasanya seolah itu bukan tangan ____ lagi, dan seolah tidak melupakan sensasi itu, aku meletakkannya di dekat pipiku.
"Kamu akan kotor."
"Aku tidak peduli. Lagi pula Itu darahmu. "
"...... Seperti biasa, kamu benar-benar bodoh."
Ya itu benar. aku bodoh. Benar-benar bodoh. Seorang idiot yang tidak bisa melindungi apa pun yang dia inginkan. Dan bahkan pada saat itu, aku masih berharap untuk melindunginya ……… orang bodoh yang merasa putus asa karena tidak bisa menebusnya.
Dan dia berkata _______ kepada ku. Karena aku seperti ini, dia berkata _______  kepada ku. Itu sebabnya aku bersumpah bahwa aku tidak akan mengubah jalan hidup ku.
Yang pertama mendengarnya bukan teman-temanku, bukan dunia, bukan pula dewa iblis.  Tetapi yang pertama mendengarnya adalah gadis ini, gadis yang berada di depanku.
Dan, gadis itu menatapku sambil tersenyum.
"Jangan menangis."
Mendengar suaranya, aku akhirnya menyadari siapa yang menangis.
Itu aku. aku adalah orang yang menangis.
"...... Jangan menangis, bodoh."

T/n: oh man, that’s hurt, my heart is broken. Perih cuk.
Meskipun dia akan mati, suara _______  terdengar lembut dan hangat seperti biasa. Tangannya yang memegang ku mulai kehilangan kekuatan, jadi aku menaruh lebih banyak kekuatan di tangan ku dan memegangnya dengan lebih erat. Meskipun aku memeluknya erat-erat hingga seharusnya terasa menyakitkan, jangankan menangis kesakitan, ________bahkan tidak menunjukkan perubahan dalam ekspresinya.
Dia hanya, terus menatapku sambil tersenyum.
"Daripada wajahmu yang menangis .........aku lebih suka wajah tersenyummu."
Dia tertawa. Dengan senyum, senyum yang kucintai, dia mengatakan itu kepadaku.
Sampai akhir, dengan senyum. Dengan senyum yang mempesona, senyum yang terasa menyakitkan untuk dilihat,.
"Itu sebabnya, jangan menangis."
Itulah kenapa, aku membuat janji.
.
.
.
Ketika aku membuka mata, langit-langit yang familier memasuki pandangan ku. Sebuah lampu gantung megah tergantung di langit-langit kayu. Menggerakkan kepalaku untuk melihat ke samping, tirai tebal yang sangat mahal tergantung di jendela kaca.
Api sepertinya menyala di perapian karena ruangan itu sangat hangat. Dilihat oleh tetesan air yang terbentuk di jendela, itu seharusnya cukup dingin di luar sana.
Melihat kembali ke langit-langit lagi, aku menghela nafas.
"Ermenhilde?"
Aku memanggil tetapi tidak ada jawaban. Dia tidak ada disampingku dan itu membuatku menghela nafas lagi.
Aku cukup yakin aku mengetahui dimana aku saat ini. Tempat ini - ruangan ini adalah ruagan yang telah diberikan kepadaku. Setelah dipanggil di dunia ini, aku tinggal di ruangan ini sementara aku belajar lebih banyak tentang dunia ini. Baik itu penempatan furnitur atau pemandangan dari jendela, keduanya terasa nostalgia. Ketika rasa tegang ku mulai pergi, aku kembali beristirahat ke tempat tidur.
Tapi, aku tidak mengerti bagaimana aku bisa ada di sini. Setelah pertempuran di hutan itu …… apa yang terjadi dengan Tengkorak menyebalkan itu?
"—–"
Ketika aku mencoba untuk bangun, rasa sakit menjalari lengan kanan ku. Aku melihat dan menyadari tangan kanan ku telah dibalut. Benar juga, aku cukup banyak menerima serangan dari Tengkorak sialan itu.
