TAK KOMPETEN TANPA TANDING
(Translater : Risky)

"Eh? Hajime-kun? Tunggu, Nagumo-kun? Eh? Apa? Apa maksudmu?”
Teriakan gembira Kaori membuat Shizuku, yang ada di sampingnya, bingung dan berulang kali melihat antara Hajime dan Kaori. Sepertinya, Kaori bisa menyadari kalau pria berambut putih, memakai penutup mata, dan bermantel hitam itu adalah Hajime hanya dengan sekali pandang, tapi Shizuku tidak bisa mengenalinya.
Namun, saat dia melihat wajah pria itu yang menoleh sambil menunjukkan senyum kecut, wajah itu segera tumpang-tindih dengan Nagumo Hajime yang ada di ingatannya, dan Shizuku, dengan mata terbuka lebar, mengeluarkan suara terkejut.
"Eh? Eh? Apakah dia benar-benar Nagumo-kun? Eh? Apa? Apa yang sebenarnya terjadi di sini?"
"Yah, tenanglah, Yaegashi. Bukankah bersikap tenang adalah daya tarik utamamu?"
Bahkan Shizuku tidak bisa tetap tenang setelah urutan kejadian yang tak dapat dipercaya itu. Beberapa saat yang lalu dia sudah bersiap untuk mati, dan sekarang dia dihadapkan dengan teman sekelasnya yang seharusnya sudah mati. Saat Shizuku masih mengeluarkan suara tidak jelas, Hajime menatap ke arah lubang tempat dia masuk, merasakan keberadaan mereka. kemudian, jatuhlah seorang gadis berambut pirang, Yue, yang ditangkap olehnya dengan gendongan ala tuan puteri dan menurunkannya dengan hati-hati. Berikutnya, dia menangkap gadis bertelinga kelinci, Shia, yang melompat turun dengan cara yang sama.
Terakhir yang datang adalah seorang pemuda berpakaian serba hitam, Endou Kousuke.
“N-Nagumooo! Kau—! Aku terhempas gara-gara itu! Tunggu, apa-apaan yang barusan!? Kau langsung menembus tanah menggunakan itu…"
Dia menatap sekeliling saat dia mengeluh. Kemudian, dia melihat sahabat baiknya, bersama dengan rekan-rekannya yang lain, sedang dikepung oleh segerombolan monster. Setelah menyadari bahwa dia tengah ditatapi oleh teman-teman sekelasnya yang membeku, "Nuoh!", dan berteriak aneh. Bagi Endou, suara mereka setengah ungkapan kegembiraan karena pertemuan mereka kembali, dan kemarahan karena dia kembali.
”Kousuke!"
”Jyuugo! Kentarou! Aku membawa bala bantuan!"
Mendengar kata ”bala bantuan," Kouki dan wanita Ras Iblis itu menoleh ke arah Hajime dan kedua gadis yang datang bersamanya. Namun, Hajime mengabaikan tatapan itu dan mulai memberikan perintah kepada Yue dan Shia dengan ekspresi sedikit kesal.
”Yue, maaf, bisakah kau melindungi orang-orang bodoh di sebelah sana? Shia, tolong rawat kesatria yang pingsan di sebelah sana. Orang yang mengenakan armor penuh itu."
Nn... serahkan padaku.”
”Baik!"
Yue berjalan dengan tenang tanpa mempedulikan monster-monster yang mengepung mereka. Sementara itu, Shia melompat dengan hebatnya melewati sekumpulan para monster dan mendarat di sebelah Meld yang terkapar.  
”H-Hajime-kun..."
Kaori kembali memanggil Hajime, dengan suara gemetar. Nada mungkin dipenuhi kebahagiaan karena reuni ini, namun juga ada rasa sedih. Itu karena dia berpikir kalau Hajime datang kemari untuk mati. Meskipun Kaori tidak tahu bagaimana dia bisa sampai ke sini, tapi ekspresinya mengatakan pada pemuda itu untuk segera pergi dari tempat ini.
Mengangkat bahu, dia menatap kembali Kaori.  Hajime berkata singkat, ”Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja. Duduk manis saja dan lihatlah." Setelah mengatakan itu, dia mengaktifkan ”Light Speed" yang meningkatkan persepsinya secara drastis. Lalu, dia mengeluarkan tiga buah Cross Bits dari "Treasure Box" yang kemudian mengelilingi Kaori dan Shizuku seperti perisai.
Objek mirip salib yang tiba-tiba muncul entah dari mana membuat Kaori dan Shizuku terkejut. Dengan punggung menghadap kedua gadis itu, Hajime mengajukan usulan kepada wanita Ras Iblis itu dengan sikap sombong. Itu adalah rasa belas kasihannya karena wanita ras iblis itu masih belum menjadi musuhnya.
”Wanita rambut merah yang ada di sana. Aku tidak akan melakukan apapun jika kau segera pergi dari sini. Cepat enyahlah dari sini jika kau tidak ingin mati."
"... Apa katamu?"
ltu bukanlah perkataan yang bisa dikatakan oleh seorang manusia biasa yang dikepung oleh monster. ltulah alasan kenapa wanita ras iblis itu bertanya balik. Menanggapi hal itu, Hajime mengulangi perkataannya dengan ekspresi heran.
”Keputusan yang tepat itu diperlukan di medan pertempuran. Itulah sebabnya aku mengatakan, cepat enyahlah dari sini jika kau tidak ingin mati. Sekarang sudah paham?"
