MENGHILANGNYA AIKO
(Translater : Hikari)
Peristiwa
ini terjadi beberapa saat setelahnya.
Tiga
minggu telah berlalu sejak party
Kouki mendapatkan kejutan dari reuni dan perasaan rumit karena perpisahan di 《Kota Perhentian, Holad》.
Saat
ini, ada satu hal yang party Kouki
harus segera atasi : membunuh orang. Mereka tidak akan dapat bertarung lebih
jauh lagi selama itu tidak diatasi, jadi mereka kembali ke Ibukota Kerajaan.
Mereka perlu mengalami "pembunuhan" kalau mereka ingin berpatisipasi
dalam perang melawan ras Iblis. Mereka hanya akan menjadi suatu kewajiban dalam
perang kalau mereka tidak bisa mengatasinya.
Sejak
awal, mereka tidak akan bisa memikirkan hal itu dengan baik karena tidak ada
banyak waktu yang tersisa. Peristiwa yang terjadi di Ul telah mencapai telinga
mereka. Sudah jelas bahwa pergerakan ras Iblis menjadi semakin aktif karena
mereka sendiri juga diserang, dan semua orang dapat menduga bahwa perang
semakin mendekat. Karena itulah, secepat mungkin, party Kouki ingin mengatasi masalah ini bagaimanapun caranya.
Saat
ini, party Kouki melakukan latihan
tempur melawan para Kesatria yang diperintah Meld. Ryuutarou, party Kondou, dan geng Hiyama; mereka
yang tadinya sudah siap untuk melakukannya, ternyata terus mempertanyakan
dirinya sendiri apakah mereka benar-benar mampun melakukannya setelah melihat
Hajime menembak kepala wanita ras Iblis. Tidak ada banyak waktu yang tersisa,
tapi mereka akan hancur kalau mereka dipaksa untuk membunuh, jadi Meld dan para
Kesatria juga mencari-cari solusinya.
Terhadap
mereka yang murung itu, sebuah berita kecil yang baik pun tiba.
Itu
adalah kembali party Aiko. Biasanya,
karisma Kouki akan dapat mengumpulkan semua teman-teman sekelasnya. Akan
tetapi, sang pahlawan sedang tertekan, membuat semua orang merasakan hal yang
sama. Alasan kenapa mereka tidak hancur dari kekalahan telak dan masalah saat
ini adalah karena Suzu yang membangun suasan dan diikuti oleh orang-orang tanggap
dan perhatian seperti Shizuku dan Nagayama. Meski begitu, pikiran mereka
tertelan oleh keresahan, memaksa mereka untuk terlihat lebih dari sekedar
menyambut orang-orang dewasa yang tidak asing bagi mereka dan dapat dipercaya.
Semuanya benar-benar ingin bertemu dengan guru yang selalu melakukan yang
terbaik bagi para muridnya.
Mendengar
Aiko kembali, Shizuku bergerak pertama kali. Shizuku ingin berkonsultasi pada
Aiko tentang banyak hal, jadi dia menyelesaikan pelatihannya. Dia juga ingin
mendengar kesan dari para teman sekelasnya yang bertemu Hajime jauh lebih dulu
daripada dia, dan dia ingin bertukar informasi secara objektif dengan Aiko yang
menduga-duga ataupun berprasangka.
Memakai
sarung pedang hitam legam yang dia terima dari Hajime dan sabuk yang sama
hitamnya serta pedang bermata dua, Shizuku berjalan melintasi koridor istana
kerajaan. Penampilannya entah mengapa membuat lebih banyak gadis bangsawan dan
pelayan-pelayan wanita merona dibandingkan dengan pria lainnya. Itu adalah
masalah yang menghantui Shizuku bahkan di dunia yang berbeda ini. Dia
benar-benar tidak ingin dipanggil "Onee-sama" oleh para wanita yang
bahkan lebih tua dari dirinya.
Mendengar
hal-hal yang Hajime lakukan di Ul, Shizuku ingin secara langsung menanyai Aiko
tentang apa yang guru itu pikirkan tentang Hajime. Tergantung dari kesan Aiko
mengenai Hajime, pikiran stabil Kouki saat ini mungkin akan condong ke titik
yang tidak diinginkan. Adalah sifat alamiah Shizuku untuk memikul beban
kesulitan ke mana pun dia pergi.