Setelah itu, setelah bertemu dengan Aya dan yang lainnya —— Aku tidak mengingat apapun. Aku pasti pingsan sepanjang waktu. Seingat ku kondisi tubuhku semakin memburuk setelah lengan kananku terluka. Aku pasti terkena racun pada saat itu. Dan dikarenakan racun itulah tubuhku menjadi terasa sangat lamban. Bahkan bergerak sedikit pun terasa menyakitkan.
Setelah mengecek kembali tubuh ku, aku merasa kagum bahwa aku bisa selamat dari itu semua. Jangankan Ms. Francesca, bahkan Aya atau Feirona tidak bisa menggunakan sihir detoksifikasi. Tampaknya kamu tidak akan bisa mendetoksifikasi racun jika kamu tidak memahami komposisinya dengan sempurna. Tidak peduli seberapa jeniusnya Aya, dia masih berusia 18 tahun. Di atas itu, di dunia seperti ini di mana sains sangat kurang berkembang, tidak mungkin mereka bisa belajar tentang racun dan komposisinya. Penawar racun dari keturunan Dewa Iblis juga tidak akan didapatkan dengan mudah. Tentu saja, tidak seperti di game, dunia ini tidak memiliki penangkal untuk semua jenis racun.
Dengan demikian, Selain Yayoi-chan, hanya ada satu orang lagi yang memiliki kemampuan di seluruh dunia ini untuk menetralkan racun Dewa Iblis. Jika ini benar-benar Kastil Kerajaan Imnesia seperti yang kupikirkan, maka aku pasti telah disembuhkan oleh Penyihir Ibu Kota.
"*menguap*.."
Ketika aku terus memikirkan hal-hal seperti itu, aku menguap sambil merasa mengantuk. Apakah tubuh ku masih lelah atau apakah aku hanya ketiduran sehingga aku masih ingin tidur? Aku  bahkan tidak tahu situasi saat ini, tetapi karena aku terbangun di tempat ini itu berarti ini tidak dalam keadaan darurat. Ketika aku mencoba untuk tetap terjaga disaat aku masih merasa mengantuk, akhirnya aku menyadari bahwa ada orang lain di ruangan ini.
Orang berambut hitam itu sedang tidur sambil duduk di kursi dan menggunakan tangannya  sebagai bantal di atas meja di depannya. Aku bisa dengan mudah mengenali wajah itu.
"Oi, Aya."
Aku memanggilnya tetapi tidak ada jawaban. Dia pasti sedang tidur nyenyak. Tidur dalam pose itu akan membuat tubuhnya sakit nantinya, kurasa.
Setelah mencoba memanggilnya beberapa kali lagi, aku menyerah untuk membangunkannya. Yah, kamarnya terasa hangat, setidaknya dia tidak akan masuk angin.Meskipun aku merasa aku akan dimarahi karena melihat wajahnya yang tidur nanti. Yah, aku akan menghadapinya nanti. Karena tidak punya hal lain untuk dilihat, aku memutuskan untuk mengamati wajah tidurnya. Karena dia selalu bersikap tegang dan bermartabat, momen seperti itu sangat berharga. aku akan menggodanya nanti.
Kelopak matanya dan bahunya yang kecil bergerak saat dia bernapas.Ekspresinya juga lebih lembut sesuai dengan usianya. Ekspresinya yang biasa juga cocok untuknya tetapi ekspresinya saat ini memiliki pesona tersendiri. Dia dipanggil siswa berprestasi di akademi tapi aku ingin tahu apakah dia tidur saat di kelas atau tidak. Aku bertanya-tanya berapa banyak anak laki-laki yang melihat wajahnya seperti ini.
Setelah bosan memandangi wajahnya, aku kembali melihat ke arah jendela. Entah bagaimana cara mengatakannya, tapi aku sudah terbiasa melihatnya tidur seperti ini. Lagipula dia selalu tertidur di dekatku ketika kami berpetualang.