Setelah memastikan dia tidak salah dengar, wanita ras iblis itu menghapus ekspresi dari wajahnya dan memerintahkan para monster sambil menunjuk ke arah Hajime, “Bunuh dia."
Kali ini, situasi yang terlalu mendadakkhususnya kematian Ahatd kesayangannya karena serangan misterius membuat wanita ras iblis itu kehilangan ketenangan dan membuat sebuah kesalahan besar.
Meskipun Hajime memiliki tujuan tersendiri, wanita ras iblis itu terlalu marah kepada Hajime yang menginjak-iniak Ahatd, seekor monster yang dia jaga baik-baik karena itu adalah pemberian petinggi terhormatnya. Selain itu, ada kebingungan karena situasi tak dapat dipercaya dimana langit-langit dungeon telah dihancurkan hanya karena dia ingin turun ke bawah. Pokoknya, dia pasti bisa membuat keputusan yang lebih hati-hati jika itu adalah dirinya yang biasanya. Namun, nasi sudah menjadi bubur.
”Begitu... Jadi, aku anggap kuanggap kau itu adalah "musuh", ok?"
Gumam Hajime di saat bersamaan dengan serangan dari seekor Chimera. Dibelakang Hajime, "Hajime-kun!" dan "Nagumo-kun!" suara peringatan yang dipenuhi dengan desakan bisa terdengar. Hajime dengan santai mencengkeram Chimera yang menyerang dari sisi kirinya dengan tangan buatannya dan mengangkatnya dengan mudah.
Chimera itu terkejut dan berusaha untuk melepaskan diri yang membuat ruang terdistorsi parah. Melihat hal itu, Hajime melihatnya dengan tatapan mencemooh.
”Oi, oi apa-apaan ini? Sihir setengah matang ini. Apakah kau seniman jalanan?"
Karena tidak ada artinya meskipun keberadaan dan sosok seseorang menghilang jika ruang terdistorsi saat mereka bergerak. Hajime tanpa sadar mengomentari itu. Bahkan di dalam jurang, terdapat monster yang dapat menyembunyikan keberadaannya dan mengetahui keberadaan mereka adalah hal yang merepotkan. Dibandingkan dengan mereka, Hajime berpikir bahwa itu terlalu kekanak-kanakan karena sihir penyembunyi langsung terbongkar saat dia bergerak.
Berdiri diam sambil mengangkat tubuh besar Chimera yang memiliki berat ratusan kilogram itu saat dia berusaha melepaskan diri di tengah udara, Hajime membuat wanita ras iblis, Kaori, dan yang lainnya tercengang.
Hajime melirik ke arah mereka dan menggunakan "Great Arm" untuk membonting Chimera itu ke tanah seolah-olah dia sudah tidak tertarik lagi dengan makhluk itu.
BoOoOoOmM!!
BaAaAaAaNNNG
Dengan sebuah suara keras, Chimera itu mendapati kepalanya dihancurkan dan menciptakan kawah di atas tanah. Selanjutnya, setelah mengeluarkan Donner, Hajime mengarahkan railgun-nya ke arah ruang yang sekilas tampak kosong dan menembakkannya.
BAAANG BAAAAANNNG
Suara ledakan kering terdengar dan dia buah kilatan cahaya membelah udara, tanpa ampun mengenai targetnya masing-masing. Ruang terdistorsi untuk sesaat, lalu seekor Chimera dengan kepala hancur dan sesosok Brutal dengan jantung tertembak muncul di tempat itu. Mereka berdiri mematung untuk sesaat, dan roboh ke tanah.
Tidak bergerak tetapi tidak dapat menyembunyikan aliran angin, getaran angin dan tanah, tatapan, niat membunuh, aliran sihir, dan suhu mereka membuat mereka menjadi target tak bergerak bagi Hajime.
Bahkan tanpa melihat monster yang baru dia kalahkan, Hajime melangkah ke depan ke dalam medan pertempuran, tidak, ke area eksekusi. Apa yang dimulai bahkan tak dapat disebut pertempuran. Itu adalah pembantaian satu sisi oleh monster yang seharusnya tidak mereka jadikan musuh.
Wanita ras iblis itu terkejut melihat para monster dibunuh dengan mudah sementara teman sekelasnya terdiam membeku merasa merinding melihat senjata yang seharusnya tidak ada di dunia ini. Mengabaikan orang-orang yang membeku itu, para monster menyerang Hajime satu demi satu, dengan patuh menjalankan perintah wanita ras iblis itu.
Seekor kucing hitam menyelinap di belakangnya dan menembakkan tentakelnya, tapi Hajime tidak berbalik dan hanya memutar pergelangan dari lengannya dimana Donner itu terpasang dan menembak ke belakang. Peluru berkecepatan supersonik dengan mudah menembus dahi kucing hitam itu.
Tanpa berhenti untuk melihat rekan-rekannya, serigala bermata empat berlari ke arahnya dari kiri dan kanan di saat bersamaan. Namun, Schlag, yang entah kapan sudah dikeluarkan, menerbangkan musuh di sebelah kirinya sementara Donner menghancurkan musuh di sebelah kanannya.
Pada saat itu, kucing hitam yang bersembunyi di balik mayat serigala bermata empat menembakkan tentakel mereka bekerja sama dengan Chimera yang mendekat dari belakang Hajime. Namun, Hajime melompat beberapa meter ke atas, bersalto di udara, dan saat sedang menghadap ke bawah, para kucing hitam yang melayang dan dua Chimera, yang kehilangan jejak dari target mereka, menjadi sasaran railgun Hajime.