"Memang,
ada juga keributan saat mereka berada di Ul… tapi dia juga memberiku pedang mirip
katana ini… Yang benar saja, apa-apan maksudnya dengan "kuat dan dapat
memotong apapun dengan baik." Bukankan ini adalah artefak setingkat harta
nasional?"
Berbicara
sendiri, Shizuku dalam diam memindahkan tangannya ke Katana yang menggantung di
pinggangnnya. Berjalan menuju kamar Aiko, Shizuku mengingat saat dia
mengunjungi bengkel pandai besi Kerajaan untuk perawatan katana-nya.
Shizuku
menyebut katana-nya hanya sebagai katana hitam dan menunjukkannya pada pandai
besi terbaik Kerajaan. Awalnya, si pandai besi itu bersikap formal padanya
sebagai salah satu dari "Utusan Dewa". Akan tetapi, sikapnya berubah
total begitu memeriksa katana hitam itu dengan sihir penilainya, dan dia
menanyai Shizuku sambil mencengkeram bahunya. Dengan demikian, seakan sikapnya
yang sebelumnya itu hanyalah sebuah tipuan, pria tersebut memberondong Shizuku
dengan pertanyaan-pertanyaan. Tidak, menginterogasinya dengan kata-kata,
seperti di mana dia mendapatkannya dan siapa pembuatnya.
Meskipun
kebingungan, Shizuku entah bagaimana berhasil untuk tetap tenang dan menanyakan
apa yang terjadi. Si pandai besi berkata bahwa bahkan dalam perbendaharaan
Kerajaan, pedang ini kurang lebih sama dengan Pedang Suci. Meskipun output dan kapasitasnya untuk menerima
kekuatan sihir tidak setinggi Pedang Suci, fungsi dan tiap detilnya sebagai
senjata berada di atas Pedang Suci.
Berikutnya,
pemeriksaan lebih mendetil menemukan bahwa jika pedang itu diberikan kekuatan
sihir, bilahnya akan memanjang 60 sentimeter dalam bentuk bilah angin. Lebih
jauh lagi, dua bilah lain akan terbentuk di samping bagian yang memanjang dan
dapat ditembakkan.
Kemudian,
sarungnya diperiksa. Diketahui bahwa sarung tersebut akan diselimuti petir jika
diberikan kekuatan sihir dan ada semacam tombol pada mulut sarung tersebut yang
akan menembakkan jarum-jarum dalam kecepatan tinggi.
Bagian
bilahnya terbuat dari azanthium, jadi tidak akan rusak dan hampir tidak ada
yang perlu dirawat. Perawatannya hanyalah mengisi ulang jarum jika digunakan.
Akan
tetapi, ada satu masalah. Pedang ini tidak memiliki pengaturan sihir untuk
mengisinya dengan kekuatan sihir. Itu adalah hal yang lumrah. Hajime dapat
memanipulasi kekuatan sihir secara langsung dan dia awalnya tidak pernah
terpikir untuk memberikannya pada orang lain. Jadi, tidak salah saat dia
mengatakan "kuat dan dapat memotong apapun dengan baik" jika
digunakan oleh Shizuku.
Itu
semua hanyalah fungsi yang terpasang, dan pedang hitam misterius itu (atau
begitulah para pandai besi melihatnya) hanya dapat digunakan dengan
memanipulasi kekuatan sihir secara
langsung, membuat semangat juang para pandai besi Kerajaan berkobar.
'Meskipun kami tidak bisa membuat senjata
dengan detail dan fungsi seperti itu, kami akan membuat pedang ini dapat
digunakan!' itulah yang mereka pikirkan. Pendeknya, mereka akan membuat
kekuatan sihir penggunanya masuk ke dalam pedang itu entah bagaimanapun
caranya. Hasilnya, setelah tiga hari dan tiga malam, para pandai besi tersebut,
dengan yang terbaik sebagai pusatnya, mengesampingkan semua pekerjaan mereka
dan entah bagaimana berhasil menciptakan pengaturan sihirnya.
Dengan
demikian, Shizuku dapat mengeluarkan kemampuan katana tersebut tanpa
menggunakan rapalan mantera. Setelah itu, para pandai besi yang kekuatan sihir
terkuras habis itu pun tidur selama beberapa hari dengan ekspresi wajah yang
benar-benar bahagia.
