MENGHILANGNYA AIKO
(Translater : Hikari)

Peristiwa ini terjadi beberapa saat setelahnya.
Tiga minggu telah berlalu sejak party Kouki mendapatkan kejutan dari reuni dan perasaan rumit karena perpisahan di Kota Perhentian, Holad.
Saat ini, ada satu hal yang party Kouki harus segera atasi : membunuh orang. Mereka tidak akan dapat bertarung lebih jauh lagi selama itu tidak diatasi, jadi mereka kembali ke Ibukota Kerajaan. Mereka perlu mengalami "pembunuhan" kalau mereka ingin berpatisipasi dalam perang melawan ras Iblis. Mereka hanya akan menjadi suatu kewajiban dalam perang kalau mereka tidak bisa mengatasinya.
Sejak awal, mereka tidak akan bisa memikirkan hal itu dengan baik karena tidak ada banyak waktu yang tersisa. Peristiwa yang terjadi di Ul telah mencapai telinga mereka. Sudah jelas bahwa pergerakan ras Iblis menjadi semakin aktif karena mereka sendiri juga diserang, dan semua orang dapat menduga bahwa perang semakin mendekat. Karena itulah, secepat mungkin, party Kouki ingin mengatasi masalah ini bagaimanapun caranya.
Saat ini, party Kouki melakukan latihan tempur melawan para Kesatria yang diperintah Meld. Ryuutarou, party Kondou, dan geng Hiyama; mereka yang tadinya sudah siap untuk melakukannya, ternyata terus mempertanyakan dirinya sendiri apakah mereka benar-benar mampun melakukannya setelah melihat Hajime menembak kepala wanita ras Iblis. Tidak ada banyak waktu yang tersisa, tapi mereka akan hancur kalau mereka dipaksa untuk membunuh, jadi Meld dan para Kesatria juga mencari-cari solusinya.
Terhadap mereka yang murung itu, sebuah berita kecil yang baik pun tiba.
Itu adalah kembali party Aiko. Biasanya, karisma Kouki akan dapat mengumpulkan semua teman-teman sekelasnya. Akan tetapi, sang pahlawan sedang tertekan, membuat semua orang merasakan hal yang sama. Alasan kenapa mereka tidak hancur dari kekalahan telak dan masalah saat ini adalah karena Suzu yang membangun suasan dan diikuti oleh orang-orang tanggap dan perhatian seperti Shizuku dan Nagayama. Meski begitu, pikiran mereka tertelan oleh keresahan, memaksa mereka untuk terlihat lebih dari sekedar menyambut orang-orang dewasa yang tidak asing bagi mereka dan dapat dipercaya. Semuanya benar-benar ingin bertemu dengan guru yang selalu melakukan yang terbaik bagi para muridnya.
Mendengar Aiko kembali, Shizuku bergerak pertama kali. Shizuku ingin berkonsultasi pada Aiko tentang banyak hal, jadi dia menyelesaikan pelatihannya. Dia juga ingin mendengar kesan dari para teman sekelasnya yang bertemu Hajime jauh lebih dulu daripada dia, dan dia ingin bertukar informasi secara objektif dengan Aiko yang menduga-duga ataupun berprasangka.
Memakai sarung pedang hitam legam yang dia terima dari Hajime dan sabuk yang sama hitamnya serta pedang bermata dua, Shizuku berjalan melintasi koridor istana kerajaan. Penampilannya entah mengapa membuat lebih banyak gadis bangsawan dan pelayan-pelayan wanita merona dibandingkan dengan pria lainnya. Itu adalah masalah yang menghantui Shizuku bahkan di dunia yang berbeda ini. Dia benar-benar tidak ingin dipanggil "Onee-sama" oleh para wanita yang bahkan lebih tua dari dirinya.
Mendengar hal-hal yang Hajime lakukan di Ul, Shizuku ingin secara langsung menanyai Aiko tentang apa yang guru itu pikirkan tentang Hajime. Tergantung dari kesan Aiko mengenai Hajime, pikiran stabil Kouki saat ini mungkin akan condong ke titik yang tidak diinginkan. Adalah sifat alamiah Shizuku untuk memikul beban kesulitan ke mana pun dia pergi.
