BAHKAN TOKOH FIGURAN JUGA BISA MELAKUKAN SESUATU

(Translater : Elsa)


Lokasi mereka saat ini ada di ruang terdalam lantai 89.
Sekarang ini, ada empat pintu masuk di dalam ruang segi delapan yang sangat besar, tetapi sebenarnya ada satu lagi jalan lintasan yang mengarah ke ruang rahasia di antara dua pintu masuk. Ukuran dari pintu masuk menuju ruang tertutup ini sekitar 10 tatami, dan jalan masuknya tersamarkan dengan baik sekali.
Di dalam ruangan itu ada rombongan Kouki, yang sedang beristirahat dengan oenuh kelegaan. Akan tetapi, ekspresi mereka terlihat suram. Hanya ada yang memandang ke bawah dengan kekecewaaan yang mendalam. Mereka semua dipenuhi luka, jadi banyak dari mereka yang terlihat kesakitan.
Biasanya, Kouki akan menggunakan ‘karisma’-nya untuk menyemangati teman-temannya, tetapi, sekarang sekujur tubuhnya sedang benar-benar kelelahan karena pengaruh “Limit Break,” dan dia bersandar di dinding, menutup mulutnya dalam diam.
Dan lagi, di saat seperti itu, sang penyemangat kelas yang tidak bisa membaca suasana dengan baik itu berwajah pucat karena kehabisan darah. Ia sedang tidur dengan pernapasan berat sementara mengerutkan dahi karena kesakitan. Ini juga salah satu alasan kenapa mereka semua terlihat muram.
Tubuh bagian bawah Suzu---dari lutut ke bawah---masih tidak bisa digerakkan, jadi Kaori masih melanjutkan pengobatannya. Pahanya yang berlubang itu sudah sembuh. Sekarang yang tersisa hanya melepaskan ‘keadaan membatu’-nya itu. Namun, Suzu sudah kehilangan banyak sekali darah dari serangan tentakel-tentakel itu. Ada kemungkinan bahwa pembuluh darah vitalnya rusak. Tapi bisa juga dibilang, Kaori menyembuhkan tepat pada waktunya, karena ya, ia seorang ‘Kaori’.
Sejak awal, bahkan seorang Kaori sekalipun tidak mampu mengisi ulang darah Suzu yang habis itu. Jadi, ia hanya bisa sebatas menyuruh Suzu meminum obat penambah darah dari dunia ini. Itulah alasan kenapa kondisi fisik Suzu tidak bisa langsung kembali normal. Ia perlu istirahat.
Kaori menghabiskan waktunya untuk Suzu, jadi teman-teman yang lain tidak disembuhkan olehnya. Tentunya, Saitou dan Kondou yang membatu seperti benda-benda itu dibiarkan saja. Setelah  pengobatan Suzu selesai, selanjutnya ada Saitou dan Kondou---dua orang yang membatu---para anggota rombongan yang lain mengerti, bahwa mereka masih harus menunggu lama hingga gilirannya; tidak ada yang mengeluh, kecuali sebagian kecil dari mereka. Lagipula mereka tidak punya cukup tenaga untuk melakukan itu.
Dalam ruangan redup dimana terhanyut suasana suram itu, Shizuku mengerutkan dahinya dan bingung, bagaimana cara menyemangati mereka semua. Biasanya, Shizuku yang pendiam itu tidak bisa mencairkan suasana dengan baik, tidak seperti Suzu. Tetapi, tidak ada orang lain yang bisa melakukan itu saat ini; karena Kouki juga melemah terkena efek “Limit Break” dan kekalahannya. Jadi, ia merasa harus melakukan sesuatu, entah bagaimana. Ia berpikir begitu karena memang mempedulikan orang lain. Ia orang yang amat bijaksana.
Shizuku sendiri sudah hampir mencapai batasnya; baik secara fisik maupun psikis, sedikit demi sedikit ia merasa kesulitan karena memikirkan apa yang harus dilakukan. Demikanlah, ia memutuskan untuk membuat lelucon seakan tidak terjadi apa-apa, dengan keteguhan hati untuk mati dengan terhormat. Namun, ketika dipertimbangkan kembali, ia merasa seakan hancur. Lalu, terlihat Nomura dan Tsuji Ayako muncul dari jalan lintasan sementara dan mereka berbincang.
 “Fuu, entah bagaimana jalan masuk itu penyamaran yang bagus. Tetapi, sesuai dugaan, aku kelelahan setelah menggunakan sihir halus seperti itu… Aku sudah tidak kuat lagi.”
“Merubahnya menjadi dinding itu bukan bidang keahlianmu… Kau bahkan hanya menggunakan satu susunan sihir untuk melakukannya, jadi mau bagaimana lagi. Kerja bagus.”
“Kau juga bekerja keras untuk benar-benar melepaskan ‘keadaan membatu’-ku, kan? Terima kasih.”
Dilihat dari percakapan dua orang ini, yang membuat dan menyamarkan pintu masuk ruangan ini ke dinding sekitarnya adalah “Sang Pengguna Sihir Tanah,” Nomura Kentarou.