Karena tubuhku masih sakit saat digerakkan, aku haya akan bermalas-malasan seperti ini.
“…….”
Ibukota kerajaan Imnesia. Terletak di pusat benua, itu adalah kota terbesar.Dengan 4 kota besar di setiap arah, ini adalah ibukota tempat tinggal raja.
Dari hutan jiwa yang membusuk (Forest Of Rotting Soul) , di mana ingatanku berakhir, seharusnya membutuhkan waktu 5 hari bahkan dengan kuda untuk sampai ke sini. Sungguh menakjubkan aku berhasil bertahan selama perjalanan yang panjang itu saat terkena racun.
Tiba-tiba, pintu diketuk. Tanpa menunggu jawaban, pintu terbuka dan wajah seorang wanita yang familiar mengintip ke dalam.
"Ah, jadi kamu sudah bangun."
Seolah-olah dia kesini hanya untuk mengobrol, dia berbicara. Kau tahu, Aku seorang pria yang terluka di sini yang pingsan karena luka ditubuhku. Nah, jika aku mengatakan itu, itu tidak akan berakhir dengan baik bagi ku, bahkan aku mungkin akan dimarahi karena membuat Aya dan yang lain khawatir atau sesuatu seperti itu.
Entah bagaimana, aku tidak pernah bisa menang ketika berdebat dengannya. Aku telah kalah berulang kali sehingga secara sadar aku merasa bahwa aku akan kalah dalam argumen.
Sambil bermain dengan rambut kuning muda yang terkulai dari bahunya, dia perlahan-lahan menutup pintu. Untuk memastikan bahwa Aya tidak bangun, aku bahkan tidak mendengar suara apapun. Dia benar-benar terampil.
Dia mengenakan jubbah seperti penyihir dan kacamata, yang jarang di dunia ini. Matanya yang sedikit kemerahan menunjukkan keinginan kuat menatap langsung ke arahku tanpa keraguan. Aku cukup yakin aku bukan satu-satunya yang menganggap tatapannya menakutkan. Ketika dia berjalan di atas karpet tanpa membuat suara pun, dia benar-benar memancarkan aura seorang Penyihir yang terlihat di legenda dan dongeng. Meskipun, sekali lagi, aku benar-benar menyadari apa yang menungguku jika aku mengatakan itu dengan lantang.
Karena aneh untuk tetap berbaring seperti ini, aku mencoba bangkit ketika tatapannya tampak sedikit lebih hangat. Apakah dia mengkhawatirkan ku?
Aku pikir mungkin saja. Pandangan dan kehadirannya menakutkan tetapi aku tahu bahwa wanita ini tidak terlalu dingin. Dia pasti mengkhawatirkan ku, ku rasa. Tapi yah, fakta bahwa dia ada di sini berarti deduksi ku tidak salah. Dan akhirnya aku menghela nafas lagi.
"Jadi kita benar-benar berada di Kastil Imnesia?"
"Ya. Kamu dibawa dengan luka yang luar biasa, Yamada-kun. ”
Sambil mengatakan itu, sang penyihir ibukota sedikit membelai rambut Aya yang sedang tidur.
—–Utano-san.
Jari Utano-san pasti terasa nyaman sehingga ekspresi tidur Aya terasa lebih lembut. Mereka lebih terlihat seperti keluarga sehingga itu membuatku senang. Dan, meskipun mudah dimengerti, Aya memang memiliki kasih sayang pada Utano-san seperti dia adalah ibunya. Setiap kali dia mengalami kesulitan, dia akan pergi ke Utano-san juga. Aku pikir dia melakukannya bahkan sampai sekarang. Jujur saja aku merasa sedikit iri dengan hubungan mereka.
Setelah menyadari tatapanku, Utano-san menatapku dengan tatapan menggoda.