"Memang, ada juga keributan saat mereka berada di Ul… tapi dia juga memberiku pedang mirip katana ini… Yang benar saja, apa-apan maksudnya dengan "kuat dan dapat memotong apapun dengan baik." Bukankan ini adalah artefak setingkat harta nasional?"
Berbicara sendiri, Shizuku dalam diam memindahkan tangannya ke Katana yang menggantung di pinggangnnya. Berjalan menuju kamar Aiko, Shizuku mengingat saat dia mengunjungi bengkel pandai besi Kerajaan untuk perawatan katana-nya.
Shizuku menyebut katana-nya hanya sebagai katana hitam dan menunjukkannya pada pandai besi terbaik Kerajaan. Awalnya, si pandai besi itu bersikap formal padanya sebagai salah satu dari "Utusan Dewa". Akan tetapi, sikapnya berubah total begitu memeriksa katana hitam itu dengan sihir penilainya, dan dia menanyai Shizuku sambil mencengkeram bahunya. Dengan demikian, seakan sikapnya yang sebelumnya itu hanyalah sebuah tipuan, pria tersebut memberondong Shizuku dengan pertanyaan-pertanyaan. Tidak, menginterogasinya dengan kata-kata, seperti di mana dia mendapatkannya dan siapa pembuatnya.
Meskipun kebingungan, Shizuku entah bagaimana berhasil untuk tetap tenang dan menanyakan apa yang terjadi. Si pandai besi berkata bahwa bahkan dalam perbendaharaan Kerajaan, pedang ini kurang lebih sama dengan Pedang Suci. Meskipun output dan kapasitasnya untuk menerima kekuatan sihir tidak setinggi Pedang Suci, fungsi dan tiap detilnya sebagai senjata berada di atas Pedang Suci.
Berikutnya, pemeriksaan lebih mendetil menemukan bahwa jika pedang itu diberikan kekuatan sihir, bilahnya akan memanjang 60 sentimeter dalam bentuk bilah angin. Lebih jauh lagi, dua bilah lain akan terbentuk di samping bagian yang memanjang dan dapat ditembakkan.
Kemudian, sarungnya diperiksa. Diketahui bahwa sarung tersebut akan diselimuti petir jika diberikan kekuatan sihir dan ada semacam tombol pada mulut sarung tersebut yang akan menembakkan jarum-jarum dalam kecepatan tinggi.
Bagian bilahnya terbuat dari azanthium, jadi tidak akan rusak dan hampir tidak ada yang perlu dirawat. Perawatannya hanyalah mengisi ulang jarum jika digunakan.
Akan tetapi, ada satu masalah. Pedang ini tidak memiliki pengaturan sihir untuk mengisinya dengan kekuatan sihir. Itu adalah hal yang lumrah. Hajime dapat memanipulasi kekuatan sihir secara langsung dan dia awalnya tidak pernah terpikir untuk memberikannya pada orang lain. Jadi, tidak salah saat dia mengatakan "kuat dan dapat memotong apapun dengan baik" jika digunakan oleh Shizuku.
Itu semua hanyalah fungsi yang terpasang, dan pedang hitam misterius itu (atau begitulah para pandai besi melihatnya) hanya dapat digunakan dengan memanipulasi kekuatan sihir secara langsung, membuat semangat juang para pandai besi Kerajaan berkobar.
'Meskipun kami tidak bisa membuat senjata dengan detail dan fungsi seperti itu, kami akan membuat pedang ini dapat digunakan!' itulah yang mereka pikirkan. Pendeknya, mereka akan membuat kekuatan sihir penggunanya masuk ke dalam pedang itu entah bagaimanapun caranya. Hasilnya, setelah tiga hari dan tiga malam, para pandai besi tersebut, dengan yang terbaik sebagai pusatnya, mengesampingkan semua pekerjaan mereka dan entah bagaimana berhasil menciptakan pengaturan sihirnya.
Dengan demikian, Shizuku dapat mengeluarkan kemampuan katana tersebut tanpa menggunakan rapalan mantera. Setelah itu, para pandai besi yang kekuatan sihir terkuras habis itu pun tidur selama beberapa hari dengan ekspresi wajah yang benar-benar bahagia.