Shizuku
menatap ke kejauhan saat dia mengingat semangat berkarya yang luar biasa itu,
kemudian dia tiba di tujuannya, kamar Aiko. Dia mengetuk, tapi tidak ada
balasan. Dia mendengar Aiko sedang memberikan laporan pada Raja dan pejabat
lainnya, jadi Shizuku pikir wanita itu pasti belum kembali. Bersandar di
dinding, Shizuku memutuskan untuk menunggu Aiko kembali.
Tiga
puluh menit telah berlalu sampai akhirnya Aiko kembali. Langkah kakinya dapat
terdengar dari koridor dalam yang entah kenapa terdengar sedih. Aiko sedang
berjalan tanpa melihat ke depan dan ekspresi seriusnya membuat Shizuku mengerti
bahwa Aiko sedang mati-matian memikirkan sesuatu dalam kepalanya.
Karena
itulah, Aiko bahkan tidak menyadari ruangannya sendiri dengan Shizuku di
samping pintunya dan melewatinya. Sambil bertanya-tanya apa yang terjadi,
Shizuku memanggil Aiko untuk berhenti.
"Sensei…
Sensei!"
"Hoeh!?"
Memperdengarkan
suara konyol, tubuhnya berjengit kaget. Aiko melihat ke sekeliling dan akhirnya
menyadari Shizuku. Setelah itu, Aiko menghela napas lega melihat Shizuku yang
terlihat sehat, kemudian dia tersenyum gembira.
"Yaegashi-san!
Lama tidak bertemu. Apa kau sehat-sehat saja? Apa kau tidak terluka? Apa yang
lain selamat?"
Meskipun
dia tadinya tertekan sampai saat ini, semua yang dia katakan hanyalah
kekhawatirannya tentang murid-muridnya. Terhadap Ai-chan yang tidak berubah,
rasa bahagia juga memasuki tatapan Shizuku saat dia tersenyum, dan rasa aman
memenuhi pikirannya. Untuk sesaat, mereka berdua merasa senang untuk keamanan
satu sama lain dan pertemuan kembali mereka, kemudian mereka memasuki kamar
Aiko untuk berkonsultasi dan bertukar informasi.
* * *
"Jadi
itulah yang terjadi… Shimizu-kun…"
Shizuku
dan Aiko berduaan saja di kamar, dan mereka sama-sama bertukar informasi sambil
menyeruput teh dalam cangkir teh berkaki mirip kucing yang imut. Mendengar
hal-hal yang terjadi di Ul, kata-kata itu adalah tanggapan Shizuku.
Di
dalam kamar itu, suasanya canggung menggantung di udara. Aiko dengan sedih
memerosotkan bahunya. Dia sudah jelas merasa tertekan mengenai Shimizu.
Memikirkan kepribadian Aiko dan rasa tanggung jawabnya, Shizuku mau tidak mau
merasa khawatir tidak peduli bagaimana keadaannya, tapi dia tidak bisa
menemukan kata-kata yang harus diucapkan.
Akan
tetapi, meskipun Shizuku enggan untuk membiarkan Aiko terus merasa tertekan,
jadi seceria mungkin, dia bergembira atas keselamatan Aiko.
"Aku
merasa sedih tentang Shimizu-kun…namun, aku benar-benar senang Sensei tetap
hidup. Aku benar-benar berterima kasih pada Nagumo-kun."
Terhadap
Shizuku yang tersenyum, Aiko sadar bahwa dia sekali lagi membuat muridnya
mengkhawatirkan dirinya, kemudian kembali tersenyum.
"Aku
mengerti. Di pertemuan kembali kami, dia sama sekali tidak memiliki minat
terhadap kami dan dunia ini… tapi dia datang untuk menyelamatkan Yaegashi-san
dan yang lainnya. Terlebih lagi, dia bahkan melindungi seorang anak kecil…
Fufu, mungkin saja ada bagian dari dirinya yang lama yang telah kembali. Atau
harus kukatakan dia berubah bertambah dewasa… dia jadi bisa diandalkan."
Berkata
demikian sambil menerawang jauh, entah kenap pipi Aiko… sedikit kemerahan.
Shizuku kebingungan sambil berpikir, Bukannya
ini reaksi yang aneh hanya karena mengingat salah satu muridnya? Dia mengamati
saat Aiko sesekali tertawa sambil mengingat kembali, "Fufu."
