DIIKUTI OLEH KILATAN MERAH
(Translater : Elsa)



“Itu bohong…kan? Bagaimana Kouki bisa… kalah?”

“T-tidak mungkin…”

“T-tidak… k-kenapa…”

Saat keluar dari ruangan rahasia, teman-teman Kouki kebingungan melihatnya digantung, dan mengucapkan kata-kata yang tidak jelas. Bahkan Shizuku, Kaori, dan Suzu terdiam. Wanita Ras Iblis bersikap dingin kepada mereka yang kehilangan semangat untuk bertarung.

“Hmm, kelihatannya aku bisa menangkap kalian dengan mudah. Aku telah… meremehkan kalian, bocah-bocah kurang ajar. Tetapi kelihatannya memang benar.”

Dengan berwajah pucat, Shizuku bertanya kepada wanita itu tanpa memperlihatkan rasa takutnya.

“… Apa yang kau lakukan?”

“Nn? Ini, kau tahu, kan.”

Setelah menjawab pertanyaan Shizuku, wanita ras Iblis menoleh ke arah Komandan Meld yang dicengkeram oleh Brutal, sampai sekarang.  Mengikuti arah pandang wanita itu, Shizuku mulai memahami situasi ketika melihat Komandan Meld yang sekarat. Komandan Meld hanya ia gunakan untuk mengalihkan perhatian Kouki. Jika orang dikenalnya tertangkap dan sekarat, pastinya gerak-gerik Kouki akan terpengaruh. Setelah itu, pasti dia tidak akan bisa mengendalikan diri.

Kemungkinan besar, wanita itu sudah memahami kepolosan Kouki dari pertarungan mereka sebelumnya. Demikianlah, menggunakan kemampuan khusus Chimera, ia menyembunyikan demonic beast kuat yang langsung menyerang ketika Kouki melompat penuh kemarahan.

“… Jadi? Apa yang kau inginkan dari kami? Kau pasti menginginkan sesuatu karena dengan sengaja membiarkan kami hidup dan mengajak kami berunding, kan?”

“Ah, sesuai dugaan, kaulah yang paling bisa memahami situasinya. Tapi, pembicaraan kita tidak terlalu penting. Ketika aku melihat kalian tadi, aku ingin mengulang tawaranku sekali lagi. Lihatlah, sebelumnya hanya Hero-kun ini yang dengan egoisnya memutuskan semua hal, kan? Selain itu, ada beberapa orang yang istimewa di antara kalian. Maka, aku akan mengulang pertanyaanku. Bagaimana menurut kalian?”

Beberapa orang terpengaruh oleh kata-katanya. Karena itu, Shizuku menatap tajam dan bertanya lagi.

“… Bagaimana dengan Kouki?”

“Fufu, pintar juga… Maaf, aku tidak bisa membiarkannya hidup. Dia tidak akan bergabung dengan kami, jadi tidak mungkin aku bisa membujuknya, kan? Lagipula, dia orang yang cukup mandiri. Karena itulah aku tidak punya alasan untuk membiarkan makhluk berbahaya sepertinya hidup.”

“… Bukankah kami sama saja?”

“Tentu saja; kau kira untuk apa aku membiarkan kalian hidup jika hanya untuk membuatku cemas?”

“Tidakkah kau berpikir bila kami bergabung lalu mengkhianatimu nantinya?”

“Tentunya, aku sudah memikirkannya. Itu sebabnya aku akan memakaikan kalung di leher kalian. Ah, tidak perlu khawatir, benda itu hanya membuat kalian tidak mampu menentang kami. Jadi kalian tidak akan kehilangan kebebasan.”

“Itu sama saja dengan budak yang memiliki kebebasan. Jadi maksudmu, kami tetap bisa memiliki kehendak sendiri, tetapi tidak bisa membahayakanmu.”

“Benar sekali. Aku senang kau bisa cepat tanggap begitu. Dan juga, baguslah jika percakapan ini mulai berkembang.”

Meskipun teman-teman yang lain diam-diam mendengarkan percakapan antara Shizuku dan Iblis itu, mereka juga memandang satu sama lain dengan sorot mata ketakutan dan penuh kekhawatiran. Jika tidak menerima tawaran itu, maka sembilan dari mereka akan dibunuh oleh demonic beast yang bahkan sulit dikalahkan oleh Kouki. Namun, mereka tidak akan bisa melawan ras Iblis lagi jika bergabung dengannya dan memakai kalung itu.

Dengan kata lain, mereka bukan lagi “Pengikut Dewa.” Jika begitu, panggilan dari Gereja Orang Suci yang meminta perlindungan mereka itu menjadi tidak ada gunanya… dan, apakah mungkin mereka bisa kembali ke dunia asalnya…?

Tidak peduli jalan mana yang mereka ambil, tetap tidak ada masa depan yang cerah bagi mereka. Namun…

“K-kurasa kita harus menerima tawaran orang itu!”

Di antara kerumunan yang sunyi, tiba-tiba Eri berusaha berbicara sambil gemetaran. Seketika, mata teman-temannya terbuka lebar karena keterkejutan mereka, dan memperhatikannya dengan seksama. Kepada Eri yang seperti itu, Ryuutarou meneriakinya dengan wajah memerah terbakar amarah.

“Eri, kau! Jadi, kau akan meninggalkan Kouki!”

“Hih!?”

“Ryuutarou, tenanglah! Eri, mengapa kau berpikir begitu?”