Shizuku menatap ke kejauhan saat dia mengingat semangat berkarya yang luar biasa itu, kemudian dia tiba di tujuannya, kamar Aiko. Dia mengetuk, tapi tidak ada balasan. Dia mendengar Aiko sedang memberikan laporan pada Raja dan pejabat lainnya, jadi Shizuku pikir wanita itu pasti belum kembali. Bersandar di dinding, Shizuku memutuskan untuk menunggu Aiko kembali.
Tiga puluh menit telah berlalu sampai akhirnya Aiko kembali. Langkah kakinya dapat terdengar dari koridor dalam yang entah kenapa terdengar sedih. Aiko sedang berjalan tanpa melihat ke depan dan ekspresi seriusnya membuat Shizuku mengerti bahwa Aiko sedang mati-matian memikirkan sesuatu dalam kepalanya.
Karena itulah, Aiko bahkan tidak menyadari ruangannya sendiri dengan Shizuku di samping pintunya dan melewatinya. Sambil bertanya-tanya apa yang terjadi, Shizuku memanggil Aiko untuk berhenti.
"Sensei… Sensei!"
"Hoeh!?"
Memperdengarkan suara konyol, tubuhnya berjengit kaget. Aiko melihat ke sekeliling dan akhirnya menyadari Shizuku. Setelah itu, Aiko menghela napas lega melihat Shizuku yang terlihat sehat, kemudian dia tersenyum gembira.
"Yaegashi-san! Lama tidak bertemu. Apa kau sehat-sehat saja? Apa kau tidak terluka? Apa yang lain selamat?"
Meskipun dia tadinya tertekan sampai saat ini, semua yang dia katakan hanyalah kekhawatirannya tentang murid-muridnya. Terhadap Ai-chan yang tidak berubah, rasa bahagia juga memasuki tatapan Shizuku saat dia tersenyum, dan rasa aman memenuhi pikirannya. Untuk sesaat, mereka berdua merasa senang untuk keamanan satu sama lain dan pertemuan kembali mereka, kemudian mereka memasuki kamar Aiko untuk berkonsultasi dan bertukar informasi.
* * *
"Jadi itulah yang terjadi… Shimizu-kun…"
Shizuku dan Aiko berduaan saja di kamar, dan mereka sama-sama bertukar informasi sambil menyeruput teh dalam cangkir teh berkaki mirip kucing yang imut. Mendengar hal-hal yang terjadi di Ul, kata-kata itu adalah tanggapan Shizuku.
Di dalam kamar itu, suasanya canggung menggantung di udara. Aiko dengan sedih memerosotkan bahunya. Dia sudah jelas merasa tertekan mengenai Shimizu. Memikirkan kepribadian Aiko dan rasa tanggung jawabnya, Shizuku mau tidak mau merasa khawatir tidak peduli bagaimana keadaannya, tapi dia tidak bisa menemukan kata-kata yang harus diucapkan.
Akan tetapi, meskipun Shizuku enggan untuk membiarkan Aiko terus merasa tertekan, jadi seceria mungkin, dia bergembira atas keselamatan Aiko.
"Aku merasa sedih tentang Shimizu-kun…namun, aku benar-benar senang Sensei tetap hidup. Aku benar-benar berterima kasih pada Nagumo-kun."
Terhadap Shizuku yang tersenyum, Aiko sadar bahwa dia sekali lagi membuat muridnya mengkhawatirkan dirinya, kemudian kembali tersenyum.
"Aku mengerti. Di pertemuan kembali kami, dia sama sekali tidak memiliki minat terhadap kami dan dunia ini… tapi dia datang untuk menyelamatkan Yaegashi-san dan yang lainnya. Terlebih lagi, dia bahkan melindungi seorang anak kecil… Fufu, mungkin saja ada bagian dari dirinya yang lama yang telah kembali. Atau harus kukatakan dia berubah bertambah dewasa… dia jadi bisa diandalkan."
Berkata demikian sambil menerawang jauh, entah kenap pipi Aiko… sedikit kemerahan. Shizuku kebingungan sambil berpikir, Bukannya ini reaksi yang aneh hanya karena mengingat salah satu muridnya? Dia mengamati saat Aiko sesekali tertawa sambil mengingat kembali, "Fufu."