Menyadari
tatapan Shizuku, Uhuk!, Aiko
berdeham. Akan tetapi, dia tidak dapat mempermulus suasana. Pipinya bergetar,
dan dia mendapatkan firasat buruk. Shizuku memutuskan untuk mendesak lebih
jauh. Sambil setengah meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu tidak mungkin
terjadi, Shizuku berkata,
"…Sensei?
Dari pembicaraan kita, Sensei bilang dia menyelamatkanmu dari situasi yang
berbahaya. Bisa kau ceritakan detailnya?"
"Eh!?"
"Yah,
katanya Sensei bisa saja tewas, jadi aku ingin dengar bagaimana kau bisa pulih
dari itu…"
"Te-tentang
itu…"
Shizuku
ingat obat khusus yang dengan cepat menyembuhkan Meld yang nyaris tewas. Dia
pikir pastilah itu, jadi dia berpura-pura bodoh dan menanyai Aiko. Pipi Aiko
mulai semakin memerah daripada sebelumnya. Pandangan Aiko ke sana ke mari dan
dengan ragu-ragu, dia menggumamkan kata-katanya… itu benar-benar mencurigakan.
Seperti
seorang pendekar sebagaimana harusnya, Shizuku langsung ke intinya.
"…Sensei.
Apa sesuatu terjadi antara kau dan … Nagumokun?"
"!?
Ti-tidak terjadi apapun, kok! A-apa yang sebenarnya ingin kau katakan? Hanya
aku yang biasanya sebagai guru dan dia sebagai murid!"
"Sensei.
Tenanglah. Ekspresimu jadi aneh."
"!"
Aiko
benar-benar terguncang. Dengan panik, Aiko bergumam, "Aku adalah seorang
guru, aku adalah seorang guru…" Aiko pasti berpikir dia sedang bergumam
dalam hati, tapi tidak. Karena itulah Shizuku merasa yakin. Meskipun Shizuku
tidak mengerti sampai sejauh mana, Aiko mulai memiliki perasaan khusus pada
Hajime yang berbeda daripada murid lainnya!
"Nagumo-kun!
Secara pribadi! Apa yang telah kau lakukan pada Ai-chan!?"
Memang,
semua orang dapat melihat pipi Aiko berkedut saat dia sedang berpikiran begitu.
Hajime telah menaikkan benderanya ke tingkat yang tidak bisa dibandingkan
dengan Kouki. Meskipun tidak seperti Kouki, Hajime tidak tumpul terhadap rasa
ketertarikan dari orang lain dan dia telah menjawabnya dengan jelas… dan dia
pasti telah mengatakannya pada Aiko juga.
Saingan
sahabatnya yang muncul di tempat yang tidak terduga membuat Shizuku menatapi
langit-langit dengan tangan yang menutupi pipinya yang berkedut. Tidak peduli
jenis kelaminnya, Shizuku telah membenci sisi Hajime yang satu itu, dan sebuah
ide berbahaya tentang benar-benar menyebarkan nama julukan yang menyakitkan
terlintas di pikirannya… yang berhasil dienyahkannya.
Aiko
dan Shizuku mencoba memperlancar semuanya dengan berulang kali berdeham
melonggarkan tenggorokan kemudian mereka melanjutkan percakapan sebelumnya
seakan tidak ada apapun yang terjadi.
"Kalau
begitu, Sensei. Apa ada sesuatu yang terjadi saat kau melapor pada Raja?
Bagaimanapun, sepertinya itu adalah pembicaraan yang serius."
Pertanyaan
Shizuku membuat Aiko teringat sesuatu dan memperlihatkan ekspresi getir di mana
amarah dan ketidakpercayaan berbaur.
"…
Secara resmi, Nagumo-kun dinyatakan sebagai penghujat."
"!?
itu—! …Apa maksudnya? Tidak, entah bagaimana aku bisa menebaknya… tapi,
bukankah itu keputusan yang terlalu cepat?"
Hajime
sangatlah kuat. Hanya dengan beberapa orang, dia menghalau lebih dari 60.000
demonic beast sambil menggunakan artefak misterius. Rekan-rekan Hajime juga
memiliki kekuatan yang tidak bisa dipercaya. Akan tetapi, dia berpendirian
tidak akan bekerja sama dengan Geraja Para Orang Suci dan bahkan akan melawan
mereka tergantung situasinya. Memang benar Hajime adalah sosok yang berbahaya
bagi Kerajaan dan Gereja Para Orang Kudus.
