BERBAGAI HAL SETELAH PERTEMUAN KEMBALI
(Translater : Elsa)

Saat suara putus asa Kouki menyelimuti kesunyian, orang yang dibicarakan berpura-pura tidak mendengarnya dan berjalan mendekati Shia, di samping Meld yang pingsan.
Karena mengira sudah tidak perlu melindungi rombongan Kouki, Yue juga mendekati Hajime dan Shia. “Ahh, Onee-sama!,” Teriakan Suzu terdengar dari belakangnya.
“Shia, bagaimana kondisi Meld?”
“Semuanya hampir terlambat. Dia tidak akan selamat andaikan kita melewatkan sedetik saja… Aku menggunakan “Air Suci” sesuai instruksi, tetapi… apakah benar tidak apa melakukannya?”
“Ah, aku berhutang budi pada orang ini. Di samping itu, kekurangan sepeninggal Meld terlalu banyak. Akan menjadi masalah jika ada orang aneh yang mengambil alih pelatihan rombongan sang Hero. Yah, melihat keadaan mereka sekarang, sepertinya Meld tidak mampu menyelesaikan pelatihan mereka sebagaimana mestinya… tetapi memang benar, dia orang yang baik. Orang yang akan disesalkan, dalam banyak arti, jika dia mati.”
Kouki menatap tajam Hajime. Bersama Ryuutarou, dia berjalan ke arah Hajime diikuti teman-teman yang lain. Shia menanyakan alasan penggunaan Air Suci itu untuk Meld. Kebetulan, yang dimaksud “orang aneh” itu adalah mereka yang berasal dari Gereja Orang Suci, seperti Ishtal.
“… Hajime.”
“Yue. Terima kasih sudah mendengarkan permintaanku.”
“Nh.”
Yue datang ketika Hajime masih mengobrol dengan Shia. Sambil mengelus lembut pipi Yue yang memandang ke atas, ke arahnya, saat memanggil namanya, Hajime menyampaikan rasa terima kasih padanya. Pandangan Yue seakan mengatakan “Tidak masalah,” saat menyipitkan mata dengan senang hati. Tentunya, pandangan Hajime melembut dan mereka saling bertatapan.
“… Kalian berdua, tolong lihat situasinya… Ayo, sadarlah! Semuanya hampir berkumpul disini!”
Hajime dan Yue mulai membuat dunia mereka sendiri, kebiasaan mereka ini bahkan sudah bisa disebut sebagai ‘penyakit.’ Demikianlah, Shia menepuk-nepuk tangannya dan membalas dengan tajam untuk menyadarkan mereka.
Rupanya, sorot mata tajam Kouki semakin terlihat dan Hajime menyadarinya. Terutama pandangan yang berasal dari arah berlawanan dari Kouki dan yang lainnya, membuat Hajime agak bergidik ngeri.
“Oi, Nagumo. Kenapa kau membunuh—…”
“Hajime-kun… sebenarnya ada banyak hal yang ingin kutanyakan, tapi bagaimana keadaan Meld-san? Kelihatannya, luka-lukanya sudah tertutup dan nafasnya juga stabil. Namun, bukankah seharusnya dia terluka parah…”
Perkataan Kouki, yang dimaksudkan untuk menekan Hajime, disela oleh Kaori yang duduk berlutut di samping Meld, berwajah serius dan menanyakan pada Hajime tentang kondisi Meld secara terperinci.
Sesaat, Hajime agak merinding karena tatapan Kaori, tetapi dia rasa itu hanya imajinasinya saja, dan memutuskan untuk menjawab pertanyaan Kaori.
“Yah, karena… Aku menggunakan obat yang cukup istimewa. Obat itu berbentuk cairan yang akan langsung menyembuhkan seseorang sepenuhnya, meskipun orang itu sudah sekarat.”
“O-obat yang seperti itu, bagaimana bisa aku tidak pernah mendengarnya?”
“Karena dulunya obat ini hanyalah legenda… dan pada umumnya, tidak ada yang mampu mendapatkannya. Karena itulah, Yaegashi, kau harus disembuhkan dengan sihir, dan ini, obat untuk memulihkan kekuatan sihirmu.”
“Eh, ya… Terima kasih.”