Sikap Ryuutarou membuat Eri ketakutan, dan ia bergerak mundur karenanya. Tetapi, Shizuku menegur Ryuutarou dan entah bagaimana bisa menghentikannya. Lalu, Eri menarik nafas dalam-dalam dan mengungkapkan apa yang dirasakannya sambil mengepalkan tangannya erat-erat.

“A-aku hanya… tidak ingin kita semua mati… Bahkan akupun tidak tahu… apa yang harus kuperbuat tentang Kouki-kun… ugh… gulp…”

Eri berkata begitu dengan segenap kekuatannya hingga air matanya menetes. Melihatnya, hati para anggota rombongan itu tergerak. Dan muncullah satu orang yang setuju dengan Eri.

“Aku juga setuju dengan Nakamura. Kekalahan kita sudah dipastikan; Antara hidup atau mati, seharusnya tidak perlu ragu, kan?”

“Hiyama… maksudmu, kau tidak peduli tentang apa yang terjadi pada Kouki, huh? Huh?”

“Lalu, Sakagami, apakah kau ingin melakukan bunuh diri ganda dengan Kouki yang tidak bisa bertarung lagi dan melibatkan kami semua?”

“Bukan begitu! Aku tidak mungkin melakukannya!”

“Jadi tolong tutup mulutmu jika tidak punya saran lain. Sekarang ini, kita harus memprioritaskan cara untuk bertahan hidup.”

Karena perkataan Hiyama, suasananya terasa seakan mereka wajib untuk menerima tawaran itu. Sesuai perkataannya, mereka tidak punya pilihan lain jika ingin bertahan hidup.

Tetapi, mereka tidak bisa langsung memilih jalan ‘itu’ karena perasaan bersalah, ‘Bolehkah kita bertahan hidup sementara Kouki dibunuh?” Anggapannya seperti mereka berani-beraninya mengorbankan Kouki demi keselamatan mereka sendiri.

Lalu, wanita ras Iblis itu memberikan pilihan lain pada saat yang tepat.

“Hmmm, jika kalian memang sekhawatir itu kepada Hero-kun… haruskah aku membiarkannya hidup? Tentu, dia akan mengenakan kalung yang efeknya lebih kuat dari milik kalian. Tetapi, aku ingin kalian semua bergabung dengan kami dulu.”

Shizuku diam-diam mendecakkan lidah ketika mendengarnya. Itu karena ia sudah menduganya sejak awal. Aneh jika Kouki dibiarkan hidup sampai sekarang jika ia sudah bermaksud untuk membunuhnya. Ia hanya perlu membunuh Kouki jika tidak punya pilihan lain.

Jadi, ia membiarkannya hidup hanya untuk saat-saat seperti ini.  Wanita itu pastinya sudah tahu sejak pertarungan sebelumnya, bahwa Kouki dan yang lainnya memang berguna. Namun, ia yakin tidak akan bisa membuat Kouki goyah melalui desakannya. Hanya saja, teman-temannya tidak mengerti soal itu. Jadi ia berencana memisahkan mereka dari Kouki.

Pertama-tama, ia tidak membunuh Kouki untuk meningkatkan rasa permusuhan di antara mereka. Kedua, ia menyuruh mereka memilih, dimana ia memojokkan pilihan itu, antara hidup atau mati. Ketiga, ia membuat mereka memikirkan tentang konsekuensinya dan memilih saat itu untuk menghapuskan permasalahan utama dari pikiran mereka.

Sebenarnya, dengan menggunakan Kouki sebaik-baiknya, ia menciptakan keadaan seakan bergabung dengan ras Iblis itu bukan masalah besar, asalkan mereka selamat. Namun, pada kenyataannya, tidak ada jaminan bahwa Kouki akan dibiarkan hidup. Bahkan meskipun mereka menyesali kematian Kouki, tidak akan mungkin mereka bisa melawan ras Iblis.

Shizuku menyadarinya, tetapi tetap diam dan berbicara sendiri. Sekarang mereka tidak punya pilihan selain bergabung dengan ras Iblis jika ingin tetap hidup. Pasti ada cara untuk menyelamatkan Kouki selama mereka masih hidup.

Akan sangat menguntungkan si wanita Iblis jika ia bisa membuat mereka bergabung. Pertama, pastinya, hal itu akan berdampak pada umat manusia. Lagipula, si “Pengikut Dewa” harapan umat manusia itu, bergabung dengan ras Iblis. Dampaknya… tidak, malah lebih mirip dengan ‘keputusasaan’ yang akan menjadi keutungan besar bagi ras Iblis.

Kedua, ia akan mendapat tenaga pasukan baru. Dengan datang ke «Orcus Great Dungeon», tujuan asli wanita itu adalah untuk menguasai tempat itu dan membawa kembali tenaga baru dari dalam sana. Walau sebenarnya sekarang ia bisa ‘menyapu bersih’ lantai itu menggunakan demonic beast yang ia bawa bersamanya, tidak bisa dibilang ia bisa terus seperti itu. Akan sangat menguntungkan jika ia mendapat Shizuku dan yang lainnya sebagai pasukan baru untuk melengkapi kembali demonic beast yang dibunuh oleh rombongan Kouki.

Jika ini terus terjadi, ia akan berhasil. Wanita ras Iblis itu melayangkan senyum tipis saat menyadari keadaan saat ini.