"Jika kamu melihat wajah tidur seorang gadis dengan sangat serius, kamu akan dianggap sebagai seseorang yang cabul, tahu?"
"Kasar sekali. Aku tidak melihatnya dengan serius. "
“Fufu. Tidak peduli apa yang dipikirkan Yamada-kun, gadis ini tidak akan mempermasalahkannya. ”
Ketika dia terus membelai rambut Aya, tangannya kemudian mencapai pipi Aya. Seperti menggelitikinya, Aya mulai menyembunyikan wajahnya.  Seolah-olah dia adalah kucing.
“Lagipula, seseorang yang istimewa bagi dirinya melihat wajah tidurnya. Itu sangat berharga, kau tahu. ”(Utano)
"………"
Aku hanya bisa mengalihkan tatapanku dari Utano-san yang mengatakan itu.
Aku juga bisa memprediksi apa yang akan dia katakan selanjutnya. Itu sebabnya aku mengalihkan pandangan ku untuk melihat keluar jendela. Ahh, di mana Ermenhilde?
"Jaga mereka dengan baik." (Utano)
“Tentu saja, dengan cara ku sendiri. ”
Tatapannya yang dingin dan tajam menusuk ke arahku. Tapi tetap saja aku masih takut.
Sangat tidak jelas apa yang aku dan Aya inginkan satu sama lain. Jika aku mencoba merubahnya, aku hanya akan gagal. Mungkin.
"Sepertinya bahkan setelah setahun, ketidakmampuanmu tidak berubah sama sekali." (Utano)
“…… ..kasar sekali. Aku tidak berusaha menjadi tidak kompeten, tahu? ”
"Jika itu aku, aku akan mengambil pendekatan lansung."
"Yah,karena memang seperti itulah dirimu."
Aku, tidak seperti mu, tidak cukup kuat untuk percaya pada diriku sendiri.Aya adalah …… Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan.
Mengambil pendekatan lansung dan kemudian gagal total, itu sama sekali tidak lucu.  Nah, itu tidak lebih dari sebuah  alasan. Sebenarnya, itu persis seperti yang Utano-san katakan bahwa aku tidak kompeten. Aku mengetahui bagaimana perasaan Aya terhadap ku. Tapi, aku masih menghindarinya.
Jika Aya tidak tahu apa yang dia cari dariku, maka kita hanya perlu mencarinya bersama. Dia masih berusia 18 tahun, dia baru berusia 16 tahun ketika dia memiliki perasaan itu. Salah rasanya untuk meminta jawaban tentang hal itu dari anak sperti dirinya. Tapi tetap saja aku melakukannya.Dan aku juga dimanjakan olehnya. Meskipun jawabanku ……… sudah muncul dari setahun yang lalu.
"Dia menangis setelah kau pingsan, kau tahu?" (Utano)
"Aku mengerti."
"Untuk membuat seorang gadis menangis. Kamu yang terburuk. ”
"Aku tahu."
Ketika aku mengangkat bahu, dia menghela nafas.
Apakah aku yang terburuk karena aku begitu lemah atau karena aku masih belum menerima Aya? Mungkin keduanya. Ya, jelas sekali aku tidak kompeten. Menerima serangan dari orang lain selain dari Ermenhilde, aku menundukkan kepalaku karena malu.
“Dan, aku juga ——–“ (Utano)
"Hm?"
Kata-katanya selanjutnya diucapkan dengan suara kecil sehingga aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas.
Aku menatapnya sehingga dia bisa mengulanginya, tetapi dia hanya menatapku dengan mata dingin sang Penyihir yang hebat.
"Jadi aku dengar kamu mengamuk di hutan jiwa yang membusuk?" (Utano)
"Tidak, yang kulakukan hanya berlari menghindar dari monster. Aya lah yang menyelesaikan semuanya. ”
"Apa-apaan itu? Itu benar-benar berbeda dari apa yang ku dengar. "
Rupanya dia tidak akan mengulangi apa yang dia katakan sebelumnya, jadi aku memutuskan untuk menjawab pertanyaan berikutnya.