Setelah terpanggil oleh Hajime, Shizuku menerima obat sambil sedikit tergagap saat berterimakasih padanya karena perubahan yang terlihat antara Hajime yang dulu dan yang sekarang. Hajime tidak mempermasalahkan reaksi Shizuku dan memberi Kaori obat pemulih kekuatan sihir lagi. Kaori mengambil dan meminumnya setelah berterimakasih pada Hajime.  Saat rasa seperti Lipovitan* tersebar di mulutnya, tenaganya perlahan pulih. Teman-teman yang lain juga akan langsung pulih selama ia pulih.
Untuk saat ini, Kaori dan yang lainnya bisa bernafas lega karena mereka mengerti, tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan tentang Meld. Lalu, sekali lagi Kouki membuka mulutnya.
“Oi, Nagumo, aku berterimakasih padamu soal Meld, tetapi kenapa kau—…”
“Hajime-kun. Terima kasih sudah menyelamatkan Meld-san. Juga, terima kasih… sudah menyelamatkan kami.”
Begitulah, sekali lagi kata-katanya disela oleh Kaori. Sekarang raut wajah Kouki menjadi tidak jelas. Namun, Kaori sama sekali tidak memperhatikannya, karena pandangannya terfokus pada Hajime. Meskipun ia benar-benar terkejut melihat perubahan pada diri Hajime, tetap saja, ada beberapa hal yang ingin dikatakannya. Ia berjalan sampai ada tepat di hadapan Hajime untuk berterimakasih tentang Meld dan bagaimana dia menyelamatkan pria itu.


*sejenis minuman energi
Setelah itu, sambil memegang erat rok dengan kedua tangannya, guh, kata-kata yang ingin diucapkannya sudah ada di ujung lidah, namun kata-kata sulit untuk keluar dan air matanya mulai berjatuhan. Meskipun terisak, ia tidak mengalihkan pandangan dari Hajime untuk memastikan lelaki yang ada di hadapannya itu nyata, bukan ilusi. Dalam diam, Hajime membalas tatapan Kaori.
“Hajime-gun… shyukurlah, gusuh, kau masih hidup. Saat itu, Maafkan aku…hiks… yang tidak bisa melindungimu… waaa…” 
Di antara teman-teman sekelasnya, pada gadis menatap hangat, karena mereka bisa membayangkan perasaan Kaori. Beberapa laki-laki juga merasakan hal yang sama, tetapi Kondou dan beberapa dari mereka mengeluarkan ekspresi pahit. Sementara itu, Kouki dan Ryuutarou hanya ternganga karena tidak bisa memahami Kaori. Tokoh utama yang paling bodoh di bumi ini, Kouki, dan yang lebih mengandalkan otot daripada otaknya, Ryuutarou, menyulitkan Shizuku, dan itu terlihat pada pandangan matanya.
Dengan raut wajah khawatir, Shia berkata, “Uh, mungkinkah ia saingan yang baru?,” saat Yue menatap Kaori dengan tenang dan tanpa ekspresi seperti biasanya.
Kaori yang ada di depannya itu menangis, dan wajahnya terlihat berantakan. Raut wajah Hajime tidak bisa dideskripsikan saat menyadari bahwa Kaori telah mengkhawatirkannya sejak hari dimana dia jatuh ke lubang neraka itu, sesuai yang dikatakan Endou.
Sebenarnya, dia sudah memberitahu Yue tentang keadaannya, dan juga cerita mengenai Kaori, tetapi itu dilakukan ketika mereka masih di lubang neraka, dan dia benar-benar melupakan Kaori sampai bertemu dengan Kaori dan yang lainnya di Ul. Karena itu, perlahan-lahan Hajime merasa bersalah karena Kaori benar-benar memikirkannya.
Setelah memperlihatkan raut wajah bermasalah dan kebingungan, Hajime menjawab Kaori dengan senyuman pahit.
“… Bagaimana ya, kelihatannya aku sudah membuatmu khawatir. Maafkan aku karena tidak langsung memberitahumu. Yah, sesuai yang kau lihat, aku masih hidup… jadi tidak perlu minta maaf… Dan juga, umm, tolong jangan menangis.”
Kata Hajime dengan tatapan lembut yang sama seperti dulu tiap mengkhawatirkan Kaori dan berkata, “Tolong lindungi aku.” Saat melihat tatapannya, dada Kaori terasa seperti dipenuhi kenangan pada malam itu, saat mereka mengucap janji. Tidak sengaja, Huaaaaaa, ia menangis dan melompat ke dada Hajime.