Di antara daging dan darah yang berceceran seperti badai bunga, dua Brutal yang terlihat mirip satu sama lain datang sambil mengayunkan gada mereka, mengincar saat dimana Hajime mendarat. Namun, masa depan yang dapat ditebak dengan mudah seperti itu tidak akan mempan pada monster seperti Hajime, dan dia kembali melompat di udara menggunakan ”Aerodynamic". Dia kemudian menembakkan Donner dan Schlag di sebelah kiri dan kanannya sambil berputar seperti gasing.
Tembakan mematikan yang dia keluarkan tidak hanya bergerak ke arah dua Brutal yang menunggunya, tetapi juga menembus dan menghancurkan kepala milik Chimera dan serigala bermata empat yang mendekat dari belakang.  Saat masing-masing monster itu menyemburkan darah, Hajime mendarat seakan-akan mengikuti hukum inersia dan memperlambat momentumnya tepat sebelum dia mendarat.
Mendarat tanpa suara di tengah-tengah mayat dan tanah yang diwarnai oleh darah, Hajime mengeluarkan peluru dari ruang kosong dan menggunakan gunspin untuk mengisi ulang kedua senjatanya..
Dan disaat bersamaan, "KuWAaAA!," sebuah suara aneh tiba-tiba terdengar. Hajime menoleh ke arah suara itu dan di sana terdapat seekor monster mirip kura-kura berkaki enam, Absod, yang mengarahkan mulut terbuka-nya kepada Hajime. Di dalam mulutnya terdapat sebuah kompresi kekuatan luar biasa yang bersinar dengan warna putih.
Itu adalah kekuatan sihir besar yang disimpan sebelumnya dari 'Last Loyalty' milik Komandan Meld. Jangkauan ”Last Loyalty” hanya beberapa meter tapi kekuatannya sudah lebih dari cukup untuk memusnahkan seseorang.
Kekuatan sihir itu dikompresi sampai batasnya dan sesaat kemudian ditembakkan seperti laser ke arah targetnya, Hajime. Cahaya mematikan itu mendekat sambil menghancurkan tanah yang di jalurnya. Namun, Hajime dengan tenang mengeluarkan sebuah perisai besar mirip peti mati dari ruang kosong, memasangkannya ke tangan kirinya, dan mengaktifkan ”Vajra” pada saat dia mengangkat perisai itu. Sama seperti pohon besar yang akarnya tertanam kuat di tanah, tidak ada rasa gelisah di mata Hajime yang menunjukkan tekadnya yang tak tergoyahkan.
Sebuah ledakan besar bergema saat kekuatan sihirmirip laser itu mengenai sasarannya, dan udara yang bergetar menunjukkan seberapa kuatnya serangan itu. Namun, Hajime, yang menerima serangan langsung, bahkan tidak bergerak selangkah pun, dan malah menunjukkan senyum licik, dan mulai mengayunkan perisainya untuk menangkis serangan itu. Tujuan serangan itu di arahkan adalah...
"Khl? Sialan!"
Itu adalah si wanita ras iblis. Sejak saat Hajime mulai membunuh para monster dengan mudah, dia merasakan keadaan darurat dan mulai merapalkan sihir kuat dengan rapalan yang panjang, tapi Hajime menyadarinya dan mengarahkan serangan Absod ke arah wanita ras iblis itu untuk menggagalkannya.
Situasi tak terduga itu membuat wanita ras iblis itu mengambil tindakan penghindaran dengan panik, tapi Hajime hanya menyesuaikan sudut dari perisainya agar serangan itu mencapainya. Tembakan cahaya mendekatinya dan menghancurkan dinding, membuat wanita ras iblis itu berlari di sisi dinding dengan panik. Ekspresinya sama sekali tidak menunjukkan ketenangan yang tersisa.
Namun, serangan itu perlahan mulai mendekati punggungnya, dan saat dia berpikir bahwa dia akan dihantam oleh serangan yang milik bawahannya, kekuatan sihir yang disimpan Absod habis dan serangan itu berakhir.
”Cih...”
Tanpa sedikitpun kesempatan untuk menanggapi decakan lidah Hajime, wanita ras iblis itu menghembuskan nafas lega hanya untuk terdiam membeku beberapa saat kemudian.
BaAaAaNNNG!!
Sebuah suara ledakan menderu bersama dengan perasaan panas yang lewat tepat di samping pipi kanannya, dan sesuatu berwarna putih tercecer.
Sesuatu itu adalah sisa-sisa dari gagak putih yang sebelumnya berdiri di bahu wanita ras iblis itu. Meskipun situasi tidak berjalan seperti yang dia duga, Hajime menanggapinya dengan menembakkan Donner ke arah Absod dan Schlag ke arah gagak putih itu.
Meskipun Absod mencoba untuk menghindar untuk menahan peluru itu sehingga dengan kecepatan luar biasanya peluru tersebut hanya meninggalkan suara kecil, tapi Absod bahkan tidak dapat merasakan peluru yang berakhir menembus mulutnya yang terbuka dan kesadarannya terjatuh menuju kegelapan tiada akhir.