Ketika aku melakukannya, dia tertawa sambil menyembunyikan mulutnya.Sikap itu sangat feminin, dalam arti yang sama sekali berbeda dari Aya atau Miss Francesca. Dia kalah dari keduanya di bagian dada tapi dia jelas sekali seseorang yang sudah dewasa.
"Tapi itulah kenyataannya." (Renji)
“Mungin seperti itu bagimu tapi sepertinya berbeda untuk Aya. Yah, orang memang mengagungkan setiap tindakan orang yang mereka sukai. ”
"Sejak awal, Aya bahkan tidak ada di sana."
Aku ingat kerangka menyebalkan itu. Aya tidak ada disana tapi pasti Aya yang telah membunuhnya. Rangkaian serangan yang sangat kuat yang dia tembakkan dari bawah tanah telah menghancurkan setengah dari iblis itu.
Melihat serangan seperti itu benar-benar membuatku sadar sekali lagi betapa lemahnya aku ini. Dia cerdas, cantik, dan memiliki kepribadian yang baik juga.Satu-satunya keunggulanku dari  Aya hanyalah usia. Betapa menyedihkan hal itu.
“Lalu, meskipun begitu. Untuk anak ini, se spesial itulah dirimu. ”(Utano)
“Tapi itu sendiri juga merepotkan. Dan lagipula aku bukan orang yang spesial. ”
Sementara kami berbicara dengan suara rendah agar tidak membangunkan Aya, kami melihat wajahnya yang tidur lagi.
"Jadi, kenapa aku ada di sini?" (Renji)
"Kamu tidak ingat?"
"Sayangnya, aku tidak mengingat apapun setelah melawan iblis di hutan."
“Ya ampun. Sepertinya kau bahkan melewatkan wajah Aya yang menangis. ”
"Sejujurnya aku senang aku tidak melihatnya."
Jika aku melihat sesuatu seperti itu, hatiku akan dipenuhi rasa bersalah.
Wajah menangis adalah satu hal — yang benar-benar tidak ingin ku lihat. Tidak apa-apa jika mereka menangis bahagia. Tetapi aku tidak ingin melihat air mata kesedihan …… sama sekali.
“Lagipula aku juga seseorang yang cengeng. Jika aku melihat seseorang menangis, aku akan mulai menangis juga. "(Renji)
"Itu benar."
Sudah cukup, aku mengalihkan wajah untuk lari dari pandangannya.Kenapa hanya pada saat seperti itu dia menunjukkan ekspresi lembut? Aku benar-benar tidak pandai berurusan dengan Utano-san. Dia menyenangkan untuk diajak bicara, tapi aku merasa seolah-olah dia bisa melihat melalui pikiranku kadang-kadang.
"Yui membawamu ke sini dari hutan." (Utano)
"Yui-chan melakukannya?"
aku akhirnya bertanya lagi karena mendengar nama yang akrab didengar.
Yui-chan. Hiyuu Yui. Salah satu dari 13 orang yang dipanggil, sama seperti kita. Seorang gadis yang mampu menjinakkan monster. aku tidak tahu di mana dia terakhir kali tetapi apakah dia secara kebetulan berada di dekat hutan?
“Dia sebenarnya berada di benua Elfreim tapi rupanya Koutarou-kun membawanya ke sini. Dia telah melihat masa depan di mana sepertinya kamu akan mati. Kamu harus pastikan untuk berterima kasih pada mereka berdua. "(Utano)
Darima aku harus memulai semua ini? Aku sudah terkejut dengan nama Yui-chan dan Koutarou yang muncul dan sekarang kamu memberitahuku bahwa aku diprediksi akan mati? .......Koutarou sialan itu, jika dia melihat sesuatu seperti itu, katakan itu padaku langsung!