 “Pengguna Sihir Tanah” memiliki kecakapan yang tinggi kepada sihir elemen tanah yang secara langsung memanipulasi tanah, tetapi tidak dapat melakukan pekerjaan halus seperti manufaktur dan membentuk “Transmutation/Perubahan.” Contohnya, sihir ini bisa membuat tonjolan di tanah, menerbangkan bebatuan dari tanah, mengeraskan tanah untuk menciptakan tombak batu, atau mengontrol gumpalan pasir. Sebagai tambahan, untuk seseorang yang sudah tingkat tinggi, ia bisa menggunakan mantra petrification/membatu dan menciptakan Golem (boneka yang dikendalikan). Namun, seorang pengguna sihir tanah tidak dapat menciptakan benda dengan mencampur barang-barang tambang.
Karena itulah, meskipun dia bisa melubangi dinding menggunakan susunan sihir, ‘menciptakan’ dinding yang serupa dengan sekitarnya, Nomura tidak bisa melakukan hal lain, selain menciptakannya hanya dengan satu susunan sihir.
Perlu dicatat bahwa Tsuji Ayako telah mengobati Nomura setelah dia membatalkan petrifikasinya.
“Terima kasih atas kerja kerasmu, Nomura-kun. Kita bisa mendapat tambahan waktu karena ini.”
“…Kuharap begitu. Yah, aku tidak bisa melakukan hal lain selain berdoa agar kita tidak ditemukan sampai mereka semua sembuh. Tentang Kousuke… kita juga hanya bisa berdoa, huh.”
“… Kousuke pasti akan baik-baik saja. Dia tidak akan kalah dari siapapun jika itu mengenai hawa keberadaannya yang tipis,”
“Tidak, Juugo. Jangan mengatakan itu, aku merasa tidak nyaman hanya dengan mendengarnya…”
Pembicaraan tentang meningkatkan keamanan tempat persembunyian mereka itu mengurangi suasana suram yang terjadi, dan Shizuku tersenyum sementara memperlakukan Nomura dengan baik; karena menggagalkannya meninggalkan kenangan buruk.
Di sisi lain, Nomura tersenyum pahit ketika berdoa dan menatap ke kejauhan; menuju salah satu sahabatnya yang tidak ada disini sekarang.
Benar. Saat ini, salah satu teman mereka, Endou Kousuke,  tidak ada disini. Dia, seseorang dari kelas “Assassin/Pembunuh”, adalah sahabat Nagayama Juugo dan Nomura Kentarou. Endou bukan orang yang suram maupun pendiam, hanya saja kehadirannya mudah dilupakan. Dia anak SMA biasa yang bisa berbicara santai dengan siapapun, tetapi entah kenapa “hawa keberadaannya tipis.” Sosoknya bisa seketika menghilang sebelum orang lain sadar dan berkata, “Huh? Dimana dia?,” lalu mereka melihat sekeliling dan terkejut karena dia ada tepat di samping mereka. Dia menunjukkan sikap yang sulit dipahami tanpa niat melakukan itu sama sekali. Dan, tentunya, hal yang sam terjadi ketika mereka masih ada di Jepang.
Meskipun Endou sendiri sangat tidak berkemauan penuh, kemampuannya itu saat ini adalah yang paling berguna. Dia sendiri terpisah dari rombongan dan pergi untuk menjelaskan situasi itu kepada Meld dan para Kesatria. Biasanya, tidak peduli seberapa baik tipuan yang dilakukan seseorang, melintasi lantai level 80-an sendirian itu sama saja dengan bunuh diri. Bahkan, rombongan Kouki tadinya kesulitan untuk menaklukkan lantai-lantai itu, karena hanya ada 15 orang di rombongan itu.
Tetapi, jika Endou, orang yang bisa membusungkan dada dan berkata, “Hawa keberadaanku ini yang paling tipis di dunia!,” dia bisa memanfaatkan kemampuannya itu dan mungkin bisa sampai di lantai 70, tempat Meld dan para Ksatria berada, tanpa diketahui oleh demonic beast. Dengan pemikiran seperti itu, rombongan Kouki mengutus Endou untuk pergi kesana.
Ketika Endou pergi, matanya sedikit berkaca-kaca… tentunya, dia merasakan sesuatu saat pergi sendirian dan meninggalkan teman-temannya. Bukan karena bujukan mereka, seperti: “Jika kau, dengan hawa keberadaan tipismu itu, bahkan dengan kepekaan para demonic beast sekalipun, mereka tidak akan bisa menyadari keberadaanmu! Hanya kau, yang tidak akan kalah dari siapapun, jadi kau harus berhasil melewati para demonic beast tanpa mereka sadari.”
Pada kenyataannya, rombongan Kouki ingin segera meninggalkan lantai atas. Namun, sayangnya, mereka tidak punya cukup kekuatan untuk melakukannya. Di antara para anggota rombongan yang terluka itu, tiga dari mereka tidak bisa bertarung, sementara itu Kouki juga dalam keadaan lemah, jadi mereka ragu bisa melewati lantai 80-an.
Bahkan dengan cara seperti itu, tidak akan ada artinya jika rombongan Kouki tidak melewati lantai 80-an sendiri. Dengan kata lain, daripada memanggil bantuan, tujuan Endou pergi adalah untuk memperingatkan tentang situasi mereka dan wanita Ras Iblis yang memimpin para demonic beast.