Bahkan gagak putih itu mendapati tubuhnya hancur dan mati dalam sekejap, menyebarkan bulu putih bersama dengan daging dan darah. Menerima dampak dari railgun, wanita ras iblis itu kehilangan keseimbangan, jatuh terduduk, dan tanpa sadar mengelus pipinya. Apa yang tertempel disana adalah daging dan darah milik gagak putihnya, dan disaat bersamaan dia merasakan panas dari luka bakar yang parah.
Jika sarangan itu bergeser beberapa centimeter saja... Wanita ras iblis itu gemetar saat membayangkan apa yang mungkin akan terjadi. Dengan kata lain, Hajime yang memiliki kekuatan tanpa tanding yang dapat mengalahkan pasukan monster dengan mudah seolah-olah dia sedang membunuh serangga di depan matanya, dan juga dapat membunuhnya kapan saja. Bahkan saat ini, nyawanya berada di genggaman tangan Hajime.
Wanita ras iblis itu memiliki kebanggaan yang kuat sebagai warrior, tapi dia tidak bisa menghentikan tubuhnya yang gemetar dihadapan entitas mirip monster itu. Apa-apaan itu? Kenapa hal seperti ini bisa ada? Bagaimana aku bisa lolos dari monster itu!? Pikiran seperti itu memenuhi kepala wanita ras iblis itu, dan itu terus berputar-putar di dalam dirinya.
Kouki dan yang lain merasakan hal yang sama dengannya. Mereka tidak bisa langsung menyadari kalau pemuda berambut putih dan memakai penutup mata itu adalah Hajime. Mereka tidak bisa memahami siapa orang misterius yang dapat dengan mudah membantai monster yang membuat mereka terpojok.
“'Apa-apaan itu...? Siapa dia sebenarnya!?"
Gumam Kouki saat tubuh tak berdayanya terbaring di tanah. Semua orang di sekitarnya juga memiliki pertanyaan yang sama di kepala mereka. Orang yang menjawabnya adalah orang yang mereka suruh untuk melarikan diri tapi malah kembali kesini lagi, Endou.
”Haha, aku tahu ini sulit dipercaya... tapi dia adalah Nagumo."
" " " " " Hah?" " " " "
Perkataan Endou membuat Kouki dan yang lain kehabisan kata-kata di saat yang bersamaan. Sambil melihat Endou, mereka berpikir, “Apakah ini anak masih waras?", dan menunjukkan beberapa gestur menggunakan tangan mereka. Berpikir, mau bagaimana lagi, huh~, Endou hanyo bisa mengangkat bahunya karena dia mengatakan yang sebenarnya.
“Seperti yang kukatakan, dia adalah Nagumo, Nagumo Hajime. Nagumo yang jatuh dari jembatan saat itu. Dia bertahan hidup di kedalaman dungeon dan mendaki ke atas dengan kekuatannya sendiri. Saat datang kemari, dia memperlakukan para monster seakan-akan mereka hanyalah serangga. ltu benar-benar sulit dipercaya! Aku juga berpikir demikian... tapi itu adalah kebenarannya. "
”Nagumo, eh? Maksudmu Nagumo masih hidup!?"
Kouki berkata dengan terkejut. Oleh karenanya, yang lain bersama-sama mencoba menatap ke arah pemuda dengan kekuatan luar biasa yang terus membantai para monster... tapi seperti yang diharapkan mereka mencoba menyangkalnya sambil berpikir, "Bagaimana mungkin dia bisa Nagumo?" Endou memahami perasaan mereka dan dengan sebuah gestur dia berkata, ”Yah, itu benar. Meskipun dia benar-benar berubah, aku telah melihat status plate-nya,” Endou kembali memberitahu mereka bahwa pemuda itu adalah Nagumo Hajime sambil menunjukkan senyum kecut.
Semuanya merasa bahwa itu adalah hal yang mustahil saat mereka melihat kekuatan tanpa tanding milik Hajime, dan seseorang yang paling kebingungan berkata,
"B-Bohong. Nagumo sudah mati. Bukankah itu yang terjadi? Semua orang melihatnya. Tidak mungkin dia masih hidup! Kita sudah menyetujui hal itu!”
”Uwah, ada apa denganmu! Aku sudah melihat status plate-nya jadi tidak salah lagi kalau itu memang dia."
”Bohong! Pasti ada semacam trik! Dia pasti sedang menyamar dan mencoba menipu kita !"
”Tidak, apa yang sedang kau katakan? Tidak ada alasan baginya untuk melakukan hal itu."
Orang yang mengatakan hal tak masuk akal sambil menggenggam kerah Endou adalah Hiyama. Dia menyangkal keselamatan Hajime dengan ekspresi sangat pucat. Kondou dan orang lain di sekelilingnya sedikit terkejut dengan penampilan Hiyama.
Hiyama yang gelisah disiram dengan air dingin, dalam artian sebenarnya. Sejumlah besar air tiba-tiba muncul di atas Hiyama dan tersiram padanya seperti sebuah air terjun kecil. Hiyama agak gelagapan karena air itu disiram tepat saat dia sedang menghirup nafas. Setelah disiram dengan air, dia mulai terbatuk-batuk. Apa-apaan itu? Kebingungan Hiyama hanya diiawab oleh suara yang jauh lebih dingin daripada air yang barusan.
"... Diamlah. ltu menjengkelkan."