Yah, aku juga salah karena aku menyembunyikan dimana tempat tinggal ku.
Mengapa setiap kali dia melihat masa depan ku, aku akan mati? Apakah aku selemah itu? Aku rasa diriku sudah lebih kuat dari para petualang normal di dunia ini tapi apakah itu juga salah? Rasanya aku benar-benar ingin menangis sekarang.
Melihatku seperti itu, Utano-san mulai tertawa lagi. Aya tetap tidur seperti biasa.
“Yui-chan dan Koutarou …… apa kamu mencoba mengumpulkan semua orang di ibukota?” (Renji)
"Nah, sekarang.  Hal itu sudah dekat tetapi aku tidak punya niat melakukan itu"
Mengatakan bahwa 'dia' tidak memiliki niat untuk melakukan itu berarti bahwa orang lain berencana untuk melakukannya dari balik bayangan.
Misalnya, orang yang menciptakan dunia ini, atau mungkin hanya kerjaan nasib yang terkadang tidak masuk akal. Yah, orang itu bukan manusia melainkan dewi. Aku harap intuisi ku yang memberi tahu tentang masalah yang akan datang benar-benar salah . Segala sesuatu yang dia bawa ada dalam tingkat kesulitan yang berbeda. Selain itu, entah bagaimana, itu selalu membuatku khawatir. Apakah aku satu-satunya yang berpikir bahwa dia hanya bermain-main dengan ku saat ini?
Seakan-akan dia telah membaca pikiranku, Utano-san juga tersenyum geli.
"Kerja keras." (Utano)
"Aku menolak. Aku sudah bekerja keras untuk sepanjang hidupku pada hari itu di satu tahun yang lalu. "
“Itu tidak relevan. Dia seorang dewi, dan selalu menjadi tugasmu untuk menerima permintaannya. ”
Logika macam apa itu ?! Itu sungguh kacau. Aku harus berurusan dengan wanita itu seumur hidupku?
Mengabaikan aku yang menjatuhkan bahu dengan kecewa, Utano-san berdiri.
“Tapi yang pasti, sepertinya semua orang berkumpul bersama. Seolah-olah semacam takdir yang bekerja padanya. ”(Utano)
"Oh aku mohon jagan lagi. Dewa iblis sudah mati. Hal yang paling menyusahkan telah hilang ....... aku hanya tidak ingin betarung lagi. ”
"aku setuju. Aku juga memiliki banyak hal yang harus ku lakukan di negara ini. "
Nada suaranya, bahkan lebih dalam dari sebelumnya ketika dia mengucapkan kata-kata terakhir itu. Dia pasti merasa tertekan saat memikirkan semua pekerjaan yang dia miliki.
Itu tidak terlalu terlihat  pada ekspresi biasanya tetapi, hanya pada saat-saat seperti ini dia mudah dimengerti.
“....... kamu sepertinya juga bekerja keras, dengan segala macam urusan.” (Renji)
"Ya, itu semua berkat seseorang yang dengan cepat menghilang entah kemana."
Aku memutuskan untuk mengabaikan itu dan melihat wajah Aya yang tertidur.
Aku benar-benar merasa menyesal tentang hal itu. Karena melarikan diri dari semua masalah, dari Aya dan karena menyembunyikan diriku teman-temanku yang lain ...... dan menyerahkan segalanya pada Utano-san.
Tetapi meskipun begitu, Utano-san tidak pernah dengan serius menyalahkan ku untuk apa yang terjadi dan masih berbicara kepada ku seperti sebelumnya. Aku ingin tahu apakah wanita ini tahu betapa bahagianya itu buatku. Meskipun aku tidak dalam posisi untuk membantahnya tidak peduli apa yang dia katakan padaku.
“Fufu, untuk saat ini, pertama-tama pulihkan lukamu. Lagi pula disini sangat aman. ”(Utano)
"Oh, tolonglah, bisakah aku setidaknya pindah ke penginapan di kota saja?"