Rombongan Kouki pastinya sudah mendengar dari Ishtal dan orang-orang dari Gereja Suci, jika Ras Iblis mengumpulkan para demonic beast, bukan dengan cuci otak, tetapi perbudakan, karena mereka masih memiliki kehendak sendiri. Tetapi, mereka tidak pernah mendengar soal demonic beast-demonic beast yang sekuat itu. Juga, hal yang mencengangkan adalah “jumlah” dari demonic beast itu sendiri; bukan dari kekuatan tiap individunya.
Sebenarnya, para demonic beast yang dipimpin oleh wanita Ras Iblis, yang dengan mudahnya melewati lantai 90 pada «Ruang Bawah Tana Orcus» dan membuat rombongan Kouki kewalahan, bahkan dengan tipuan-tipuan mereka. Hal-hal seperti itu membuatnya terlihat aneh jika umat manusia tidak dimusnahkan lebih cepat.
Dengan kata lain, informasi Ishtal tidak salah dan kesimpulannya, demonic beast yang dikendalikan Ras Iblis itu “menjadi lebih kuat.” Bukan hanya dalam jumlah, tetapi kekuatan individunya juga menakjubkan. Rombongan Kouki menilai, informasi ini harus bisa disampaikan dengan segala cara.
“Shirasaki-san. Tolong urus de-petrifikasi Kondou-kun dan Saitou-kun. Akan membutuhkan banyak waktu jika aku yang melakukannya. Tetapi, untuk pennyembuhan yang lainnya serahkan padaku.”
“Un, baiklah. Jangan terlalu memaksakan diri, Tsuji-san.”
“Aku akan baik-baik saja. Sebaliknya, itu yang harus kukatakan padamu… maaf. Jika saja aku lebih kuat, tanggung jawab Shirasaki-san bisa berkurang…”
Di sisi lain---percakapan dengan Nomura dan yang lainnya--- Ayako sedang meminum obat untuk mengembalikan kekuatan sihir dan ia berkata pada Kaori yang sedang melanjutkan pengobatan Suzu. Meskipun mereka berdua “healer/penyembuh,” kemampuan Ayako jauh dibawah, jika dibandingakan dengan Kaori. Meskipun Ayako tidak memperlihatkannya, ia merasa menyedihkan dan dipenuhi permintaan maaf, karena ia hanya merepotkan Kaori.
 “Tidak ada hal yang seperti itu,” Kaori menjawab dengan senyum masam, lalu Ayako kembali menyembuhkan teman-teman mereka. Kegelapan sedikit menghilang dari wajah teman-teman mereka, ketika disembuhkan oleh Ayako. Nomura memperhatikan Ayako dengan ekspresi seakan ingin mengatakan sesuatu. Tetapi, dia tidak bisa mengeluarkan suara karena merasa akan mengganggu pekerjaan Ayako.
“… Di saat-saat seperti itu. Berbicaralah jika kau ingin mengatakan sesuatu.”
“…Diam.”
Nagayama mengatakan pada Nomura dengan ekspresi seakan menemukan suatu hal yang lucu, tetapi Nomura memalingkan wajahnya, seperti merajuk.
Sesudah itu, beberapa puluh jam terlewati. Tubuh dan pikiran rombongan Kouki pulih sedikit demi sedikit, dan mereka tidur bergantian.
* * *
Di sisi lain, Endou Kousuke mundur dengan informasi yang dipercayakan padanya tentang Ras Iblis. Dia terus-menerus berjalan, menuju ke lantai 70, dimana Meld dan para Ksatria berada, tanpa bertarung sekalipun.
Di lantai 80, jika keberadaannya disadari oleh demonic beast, pertarungan satu lawan satu entah bagaimana bisa berhasil dia taklukkan, tetapi dia tidak bisa menang jika lawannya lebih dari satu. Itulah kenapa, sementara bergegas, dia juga maju dengan hati-hati. Karena itu semua, sekarang pun dia bisa melawati para demonic beast tanpa diketahui.
Sesudah para demonic beast menjauh dari pandangannya, Endou turun dari langit-lagi, tempatnya berpegang. Sosok dengan pakaian serba hitam itu menggunakan “Invisibility/tembus pandang” dengan baik, yang mana membuatnya terlihat seperti “Assassin.” Patinya, bahkan demonic beast yang lewat tadi akan mengalami cedera cukup besar jika mendapat serangan kejutan dari langit-langit. Dia tidak berpikir, “…Setidaknya rasakanlah sedikit hawa keberadaanku…” Tidak ada kilauan di ujung matanya ketika dia melihat para demonic beast melewatinya tanpa sadar. Tentunya tidak ada.
“Aku harus cepat…”
Endou memahami misi yang dibebankan padanya. Dia menduga, Kouki dan teman-temannya menyuruhnya pergi untuk mengirimkan informasi, yang artinya dia harus selamat. Nagayama dan Nomura berkata, “Jangan kembali kesini,” tetapi apa yang mereka harapkan bisa tersalurkan tanpa kata-kata.
Namun, setelah menyelesaikan tugasnya, Endou akan kembali ke tempat Kouki dan teman-temannya. Tidak peduli apa yang mereka bilang, Endou tetap merasa tidak enak jika dia satu-satunya yang mundur ke tempat aman.