“S-semuanya… ini buruk… cepat keluar dari sini…”

“Kouki!”

“Kouki-kun!”

“Amanogawa!”

Sumber suara datang dari Kouki yang digantung. Pandangan teman-teman terpusat ke arahnya.

“… Jangan mempercayainya… ia membunuh… Alan-san dan kesatria lainnya… jangan… tertipu… kalian akan dijadikan budak… untuk melawan manusia… jadi pergilah… aku… baik-baik saja… kalian keluar saja dari sini… sendiri…”

Dengan nafas lemah, Kouki memperingatkan akan bahaya kesepakatan itu, mendesak mereka agar meninggalkannya, dan lebih memilih menyuruh mereka pergi tanpanya, yang lagi-lagi mengguncangkan hati mereka.

“… Dalam situasi seperti ini, kau pikir berapa orang yang bisa selamat? Lihatlah kenyataannya! Kita sudah kalah! Bahkan para kesatria… terbunuh! Jadi tidak ada pilihan lain! Kita tidak bisa melakukan apapun selain menerima tawaran itu jika ingin selamat!”

Teriakan marah Hiyama terdengar. Dia menatap Kouki yang masih tidak bisa berdamai dengan keadaan mereka. Hiyama pastinya ingin hidup. Kemungkinan terburuknya, dia hanya akan memastikan Kaori dan dirinya selamat meskipun yang lain tidak. Namun, kemungkinan untuk melakukan itu akan terlalu kecil jika lebih memilih untuk melarikan diri.

Jika dia bergabung dengan ras Iblis, masih ada kemungkinan untuknya diangkat menjadi orang penting disana jika menunjukkan keahliannya, lalu mendapatkan Kaori.

Hiyama tidak peduli apakah Kaori memiliki kemauan sendiri atau tidak. Dia puas selama ia menjadi miliknya.

Karena Hiyama, teman-teman yang lain menjadi tertarik pada masa depan yang lebih dekat dan jelas.

Saat itu, suara yang kuat, namun tersakiti terdengar. Meskipun tidak terlalu keras, tetapi gema-nya terdengar jelas di pendengaran mereka. Suara itu milik seseorang yang telah menyemangati mereka berkali-kali di medan pertempuran. Orang yang dengan tenang mempertimbangkan keadaan apapun, mengeluarkan kata-kata tanpa ragu, dan menjadi teladan bagi mereka. Bagi mereka semua, orang itu seperti seorang kakak, bahkan menjadi figur seorang ayah yang mereka sayangi. Suara Meld menggema di ruangan itu.

“Guh… kalian… kalian hanya memikirkan cara untuk selamat! … Tetaplah percaya pada diri kalian sendiri! … Aku minta maaf karena melibatkan kalian… ke peperangan kami… Meskipun waktu yang kuhabiskan dengan kalian tidak se-lama itu… Aku menyesal telah melibatkan kalian… Karena itu, tetaplah hidup dan kembalilah ke dunia kalian… tidak perlu mengkhawatirkan umat manusia… Sejak awal… peperangan ini harus dihadapi manusia yang ada di dunia ini!”

Kata-kata itu tidak diucapkan oleh Pimpinan Kesatria Kerajaan Herrlicht. Itu semua adalah kata-kata dari seorang pria, Meld Loginz, apa yang benar-benar dirasakannya dengan mengesampingkan posisinya. Dia mengungkapkan apa yang dirasakannya karena sadar bahwa ini adalah akhir baginya.

Mata Kouki dan yang lainnya terbuka lebar-lebar sambil menggumamkan nama Meld. Dia melepaskan diri dari Brutal itu sementara cahaya terpancar dari sekujur tubuhnya. Lalu dia memegang wanita ras Iblis itu erat-erat.

“Kau iblis… kita akan mati bersama!”

“… Itu… hee~, penghancuran diri? Berani sekali. Kurasa aku tidak membencinya.”

“Diam!”

Cahaya yang membungkus Meld itu sekilas mirip dengan “Limit Break” saat kekuatan sihir tersembur keluar dari tubuhnya. Namun, sebenarnya cahaya itu tidak berasal dari tubuhnya, tetapi dari Kristal yang menggantung di lehernya.

Melihat itu, wanita ras Iblis seketika memahami Meld dan memujinya dengan senang hati.

Nama Kristal itu adalah “Last Loyalty/Kesetiaan Terakhir,” alat yang digunakan untuk penghancuran diri, sesuai yang wanita itu katakan. Orang yang memiliki posisi tinggi di Kerajaan dan Gereja Orang Suci tentunya membawa informasi penting bersamanya. Dan karena ada sihir yang mampu membaca pikiran seseorang, yang termasuk dalam sihir kegelapan, dia terpaksa membawa Kristal itu ketika berada di garis depan. Kristal itu akan digunakan pada keadaan darurat, agar pemikiran pengguna, yang juga membawa rencana untuk melibatkan musuh dalam penghancuran diri, tidak dapat terbaca oleh musuh.

Serangan akhir Meld yang mengorbankan nyawanya membuat rombongan Kouki memanggil-manggil namanya. Namun, tidak seperti mereka, wanita ras Iblis itu tetap tenang meskipun ia akan tertelan oleh ledakan dan mati.

Demikianlah, “Last Loyalty,” yang Meld bawa, semakin bersinar, dan satu kalimat terucap tepat sebelum benda itu diaktifkan.

“Musnahkanlah, Absod.”