Meskipun Hiyama tampak jadi lebih gelisah dan mencoba menanggapinya, dia secara insting menelan perkataannya saat dia memalingkan pandangannya ke arah suara itu. Bagaimanapun, sumber suara itu, Yue, sedang menatap Hiyama dengan tatapan super dingin seolah-olah dia sedang melihat serangga. Di saat bersamaan, tidak sedikit orang yang melupakan situasi mereka setelah mereka tergoda oleh gadis ideal yang kecantikannya sama seperti boneka kelas tertinggi.
Hal yang sama dapat dikatakan pada party Kouki. Pandangan mereka secara alami tertarik pada gadis cantik tidak peduli apakah mereka perempuan atau laki-laki. Bahkan Suzu jelas-jelas tergoda dan berkata, ”Whoaaa-," dengan suara aneh. Itu bukan hanya karena kecantikannya, dia juga terselimuti oleh atmosfer yang berkebalikan dengan penampilan mudanya yang membuat party Kouki tergoda.
Dan pada saat itu, mungkin karena perintah wanita ras iblis itu, beberapa monster datang untuk menyerang party Kouki. Dia mungkin berencana untuk menjadikan mereka sebagai sandera sama seperti dia menggunakan Meld. Itu adalah tanggapan normal karena dia bahkan tidak bisa membayangkan untuk menangkap Hajime dalam pertarungan adil.
Suzu segera berpikir untuk menciptakan perisai. Setelah mengaktifkan sihir terus-menerus, tubuhnya yang kelelahan mulai berteriak. Dia menggigit bibirnya untuk mencegah dirinya pingsan... tapi Yue dengan lembut menghentikan Suzu menggunakan tangannya. Mendapati Yue menepuk kepalanya, Suzu tanpa sadar mengatakan ”Ehh?" dengan suara santai dan menghentikan rapalannya.
"… Jangan khawatir."
Gumam Yue, dan Suzu berkata, ”Ah, sekarang sudah aman," tanpa dasar apapun dan tanpa sedikitpun kekuatan meninggalkan tubuhnya. Bahkan dirinya sendiri tidak tahu kenapa dia bisa menerima perkataan Yue dengan mudah, tapi dia merasa seperti sedang dilindungi oleh seorang kakak perempuan yang dapat diandalkan.
Yue berpaling dari Suzu dan menatap para monster yang telah mempersiapkan taring, cakar, tentakel, dan gada mereka. Lalu, dengan sebuah kalimat dia mengaktifkan sihirnya.
""Blue Dragon".”
Sesaat kemudian, sebuah bola bemama kebiruan dengan diameter sekitar 1 meter muncul di atas Yue dan yang lainnya. Mereka yang menggunakan sihir atribut api mengetahui kalau itu adalah sihir tingkat tertinggi, sebuah sihir api biru yang bisa mengubah semuanya menjadi abu, ”Blue Imperial”. Sungguh abnormal bisa mengaktifkannya tanpa satu rapalan pun dan dalam waktu sekejap. Khususnya kelompok garda belakang; mereka mengetahui apa yang terjadi dan hanya bisa mendongak ke atas ke arah api biru itu dengan terkejut.
Namun, itu hanyalah awal dari apa yang akan membuat mereka benar-benar terkejut. Api biru yang terbakar dengan cemerlang itu tiba-tiba berubah bentuk menjadi seperti ular, menyerang Brutal yang hendak mengayunkan gadanya dan para monster lainnya dengan cara menelan mereka. Mereka langsung mati dalam sekejap, dan bahkan tidak menyisakan abu sedikitpun.
Tak lama kemudian, bentuk dari api biru itu berubah dan berenang di udara. ltu adalah seekor naga api berwarna biru, dengan panjang sekitar 30 meter. Dengan Yue di tengah-tengahnya, naga biru itu melindungi Kouki dan yang lain dengan cara melingkari mereka. Lalu, dia mengangkat kepalanya, dan membuka rahangnya ke arah para monster yang berdiri mematung karena dia tidak bisa mendekati api neraka biru yang akan memusnahkan segalanya.
RoOoAAAR!!!
Naga itu meraung. Dan dalam sekejap, tubuh para monster itu beterbangan. Seakan-akan tubuh mereka ditarik oleh gaya gravitasi, mereka melompat ke dalam rahang naga itu satu per satu. Meskipun yang lain memahami kalau itu bukanlah aksi bunuh diri karena para monster itu berusaha keras untuk melepaskan diri di udara dengan panik karena situasi yang tiba-tiba itu. Melihat para monster melemparkan diri mereka secara berurutan ke dalam pemusnahan yang bahkan tidak menyisakan abu sedikitpun, membuat mereka merasa kalau itu adalah sebuah lelucon yang buruk.
"Apa-apaan sihir ini...”
Gumam seseorang. Sihir misterius itu telah memusnahkan para monster, yang membuat party Kouki tidak dapat menutup mulut mereka yang terbuka lebar. Tapi itu tak dapat dihindari. Bagaimanapun, sihir ini sama seperti ”Thunder Dragon", sebuah sihir orisinil milik Yue, yang terbentuk dengan cara mengombinasikan sihir elemen api tertinggi, ”Blue Imperial," dan salah satu sihir Zaman Dewa, sihir gravitasi.
Kebetulan, alasan kenapa dia menggunakan “Blue Dragon” bukannya "Thunder Dragon" adalah karena Yue ingin melatih dirinya sendiri. Thunder Dragon adalah kombinasi antara sihir gravitasi dan sihir atribut angin tingkat tinggi, petir, jadi "Blue Dragon” memiliki tingkat kekuatan dan kesulitan yang lebih tinggi. Karena dia baru saja bisa mengombinasikan sihir tingkat tertinggi, dia ingin menjadikan ini sebagai debutnya.