Dia merasa kosong karena para demonic beast tidak menyadari keberadaannya, tetapi hal itu lebih baik baginya, ketika dia menelusuri kembali rute yang dihafalnya di kepalanya. Akhirnya, dia sampai di lantai 70. Sementara menahan ketidaksabarannya, dia pergi ke ruangan dengan lingkaran teleportasi; tempat dimana Meld dan para Ksatria  berada. Beberapa saat kemudian, “Sign Perception/Pengelihatan” Endou merasakan kehadiran enam orang. Dia benar-benar sudah sampai. Dengan jarak sedekat ini, mereka pastinya sudah mengetahui keberadaannya karena dia sudah menonaktifkan “Invisibility.”
Endou berbalik ke sudut terakhir dan sampai di ruang teleportasi itu. Tetapi, meskipun sosoknya bisa dilihat sepenuhnya, Meld dan para Ksatria tidak menyadari keberadaannya sama sekali. Lalu, Endou menghampiri Meld; dengan tatapan datar, dan memanggilnya.
“Komandan! Ini aku! Tolong perhatikan aku! Ini keadaan darurat!”
“Uoh!? Apa!? Apakah ada serangan musuh!?”
Disaat Endou memanggilnya, Meld pun berteriak, menarik pedangnya, melompat ke belakang, dan mengawasi sekelilingnya dengan penuh kewaspadaan. Bahkan para Ksatria lain terkejut dan gemetar seketika, lalu mereka bersiap-siap untuk bertarung.
“Seperti yang kubilang, ini AKU! Astaga, tolong jangan bereaksi seperti itu!”
“Eh? Tunggu. Kousuke, huh. Jangan mengagetkanku seperti itu. Juga, apa yang terjadi pada yang lainnya? Lagipula, tidakkah kau terlihat agak acak-acakan?”
“Sudah kubilang, ini keadaan darurat!”
Ketika Meld dan para Ksatria sadar, itu hanya Endou, mereka lega; melemaskan bahu. Mereka tahu, betapa tipisnya hawa keberadaan Endou. Namun, Endou kembali lebih cepat, dan dia sendirian. Selain itu, dia terlihat berantakan dan penuh luka. Karena itulah mereka menjadi tegang dan menduga telah terjadi sesuatu.
Sebenarnya, dia juga terluka karena bahkan Ksatria elite Kerajaan tidak mampu menyadari keberadaannya; kecuali dia memanggil memanggil mereka. Namun, Endou rasa ini bukan saat yang tepat untuk memikirkan itu dan dia mulai membicarakan situasinya dengan cepat.
Awalnya, Meld dan para Ksatria terlihat ragu-ragu. Tetapi ekspresi mereka menegang saat endou melanjutkan ceritanya. Lalu, mungkin karena hatinya terguncang ketika menceritakan bagian dimana dia mundur sendirian, air matanya berlinang, dan Meld menepuk kepalanya.
“Jangan menangis, Kousuke. Kau sudah melakukan hal yang hanya bisa dilakukan olehmu. Menurutmu apakah salah satu dari mereka bisa melintasi 20 lantai dengan cepat tanpa bertarung? Kerja bagus. Aku mempercayaimu.”
“Komandan… A-aku akan kembali sekarang. Meskipun mereka bisa kesini sendiri… meskipun kali ini mereka bilang kalau tidak akan kalah… Amanogawa tidak mampu mengalahkan musuh, bahkan menggunakan “Limit Break.” Kami hanya bisa melarikan diri. Mereka semua sangat kelelahan, jadi meskipun sudah sembuh… jika mereka diserang… kami masih belum mengetahui semua hal tentang demonic beast sialan itu… karena itulah, tolong kembalilah ke permukaan dan sampaikan informasi ini.”
Endou mengusap mata dengan lengan bajunya---ia malu karena menangis--- dan berkata dengan tegas.
Meld menggigit bibirnya sebagai tanda penyesalan, dan memberikan tas peralatan yang dipenuhi obat-obat penyembuhan tingkat tertinggi dan benda-benda lain di dalamnya. Ksatria lain melakukan hal yang sama, dan mempercayakan tas-tas peraltan mereka kepada Endou sambil merasa hina.
“Aku hanya bisa meminta maaf, Kousuke. Meskipun kami ingin menyelamatkan mereka bersama-sama… kami hanya akan menghambatmu…”
“Ah, tidak, jangan khawatir. Jumlah obat-obatan kami mengalami penurunan yang cukup besar. Jadi, ini semua sangat membantu.”
Dengan berkata demikian, Endou mengguncangkan tas-tas peralatan itu dengan senyum masam; tetapi hal itu hanya membuat Meld semakin merasa tidak enak. Hal itu bukan hanya karena dia  merasa malu dengan ketidakmampuannya membantu mereka, tetapi juga karena kepahitan ini.
“…Kousuke. Aku akan mengatakan hal terburuk yang bisa kukatakan. Aku tidak peduli jika kau memandangku rendah; karena itu memang pantas. Namun, aku ingin kau mendengarkanku.”
“Eh? Kenapa tiba-tiba…”
“…Tak peduli apa yang terjadi, tolong bawa “Kouki” kembali.”
“Eh?”
Kata-kata Meld membuat Endou tercengang.