Seketika, setelah teriakan wanita ras Iblis itu terdengar, “Last Loyalty” sudah mencapai batasnya,  mengeluarkan cahaya yang dahsyat, dan berhenti bersinar.

“A-apa yang terjadi!”

Jika dilihat dengan seksama, cahaya yang meluap-luap itu berhamburan ke satu arah. Meld dengan ketakutan melihat ke arah sana sementara masih memegangi wanita itu. Di saat yang sama, seekor demonic beast yang berbentuk seperti kura-kura berkaki enam membuka mulutnya dan mengisap cahaya yang membungkus Meld.

Demonic beast itu disebut Absod. Sihir anehnya bernama “Magic Storage/Penyimpanan Sihir.” Itu adalah skill untuk mengambil dan menyimpan sihir dengan bebas ke dalam tubuhnya. Di samping itu, dia tidak dapat menggunakan sihir yang tersimpan jika lebih dari satu sihir mempunyai elemen yang berbeda. Skill itu hanya mengeluarkan sihir dengan membungkusnya di dalam mulut, dan tidak bisa menyimpan sihir tingkat tinggi. Dengan kata lain, skill ini adalah musuh alami bagi orang yang bertarung menggunakan sihir.

Cahaya yang membungkus Meld, “Last Loyalty,” menghilang dengan cepat, kehabisan kekuatannya, dan kembali menjadi kristal biasa. Tiba-tiba, suatu serangan mengenai Meld, yang ternganga karena usaha terakhirnya gagal secara tidak terduga, tetapi dampak dari serangan itu tidak terlalu kuat. Ada apa ini?, Meld melihat perutnya, tempat rasa sakitnya berasal.

Pedang berwarna coklat kemerahan terlihat. Sebuah pedang pasir menembus punggung Meld sampai ke perutnya. Darah pun menetes di ujung pedang itu.

“… Meld-san!”

Kouki meneriakkan nama Meld tanpa memedulikan dirinya yang memuntahkan darah. Meld terpengaruh oleh teriakan itu, melihat perutnya,  dan mengalihkan pandangannya ke arah Kouki. Dia mengerutkan kening, menggerakkan bibirnya untuk berkata, “Maaf,” lalu tersenyum seakan merasa hina.

Seketika, pedang pasir terayun secara horizontal, dan terlemparlah Meld. Seperti boneka yang tak berdaya, bruk!, dia terlempar ke tanah. Genangan darah tersebar sedikit demi sedikit. Siapapun yang menyaksikan akan menganggapnya luka mematikan. Bahkan, merupakan suatu keajaiban dia mampu bergerak sementara luka parah seperti itu. Namun, mereka tahu, kali ini benar-benar akhir yang sebenarnya.

Meskipun ia sudah tahu, bahwa ia tidak akan berhasil tepat waktu, Kaori seketika menggunakan sihir penyembuhan jarak jauh pada Meld. Walaupun pendarahannya berkurang, ia tidak dapat menutup luka Meld, karena ia sudah tidak punya banyak kekuatan sihir.

“Uu, tolong! Sembuhlah!”

Bahkan saat ia jatuh berlutut, kelelahan karena kehabisan kekuatan sihir, Kaori tetap mati-matian menggunakan sihirnya.

“Aku tidak menyangka dia mampu berdiri dan memegangiku dengan luka separah itu. Seperti yang bisa diharapkan dari Pemimpin Kesatria Kerajaan. Dia patut mendapatkan pujian. Namun, inilah akhirnya… ini adalah akhir bagimu. Jadi, bagaimana menurutmu?”

Wanita ras Iblis menatap tajam Kouki dan yang lainnya saat mengayunkan pedang pasir berwarna merah. Beberapa dari mereka gemetaran melihat orang terdekatnya itu mati. Meskipun tidak ingin mengakuinya, selanjutnya adalah giliran mereka, jika menolak tawaran wanita itu.

Mewakili mereka semua, Hiyama akan menerima tawaran itu. Namun,

“… –me.”

Kouki yang tak berdaya mencoba melepaskan diri,  sementara menggumamkan sesuatu. Meskipun seharusnya dia tidak dapat menciptakan keajaiban karena luka parah di tubuhnya, Hiyama tetap merasa bersalah. Entah kenapa dia tidak bisa mengabaikan tekanan yang datang dari Kouki.

“Ha? Apa kau bilang? Jadi kau ingin mati.”

Wanita ras Iblis mendengar gumaman Kouki. Ia mendengus, menanyakannya, dan mengira lagi-lagi itu hanya ocehan belaka. Kouki mengangkat pandangan, dan tatapan lurusnya seakan menusuk  wanita itu.

Secara naluriah, nafasnya tertahan saat melihat tatapan Kouki. Lagipula, warna iris matanya berubah menjadi putih keperakan dan mengilat. Seketika mundur disebabkan oleh tekanan yang tak diketahui, ia memerintahkan si kepala-kuda menurut insting-nya. Ia sadar, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan untung-rugi mendapatkan Shizuku dan yang lainnya.

“Ahatd! Bunuh dia!”

“GRoOoOoAaR!!”

Si kepala-kuda yang dinamai Ahatd melaksanakan perintah wanita itu, mencoba untuk menghancurkan pinggang Kouki menggunakan dua tinju yang dilengkapi dengan "Magic Shock Wave/Gelombang Kejut Sihir"

Namun, saat itu,

CLiiIIInnNG!!