Kebingungan atas apa yang akan dilakukannya terhadap Kaori yang menangis di dadanya, Hajime mengangkat kedua tangannya. Jika teman sekelas yang lain melakukan itu, dia pasti sudah menyingkirkannya tanpa belas kasihan karena merasa terganggu dan melakukan tendangan yakuza agar orang itu kehilangan kesadaran. Namun, ketulusan dan niat baik Kaori yang tidak berubah sejak dia jatuh ke lubang neraka membuat Hajime tidak mampu memperlakukannya dengan kasar.
Tetapi karena ada Yue di sisinya, dia tidak bisa memeluk wanita lain, dan hanya mengangkat tangan seperti ada orang yang menodongkan mulut pistol ke arahnya. Perilaku itu membuatnya terlihat seperti merespon Kaori dengan setengah-setengah, karena hanya membiarkan Kaori menangis. Benar-benar tidak seperti Hajime yang biasanya.
“Sahabatku sedang menangis! Jadi, peluklah dia!,” seperti itu kira-kira gambaran yang diberikan tatapan Shizuku yang saat itu ada di samping Hajime, tetapi dia sulit bergerak karena Yue mengamatinya tanpa mengatakan apapun. Tak berdaya, Hajime menepuk-nepuk lembut kepala Kaori untuk menghentikan tangisnya. Benar-benar, Hajime menjadi tak ada gunanya.
“… Fuu, Kaori benar-benar baik hati. Ia bahkan menangis bahagia karena keselamatan teman sekelasnya… Namun, Nagumo membunuh orang yang tidak berdaya. Kita perlu bicara. Karena itulah, sudah cukup, dan kau harus menjauh dari Nagumo.”
“Kau, baca situasinya!,” kalimat itulah yang tergambar pada pandangan beberapa teman Kouki. Bahkan di saat seperti ini, dia masih saja tidak bisa memikirkan perasaan Kaori. Dia menatap tajam Hajime sambil menyalahkannya, dan mencoba menjauhkan Kaori dari Hajime. Mungkin alasannya karena tidak ingin orang lain menyentuh Kaori atau merasa waspada berada dekat dengan seorang pembunuh… atau mungkin juga keduanya.
“Tunggu, Kouki! Bukankah Nagumo-kun adalah orang yang menyelamatkan kita? Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?”
“Tetapi, Shizuku. Wanita itu sudah kehilangan semangat bertarung, dia tidak perlu sampai membunuhnya. Jadi aku tidak bisa membiarkan tindakan Nagumo.”
“Bagini ya, Kouki, bisakah kau berhenti berbicara seperti itu? Lagipula…”
Bantahan Kouki disangkal oleh Shizuku. Teman-teman yang lain kebingungan, tidak tahu harus melakukan apa. Tetapi, Rombongan Hiyama, yang sejak awal tidak pernah menyukai Hajime,  mulai mendukung Kouki.
Lama-kelamaan, mereka malah membahas tindakan Hajime. Kaori sudah lepas dari dada Hajime dan membasuh air matanya, tetapi keterkejutan yang dirasakannya beberapa saat lalu itu masih ada, jadi ia terdiam dengan raut wajah yang sulit ditebak, seperti sedang memikirkan sesuatu.
Tiba-tiba, sebuah suara muncul mematahkan semangat mereka.
“… Orang-orang bodoh. Hajime, bisa kita pergi sekarang?”
“Ah~ ya, Ayo.”
Orang yang memanggil Kouki dan yang lainnya “bodoh” dengan nada dingin tanpa memedulikan apapun itu adalah Yue. Suaranya terdengar seperti gumaman, tetapi bisa menggema dengan jelas, bahkan di tengah-tengah kerusuhan yang disebabkan oleh Kouki dan yang lainnya. Sejenak, kesunyian menyelimuti tempat itu, lalu mereka mengalihkan pandangan ke arah Yue.
Sejak awal, alasan Hajime datang kemari setelah mendengar cerita Endou adalah karena merasa berhutang budi pada Kaori, dan itu sudah berhasil dilakukannya. Demikianlah, dia keluar dari ruangan itu, mengikuti Yue yang menarik tangannya. Shia mengikuti tanpa menghiraukan kerumunan itu.