“Kousuke. Jika demonic beast itu benar-banar kuat dan mampu membuat keadaanmu menjadi seperti ini… Umat manusia tidak akan memiliki masa depan jika kita kehilangan Kouki. Tentu, aku percaya kalian semua bisa melewati ini dan bertemu lagi dengan kami, dan aku harap begitu… Namun, aku harus mengatakan ini sebagai Komandan Ksatria Kerajaan Herrlicht. Tolong, selamatkanlah “Kouki”.”
“…”
Akhirnya Endou menduga apa yang dimaksud oleh Meld dan tercengang. Mengorbankan siapapun, untuk menyelamatkan seseorang yang lebih penting; sebuah pilihan yang haris diputuskan oleh seseorang yang bertugas. Endou tidak pernah memikirkan hal itu. Karenanya, muncul ekspresi pahit pada Endou.
“…Kami, apakah kami hanya “figuran” untuk Amanogawa?”
“Tentu saja tidak. Memang benar, aku mengharapkan dan menginginkan semuanya selamat. Tidak, kata-kata itu tidak ada artinya lagi setelah aku mengatakan semua itu… Kousuke, setidaknya aku ingin kau menyampaikan semua itu kepada Shizuku dan Ryuutarou.”
“…”
Kata-kata Meld menggelapkan perasaan Endou. Meld, Endou dan yang lainnya sudah menghabiskan banyak waktu bersama. Dia selalu ada di sisi mereka sejak awal, dan mereka sudah bertarung bersama sejak lama. Sosok Meld itu seperti kakak laki-laki bagi murid-murid yang ada di garis depan, dan seseorang yang paling mereka percayai di dunia ini. Karena itulah, Endou merasa dikhianati oleh Meld yang membuang mereka.
Tetap saja, dia mengerti keterpaksaaan dari apa yang dikatakan Meld, jadi dia tidak mengutuknya. Dengan ekspresi muram, Endou hanya mengangguk dan berbalik untuk pergi.
Namun, saat itu…
“Kousuke!?”
“Eh!?”

Seketika Meld mendorong Kousuke ke samping dan cliiiiing!!, suara logam yang saling bergesekan terdengar. Suara itu berasal dari pedang yang diayunkan dari sebuah busur. Dia berputar sekali dan melakukan tendangan menuju daerah buram itu.
BooOOOm!

Dengan suara seperti itu, daerah buram itu terlempar ke belakang. Selanjutnya, ada banyak bekas cakaran yang muncul di tanah; lima meter dari tempat mereka berada. Cakar itu mungkin digunakan untuk mengurangi kecepatan.
Melihat itu semua, Endou yang terjatuh pun  memucat dan bergumam.
“T-tidak mungkin. Mereka mengejarku sampai sekarang…”
Seakan menggunakan kata-kata itu sebagai isyarat, para demonic beast yang mengikuti jejak Endou dan para Ksatria itu muncul satu persatu. Endou tetap duduk di tanah. Dia gemetaran karena bisa tertangkap secepat ini. Dia menggunakan skill “Assassin” hingga sampai disini untuk menghilangkan hawa keberadaan, aroma, dan jejak sihirnya ketika bergerak. Wanita Ras Iblis itu bergerak ketika mencari Kouki dan teman-temannya, jadi seharusnya tidak mungkin ia bisa mengejar Endou yang berlari langsung ke lantai 70.
Keraguan Endou terhapuskan oleh seorang wanita bagaikan mimpi buruk itu yang muncul setelahnya.
“Tch. Hanya satu orang, huh… Kukira mereka kabur kesini, tempat lingkaran teleportasi berada… Kelihatannya, mereka bersembunyi di suatu tempat.”
Dengan jengkel, ia memutar-mutar rambutnya. Wanita Ras Iblis yang menaiki serigala bermata empat itu membuat Meld dan para Ksatria memasuki mode pertarungan. Dilihat dari kata-katanya, wanita itu mengira rombongan Kouki pergi ke lingkaran teleportasi. Karena itu ia langsung datang kemari. Karena perkiraannya salah, ia terlihat jengkel dan sekarang harus mencari Kouki dan teman-temannya di sekitar sini.
Disaat yang sama, bisa dikatakan bahwa Kouki dan teman-temannya masih selamat. Endou, Mld, dan para Ksatria terlihat lega, dan sedikit tersenyum. Wanita itu memperhatikan dan mendengus ke arah mereka.
“Terserah, aku juga punya tugas disini… Ayo bunuh mereka dengan cepat dan memulai pencarian kita.”
Seketika, semua demonic beast datang menyerang mereka. Para Chimera menyerang dan memburamkan ruang sekitar, sementara kucing-kucing hitam menutupi jarak mereka seperti angin ribut. Demonic beast mirip Brutal itu mendekat dengan rongkat di tangan mereka, dan serigala-serigala bermata empat sedang mencari celah untuk menyerang dari belakang.
“Buat lingkaran! Lindungi lingkaran teleportasi hingga akhir! Kousuke! Berapa lama lagi kau ingin menunjukkan sikap memalukan seperti itu! Berdiri dan… lari! Ke permukaan!”
“Eh!?”
Seperti yang diharapkan dari kaum teratas Kerajaan. Meld dan para Ksatria dengan cepat membentuk formasi dan bekerjasama dalam melawan para demonic beast yang akan datang. Dari cerita yang disampaikan Endou, mereka paham bahwa penyerangan mereka masih kurang dibandingkan para demonic beast itu.Jadi, mereka memilih untuk bertahan dan menangkis semuanya.