Cahaya yang sangat dahsyat meluap dari dalam Kouki. Cahaya itu menyembur dan semakin tinggi menjulang ke langit-langit seperti tornado. Lalu, Kouki mengayunkan tinju kanannya ke lengan Ahatd yang memegang Kouki dengan kasar, SNaaaAAAAP!, dan lengan itu hancur dengan mudahnya.



“ROooOOAR!!”

Dengan raungan yang berbeda dari beberapa saat lalu, Ahatd tidak sengaja menjatuhkan Kouki, dan dia bergerak untuk melakukan tendangan bangsal lokomotif [1]seakan tidak bisa merasakan luka-lukanya.

BuuUuUmM!!!

Suara yang seperti tembakan meriam terdengar saat tendangan itu tepat sasaran. Tubuh raksasa Ahatd membungkuk dan terlempar ke dinding belakang dengan kecepatan yang luar biasa. Ahatd, yang tertabrak tembok meraung gemuruh, tidak dapat bergerak dengan baik karenanya, mati-matian mencoba menyelinap keluar dari sana, namun tidak ada hasilnya.

Dengan terayun-ayun, Kouki mengambil Pedang Suci yang jatuh dan menatap wanita itu, dengan tatapan yang menusuk seakan dapat membunuh. Saat itu, semburan tornado kembali muncul dan mulai menyelimuti tubuh Kouki.

Skill yang berasal dari “Limit Break,” “Supreme Break.” Jika “Limit Break” yang biasa dapat menaikkan basic stats/status utama tiga kali lipat dalam batas waktu yang ditentukan, “Supreme Break” ini tingkatannya lebih tinggi, dan basic stats dapat dinaikkan lima kali lipat. Namun, dia harus menggunakan limit break untuk menyeret keluar dengan paksa kekuatannya itu. Karena itu sekarang Kouki hanya memiliki waktu 30 detik. Waktunya sudah banyak terpotong karena efek sampingnya.

Namun, tanpa mempedulikan hal itu, Kouki berlari ke arah wanita itu diselimuti amarah. Satu-satunya yang ada dipikirannya sekarang hanya mengalahkan musuh Meld. Membalas dendam.

Wanita ras Iblis itu melontarkan raut wajah panik dan memerintahkan demonic beast di sekitarnya untuk menyerang Kouki. Chimera menyerang diam-diam, kucing-kucing hitam memajukan tentakel mereka, dan Brutal mengayunkan tongkat pemukulnya. Namun Kouki mengabaikan mereka. Tanpa mengayunkan Pedang Suci, dia tetap melanjutkan langkahnya, dan mengeluarkan teriakan yang dipenuhi rasa marah ke arah wanita itu.

“Berengsek-! Berani-beraninya kau melakukannya pada Meld-san-!!”

“Cih!”

Kouki mengayunkan pedangnya tanpa ragu. Wanita itu mendecakkan lidahnya saat seketika memadatkan pasir agar berubah bentuk menjadi perisai… tetapi terselimuti oleh semburan cahaya, lalu Pedang Suci berhasil menembus perisainya dan memotong wanita itu.

Meskipun tidak terpotong menjadi dua, ia tetap mundur dan membuat perisai pasir. Wanita ras Iblis itu memiliki luka diagonal yang cukup dalam, terlempar ke belakang, dan menyemprotkan darah.

Punggungnya menabrak dinding di belakangnya. Ia tergelincir ke bawah. Kouki menghampirinya sambil menghilangkan bekas darah dari pedangnya.

“Beruntung sekali… membalikkan keadaan seperti ini… Rasanya seperti menonton drama murahan.”

Karena Kouki berhasil membalikkan keadaan dengan membangunkan kekuatan tersembunyinya saat terlibat dalam situasi kritis, hal itu membuat wanita ras Iblis mengeluarkan kata-kata sarkastik.  Sementara itu, dengan pasrah pandangannya tertuju pada Kouki yang semakin mendekat.

Meskipun gagak putih di sisinya itu mengaktifkan sihir khususnya, luka wanita itu terlalu dalam, jadi tidak bisa langsung disembuhkan, dan Kouki tidak akan memberinya cukup waktu untuk itu. Sekakmat. Ia menahan rasa sakitnya yang amat parah, menggerakkan tangan kanannya, dan mengeluarkan liontin dari saku dadanya.

Melihatnya, Kouki memerhatikan baik-baik, mengira liontin itu adalah alat penghancuran diri seperti milik Meld, dan langsung menjauh. Terlepas dari kematian wanita itu, dia tidak akan membiarkan ledakan menelan teman-temannya. Karena itulah, aku akan mengalahkannya sebelum benda itu diaktifkan! Dia menyerang untuk menghentikannya.

Akan tetapi…

“Maaf… Karena mati mendahuluimu… Aku mencintaimu, Mikhail…”

Ia memerhatikan liontin di genggamannya dengan penuh cinta dan bergumam, membuat Kouki tidak sengaja menghentikan ayunan pedangnya. Karena serangan itu tidak berhasil, ia dengan ragu menengok ke atas dan menyadari bahwa Pedang Suci itu terhenti tepat beberapa millimeter di atas kepalanya.

Kouki menunjukkan raut wajah terperanjat saat melihat ke bawah, ke arah wanita itu, dengan mata terbuka lebar-lebar. Pandangannya terlihat tegas, tetapi ketika menyadari suatu hal, membangkitkan rasa takut dan keraguannya. Melihat sorot mata Kouki, wanita itu menyadari hal yang mungguncangkan perasaan Kouki.