Menyadari tatapan Shizuku, Uhuk!, Aiko berdeham. Akan tetapi, dia tidak dapat mempermulus suasana. Pipinya bergetar, dan dia mendapatkan firasat buruk. Shizuku memutuskan untuk mendesak lebih jauh. Sambil setengah meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu tidak mungkin terjadi, Shizuku berkata,
"…Sensei? Dari pembicaraan kita, Sensei bilang dia menyelamatkanmu dari situasi yang berbahaya. Bisa kau ceritakan detailnya?"
"Eh!?"
"Yah, katanya Sensei bisa saja tewas, jadi aku ingin dengar bagaimana kau bisa pulih dari itu…"
"Te-tentang itu…"
Shizuku ingat obat khusus yang dengan cepat menyembuhkan Meld yang nyaris tewas. Dia pikir pastilah itu, jadi dia berpura-pura bodoh dan menanyai Aiko. Pipi Aiko mulai semakin memerah daripada sebelumnya. Pandangan Aiko ke sana ke mari dan dengan ragu-ragu, dia menggumamkan kata-katanya… itu benar-benar mencurigakan.
Seperti seorang pendekar sebagaimana harusnya, Shizuku langsung ke intinya.
"…Sensei. Apa sesuatu terjadi antara kau dan … Nagumokun?"
"!? Ti-tidak terjadi apapun, kok! A-apa yang sebenarnya ingin kau katakan? Hanya aku yang biasanya sebagai guru dan dia sebagai murid!"
"Sensei. Tenanglah. Ekspresimu jadi aneh."
"!"
Aiko benar-benar terguncang. Dengan panik, Aiko bergumam, "Aku adalah seorang guru, aku adalah seorang guru…" Aiko pasti berpikir dia sedang bergumam dalam hati, tapi tidak. Karena itulah Shizuku merasa yakin. Meskipun Shizuku tidak mengerti sampai sejauh mana, Aiko mulai memiliki perasaan khusus pada Hajime yang berbeda daripada murid lainnya!
"Nagumo-kun! Secara pribadi! Apa yang telah kau lakukan pada Ai-chan!?"
Memang, semua orang dapat melihat pipi Aiko berkedut saat dia sedang berpikiran begitu. Hajime telah menaikkan benderanya ke tingkat yang tidak bisa dibandingkan dengan Kouki. Meskipun tidak seperti Kouki, Hajime tidak tumpul terhadap rasa ketertarikan dari orang lain dan dia telah menjawabnya dengan jelas… dan dia pasti telah mengatakannya pada Aiko juga.
Saingan sahabatnya yang muncul di tempat yang tidak terduga membuat Shizuku menatapi langit-langit dengan tangan yang menutupi pipinya yang berkedut. Tidak peduli jenis kelaminnya, Shizuku telah membenci sisi Hajime yang satu itu, dan sebuah ide berbahaya tentang benar-benar menyebarkan nama julukan yang menyakitkan terlintas di pikirannya… yang berhasil dienyahkannya.
Aiko dan Shizuku mencoba memperlancar semuanya dengan berulang kali berdeham melonggarkan tenggorokan kemudian mereka melanjutkan percakapan sebelumnya seakan tidak ada apapun yang terjadi.
"Kalau begitu, Sensei. Apa ada sesuatu yang terjadi saat kau melapor pada Raja? Bagaimanapun, sepertinya itu adalah pembicaraan yang serius."
Pertanyaan Shizuku membuat Aiko teringat sesuatu dan memperlihatkan ekspresi getir di mana amarah dan ketidakpercayaan berbaur.
"… Secara resmi, Nagumo-kun dinyatakan sebagai penghujat."
"!? itu—! …Apa maksudnya? Tidak, entah bagaimana aku bisa menebaknya… tapi, bukankah itu keputusan yang terlalu cepat?"