Begitulah, perilaku rombongan Hajime membuat Kouki dan teman-temannya berhenti.
“Tolong berhenti. Pembicaraan kita masih belum selesai. Aku tidak akan menganggap Nagumo berada di pihakku jika tidak memberitahu niat aslinya. Lagipula, kau kira kau siapa? Meskipun aku berterima kasih atas bantuanmu, menyebut kami bodoh saat pertama kali bertemu… bukankah tidak sopan? Apa yang kau sebut “bodoh” tentang kami?”
“…”
Sekali lagi, Kouki membicarakan hal yang tidak ada hubungannya. Meskipun dia mengatakan hal yang benar, jika melihat keadaan mereka saat itu membuat Yue ingin berkata, “Cobalah berpikir sambil lebih menghargai orang lain.” Jika sampai sejauh ini, bisa dikatakan Kouki sedang dikutuk oleh sesuatu.
Mungkin karena Yue sudah mengabaikan Kouki; ia tidak menatapnya, menggambarkan bahwa tidak akan ada artinya kalaupun melakukan itu. Kouki agak kesal dan mengerutkan dahi karena perilaku Yue, tetapi dia langsung melayangkan senyum lembut, mengira ia hanya gadis biasa, dan mencoba berbicara dengan Yue.
Karena merasa ini semua tidak akan ada selesainya dan merasakan ketidaknyamanan Yue, Hajime memutuskan untuk sedikit menjawab dan menghela nafas seakan mengatakan bahwa menjawabnya adalah hal yang merepotkan.
“Amanogawa. Aku tidak peduli dan merasa tidak wajib untuk menjawab segala pertanyaanmu yang kehadirannya hanya bisa dianggap sebagai guyonan. Tetapi, aku akan sedikit menyadarkanmu karena kau sangat keras kepala tentang hal itu.”
“Menyadarkanku, kau bilang? Apa kau mencoba menyalahkanku? A, aku hanya mengatakan hal yang manusiawi.”
Kau memang sangat merepotkan!, kata-kata itu tergambar pada raut wajah Hajime. Kouki, yang diabaikan itu, dengan kesal memprotes Hajime, lalu Hajime melanjutkan kata-katanya.
“Kau tidak bisa menipuku.”
“Apa-apaan…”
“Kau, kau tidak marah karena aku membunuh wanita itu. Kau hanya merasa gelisah melihat kematian seseorang. Namun, kau mengerti bahwa menyalahkanku, yang membunuh si pembunuh para kesatria sekaligus orang yang mencoba membunuhmu itu bukan hal yang benar. Karena itu, kau menggunakan kata-kata “membunuh orang yang tidak berdaya” sebagai pokok pembahasanmu, kan? Terpaksa melihat hal yang tidak ingin kau lihat dan mengetahui orang lain bisa melakukan hal yang tidak mampu kau lakukan dengan mudah … itulah penyebab kemarahanmu. Namun, kau mencoba menutupinya atas nama keadilan. Bagian terburuknya, kau bahkan tidak menyadari itu. Kau tidak pernah berubah, huh. Kau menafsirkan segalanya demi keuntungan pribadi dengan mudah, semudah membalikkan telapak tangan.”
“K-kau salah! Jangan mengatakan sesuatu demi keuntunganmu sendiri! Faktanya kau memang membunuh orang yang tidak berdaya!” 
“Aku membunuh musuhku, apa salahnya?”
“A-!? Apa katamu? Itu pembunuhan! Sudah jelas itu salah!”
“Haa, aku tidak ingin berdebat denganmu, jadi bisakah kita menghentikannya sekarang? ———— Aku, aku tidak akan memberi ampun pada musuhku. Jika ada yang menentangku, selama aku tidak ada urusan dengannya, aku pasti akan membunuhnya. Aku tidak peduli orang itu baik atau jahat, menderita atau tidak. Aku tahu, aku akan mati jika memperlihatkan kelemahan, bahkan dalam satu detik saja. Ini adalah penilaian yang tertanam saat aku berada dalam lubang itu, dan aku tidak akan memaksakan kepercayaanku ini pada orang lain. Tetapi, jika ada yang tidak menyukai dan mencoba menghalangiku…”
Hajime seketika mendekat dan menekan ujung senjatanya ke dahi Kouki. Di saat yang sama, “Pressure” Hajime teraktifkan dan niat membunuh yang pekat terasa di sekelilingnya seperti air terjun yang besar dan sangat kuat. Nafas Kouki dan rombongannya tertahan. Bahkan Kouki, yang mampu mengejar Shizuku, yang pergerakannya paling cepat di antara mereka semua, tidak bisa menyimak pergerakan Hajime tadi dan gemetar ketakutan.