“… Mengagumkan… Kau baru menyadarinya sekarang? Bahwa kau akan ‘membunuh seseorang’?”

“Kh!?”

Itu benar, bagi Kouki, ras Iblis adalah demonic beast kejam dan pengecut yang tingkatannya lebih tinggi. Dengan kata lain, mereka dianggap sebagai evolusi dari demonic beast, itulah yang Ishtar ajarkan padanya tentang ras Iblis. Sebenarnya, mereka dianggap begitu karena diikuti oleh demonic beast, budak mereka. Namun, sama seperti manusia normal, mereka mencintai dan dicintai, berusaha mati-matian untuk hidup demi sesuatu. Tetapi Kouki tidak pernah berpikir akan melawan “seseorang.” Kurang lebih, bisa dibilang secara tidak sadar dia tidak ingin mengakuinya.

Pendapatnya terhapuskan saat wanita itu memanggil nama orang yang dicintainya, dengan penuh kasih sayang. Suka atau tidak, yang bertarung dengannya itu memang bukan demonic beast. Dia menyadari bahwa sebenarnya ia merupakan “jiwa yang hidup,” sama sepertinya. Dia pun menyadari apa yang akan dilakukannya termasuk dalam “pembunuhan.”

“Tentunya, kau tidak menganggap kami “orang”… Sombong sekali.”

“T-tidak… A, Aku tidak tahu…”

“Hah, bukannya kau “tidak ingin tahu”?”

“A, Aku…”

“Benar, kan? Jadi, ada apa? Lagipula, yang kau lakukan sekarang bukan bertarung, tetapi “berburu,” kan? Ada seekor hewan di depanmu saat ini, tahu? Meskipun memang begitulah anggapanmu terhadapku sampai sekarang…”

“… M-mari kita bicara… jika kita membicarakannya pasti…”

Ucap Kouki sambil menurunkan pedang. Wanita itu dengan jelas memandangnya rendah, dan bukannya menjawab Kouki, ia malah meneriakkan perintahnya.

“Ahatd! Bidik si pendekar pedang itu! Yang lainnya, serang!”

Ahatd yang sudah pulih itu menghampiri Shizuku dengan kecepatan tinggi, sesuai perintah. Meskipun kharisma kepemimpinannya tidak bisa dibandingkan dengan Kouki, keunggulannya dalam mempertimbangkan situasi menjadikannya musuh yang merepotkan, jadi Shizuku menjadi target pertamanya.

Demonic beast juga mulai menyerang anggota yang lain. Daripada memperhitungkan keuntungan yang didapat dengan membuat mereka mengkhianati teman-temannya menggunakan kalung itu, ia menduga, karena serangannya barusan, ia perlu membunuh Kouki. Wanita itu merasa serangan Kouki sebelumnya adalah ancaman.

“K-Kenapa!”

“Kau anak yang tidak sadar diri… kita ada di dalam “medan perang!” Kau, yang berkekuatan besar namun belum dewasa itu amat membahayakan! Bagaimanapun juga kau akan mati disini! Lihat, teman-temanmu akan musnah jika kau tidak membantu mereka!”

Kouki meneriaki wanita yang mengabaikan sarannya, tetapi ia tidak peduli.

Lalu, Kouki berputar karena kata-kata wanita itu, dan di saat yang sama, Shizuku terlempar, lalu jatuh. Ahatd sudah menjadi monster yang jauh melampaui para demonic beast kuat. Bahkan, kekuatannya juga melampaui Kouki yang menggunakan “Limit Break” meskipun itu hanya serangan kejutan. Jadi, seharusnya Shizuku tidak dapat melawannya sendirian.

Kouki memucat dan menggunakan “Supreme Break” untuk  sekejap berpindah di antara Ahatd dan Shizuku, dan menangkis “Magic Shock Wave”. Lalu menyerang balik dengan mengayunkan pedangnya. Alhasil, Kouki berhasil memotong lengan makhluk itu.

Namun, saat sudah berada di depan dada makhluk itu untuk menusuknya, seperti sebelumnya, dia jatuh berlutut, kehilangan kekuatan, dan jatuh ke depan.

“Supreme Limit” sudah mencapai batas waktunya. Kemungkinan terburuk itu terjadi. Tidak hanya melemah, hal-hal buruk juga terus terkumpul sedikit demi sedikit. Sekarang dia tidak dapat bergerak seakan lumpuh.

“D-di saat seperti ini!”

“Kouki!”

Menggantikan Kouki, Shizuku memotong-motong luka pada lengan Ahatd yang terpotong. Tidak mampu menenangkan diri setelah lukanya dipotong, Ahatd meraung, lalu mundur. Saat itu, Shizuku membawa Kouki ke tempat teman-temannya berada.

Karena Kouki tidak bisa bergerak, teman-temannya hanya bisa berlindung dari demonic beast yang mengepung mereka. Kalau begitu… Aku harus melakukan sesuatu! Shizuku membidik ke arah wanita ras Iblis. Pandangannya tidak salah lagi mempunyai niat membunuh.

“…Heh~. Kelihatannya kau menyadari tentang ‘pembunuhan’ itu. Sebetulnya, bukankah kau yang paling cocok disebut ‘Hero?’”