Jika aku tinggal di sini, aku akan mulai bertemu dengan semua orang yang mengenal ku. Bagaimana aku menghadapi mereka setelah bersembunyi dari mereka selama satu tahun penuh?
Bahkan saat mengetahui itu, tatapan Utano-san terasa dingin. Sangat dingin — tatapan tingkat nol absolut dikirim ke arahku.
"Itu tidak mungkin. Semua orang sudah tahu kalau kamu ada di sini. ”(Utano)
"—-ap ?!"
“Eru adalah jaminan mu. Tanpa dia, kamu tidak akan keluar dari istana.Apakah aku benar?"
Aku menatap Utano-san dengan pasrah.
Dan dia menatapku dengan senyum seorang anak yang baru saja berhasil dengan kejahilannya. Meskipun itu adalah ekspresi yang langka darinya, aku hanya bisa merasakan kedinginan darinya.
"Utano-san, bisakah aku mengajukan pertanyaan mendadak?"
"Pertanyaan apa, Yamada-kun?"
“Aku,aku bertanya-tanya sudah berapa lama aku …… tertidur ?” (T / N: disini Renji berbicara dengan nada yang sopan)
"Hari ini akan menjadi hari kelima, jadi pada dasarnya sekitar 100 jam kurasa?"
Aku menutupi wajah ku dengan tangan kiri. Tidak heran tubuh ku terasa sangat berat. Aku pasti dilarikan dengan terburu-buru ke ibu kota, tapi aku tidak menyangka akan tertidur selama ini.
“Aya ada di sini jadi bagaimana dengan mereka …… .Feirona dan yang lainnya?” (Renji)
“Aku bertemu mereka. Seorang putri bangsawan, Elf, dan Beastwoman. Kamu bepergian dengan orang-orang yang sangat menarik, eh? ”
“Jadi mereka aman. syukurlah……."
Itu melegakan. Aku memang berpikir mereka akan aman mengingat Aya ada di sini tapi bahkan aku akan khawatir jika sudah 5 hari.
Mereka mungkin tidak ada di kastil jadi mereka pasti ada di kota, beristirahat di penginapan. Jika aku bisa menyelinap keluar nanti, aku harus pergi menemui mereka. Yah, pertama-tama aku harus mencari penginapan mana yang mereka tinggali.
“Kamu boleh lega. Aku akan mengirim utusan besok dan mengundang mereka ke kastil nanti. "(Utano)
"Ah, begitu."
Dia benar-benar bisa membaca pikiran, bukan? Atau apakah aku terlalu mudah dibaca? aku harap itu yang pertama.
“Tapi meski begitu, kamu kembali dengan membawa sesuatu yang merepotkan lagi bersamamu.” (Utano)
"Hm?"
Dari sakunya, dia mengeluarkan kristal hitam. Aku tidak ingat apapun tentang ini tapi aku ragu itu adalah sesuatu yang baik. Belum lagi warnanya —- itu membuatku ingat monster sialan itu. Mungkin karena aku baru saja memimpikan masa lalu, aku merasa lebih buruk dari sebelumnya. Dari hanya tampilannya, itu terlihat seperti bijih kristal cantik yang belum terbentuk.
"Dan apa itu?"
"Itu yang dibawa Beastwoman bernama Mururu dari benua Elfreim."
“…… Mururu yang membawanya?”
Atau lebih tepatnya, jadi dia dari benua Elfreim. Bagaimana dia bisa menemukan  kapal yang bisa membawanya menyeberang ke benua ini? Apalagi mengingat bagaimana dia bahkan tidak tahu bagaimana uang bekerja.
Yah, aku harus menanyakannya saat kita bertemu nanti. Aku tidak dapat menemukan jawabannya seperti ini.