Akan
tetapi, benar-benar terlalu cepat untuk menyatakan dia sebagai seorang
penghujat. Tanda seorang penghujat diberikan ketika seseorang melanggar
pengajaran Gereja Para Orang Kudus dan menjadi musuh Dewa, dan tanda itu akan
membuatnya legal bagi siapapun untuk membunuh Hajime kapan saja, di mana saja.
Dan berdasarkan situasinya, bahkan Kesatria Kuil dan pasukan Kerajaan mungkin
akan bergerak.
Tidak
hanya itu, dengan menyerang Hajime karena dia adalah seorang penghujat, mereka
akan menerima perlakuan sebagai seorang musuh dari Hajime, serangan dahsyat dan
tanpa ampunnya. Tidak mungkin Raja dan orang-orang Gereja tidak tahu bahayanya.
Akan tetapi, Aiko bilang mereka langsung memutuskannya saat itu juga. Tidak
mungkin Shizuku tidak terkejut dengan hal itu.
Shizuku
telah menduga sampai ke titik itu, yang mana membuat Aiko mengangguk kagum
terhadap si cepat belajar yang tidak pernah berubah itu.
"Tepat
seluruhnya seperti yang Yaegashi-san katakan. Terlebih lagi, tidak peduli
apakah dia memiliki kekuatan yang luar biasa dan tidak mengikuti Gerja, dia
telah menyelamatkan Ul, tapi mereka mengabaikan protesku. Nagumo-kun telah
menduga situasi ini, jadi dia memperkuat nama julukan "Dewi Panen
Berlimpah". Juga, kudengar dari para pengawal bahwa nama "Dewi Panen
Berlimpah" dan "Dewi Pedang" juga menyebar semakin jauh ke
kota-kota lain. Jadi, dengan menandai dia sebagai seorang penghujat, itu
berarti Gereja menyangkal "Dewi Panen Berlimpah" yang telah
menyelamatkan orang-orang. Dengan demikian, mereka seharusnya tidak dapat
dengan mudahnya mengabaikan protesku, atau seharusnya begitu. Tapi orang-orang
itu memaksakan keputusan tersebut. Mereka jelas bersikap aneh… Selain itu, aku
ingat bahwa selain Ishtar dan orang-orang Gereja, Raja dan anggota keluarga
kerajaan terlihat aneh…"
"…Itu
gawat. Apa yang sebenarnya mereka pikirkan… Tapi masalahnya adalah saat ini
mereka mau tidak mau memikirkan "siapa" yang sebaiknya mereka
kirimkan pada Nagumo-kun yang luar biasa kuat itu, 'kan? Itulah intinya
sekarang."
"…Begitukah.
Mungkin…"
"Eeh.
Hanya ada kita… tapi aku sudah pasti akan menolaknya, lho? Aku tidak ingin
mati. Kalau aku menjadi musuh Nagumo-kun… Aku bahkan tidak ingin
membayangkannya."
Shizuku
gemetar, dan Aiko tersenyum miris memahami apa yang Shizuku rasakan.
Karena
itulah, sebelum Kerajaan dan Gereja memerintahkan Kouki dan yang lainnya untuk
menghadapi Hajime, Aiko memutuskan untuk mengatakan pada mereka segala hal yang
Hajime katakan padany. Tentang Dewa-Dewa Gila dan tujuannya selama perjalanan
ini. Dia tidak punya buktinya, jadi dia tidak tahu apakah Kouki dan yang
lainnya akan percaya. Terlebih lagi, sampai saat ini mereka telah berjuang
keras karena mereka percaya bahwa sang Dewa akan mengembalikan mereka ke dunia
asal selama mereka menang melawan ras Iblis.
Sebenarnya, Dewa sangat
gembira dengan reaksi orang-orang atas tindakanNya, dan kemungkinan untuk
kembali amat sangatlah rendah. Jadi, ayo cari kediaman mereka yang memberontak
terhadap para dewa di masa lampau dan mencari cara sendiri untuk kembali!