Endou terkejut ketika Meld berkata, “Kaburlah ke permukaan.” Jika melarikan diri, kurasa akan lebih baik jika kita semua pergi bersama-sama. Ketika Meld menyuruhnya pergi dari sini, Endou rasa daripada ke permukaan, dia bertanggungjawab untuk kembali ke tempat Kouki dan teman-temannya berada.
“Berhentilah melamun! Sampaikan informasi tentang Ras Iblis ke permukaan!”
“T-tetapi, Komandan Meld dan para Ksatria…”
“Kami…akan menjadikan tempat ini kuburan kami! Kousuke! Hancurkan lingkaran teleportasi itu saat kau sampai di sisi lain! Setidaknya itu bisa menambah waktumu!”
“I-itu…”
Tujuan Meld sudah jelas. Meskipun mereka pergi ke permukaan, para demonic beast akan langsung menggunakan teleportasi juga. Jika itu terjadi, ada kemungkinan mereka mati ketika para pengejar itu menyusul. Jadi, cara terbaik adalah membiarkan salah satu orang pergi dan yang lainnya menambah waktu agar orang itu bisa pergi. Jika berhasil, lingkaran teleportasi yang lain---pada lantai 30--- bisa dihancurkan, dan dia bisa melarikan diri. Lingkaran teleportasi itu terukir di tanah, jadi bisa diperbaiki menggunakan “Transmutation/Perubahan bentuk.” Sesudah salah satu orang pergi dan memberi tahu kepada tenaga yang ada di permukaan tentang ini, mereka hanya perlu memperbaiki lingkaran itu dan bisa digunakan lagi oleh Kouki dan teman-temannya.
Orang yang pergi itu adalah Endou, tetapi karena sebelumnya Meld berkata untuk membuang orang lain selain Kouki, Endou kebingungan karena kali ini dia harus melarikan diri sebagai pengganti dari para Ksatria. Itulah kenapa dia tidak bisa langsung bergerak.
Kepada Endou, Meld mengumandangkan keinginan terdalamnya saat pertarungan sengit itu berlangsung.
“Maafkan aku atas ketidakberdayaanku ini! Maafkan aku karena tidak bisa membantumu! Maafkan aku karena kau bukan yang terpilih! Kousuke! Ini permintaan terakhir dariku yang tidak berguna ini! Jadi tolong dengarkanlah!”
Kepada Endou yang kebingungan, permintaan terakhir pria dengan sosok seperti kakak laki-laki itu tersampaikan.
“Jangan mati!”
Kata-kata itu membuat Endou memahami semuanya. Meld, pada kenyataannya, tidak pernah menginginkan siapapun mati. Jika seseorang harus dikorbankan untuk menyelamatkan yang lainnya, dia lebih memilih para Ksatria untuk dikorbankan. Meld dan para Ksatria ingin semuanya selamat, bukan hanya Kouki saja. Karena Kouki adalah “yang terpilih”, Endou jadi merasa tidak enak.
Endou bit his lip and used all of his might to turn on his heel towards the teleport circle. It was because he felt he would not be a man if he didn’t answer the wish and resolution of Meld here.
“Don’t think you can!”
Endou menggigit bibirnya dan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk kembali ke lingkaran teleportasi. Dia merasa gagal menjadi seorang pria jika tidak menanggung permintaan dan keputusan Meld disini.
“Jangan harap kau bisa melakukan itu!”
Wanita Ras Iblis itu mengangkat tangannya ke arah si kucing hitam sementara mengaktifkan sihirnya. Kucing hitam itu menembakkan tentakel di punggungnya dengan kecepatan tinggi. Ditambah lagi, tombak-tombak batu juga beterbangan di udara; menunggangi hasratnya untuk membunuh.
Entah bagaimana Endou bisa memotong tentakel-tentakel itu dengan pedang pendeknya, dan membungkukkan tubuhnya. Dia tidak mampu menghindar, dikarenakan posisi tentakel-tentakel dan tempo dari tombak-tombak itu. Endou menggertakkan giginya dan bersiap untuk mendapat dampaknya. Meskipun dia terkena serangan, dia bertekad untuk tetap berlari dan melompat ke lingkaran teleportasi.
Namun, dampak yang disangka-sangka itu tidak datang juga. Salah satu Ksatria melompat keluar dari formasi dan menggunakan tubuhnya untuk melindungi Endou.
“A-Alan-san!”
“Guh… jangan khawatirkan aku, dan pergilah!”
Sementara tombak-tombak batu menusuk perutnya, Ksatria bernama Alan itu mengayunkan pedangnya untuk menangkis serangan para demonic beast yang mendekat, dan berkata pada Endou dengan senyum jantan. Endou menggigit bibirnya kuat-kuat, dan berlari ke arah lingkaran teleportasi itu berada.
“Tch! Makhluk-makhluk yang gigih sekali! Bidik anak laki-laki itu!” Wanita Ras Iblis itu segera mengeluarkan perintah baru… tetapi sudah terlambat.
“Hah, kemenangan ini milik kita! Jangan remehkan para Ksatria Kerajaan Herrlicht!”