"Lalu, apakah itu isi permintaan dari Dewa Roh?" (Renji)
"Astaga. Kamu bahkan tidak tahu itu? "
“Karena dia menolak untuk menunjukkannya kepada siapa pun kecuali Utano-san. Dan aku merasa lebih baik jika membukanya dengan mu juga. "
Meskipun sebenarnya, aku hanya ingin menghindari tanggung jawab apa pun.Tapi jangan katakan itu padanya. Kejujuran mungkin merupakan kebajikan tetapi terlalu banyak kejujuran adalah kebodohan.
"Jadi, apa itu?"
"Sebuah fragmen dari Jantung / Hati Dewa Iblis."
Ah, jadi itu sebabnya tiba-tiba aku merasa tidak enak badan. Bahkan setelah mendengar itu, aku tidak merasa terganggu sedikitpun. Bahkan, aku merasa lebih puas. Jika Ermenhilde bersamaku, aku akan menghancurkannya berkeping-keping. Utano-san mengatakan bahwa dia mengambil Ermenhilde sehingga aku tidak lari tetapi mungkin inilah alasan utamanya. Untuk bisa berpikir sejauh ini, sungguh sangat menjengkelkan.
"Apakah Dewa Iblis hidup kembali?"
"Tidak, kita tidak akan membiarkannya."
Aku mengingat kembali apa yang dikatakan iblis itu di Kota Sihir.
Tapi Utano-san membantahnya dengan keras. Itu benar-benar membuatku kaget.
"Itulah alasan mengapa kita ada di sini, Yamada-kun."
Jauh dari jendela, dia mengatakan itu sambil duduk di sisi tempat tidur. Mata hitamnya yang kemerahan menatapku dari jarak yang bahkan lebih dekat dari sebelumnya.
Terlalu dekat, atau hanya aku yang memikirkan itu.
“Aya masih belum bangun?” (Renji)
Mengalihkan tatapanku, aku memandang Aya.
Tidak peduli seberapa banyak kita berbicara, dia tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun.
“Ya, bagaimanapun juga, aku membuatnya tertidur dengan sihir.” (Utano)
"Apa ——-"
'Apa yang kamu katakan?' Sebelum aku bisa mengatakan itu, bibirku terkunci. Dengan bibir lembut seorang wanita.
Itu hanya kecupan, seperti ciuman anak-anak. Itu juga, hanya berlangsung sesaat sebelum dia berpindah. Tapi meskipun begitu, rasanya manis dan berbau harum.
Ketika aku membuka mataku, yang telah aku tutup entah sejak kapan, tatapanku bertemu dengan tatapan Utano-san yang sedikit lembab. Itu juga hanya berlangsung sekejap. Dia dengan cepat berdiri kembali dan dengan cepat bergerak menuju pintu. Dia pasti malu. Meskipun dia biasanya tegas, pada akhirnya, hatinya masih seperti anak yang polos. Sepertinya hal itu masih belum berubah.
"Lalu, aku serahkan Aya padamu, Yamada-kun."
Dia menjentikkan jarinya.
Ketika dia melakukannya, seolah-olah tidak ada yang terjadi, Aya mengangkat tubuhnya yang mengantuk. Karena dia tidur di atas meja, dia meregangkan tubuhnya sambil duduk dengan mata mengantuk.
"Selamat Pagi, Aya." (Utano)
"Eh, ah —- Yuu ....."
Saat itu, dia akhirnya menyadari bahwa aku sudah bangun dan tubuhnya menjadi kaku. Ekspresinya berubah ubah. Aku tidak pernah bosan melihat hal itu, tidak peduli berapa kalipun aku melihatnya. Sekarang jika aku mengatakan padanya bahwa aku telah melihat wajah tidurnya saat ini, aku penasaran wajah seperti apa yang akan dia perlihatkan?
“Aku akan pergi menyiapkan makanan, kamu lapar bukan?” (Utano)
Dan wanita yang hanya meninggalkan masalah di belakangnya meninggalkan kamar setelah mengatakan hal itu.