Tidak ada seorang pun yang akan percaya jika kata-kata ini diucapkan secara
mendadak. Setelah Kouki dan yang lainnya mendengar apa yang dia katakan pada
mereka, apakah mereka akan melihatnya sebagai sesuatu yang tidak masuk akal dan
terus bertarung seperti sebelumnya, atau mempercayai dirinya dan mencari jalan
lain… Itu bukanlah sesuatu yang Aiko dapat prediksikan. Akan tetapi, dia harus
menanamkan pemikiran pada mereka untuk tidak percaya begitu saja pada Gereja.
Aiko meyakinkan dirinya sendiri untuk melakukan hal itu sekarang.
"Yaegashi-san,
Nagumo-kun tahu bahwa informasinya tidak bisa dipercaya dan dan akan dimusuhi
oleh Amanokawa dan yang lainnya, jadi dia hanya mengatakannya padaku."
"Informasi…apa
itu?"
"Ya,
ini tentang Dewa yang disembah oleh Gereja dan tujuan perjalanan Nagumo serta
para gadis itu. Dia tidak memberikan bukti apapun soal itu… tapi ini informasi
yang sangat penting, jadi malam ini… tidak, sore ini, aku ingin menyampaikannya
pada semua orang."
"Itu…tidak,
aku mengerti. Kalau begitu, haruskah kupanggil semua orang sekarang?"
"Tidak,
ini adalah informasi yang aku tidak ingin sampai diketahui oleh Gereja, jadi aku
mau mengatakannya pada saat semua orang berkumpul seperti biasa saja; saat
makan malam. Dan kita seharusnya bicara antar kita saja kalau aku bilang aku
ingin menghabiskan waktu dengan para murid yang lama tidak kutemui tanpa orang
luar."
"Benar…
aku mengerti. Kalau begitu, saat makan malam."
Setelah
itu, cukup lama waktu berlalu sementara Shizuku dan Aiko bercakap-cakap. Akan
tetapi, mereka tidak tahu bahwa janji untuk makan malam itu tidak akan
terpenuhi…
* * *
Sekarang
sudah sore.
Sementara
matahari terbenam, benda langit itu memberikan hadiah perpisahan berupa cahaya
jingga yang cemerlang, dan Aiko sedang berjalan sendirian di sepanjang koridor
kosong. Cahaya matahari senja memasuki koridor dari jendela-jendela dan
membentuk kontras yang jelas antara dinding dan lantai di sisi lain.
Aiko
pergi menuju ruang makan sementara pandangannya terpikat oleh matahari senja,
tapi dia segera berhenti begitu dia merasakan kehadiran seseorang. Saat dia
melihat ke depan, dia melihat sosok seperti wanita di dalam bayangan. Wanita
itu berjalan di tengah-tengah koridor, dan dengan anggun menghentikan kakinya
dengan postur tegak. Pakaiannya adalah yang biasa dikenakan biarawati dari
Gereja Orang-Orang Kudus.
Wanita
itu cantik, tapi dia berbicara pada Aiko dengan suara yang cukup kaku dan
dingin.
"Senang
bertemu dengan Anda, Hatayama Aiko. Saya datang untuk menjemputmu."
Aiko
merasakan hawa dingin menuruni tulang punggungnya saat mendengar suara wanita
itu, tapi dia berpura-pura tenang agar tidak bersikap tidak sopan pada seseorang
yang baru pertama kali dia temui.
"Umm,
senang bertemu dengan Anda juga. Datang untuk menjemput saya…maksudnya makan
malam dengan para murid?"
"Tidak,
tujuan Anda adalah Gereja pusat."
"Eh?"
Kalimat
tersebut tidak memberinya kesempatan untuk menjawab, membuat Aiko secara tidak
sengaja bertanya kembali. Pada saat itu, wanita tersebut bergerak keluar dari
bayangan ke tempat yang diterangi matahari senja. Melihat wanita itu, Aiko
menahan napas. Bahkan Aiko, yang bergender sama, secara naluriah terpesona oleh
kecantikan wanita itu.
Rambut
peraknya berkilauan saat memantulkan cahaya matahari sore. Dengan mata biru besar,
panjang dan menyempit, serta sosoknya yang misterius dan menawan yang seperti
seorang wanita dewasa sekaligus gadis muda; semua bagian dirinya ditempatkan
secara sempurna. Dia termasuk tinggi untuk wanita, sekitar 170 senti, yang
memaksa Aiko untuk mendongak menatapnya. Kulit putihnya semulus porselen putih,
tangan dan kakinya ramping. Dadanya tidak besar maupun kecil, benar-benar
ukuran yang sempurna kalau memikirkan keseimbangannya secara keseluruhan.