“…Aku tidak peduli. Kouki tidak menyadarinya karena kesalahan kami. Karena itu, aku akan menebus dosanya itu!”

Sudah sembuh total karena sihir gagak putih, wanita ras Iblis itu berdiri tegap dan mengomentari tindakan Shizuku.

Seharusnya Shizuku sudah tau tentang sifat Kouki yang polos, dan seberapa kuat pendiriannya. Ia menggertakkan gigi karena merasa bertanggungjawab, tentang Kouki yang baru sadar bahwa dia membunuh ‘seseorang,’ dan tidak menyadari musuh-musuhnya yang sebenarnya pada peperangan ini.

Shizuku tidak pernah membunuh, dan tidak ingin melakukannya, kapanpun itu. Namun, ia sudah bersiap-siap, jika hari dimana ia terpaksa melakukan itu datang, saat memasuki medan perang. Dengan mempelajari ilmu pedang, rasa berat hati dalam menyakiti orang lain terdorong ke dalam dirinya.

Namun, sekarang, pendiriannya goyah karena rasa takut, yang bukan dari rasa malu maupun kehormatannya, melainkan rasa ingin menangis karena membayangkan hal yang akan dilakukannya. Meski begitu, ia menggigit bibir dan mengertakkan gigi untuk mengubur dalam-dalam ketakutannya.

Demikianlah, ia mengaktifkan “No Beat” untuk membunuh wanita itu menggunakan , teknik menarik pedang, Godspeed. Namun saat itu, ia merasa takut karena instingnya memperingatkan tentang bahaya yang akan datang sebentar lagi. Tiba-tiba, tentakel kucing hitam meluncur ke arahnya.

“Aku tidak pernah melarang demonic beast lain untuk tidak menyerangmu. Kau kira kau mampu membunuhku disaat Ahatd dan demonic beast lain menjadi musuhmu?”

“Kuh.”

Dengan berkata, “Pastinya aku akan membunuhmu,” wanita itu mulai mengucapkan mantra. Entah bagaimana, Shizuku berhasil menerobos serangan-serangan mereka semua menggunakan percepatan dan perlambatan tanpa tindakan pendahuluan dari “No Beat,” namun perlahan-lahan raut wajahnya menjadi putus asa ketika mencoba berpindah ke hadapan wanita itu saat ia lengah.

Yang membuat semakin rumit adalah, kecepatan Ahatd yang sama dengannya. Sosok yang amat besar dan kuat itu pastinya terlihat oleh Shizuku, jadi meski ia mencari kesempatan untuk melompat ke arah wanita itu, ayunan tinju Ahatd yang seperti ledakan akan segera menjangkau Shizuku.

Shizuku adalah ahli pedang yang mengutamakan kecepatan, jadi pertahanannya sangat tipis.  Menghindar dan menangkis adalah dasar pertahanannya. Lagipula, damages akan terkumpul sedikit demi sedikit karena hasil akhir “Magic Shock Wave.” Ditambah lagi, ia tidak bisa sepenuhnya menghindar maupun menangkis.

Berikutnya, pergerakan Shizuku menjadi sedikit lamban akibat “Magic Shock Wave,” pengaruhnya sangat fatal, apalagi saat pertarungan seperti ini.

WHHAAAAAM!!

“Aghh!!”

Meskipun ia langsung berlindung menggunakan pedang dan lengan bajunya, pukulan Ahatd mengenai Shizuku dan memukul bahunya. Setelah tertiup sejajar dengan tanah, terlempar, dan tergelincir, Shizuku berbaring tak berdaya. Lengan kanannya membelok  ke sudut yang aneh; sudah benar-benar hancur. Karenanya, ia memuntahkan darah.

“Shizuku-chan!”

Kaori memanggil Shizuku dengan gelisah, tetapi ia tidak bisa bergerak sama sekali meskipun sudah mencengkeram pegangan pedangnya yang patah sambil meringkuk.

Saat itu, masalah tentang teman-temannya, formasi, dan kekuatan sihirnya yang habis, tidak akan ada artinya kalaupun ia mendatangi Shizuku. Tetapi alasan logis lain sudah benar-benar menghilang dari pikirannya. Satu-satunya yang dipikirkannya hanya “ia harus ada di sisi sahabatnya yang berharga.”

Kaori merasa amat terdorong untuk berlari. Tubuhnya terayun-ayun dan kakinya lemah karena hampir tidak mempunyai kekuatan sihir. Meskipun terdengar suara-suara yang mencoba menghentikannya, Kaori tidak mendengar apapun. Ia, dengan cerobohnya, hanya berusaha untuk berlari mendekati Shizuku. Pastinya, wanita ras Iblis tidak mengabaikan Kaori yang tak berdaya. Pada akhirnya, serangan tanpa ampun teralirkan ke arahnya.

Tetapi, semua serangan itu hanya mengenai perisai-perisai yang bersinar. Dan lagi, perisai yang tak terhitung jumlahnya itu berdiri seperti lintasan antara Kaori dan Shizuku.

“Ehehe. Sesuai dugaan, sendirian itu tidak menyenangkan.”

Suzu mengatakannya sambil berwajah pucat. Ia mengulurkan tangan kanannya ke arah Shizuku, dan menggunakan semua perisainya untuk memberi jalan langsung di antara mereka berdua. Senyuman lemah muncul di wajahnya.