“Aku akan membunuhnya, meskipun orang itu dulunya teman sekelasku.”
“K-kau…”
“Jangan salah paham, ya? Aku tidak pernah mempunyai keinginan untuk kembali padamu. Selain itu, aku bukan temanmu. Aku hanya datang kesini untuk membalas budi kepada Shirasaki. Setelah keluar dari sini, kita akan berpisah. Aku punya jalanku sendiri.”
Setelah berkata demikian, dia menatap tajam Kouki yang kehabisan kata-kata saat menahan nafasnya. Hajime mengembalikan Donner ke sarung pistolnya, dan penonaktifan “Pressure” membuat teman-teman sekelasnya menghela nafas lega sambil memperhatikan Hajime dengan tatapan rumit. Namun, Kouki masih belum bisa menerimanya dan kembali menentangnya. Namun tindakannya itu dicegah oleh perkataan tajam Yue yang memasang raut wajah muak.
“… Yang bertarung adalah Hajime. Pecundang yang kabur setelah dikalahkan oleh rasa takut tidak pantas untuk mengkritiknya.”
“Ap—, kau bilang aku kabur…”
Sebenarnya, bukan suatu kebetulan jika rombongan Hajime bisa menunjukkan dengan tepat dimana keberadaan mereka. Pada kenyataannya, Hajime menduga aliran deras kekuatan sihir yang meledak-ledak itu datang dari rombongan Kouki ketika dia masih berada di lantai atas. Lalu, dia memanfaatkan skill perception/penglihatannya untuk mencari keberadaan orang-orang di lantai bawah dan menggunakan transmutasi bersamaan dengan pilar benteng pertahanan untuk menembus lantai-lantai itu.
Arus kekuatan sihir yang dirasakannya saat itu adalah “Supreme Break” Kouki. Karena merasakan kekuatan yang dahsyat itu, rombongan Hajime mengerti bahwa Kouki mampu mengalahkan wanita ras Iblis dalam keadaan seperti itu. Karena itu juga, mereka bisa tahu keraguan Kouki untuk membunuh dan mempersulit mereka saat sampai di sana. Sebab itulah Yue berkata, “dia kabur setelah dikalahkan oleh rasa takutnya.”
Kouki mencoba untuk menyangkal perkataan Yue, tetapi sebuah suara menghentikannya.
“Hentikan, Kouki.”
“Meld-san!”
Kesadaran Meld sudah kembali beberapa saat yang lalu dan dia mendengar percakapan mereka. Dengan masih linglung, dia berdiri dan menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menjernihkan pikiran. Selanjutnya, dia memeriksa perutnya, yang seharusnya terluka itu, lalu memiringkan kepala karena kebingungan.
Kaori menjelaskan secara terperinci kepada Meld tentang apa yang terjadi. Karena tahu dia secara ajaib terbantu oleh obat yang berharga dan pemiliknya adalah Hajime, Meld merasa amat senang dari lubuk hatinya yang terdalam saat mendengar Hajime masih hidup. Terlebih lagi, dia berterimakasih pada Hajime karena telah menyelamatkannya. Dia membungkuk dalam-dalam karena tidak mampu menyelamatkannya saat itu. Tindakannya itu membuat Hajime merasa tidak nyaman untuk menerima permintaan maafnya.
Dengan agak mengabaikannya, Hajime belum benar-benar lupa ketika Meld berkata, “Aku pasti akan menyelamatkanmu,” …tetapi dia membaca situasi ketika Meld ada di hadapannya, meminta maaf sambil membungkuk dalam-dalam.
Ketika percakapannya dengan Hajime selesai, Meld berpaling ke arah Kouki dan meminta maaf seperti yang dilakukannya pada Hajime.
“M-Meld-san? Kenapa, kenapa Anda meminta maaf?”