Hajime sangatlah kuat. Hanya dengan beberapa orang, dia menghalau lebih dari 60.000 demonic beast sambil menggunakan artefak misterius. Rekan-rekan Hajime juga memiliki kekuatan yang tidak bisa dipercaya. Akan tetapi, dia berpendirian tidak akan bekerja sama dengan Geraja Para Orang Suci dan bahkan akan melawan mereka tergantung situasinya. Memang benar Hajime adalah sosok yang berbahaya bagi Kerajaan dan Gereja Para Orang Kudus.
Akan tetapi, benar-benar terlalu cepat untuk menyatakan dia sebagai seorang penghujat. Tanda seorang penghujat diberikan ketika seseorang melanggar pengajaran Gereja Para Orang Kudus dan menjadi musuh Dewa, dan tanda itu akan membuatnya legal bagi siapapun untuk membunuh Hajime kapan saja, di mana saja. Dan berdasarkan situasinya, bahkan Kesatria Kuil dan pasukan Kerajaan mungkin akan bergerak.
Tidak hanya itu, dengan menyerang Hajime karena dia adalah seorang penghujat, mereka akan menerima perlakuan sebagai seorang musuh dari Hajime, serangan dahsyat dan tanpa ampunnya. Tidak mungkin Raja dan orang-orang Gereja tidak tahu bahayanya. Akan tetapi, Aiko bilang mereka langsung memutuskannya saat itu juga. Tidak mungkin Shizuku tidak terkejut dengan hal itu.
Shizuku telah menduga sampai ke titik itu, yang mana membuat Aiko mengangguk kagum terhadap si cepat belajar yang tidak pernah berubah itu.
"Tepat seluruhnya seperti yang Yaegashi-san katakan. Terlebih lagi, tidak peduli apakah dia memiliki kekuatan yang luar biasa dan tidak mengikuti Gerja, dia telah menyelamatkan Ul, tapi mereka mengabaikan protesku. Nagumo-kun telah menduga situasi ini, jadi dia memperkuat nama julukan "Dewi Panen Berlimpah". Juga, kudengar dari para pengawal bahwa nama "Dewi Panen Berlimpah" dan "Dewi Pedang" juga menyebar semakin jauh ke kota-kota lain. Jadi, dengan menandai dia sebagai seorang penghujat, itu berarti Gereja menyangkal "Dewi Panen Berlimpah" yang telah menyelamatkan orang-orang. Dengan demikian, mereka seharusnya tidak dapat dengan mudahnya mengabaikan protesku, atau seharusnya begitu. Tapi orang-orang itu memaksakan keputusan tersebut. Mereka jelas bersikap aneh… Selain itu, aku ingat bahwa selain Ishtar dan orang-orang Gereja, Raja dan anggota keluarga kerajaan terlihat aneh…"
"…Itu gawat. Apa yang sebenarnya mereka pikirkan… Tapi masalahnya adalah saat ini mereka mau tidak mau memikirkan "siapa" yang sebaiknya mereka kirimkan pada Nagumo-kun yang luar biasa kuat itu, 'kan? Itulah intinya sekarang."
"…Begitukah. Mungkin…"
"Eeh. Hanya ada kita… tapi aku sudah pasti akan menolaknya, lho? Aku tidak ingin mati. Kalau aku menjadi musuh Nagumo-kun… Aku bahkan tidak ingin membayangkannya."
Shizuku gemetar, dan Aiko tersenyum miris memahami apa yang Shizuku rasakan.
Karena itulah, sebelum Kerajaan dan Gereja memerintahkan Kouki dan yang lainnya untuk menghadapi Hajime, Aiko memutuskan untuk mengatakan pada mereka segala hal yang Hajime katakan padany. Tentang Dewa-Dewa Gila dan tujuannya selama perjalanan ini. Dia tidak punya buktinya, jadi dia tidak tahu apakah Kouki dan yang lainnya akan percaya. Terlebih lagi, sampai saat ini mereka telah berjuang keras karena mereka percaya bahwa sang Dewa akan mengembalikan mereka ke dunia asal selama mereka menang melawan ras Iblis.