Akan
tetapi, sayangnya wanita itu tidak memiliki ekspresi. Daripada disebut tanpa
ekspresi, dia seakan-akan mengenakan topeng Noh. Tidak ada yang ragu kalau
dikatakan dia adalah sebuah patung——sebuah mahakarya terbaik dari pemahat
terkenal. Wanita ini memiliki kecantikan artistik yang tidak manusiawi.
Terhadap
Aiko, yang menahan napas, wanita itu tersenyum dan dengan acuh melanjutkan
ucapannya.
"Kami
merasa hal yang akan Anda katakan pada mereka akan menyulitkan kami.
Bagaimanapun, apa yang akan murid-murid Anda lakukan sekarang terlihat
"menarik" bagi kami. Karena itulah, sampai saat itu datang, Anda
untuk sementara waktu akan meninggalkan tempat ini."
"A-apa
yang …"
Si
biarawati cantik perlahan mendekati Aiko bahkan tanpa melangkah sedikit pun,
dan Aiko secara naluriah mundur. Kemudian, Aiko melihat mata biru biawarati itu
bersinar. Aiko merasa pikirannya menjadi berkabut. Segera, dia berkonsentrasi
seakan dia akan melancarkan sihir, dan rasa berkabut itu menghilang dalam
sekejap.
"…Saya
mengerti. Seperti yang diduga, saya hanya bisa mengesampingkan bahwa Anda
menyebut diri Anda sendiri sebagai seorang "Dewa". Karena Anda dapat
menolak "pesona" saya, tidak ada jalan lain, saya akan membawa Anda
dengan paksa."
"J-jangan
mendekat! Ap-apa yang—…ugh!?"
Tekanan
dari sifat asli wanita itu membuat Aiko segera mencoba untuk mengaktifkan
sihirnya. Akan tetapi, lebih cepat dari dirinya yang menyelesaikan mantera, si
biarawati untuk sekejap mempersempit jarak mereka dan mendorong tinjunya ke
perut Aiko. Aiko pun roboh, dan pada saat yang dia merasakan kesadarannya akan
ditelan kegelapan, dia mendengar gumaman si biarawati.
"Jangan
khawatir. Aku tidak akan membunuhmu. Kau adalah pion yang bagus, dan kau mungkin
akan berguna melawan orang yang di luar dugaan itu."
Pemuda
berambut putih dan berpenutup mata muncul dalam pikiran Aiko. Setelah itu,
meski tahu bahwa ini tidak akan mencapainya, dia meneriakkan namanya dalam
pikirannya tepat sebelum kesadarannya menghilang sepenuhnya.
—
—
— — Nagumo-kun!
* * *
"
? "
Si
biarawati dengan mudahnya membopong Aiko di pundaknya seakan wanita itu tidak
memiliki berat, kemudian dia melihat ke sekeliilng koridor seakan dia merasakan
seseorang. Untuk sesaat, si biarawati dalam diam mencari-cari sesuatu.
kemudian, dia perlahan membuka pintu ruang tamu di koridor tersebut.
Setelah
itu, dia memasuki ruangan, melihat ke sekeliling, mendekati lemari tanpa suara
langkah kaki sedikit pun, dan dia dengan paksa membuka pintunya. Akan tetapi,
tidak ada apa-apa di dalamnya, sehingga si biarawati menelengkan kepala dan
melihat ke sekeliling sekali lagi, melihat ke sana dan ke sini. Tidak lama
kemudian, setelah tidak menemukan apapun, dia memanggul Aiko lagi dan keluar
dari ruangan itu.
Dengan
kesunyian yang kembali ke ruangan itu, sebuah gumaman gemetar dapat terdengar.
"…Aku
harus memberitahukan ini… seseorang—"
Tidak
ada siapapun di ruangan itu. Akan tetapi, langkah-langkah mundur dapat
terdengar, dan tidak lama kemudian, ruangan itu sepenuhnya kembali sunyi.
5 Comments
nice
BalasHapuswah kayak nya seru nih misal bener party hero sableng itu lawan party nya si hajime...
BalasHapusnunggu si brengsek hiyama mati dengan hina
BalasHapusMantap sekali
BalasHapusThanks utk trjemahan LN nya min
BalasHapusPosting Komentar