Tentu saja, party Kouki yang tidak mengetahui hal itu mengalihkan tatapan mereka dari "Blue Dragon" ke arah Yue, hendak meminta penjelasan. Namun, dengan tenang menegakkan punggungnya, Blue Dragon itu berhenti dan apinya bersinar semakin terang. Bersama dengan sosok cantik Yue, itu membuat party Kouki menahan nafas mereka, dan mereka tidak dapat mengutarakan satu pertanyaan pun. Beberapa orang segera mendapati hati mereka tercuri oleh Yue… khususnya Suzu; dia mengeluarkan seruan gembira seperti seorang pria tua.
Di sisi lain, saat wanita ras iblis itu melihat "Blue Dragon” yang mengerikan itu dari kejauhan, dia mengumpat dalam hati, "Disini hanya ada monster, huh!". Kesal melihat para monster dimusnahkan satu per satu, dia mengubah sasarannya kepada wanita kelinci yang ada di samping Meld yang terluka parah, dan dua orang gadis yang terpisah dengan yang lainnya.
Namun, wanita ras iblis itu semakin terjerumus dalam keputusasaan.
Brutal yang datang untuk menyerang Shia mendapati kepalanya terlempar seperti pinball dengan sebuah ayunan dari Doryukken. Dia kemudian memutar tubuhnya menggunakan momentum dari serangan pertamanya ke arah serigala bermata empat yang datang mendekat dari belakangnya dan serigala itu mati dengan mudah karena serangan yang mengandung kekuatan sentrifugal cukup besar.
Sekali lagi, Chimera dan para kucing hitam hendak menyerang Kaori dan Shizuku. Shizuku menggertakkan giginya, dan mempersiapkan pedangnya yang patah untuk menghadapi monster yang datang. Namun, seakan-akan untuk menghentikan mereka, cross bits yang melayang di sekitarnya datang ke antara Shizuku dan Chimera.
Shizuku agak terkejut oleh salib misterius yang bergerak seakan-akan melindungi dirinya. Tiba-tiba, sisi yang lebih panjang dari salib itu berputar ke arah Chimera dan terdengar suara bergemuruh. ”Serius, benda apa itu!?" teriak Shizuku dalam hati, saat sesuatu yang berputar hampir menggores pipinya dan jatuh ke tanah dengan suara metalik. Suara bergemuruh yang sama terdengar dari samping Kaori, dan suara metal yang sama kembali terdengar.
Meskipun bingung, Kaori dan Shizuku mengembalikan perhatian mereka ke arah para monster yang berdatangan, dan apa yang mereka lihat hanyalah sosok monster dengan kepala hancur berantakan... Mereka kehabisan kata-kata dan mengalihkan pandangan mereka ke arah sumber suara metalik dan memastikan apa itu.
”Bukankah itu… selongsong peluru?”
”Selongsong peluru... sebuah pistol?”
Kaori don Shizuku saling menatap satu sama lain saat mereka mengatakan istilah aneh itu dengan keras. Mereka semakin yakin setelah melihat sosok Hajime yang mengamuk dengan senapan di kedua tangannya. Salib yang melayang untuk melindungi mereka mirip dengan senjata jarak jauh dari suatu tempat.
”M-Menakjubkan... Hajime-kun bisa menggunakan Funnel."
"Hanya saja, sejak kapan kau menjadi NewType...’
Kaori don Shizuku mendapatkan kembali ketenangan mereka setelah monster yang mengepung mereka dibantai dalam sekejap. Mereka menyuarakan tanggapan aneh yang disalurkan ke telinga Hajime melalui Cross Bits itu. Dan sebaliknya, Hajime ingin menanggapi balik perkataan mereka tentang bagaimana mereka berdua mengetahui referensi semacam itu. Namun, Hajime tidak mengkhawatirkan hal itu berkat skill yang dia asah saat bersama dengan Yue dan gadis lainnya, "Biarkan saja."
”Serius... apa-apaan ini."
Wanita ras iblis itu bergumam tak berdaya. Tidak peduli apapun yang dia coba, semuanya gagal dan dihancurkan dengan kekuatan murni. HaI-hal mengesalkan itu membuat pikirannya diserang oleh perasaan kekalahan. Hampir tidak ada lagi monster yang tersisa, dan sudah jelas bagi siapapun siapa pemenang dan pecundangnya.
Harapan terakhirku! Wanita ras iblis itu menembakkan sihir ke arah Hajime agar bisa lolos yang melarikan diri ke arah salah satu pintu keluar dengan sekuat tenaga. Sihir yang ditembakkan ke arah Hajime adalah "Final Prison." Sihir itu meledak tepat di samping Hajime, dan asap pengeras menyelimutinya. Party Kouki menahan nafas mereka sementara Kaori dan Shizuku meneriakkan nama Hajime.
Melirik party Kouki yang terguncang, wanita ras iblis itu akhirnya mencapai salah satu pintu keluar.
Namun...
"Haha... aku sudah skak mat, huh."
 "Benar sekali.”
Di hadapan wanita ras iblis itu melayang cross bits dengan moncong bemama hitam sedang terarah kepadanya dari dalam lorong. Dengan sebuah tawa kering, wanita ras iblis itu baru menyadari kalau dia sudah skakmat sejak saat sebelum dia menyerang Hajime, dan dia tanpa sadar mengeluarkan tawa kering. Sebuah suara tenang penuh kebencian terdengar dari belakang.
