CONVERSATION AND CONFESSION
(Author : Rafli Sydyq)

            Yang memanggilku adalah seorang pria dengan pakaian serba hitam. Dia memiliki rambut seputih salju yang dipotong pendek. Matanya yang sebiru lautan dalam memandang lurus kearahku.
Dengan menggunakan [Identify] aku mengetahui kalau dia adalah seorang Pemain. Meskipun keseluruhan penampilannya memberikan kesan yang mencurigakan dan dalam keadaan normal aku pasti akan menghindarinya. Tapi, entah mengapa suasana disekitarnya terasa nyaman.
Dia dengan santai berjalan lurus kearahku. Aku yang masih kebingungan tidak bergerak satu inci pun.
Saat jarak diantara kami berdua semakin menipis, dia tiba-tiba saja duduk bersila tepat dihadapanku.
“Pertama-tama perkenalkan, namaku adalah Rafael M. Dragnier. Kalau boleh bisakah aku mengetahui namamu?”
Dia tiba-tiba saja menanyakan namaku. Apa yang harus kulakukan? Beberapa waktu berlalu, dia tetap mengarahkan pandangannya padaku, masih menunggu jawaban atas pertanyaannya.
“Na-namaku adalah Sherina, Sherina Aradea”
Meskipun terbata-bata, aku berhasil menjawab. Setelah menerima jawabanku, wajah pria itu memunculkan sebuah senyum yang sangat menawan “Sial, dia tampan”
“Baiklah, Sherina, kalau begitu bisakah kau menceritakan padaku kenapa kau bersedih?”
Dia kembali bertanya kepadaku, karena tidak enak membuatnya terus bertanya aku mengatakan semuanya, aku mengungkapkan semua isi hatiku kepada orang yang baru saja aku temui. Tapi, entah kenapa ini terasa melegakan.
...
            Dalam diam, aku mendengarkan semua keluh kesah yang dimiliki Sherina. Dari apa yang kusimpulkan, Sherina tampaknya merasa tertekan karena kemajuannya dalam menguasai sihir tidak berjalan dengan baik yang dimana membuatnya tertinggal jauh dari adiknya dan perlakuan para Petualang lain hanya memperparah keadaan “Akan kuhajar mereka nanti”.
Setelah selesai mengeluarkan seluruh isi hatinya, Sherina tampak sedikit lebih baik, wajahnya yang tampak lesu, sekarang sudah terlihat jauh lebih segar.
Sherina yang sudah selesai mengeluarkan isi hatinya mulai menghapus sisa air mata yang ada diwajahnya. Sambil memperhatikan ini, aku berkata.
“Sherina, apa saja yang kau lakukan sampai sekarang untuk belajar sihir?”
“Hmm... kalau itu, yang kulakukan hanyalah menyelesaikan quest dan mengalahkan Makhluk Buas”
Sudah kuduga, Sherina adalah Pemain baru. Jadi, sudah jelas kalau dia masih belum memahami sistem game ini.
“Hah, pantas saja kau tidak bisa. Yang kau lakukan itu salah”
“Eh, salah?”
“Ini bukan game pada umumnya, disini kalau mau belajar sihir kau harus berguru pada seseorang atau mempelajari sihir dari ‘Magic Book’ ”
“Lalu, bagaimana adikku bisa mempelajari sihir dengan mudahnya?”
“Terkadang ada kasus dimana seseorang bisa menguasai banyak skill dengan mudahnya tanpa usaha apapun. Adikmu mungkin salah satunya”
Setelah mendengar semua ini Sherina terdiam, wajahnya membuat ekspresi sulit. Lalu, aku melanjutkan.
“Kalau kau ingin mempelajari sihir aku bersedia membantumu”
“Ehh... tapi, bayarannya”
“Bayarannya sangatlah mudah-”, dia langsung menatapku dengan ekspresi takut sambil mulai sedikit menjauh dariku, sebelum terjadi kesalahpahaman aku dengan cepat melanjutkan.
“Tenang dulu, aku ingin bilang kalau kau hanya harus berhenti bersedih hanya karena alasan bodoh seperti itu!”
“Eh? Hanya itu?”
“Ya, hanya itu”
Masih menatapku dengan bingung Sherina lalu mengajukan sebuah pertanyaan yang kujawab dengan jujur.
“Sebenarnya apa tujuanmu”
“Aku hanya tidak tahan melihat gadis secantik dirimu terus bersedih dan membuat wajah indah itu tertutup dengan air mata”
“Sebenarnya ada apa dengan sikapmu itu, apakah kau jatuh cinta padaku atau apa!”
“Ya, aku memang telah jatuh cinta padamu”
Seketika pipinya merona merah hampir semerah rambutnya.
“K-kau pasti h-hanya bercanda kan!”
“Aku tidak pernah bercanda kalau itu mengenai perasaanku”
“Tapi gadis seperti diriku-“
“Berhentilah memandang rendah dirimu sendiri, kau itu cantik jadi percaya dirilah”
“Tapi aku yang sama sekali tidak berguna-“
“Aku tidak peduli kau berguna atau tidak yang kupedulikan hanyalah kau bahagia atau tidak”
“T-tapi ini hanyalah sebuah game”
“Meskipun begitu perasaanku sangatlah nyata, kalau kau tidak percaya maka aku pasti akan menemukanmu di dunia nyata”
Setelah mendengar pernyataan yang kukatakan dengan sepenuh hati wajahnya menjadi jauh lebih merah dan dia menunduk dengan malu “Jadi, apa jawabanmu?” kataku dengan lembut sambil mendekatkan wajahku padanya. Melihat wajahku yang semakin dekat Sherina terkejut dan melompat mundur, tapi karena posisinya dia malah hampir terjatuh, tapi kutangkap kedua bahunya dan memegannya dengan erat yang membuat kedua mata kami saling bertemu.
Hal ini membuat wajahnya semakin memerah. Lalu, aku kembali mengutarakan isi hatiku yang sesungguhnya.
“Sherina, kau itu cantik. Setelah melihatmu untuk yang pertama kalinya aku langsung tau kalau kau adalah satu-satunya pasangan hidupku”
Setelah mendengar pernyataanku dia langsung menundukkan kepala untuk menyembunyikan wajahnya yang kian memerah.
“...bagaimana jika, bagaimana jika aku menjawab tidak?”
“Satu kata saja tidak akan menggoyahkan perasaanku, bahkan aku akan terus mengungkapkan perasaanku padamu hingga kau menerimanya meskipun itu memakan waktu seumur hidupku”
Selama beberapa saat dia hanya diam sebelum akhirnya dia mengangkat wajahnya yang sudah jauh lebih merah dari tomat yang telah matang dan mata keemasannya mulai berkaca-kaca.
Dengan tekad bulat, Sherina menjawab.
“Ya ampun, tidak perlu selama itu karena sekarang aku sudah menerima semua perasaanmu”
Setelah mendengar itu karena terlalu senang aku langsung memeluknya dengan erat, dia juga balas memelukku dan begitulah bagaimana caranya kami berdua bisa menjadi sepasang kekasih.