Meld memperlihatkan senyuman tak kenal takut saat dia berteriak. Disaat yang sama, Endou mengaktifkan lingkaran teleportasi, lalu menghilang. Wanita Ras Iblis itu mengabaikan kata-kata Meld dan menusukkan tangannya ke arah demonic beast. Demonic itu bisa langsung memanipulasi kekuatan sihir, jadi lingkaran teleportasi bisa diaktifkan tanpa mengucapkan mantra yang merepotkan. Demikian, ia mengira masih bisa mengejar Endou, jika ia cukup cepat.
Namun,
“Aku sudah bilang, jangan meremehkan kami!:
Meld dan para Ksatria memiliki kecakapan dalam menggunakan teknik dan kerjasama, yang mana tidak dimiliki rombongan Kouki. Dengan mengandalkan pengalaman, mereka menghambat pergerakan demonic beast selanjutnya. Mereka kalah jumlah, tetapi keterampilan dan kemampuan mereka patut dipuji.
Semula, tidak biasa bagi Meld dan para Ksatria untuk menghadapi demonic beast kuat sebanyak ini, tidak peduli seberapa besar keputusasaan mereka. Alan, yang perutnya tertusuk tombak batu, pada akhirnya kelelahan dan keseimbangannya hancur ketika dia jatuh berlutut, dan tidak bisa bertahan melawan demonic beast itu lagi. Dengan kesempatan itu, salah satu Chimera menerobos garis pertahanan mereka dan menjangkau lingkaran teleportasi.
Chimera itu menghilang bersamaan dengan hilangnya cahaya lingkaran sihir.
“Kuh, satu bisa lewat, huh… Kousuke… jangan mati.”
Gumaman Meld terhapus oleh raungan demonic beast. Karena tidak bisa menerima kenyataan bahwa ia membiarkan Endou kabur, wanita Ras Iblis itu menyuruh para demonic beast secara bersamaan ke arah Meld dan para Ksatria.
“Fuh, kita sudah memutuskan akan mati disini, jadi mari kita mengamuk hingga akhir. Teman-teman, perlihatkan pada mereka semangat para Ksatria Kerajaan Herrlicht.”
“””””Ou!”””””
Mendengar instruksi Meld, para Ksatria bawahannya menjawab dengan teriakan penuh semangat. Semangat pada teriakan mereka itu, meskipun hanya sebentar, membuat domonic beast di sekitar mereka tersentak.
… Sepuluh menit kemudian
Kesunyian sekali lagi memenuhi ruangan dengan lingkaran teleportasi di lantai 70.
* * *

“Uwaaaaa—!!”
Teriakan-teriakan, jeritan peperangan, bercampur menjadi satu. Endou melompat keluar dari lingkaran teleportasi di lantai 30 pada «Ruang Bawah Tanah Orcus», dan dia seketika mengayunkan pedang pendeknya, dan mencoba untuk menghancurkan lingkaran sihir di depannya itu.
“A-apa!? Eh, kau! Apa yang kau lakukan!?”
“Hentikan dia.”
“Tangkap dia.”
Anak laki-laki berpakaian hitam muncul dari lingkaran teleportasi itu, seketika berteriak, dan mulai menghancurkan lingkaran sihir menggunakan pedang di tangannya. Hal ini membuat orang-orang di sekitar---yang berpakaian Ksatria--- terkejut, dan mereka meraung penuh amarah. Mereka melompat ke arah Endou untuk menghalangi tindakan merusaknya itu.
Orang-orang ini adalah bawahan Meld yang bertanggungjawab untuk melindungi lingkaran teleportasi di lantai 30. Karena kekurangan tenaga, ada beberapa orang yang mencapai batasnya hanya dengan menjaga lantai 30.
Endou tidak dapat menghancurkan lingkaran sihir dengan serangannya. Dia  memukul untuk kedua kalinya, ketiga kalinya, dan ketika dia hanya membutuhkan satu ayunan lagi untuk menghancurkannya, dia hampir tidak berhenti dari menghancurkan lingkaran sihir.
“L-lepaskan! Jika tidak dihancurkan dengan cepat…mereka akan-! Lepaskan aku!”
“Apa-, bukankah kau anggota rombongan Sang Pahlawan!? Kenapa kau…”
Setelah memperhatikannya, para Ksatria tahu, orang yang bertingkah seperti orang gila ini adalah salah satu teman sang pahlawan. Secara spontan mereka melonggarkan pegangan, sementara berbisik menyatakan keterkejutan. Tidak melewatkan kesempatan itu, Endou sekali lagi mengayunkan pedang pendeknya dan menghancurkan salah satu bagian lingkaran sihir. Tetapi, dia satu langkah terlalu lambat.
Lingkaran sihir itu kembali bersinar dan aktif. Demikian, selanjutnya, sebuah ruang buram menyerang Endou dan para Ksatria.
“Sial!”
“Apa—! Guuaaa!!”
Endou segera melompat ke belakang dan hampir tidak bisa menghindari serangan Chimera itu. Namun, para Ksatria yang tidak mengetahui situasinya dan harusnya dapat menghidar itu, tak berdaya,  terkena serangan cakar Chimera, dan mati dengan baju zirah yang robek.
Melihat salah satu rekan mereka seketika menyemprotkan darah membuat Ksatria lain panik. Endou berteriak dengan gelisah ke arah para Ksatria dengan penuh ketidaksabaran.