Kali ini,wanita ras iblis itu menoleh ke belakang dengan putus asa dan melihat Hajime berjalan semakin mendekat di dalam asap pengeras seolah-olah tidak terjadi apa -apa. Selanjutnya, dia menyebarkan asap pengeras itu ke lorong lain dengan cara menyapunya menggunakan gelombang merah dan" ”Magic Emission."
“Dasar monster. Untuk bisa menggunakan sihir tingkat tinggi seperti mainan anak-anak... Kau, apakah kau benar-benar manusia?"
"Sebenarnya, aku sendiri juga meragukan hal itu. Tapi, menjadi monster itu tidak buruk juga, kau tau?"
Haiime dan wanita ras iblis itu berkata dengan sikap bercanda dari jarak cukup dekat. Saat wanita ras iblis itu melihat ke dalam ruangan, para monster sudah benar-benar dimusnahkan tanpa dia sadari. Sekali lagi dia mengumpat dengan suara kecil, ”Dasar monster."
Mengabaikannya, Hajime mengarahkan moncong Donner ke arah wanita itu. Senjata kematian yang sedang di arahkan tepat di depan matanya itu membuat wanita ras iblis itu menyadari bahwa itu adalah saat kematiannya, dan dia menatap ke belakang.
”Baiklah kalau begitu, 'Apakah kau memiliki kata-kata terakhir? Adalah apa yang biasanya dikatakan dalam situasi seperti ini... Sayangnya, aku sama sekali tidak tertarik untuk mendengar harapan terakhirmu. Yang lebih penting, tentang kenapa seseorang dari ras iblis datang kemari... dan darimana kau mendapatkan hewan-monster itu… Bisakah aku mendengar jawabannya darimu?”
”Apakah menurutmu aku akan mengatakannya? Itu bisa saja menjadi keuntungan bagi ras manusia, kan? Kau kira aku sebodoh itu."
Wanita iblis itu berkata dengan nada mencemooh, yang membuat Hajime menatapnya dengan mata dingin. Karena itu, tanpa ragu, dia menembakkan Donner ke arah kedua kaki wanita itu.
"AgaaAH !!"
Wanita ras iblis itu berteriak dan roboh ke tanah. Teriakan itu bergema di dalam ruangan sunyi dimana para monster sudah tidak lagi bernafas. Hajime tahu kalau teman sekelas yang ada di belakangnya sedang menelan ludah karena tindakan tanpa ampunnya. Namun, tidak mengkhawatirkan hal semacam itu, Hajime kembali bertanya dengan Donner terarah ke wanita itu.
”Apakah itu ras manusia atau ras iblis, aku tidak peduli dengan masalah duniamu. Aku bertanya kepadamu bukan sebagai seseorang dari ras manusia. Aku bertanya hanya karena aku ingin tahu. Jadi, jawab itu sekarang."
“... ...”
Wanita itu melotot ke arah Hajime sambil menggertakkan giginya karena rasa sakit. Melihat matanya, Hajime menyadari kalau sepertinya dia tidak akan berbicara, jadi sebagai gantinya dialah yang mulai berbicara.
“Yah, aku sudah bisa menduganya dengan samar. Kau datang kesini untuk menaklukkan "Dungeon Besar,” kan?
Alis wanita ras iblis itu mengedut mendengar perkataan Hajime. Hajime melanjutkan perkataannya sambil mengamati reaksi wanita itu dengan seksama.
"Para monster itu dibuat menggunakan sihir Zaman Dewa... sepertinya aku benar. Begitu, jadi perubahan di sisi ras iblis terjadi karena mereka menaklukkan Dungeon Besar dan mendapatkan sihir Zaman Dewa yang dapat memperbudak monster, huh... Hasilnya, sisi ras manusia juga bergerak untuk menaklukkan Dungeon Besar dengan cara menyelidiki dan memanggil para pahlawan…"
”Bagaimana... jangan-jangan..."
Hajime telah mengatakan cerita yang tepat sasaran, dan hal itu menggetarkan wanita ras iblis itu. Dengan ekspresi terguncang, dia mempertanyakan bagaimana Hajime mengetahui hal itu saat sebuah kemungkinan melintas di pikirannya. Melihat ekspresinya, Hajime menyadari kalau Hajime juga merupakan seorang penakluk dungeon. Dengan sebuah lirikan, Hajime menjawab, ”Benar.”
"Begitu, jika kau sama dengan orang itu... maka aku bisa memahami kekuatan monstermu... Ah, bukankah ini sudah cukup? Cepat bunuh aku. Bagaimanapun, aku tidak berniat menjadi tawanan…"
”Seperti orang itu… kan. Yang kau maksud pasti adalah penakluk yang memberikan para monster itu kepadamu, huh..."
Ekspresi yang wanita itu tunjukkan mengatakan bahwa dia lebih baik melakukan bunuh diri daripada menjadi tawanan. Oleh karenanya, dia setidaknya ingin mati di dalam sebuah pertarungan. lnformasi tentang penakluk dungeon lainnya sudah cukup bagi Hajime, jadi dengan niat untuk mengakhirinya, niat membunuh muncul di matanya. Sebagai balas dendam karena mati di tengah jalan, dan keengganan untuk mengakui kekalahan, wanita ras iblis itu bergumam kepada Hajime.