“Tentu saja. Aku pelatihmu… tetapi, aku lupa mengajarimu satu hal penting dalam pertarungan. Itu adalah keputusan untuk membunuh seseorang. Saat waktunya tiba, aku berencana membuatmu tahu, bagaimana rasanya membunuh seseorang, membuat orang-orang yang akan kau bunuh terlihat seperti pencuri dan terlihat seperti suatu kebetulan… Lagipula, pengalaman itu diperlukan jika ikut serta dalam peperangan melawan ras Iblis… Namun, aku sudah menghabiskan banyak waktu berbincang denganmu, dan menjadi ragu jika membuatmu mengalami kejadian itu. Jika memikirkan posisiku sebagai komandan kesatria, aku pastinya akan mengajarimu lebih awal, namun… sedikit lebih lama lagi, hanya sedikit lebih lama lagi, sampai pada akhirnya kita mengalami ini. Masalahnya menjadi semakin berlarut-larut dan terjadilah hal ini… Tindakanku setengah-setengah. Itu semua adalah kesalahanku sebagai pelatihmu. Maka dari itu, karena membuatmu menghadapi kematian… Aku minta maaf.”
Dengan berkata demikian, Meld membungkuk sekali lagi, membuat teman-teman sekalas mencoba menenangkannya dengan terburu-buru. Tampaknya, Meld sangat mengkhawatirkan rombongan Kouki. Kemungkinan besar, dia sulit membuat keputusan dalam posisi sebagai komandan atau sebagai seorang manusia.
Meld adalah penduduk Kerajaan dan pengikut Gereja Orang Suci. Maka dari itu, tidak aneh bila dia merasa bahwa bagi Kouki dan yang lainnya, para “Pengikut Dewa,” melawan ras Iblis adalah suatu keharusan dan kehormatan. Namun, dia meragukan hal itu saat bertarung bersama rombongan Kouki, yang artinya dia adalah orang yang baik, dan benar-benar pria yang baik hati, sesuai perkataan Hajime.
Setelah mendengar apa yang Meld rasakan, Kouki terdiam. Saat tahu bahwa suatu saat harus membunuh orang lain, dia teringat kembali akan rasa takutnya pada waktu akan membunuh wanita ras Iblis. Di saat bersamaan, dia mengalami keterkejutan yang hebat karena kata-kata Meld, bahwa mereka akan membunuh orang-orang yang berpura-pura menjadi pencuri demi pelatihan mereka. Jika mereka pencuri, artinya kita punya kekuatan untuk mengalahkan mereka. Tetapi bila membunuh dengan sengaja…pikirnya.
Di sisi lain, Kaori juga terdiam. Tetapi bukan karena mendengar perkataan Meld. Sejak tadi, ia memikirkan kata-kata Hajime.
Penilaian yang tertanam dalam lubang neraka, dimana musuh akan dibunuh tanpa ragu, meskipun musuh itu adalah teman sekelasnya sendiri… kata-kata yang tidak mungkin diucapkan Hajime yang dulu. Namun, dia membuktikan kebenaran perkataan itu dengan menunjukkan niat membunuhnya. Hajime yang lembut dan bertindak demi kebaikan orang lain itu sudah tanpa ragu mengarahkan niat membunuhnya ke arah mereka. Kaori bingung dan terguncang oleh karena perbedaan antara Hajime yang dikenalnya dan Hajime yang ada di hadapannya. Membayangkan bahwa Hajime yang mengkhawatirkannya tadi itu hanya ilusi, Kaori menjadi gelisah.
Saat memikirkannya, tiba-tiba Kaori merasakan tatapan seseorang. Yang ada di depannya adalah gadis cantik berambut pirang dengan mata berwarna merah. Seorang gadis yang bahkan membuat Kaori terpesona secara alami. Ia memperhatikan Kaori dalam diam dengan tatapan yang tak memperlihatkan perasaan apapun.
Kaori mengingat kembali, gadis itu cukup dekat dengan Hajime, yang membuat Kaori tertarik untuk berpaling memperhatikan Yue. Sejenak, mereka berdua saling bertatapan. 
“…Fu.”
“Kh…”
Namun, Yue lebih dulu mengalihkan pandangan sambil menyeringai.
Kaori tidak sengaja menahan nafasnya,  karena ia menyadari arti dari perilaku Yue. Artinya, “Jika kau terguncang karena ini, lupakan saja Hajime,” kurang lebih seperti itu.