Sebenarnya, Dewa sangat gembira dengan reaksi orang-orang atas tindakanNya, dan kemungkinan untuk kembali amat sangatlah rendah. Jadi, ayo cari kediaman mereka yang memberontak terhadap para dewa di masa lampau dan mencari cara sendiri untuk kembali! Tidak ada seorang pun yang akan percaya jika kata-kata ini diucapkan secara mendadak. Setelah Kouki dan yang lainnya mendengar apa yang dia katakan pada mereka, apakah mereka akan melihatnya sebagai sesuatu yang tidak masuk akal dan terus bertarung seperti sebelumnya, atau mempercayai dirinya dan mencari jalan lain… Itu bukanlah sesuatu yang Aiko dapat prediksikan. Akan tetapi, dia harus menanamkan pemikiran pada mereka untuk tidak percaya begitu saja pada Gereja. Aiko meyakinkan dirinya sendiri untuk melakukan hal itu sekarang.
"Yaegashi-san, Nagumo-kun tahu bahwa informasinya tidak bisa dipercaya dan dan akan dimusuhi oleh Amanokawa dan yang lainnya, jadi dia hanya mengatakannya padaku."
"Informasi…apa itu?"
"Ya, ini tentang Dewa yang disembah oleh Gereja dan tujuan perjalanan Nagumo serta para gadis itu. Dia tidak memberikan bukti apapun soal itu… tapi ini informasi yang sangat penting, jadi malam ini… tidak, sore ini, aku ingin menyampaikannya pada semua orang."
"Itu…tidak, aku mengerti. Kalau begitu, haruskah kupanggil semua orang sekarang?"
"Tidak, ini adalah informasi yang aku tidak ingin sampai diketahui oleh Gereja, jadi aku mau mengatakannya pada saat semua orang berkumpul seperti biasa saja; saat makan malam. Dan kita seharusnya bicara antar kita saja kalau aku bilang aku ingin menghabiskan waktu dengan para murid yang lama tidak kutemui tanpa orang luar."
"Benar… aku mengerti. Kalau begitu, saat makan malam."
Setelah itu, cukup lama waktu berlalu sementara Shizuku dan Aiko bercakap-cakap. Akan tetapi, mereka tidak tahu bahwa janji untuk makan malam itu tidak akan terpenuhi…
* * *
Sekarang sudah sore.
Sementara matahari terbenam, benda langit itu memberikan hadiah perpisahan berupa cahaya jingga yang cemerlang, dan Aiko sedang berjalan sendirian di sepanjang koridor kosong. Cahaya matahari senja memasuki koridor dari jendela-jendela dan membentuk kontras yang jelas antara dinding dan lantai di sisi lain.
Aiko pergi menuju ruang makan sementara pandangannya terpikat oleh matahari senja, tapi dia segera berhenti begitu dia merasakan kehadiran seseorang. Saat dia melihat ke depan, dia melihat sosok seperti wanita di dalam bayangan. Wanita itu berjalan di tengah-tengah koridor, dan dengan anggun menghentikan kakinya dengan postur tegak. Pakaiannya adalah yang biasa dikenakan biarawati dari Gereja Orang-Orang Kudus.
Wanita itu cantik, tapi dia berbicara pada Aiko dengan suara yang cukup kaku dan dingin.
"Senang bertemu dengan Anda, Hatayama Aiko. Saya datang untuk menjemputmu."
Aiko merasakan hawa dingin menuruni tulang punggungnya saat mendengar suara wanita itu, tapi dia berpura-pura tenang agar tidak bersikap tidak sopan pada seseorang yang baru pertama kali dia temui.
"Umm, senang bertemu dengan Anda juga. Datang untuk menjemput saya…maksudnya makan malam dengan para murid?"
"Tidak, tujuan Anda adalah Gereja pusat."
"Eh?"
Kalimat tersebut tidak memberinya kesempatan untuk menjawab, membuat Aiko secara tidak sengaja bertanya kembali. Pada saat itu, wanita tersebut bergerak keluar dari bayangan ke tempat yang diterangi matahari senja. Melihat wanita itu, Aiko menahan napas. Bahkan Aiko, yang bergender sama, secara naluriah terpesona oleh kecantikan wanita itu.