”Suatu hari, kekasihku akan membunuhmu."
Perkataannya membuat bibir Hajime melengkung dan menunjukkan senyum tak kenal takut.
”Aku akan membunuh musuhku, meskipun itu adalah Dewa. Dan jika itu adalah seseorang yang menari di genggaman Dewa, maka dia tidak akan bisa mencapaiku."
Tidak ada lagi hal yang perlu dibicarakan, jadi keduanya menutup mulut mereka. Hajime mengarahkan moncong Donner ke arah kepala wanita itu.
Namun, pada saat dia hendak menekan pelatuknya, sebuah suara keras menghentikannya.
”Tunggu! Tunggu dulu, Hajime! Dia tidak bisa lagi bertarung lagi, kau tidak perlu membunuhnya!"
Dengan jari masih di pelatuk Donner, Hajime menoleh dengan ekspresi ragu yang seakan mengatakan, ”Apa yang orang ini katakan?”. Kouki berhasil berdiri dengan terhuyung -huyung dan kembali melanjutkan perkataannya.
”Tangkap, benar, kita akan menjadikannya tawanan. Membunuh seseorang yang tidak melawan adalah hal yang tak termaafkan. Aku adalah seorang pahlawan. Dan Nagumo adalah rekanku, jadi tolong mundurlah demi diriku.”
Alasan yang mengandung terlalu banyak sanggahan adalah sesuatu yang menurut Hajime tidak layak untuk didengarkan dan dia segera mengabaikan mereka. Dalam diam… dia menekan pelatuknya.
BaAaAaANNNG!
Sebuah suara ledakan terdengar di ruangan itu. Niat membunuh diarahkan dan sebuah tembakan ditembakkan di dahi wanita ras iblis itu yang langsung membunuhnya dalam sekejap.
Kesunyian menyelimuti sekeliling mereka. Para teman sekelasnya akhirnya memahami dan hanya bisa menahan nafas mereka, bingung dengan pemandangan dimana salah satu teman sekelas mereka telah membunuh seseorang tanpa keraguan sedikitpun. Di antara mereka semua, Kaori lah yang paling terkejut dengan hal itu.
Itu bukan tentang dirinya yang membunuh seseorang. Bagaimanapun, Kaori sendiri sudah bersiap untuk hal itu. ltu adalah hal yang wajar karena mereka telah memasuki peperangan di dunia ini. Bagaimanapun, bertarung melawan monster di dalam dungeon hanyalah sebuah latihan tempur.
Itulah sebabnya, hari dimana dia akan membunuh orang lain pasti akan tiba, karena dia harus membunuh para musuh, dan dia sudah siap untuk melakukannya. Dia adalah penyembuh yang berada di belakang, tapi memikirkan Shizuku, Kouki, dan teman lain yang ada di garis depansaat dimana tangannya dan teman-temannya akan dikotori oleh darah, meskipun itu hanya sedikit, membuat hatinya bertekad untuk tidak berpaling dari situasi seperti itu meski hanya sesaat.
Apa yang mengejutkan Kaori adalah karena dia tidak dapat merasakan sedikitpun keengganan, jijik, dan keraguan pada pembunuhan yang dilakukan Hajime. Dia membunuh seseorang seakan-akan itu sama wajarnya seperti bernafas. Hajime yang Kaori kenal adalah seseorang yang meskipun tidak bisa melawan orang lain, dia adalah orang lembut dan kuat yang mampu melompat ke dalam pusaran air demi orang lain.
Bentuk dari kata 'kuat' itu bukanlah kekuatan yang berasal dari kekerasan. ltu adalah kekuatan karena ”memikirkan orang lain" tidak peduli kapanpun dan situasi seperti apa yang dia hadapi. Itulah sebabnya, Hajime yang bisa membunuh seorang musuh yang telah kehilangan semangat dan tidak akan melawan tanpa keraguan ataupun emosi mendalam, telah menjadi seseorang yang benar-benar berbeda dari Hajime yang dia kenal, dan itu mengejutkannya.
Shizuku adalah sahabatnya, jadi dia memahami bahwa Kaori telah menerima kejutan yang sangat kuat. Namun,dia bisa menduga dari mana rasa terkejut itu berasal dari percakapan merasa tentang Hajime saat masih berada di Jepang.
Shizuku menatap Hajime dengan ekspresi tenang dan dia berpikir bahwa dia memang telah berubah, tapi dia tau kalau dia tidak bisa mengeluhkan hal itu karena dia bukanlah siapa-siapa. Itulah sebabnya, sebagai hasilnya, dia tidak bisa melakukan apapun selain berhenti berada terlalu dekat dengan Kaori.
Namun, tentu saja, gumpalan keadilan yang disebut pahlawan tidak akan diam saja tentang hal itu. Suara Kouki bergema seolah-olah untuk menyelimuti ruangan yang dipenuhi oleh kesunyian itu.
"Kenapa, kenapa kau membunuhnya. Apakah kau perlu membunuhnya...”
Hajime berjalan menuju sisi Shia dan membalas pandangan Kouki dengan tatapan menusuk. Dia ragu sesaat tentang bagaimana harus menjawabnya, tapi beberapa saat kemudian, sejak awal, jawaban adalah hal yang tak diperlukan!, pikirnya dan memutuskan untuk mengabaikan Kouki.
Namun, apakah pihak lain akan mengabaikan sikap Hajime adalah masalah yang berbeda...