Tentunya, Yue menduga bagaimana perasaan Kaori terhadap Hajime dari tingkah lakunya. Demikianlah, saat mendengar bahwa Kaori mempercayai keselamatan Hajime meskipun dia sudah terjatuh ke lubang neraka, saingan yang kuat dalam percintaanku akan muncul, aku harus berdiri tegap!, itulah yang dipikirkannya.
Yue melihat Kaori membandingkan Hajime yang dulu dan yang sekarang, lalu kebingungan dan terguncang saat terkejut melihat perbedaan yang drastis. Meskipun reaksinya sangat manusiawi… itu membuat Yue meremehkannya.
Kau bahkan tidak bisa menjadi musuhku. Mulai saat ini, Hajime hanya milikku seorang. Orang yang “istimewa” bagi Hajime adalah aku! Pernyataan tersirat itu membuat wajah Kaori memerah; karena amarah dan rasa malu. Namun, Kaori tidak bisa menyangkalnya karena ia kehilangan sesosok manusia bernama Hajime. Pertemuan pertama antara mereka dimenangkan oleh Yue.
Saat melihat situasi Kouki dan yang lainnya semakin tajam, Hajime membawa serta Yue dan Shia, mengumpulkan pilar benteng, dan mencoba memasuki lubang yang dibuatnya. Memperhatikan apa yang dilakukannya, Kouki dan yang lainnya mulai mengikuti rombongan Hajime. Endou sudah mengusulkan agar mereka memanfaatkan rombongan Hajime hingga sampai ke permukaan, dan Meld dibawa oleh Hajime setelah mereka memohon dengan sangat kepadanya.
Dalam perjalanan menuju permukaan, demonic beast yang mencoba menghalangi mereka langsung terbunuh oleh Hajime, membuat mereka lagi-lagi kagum pada kekuatannya. Teman-temannya menunjukkan raut wajah yang beragam, dan berpikir, apakah dia orang yang sama dengan yang dulunya disebut “tidak cakap.”
Hiyama menatap tajam Hajime sambil memucat, rombongan Kondou menyampaikan tatapan iri hati, dan rombongan Nagayama menatapnya kagum sambil berekspresi  rumit karena Hajime dengan jelas berkata bahwa dia bukan teman mereka.
Meskipun rombongan Kondou sudah melihat kecakapan Hajime dan menciut karenanya, mereka masih mengira Hajime adalah orang yang sama seperti dulu. Di sisi lain, rombongan Nagayama tahu, perlakuan macam apa yang didapatkan Hajime dari Hiyama dan teman-temannya, namun pura-pura tidak melihatnya, jadi sekarang mereka merasa bersalah. Mereka rasa, mau bagaimana lagi jika Hajime tidak menganggap mereka sebagai teman-temannya…
Walau menerima berbagai macam pandangan dari Kouki dan teman-teman lain di sampingnya, Hajime mengabaikan mereka dan melanjutkan perjalanannya.
Dalam perjalanan, Suzu membuat keributan saat mencoba berbicara pada Yue tentang berbagai hal. Ia juga menyerang Hajime dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang telah terjadi, lalu menoleh ke dada besar Shia dan telinga kelincinya. Ketika sadar mereka berdua tidak memedulikannya, ia dihentikan oleh Shizuku. Kondou dan teman-temannya mencoba mengobrol dengan Yue dan Shia penuh hasrat. Walau benar-benar diabaikan, mereka tetap saja keras kepala. Mereka mencoba menyentuh telinga kelinci Shia tanpa izin dan membuat mereka mendapatkan tembakan peluru karet dari pistol Hajime. Mereka muntah setelah terkena tendangan yakuza, dan rasa takut menyelimuti ketika mereka mendapat sedikit niat membunuh dari Hajime ———— berbagai hal terjadi, dan akhirnya mereka sampai ke permukaan.
Kaori masih menunduk, khawatir. Shizuku juga khawatir melihat Kaori dan mendekatinya. Namun, suatu keadaan yang dampaknya menghembuskan seluruh kekhawatiran Kaori terjadi. Itu adalah keadaan yang tidak dapat diabaikannya, sebagai seorang wanita yang mempunyai perasaan pada Hajime.
Itu semua terjadi ketika mereka sampai di pintu masuk «Orcus Great Dungeon».
“Ah! Ayaah!!”
“Uh! Myuu, huh.”
Itu adalah kemunculan seorang gadis kecil yang memanggil Hajime “ayah.”