Suzu menyadarinya. Ia sadar, mereka tidak akan bisa selamat. Karena itu, ia menggunakan sihirnya agar mereka bisa bersama, bersama sahabat yang disayanginya di saat-saat terakhir. Akibatnya, pertahanan teman-teman yang lain menipis… jadi Suzu, “Maafkan aku,” meminta maaf dalam hati, dan kembali memasang perisainya untuk Kaori dan Shizuku.

Menggunakan perisai Suzu, Kaori, yang sedikit terluka, menggapai Shizuku, lalu memeluk Shizuku dengan erat.

“K-Kaori… apa yang kau lakukan… cepat, kembalilah. Disini berbahaya.”

“Unn. Dimanapun sama saja. Jadi tidak masalah jika aku ada di sisi Shizuku-chan sekarang.”

“… Maaf. Aku tidak bisa menang.”

“Aku juga, maaf aku tidak bisa melakukan apapun. Kekuatan sihirku hampir tidak tersisa.”

Kaori mengerutkan kening sambil tersenyum saat menggunakan sihirnya untuk mengurangi rasa sakit Shizuku. Sedangkan Shizuku menggunakan tangan kanannya untuk menggenggam tangan Kaori, dan memperlihatkan senyuman khawatir.

Sebuah bayangan muncul di depan mereka berdua. Ahatd. Dengan matanya yang merah menyala, ia mendekati, dan menatap Kaori dan Shizuku.  “RoOoOaR!!,” Ahatd mengeluarkan raungan yang khas, lalu mengayunkan lengan tebalnya.

Tanpa mereka ketahui, perisai Suzu sudah terpasang di antara Ahatd dan mereka berdua agar makhluk itu tidak bisa mendekat. Namun Ahatd mengabaikannya. Mungkin karena dia yakin bahwa pukulannya bisa menghancurkan pembatas itu dengan mudah dan menggunakan gelombang kejut untuk menghancurkan Kaori dan Shizuku.

Sekarang, palu besi kematian sedang terayun di depan mereka. Bermacam-macam kejadian tergambar dalam pikiran Kaori. “Ah, inikah yang disebut kilas balik kehidupan sebelum mati?,” dan anehnya ia merasa tenang. Tetapi hati Kaori, yang dibanjiri berbagai macam kenangan, tergetar saat mengingat sesuatu.

Saat itu adalah pesta teh di bawah cahaya bulan. Kenangan tentang dua orang yang sedang mengobrol. Malam itu ketika ia mengucapkan janjinya. Dia yang menghilang, tersenyum khawatir. Bagaimana ia mulai menyadari rasa cintanya saat dia menghilang. Cara ia mengejarnya, juga percaya akan keselamatan laki-laki itu.  

Namun, semua itu juga berakhir disini. “Pada akhirnya, sekali lagi aku tidak bisa memegang janjiku,” pikirnya. Tanpa sadar, air mata terjatuh ke pipi Kaori.

Pertama-tama, aku ingin memanggil namanya jika kami bertemu lagi, pikirnya. Dengan harapan yang seperti itu, setidaknya aku akan memanggil namanya di saat-saat terakhir… katanya.

“… Hajime-kun.”

Saat itu.

KABOoOoOM!!

Langit-langit di atas Ahatd runtuh, mengeluarkan suara gemuruh, dan di saat yang sama, tongkat besar berwarna hitam legam terbang keluar dengan kekuatan penuh,  diselimuti kilat merah.

Mengeluarkan percikan api, tongkat hitam itu menembus Ahatd dan diikuti benda-benda lain di tanah dengan mudahnya.

Dengan panjang sekitar 120 cm, tongkat itu mengubur diri sementara melepaskan percikan-percikan api. Daging dan darah berceceran di tempat Ahatd berdiri tadi, dan dia sudah tidak berbentuk lagi. Kejadian ini membuat Kaori, Shizuku, rombongan Kouki, demonic beast yang menyerang mereka, dan wanita ras Iblis tertegun.

Ruangan itu menjadi sunyi. Tidak ada siapapun, bahkan apapun mengerti apa yang barusan terjadi saat mereka semua berdiri kebingungan. Tiba-tiba, sebuah bayangan melompat dari lubang langit-langit. Orang yang mendarat dari sana menginjak pelan sisa-sisa tubuh Ahatd, memunggungi Kaori dan Shizuku, lalu memandang tajam ke sekelilingnya.

Ketika berbalik, dia melihat Kaori dan Shizuku saling berpelukan.

Saat itu, mata mereka bertemu, dan Kaori sangat terkejut. Hatinya dingin, diikuti kesedihan, tidak, sepertinya hatinya sudah membeku sejak hari dimana ia kehilangan orang yang penting baginya, tetapi seketika sepercik api menerangi dan menghangatkannya.

Hatinya mulai berdebar-debar.

“… Kalian berdua akur seperti biasanya, ya.”

Orang itu mengatakannya sambil tersenyum masam, dan pikiran Kaori dipenuhi kegembiraan, bahkan sebelum ia berusaha memikirkan kegembiraan itu sendiri.

Warna rambut, aura, nada bicara, bahkan penampilannya juga berbeda. Akan tetapi, ia tahu. Dia. Dia, yang ia percaya pasti masih hidup saat ia berusaha mencarinya.

Ya, benar,

“Hajime-kun!”



[1] Sebuah tendangan di mana penyerang mengayunkan kakinya di dalam gerakan setengah lingkaran