Rambut peraknya berkilauan saat memantulkan cahaya matahari sore. Dengan mata biru besar, panjang dan menyempit, serta sosoknya yang misterius dan menawan yang seperti seorang wanita dewasa sekaligus gadis muda; semua bagian dirinya ditempatkan secara sempurna. Dia termasuk tinggi untuk wanita, sekitar 170 senti, yang memaksa Aiko untuk mendongak menatapnya. Kulit putihnya semulus porselen putih, tangan dan kakinya ramping. Dadanya tidak besar maupun kecil, benar-benar ukuran yang sempurna kalau memikirkan keseimbangannya secara keseluruhan.
Akan tetapi, sayangnya wanita itu tidak memiliki ekspresi. Daripada disebut tanpa ekspresi, dia seakan-akan mengenakan topeng Noh. Tidak ada yang ragu kalau dikatakan dia adalah sebuah patung——sebuah mahakarya terbaik dari pemahat terkenal. Wanita ini memiliki kecantikan artistik yang tidak manusiawi.
Terhadap Aiko, yang menahan napas, wanita itu tersenyum dan dengan acuh melanjutkan ucapannya.
"Kami merasa hal yang akan Anda katakan pada mereka akan menyulitkan kami. Bagaimanapun, apa yang akan murid-murid Anda lakukan sekarang terlihat "menarik" bagi kami. Karena itulah, sampai saat itu datang, Anda untuk sementara waktu akan meninggalkan tempat ini."
"A-apa yang …"
Si biarawati cantik perlahan mendekati Aiko bahkan tanpa melangkah sedikit pun, dan Aiko secara naluriah mundur. Kemudian, Aiko melihat mata biru biawarati itu bersinar. Aiko merasa pikirannya menjadi berkabut. Segera, dia berkonsentrasi seakan dia akan melancarkan sihir, dan rasa berkabut itu menghilang dalam sekejap.
"…Saya mengerti. Seperti yang diduga, saya hanya bisa mengesampingkan bahwa Anda menyebut diri Anda sendiri sebagai seorang "Dewa". Karena Anda dapat menolak "pesona" saya, tidak ada jalan lain, saya akan membawa Anda dengan paksa."
"J-jangan mendekat! Ap-apa yang—…ugh!?"
Tekanan dari sifat asli wanita itu membuat Aiko segera mencoba untuk mengaktifkan sihirnya. Akan tetapi, lebih cepat dari dirinya yang menyelesaikan mantera, si biarawati untuk sekejap mempersempit jarak mereka dan mendorong tinjunya ke perut Aiko. Aiko pun roboh, dan pada saat yang dia merasakan kesadarannya akan ditelan kegelapan, dia mendengar gumaman si biarawati.
"Jangan khawatir. Aku tidak akan membunuhmu. Kau adalah pion yang bagus, dan kau mungkin akan berguna melawan orang yang di luar dugaan itu."
Pemuda berambut putih dan berpenutup mata muncul dalam pikiran Aiko. Setelah itu, meski tahu bahwa ini tidak akan mencapainya, dia meneriakkan namanya dalam pikirannya tepat sebelum kesadarannya menghilang sepenuhnya.
— — — Nagumo-kun!
* * *
" ? "
Si biarawati dengan mudahnya membopong Aiko di pundaknya seakan wanita itu tidak memiliki berat, kemudian dia melihat ke sekeliilng koridor seakan dia merasakan seseorang. Untuk sesaat, si biarawati dalam diam mencari-cari sesuatu. kemudian, dia perlahan membuka pintu ruang tamu di koridor tersebut.
Setelah itu, dia memasuki ruangan, melihat ke sekeliling, mendekati lemari tanpa suara langkah kaki sedikit pun, dan dia dengan paksa membuka pintunya. Akan tetapi, tidak ada apa-apa di dalamnya, sehingga si biarawati menelengkan kepala dan melihat ke sekeliling sekali lagi, melihat ke sana dan ke sini. Tidak lama kemudian, setelah tidak menemukan apapun, dia memanggul Aiko lagi dan keluar dari ruangan itu.
Dengan kesunyian yang kembali ke ruangan itu, sebuah gumaman gemetar dapat terdengar.
"…Aku harus memberitahukan ini… seseorang—"
Tidak ada siapapun di ruangan itu. Akan tetapi, langkah-langkah mundur dapat terdengar, dan tidak lama kemudian, ruangan itu sepenuhnya kembali sunyi.