“Itu musuh kita! Berhati-hatilah dengan ruang buram itu! Akan ada lebih banyak yang muncul jika kita tidak menghancurkan lingkaran itu!”
Suara Endou yang seperti teriakan itu menyadarkan para Ksatria. Tetapi, disaat bersamaan, satu orang lagi terpotong dan terlempar jauh. Ada tujuh orang yang menjaga lingkaran teleportasi di lantai 30, dan sekarang dua dari mereka terbunuh.
Endou menggertakan gigi karenanya dan menggunakan skill “Assasin” yang disebut “Wallrun,” untuk berlari di langit-langit dan bertujuan untuk menghancurkan lingkaran sihir dari atas. Namun, Chimera menyadari itu dan mencoba melompat untuk menghadangnya.
Meskipun mereka masih tidak mengerti apa yang barusan terjadi, para Ksatria menduga mereka perlu melompat ke arah Chimera yang mencoba untuk menyerang Endou. Namun, para Ksatria hanya bisa melihat Chimera itu sebagai “ruang yang buram,” jadi tentunya mereka tidak tahu serangan macam apa yang dilakukannya; mereka tidak tahu apa-apa tentang hal itu. Karena itulah, Ksatria yang melompat ke belakang Chimera itu lehernya digigit oleh ekor-ular, sementara Ksatria yang ada di samping sayap terpukul oleh sayapnya dan terjatuh ke tanah.
Meskipun begitu, semua itu tidak sia-sia. Chimera itu kehilangan keseimbangan dan Endou mampu menghindari cakar dan taringnya yang berbahaya itu. Hal ini tidak bisa dibilang sebagai penghindaran total, karena bahu dan panggulnya tergores, tetapi ekor ular teriris, dan Chimera itu terjatuh ke tanah ketika mereka melintasi satu sama lain.
Chimera itu mengepakkan sayap untuk mengembalikan keseimbangannya agar bisa mendarat di daratan yang jauh dari mereka, sementara itu Endou seketika berdiri setelah dia jatuh dan serentak mengayunkan pedang pendek yang ada di tangannya ke arah lingkaran teleportasi.
Disaat yang sama ketika mendarat, Chimera itu berbalik dan sekali lagi bergegas untuk membunuh Endou. Namun, saat itu, pedang pendek Endou sudah menusuk lingkaran sihir dengan sekuat tenaga. BAM!, suara yang jelas pun terdengar. Itu adalah tanda bahwa lingkaran sihir sudah dihancurkan. Jejak sihir ketika lingkaran sihir teleportasi digunakan itu menghilang.
“Dengan ini—… kh… gaa, AaAAAAAH!!!”

Endou tidak sengaja mengeluarkan hembusan nafas lega ketika berhasil menghancurkan lingkaran teleportasi, karena tidak akan ada lagi pengejar yang datang. Namun, taring Chimera itu memotong lengan kanannya, dan dia berteriak kesakitan. Rahang yang kuat itu mencoba untuk menggigit lengan kanan Endou.
Para Ksatria menyerang Chimera sekuat tenaga mengacaunya. Chimera yang bagian samping tubuhnya tertusuk tombak pendek yang diperkuat itu tidak sengaja melemahkan gigitannya. Endou menarik lengan kanannya, mengeluarkan pisau tersembunyi dari lengan baju kirinya, dan menyayat mata Chimera itu.
Chimera yang mengamuk itu memotong dua Ksatria lagi hingga mati ketika mereka mendekat. Endou melempar pisaunya, tetapi Chimera itu, yang matanya tersayat, menggunakan instingnya untuk menghindar.
Tiba-tiba, salah satu Ksatria berteriak. Dia tidak sengaja melihat ke sumber suara dan melihat Ksatria yang lehernya digigit oleh ular tadi dipukul ke tanah. Bibir Ksatria itu menjadi ungu, menggeliat kesakitan, dan mati seketika.
“Sial!”Melihat kejadian itu, Ksatria terakhir berlari untuk membunuh ular itu, sayangnya itu kesalahan fatal. Chimera yang punggungnya berbalik ke arah Ksatria itu dan langsung menyerangnya. Dengan dipenuhi luka-luka, Endou memeras sisa kekuatan yang dia punya, dan mengaktifkan serangan membunuh khusus-nya ke leher Chimera yang menyerang Ksatria itu.
“MatiiIIIII!!”
Terpisah dari teman-temannya, dipaksa untuk meninggalkan Meld dan para Ksatria---Ksatria yang dia kenal terbunuh, dan  rasa dendam tercampur aduk dalam teriakannya, dia melakukan serangan fatal yang mempertunjukkan seluruh kekuatannya. Dia mencabik leher Chimera itu dari tengkuknya, dan makhluk itupun mati seketika.
Karenanya, Endou yang melompat dari sisi Chimera itu melintasinya, dan berguling setelah mencapai daratan. Dia menahan rasa sakit di bahu, lengan kanan, dan panggulnya. Endou mengangkat tubuh bagian atasnya dengan tangan kirinya, dan menyaksikan kematian Chimera itu dengan kedua matanya sendiri.
Chimera itu terbaring tenang, kelihatannya benar-benar sudah mati karena lehernya tercabik. Namun, ekspresi Endou melemah seakan dia akan menangis; tidak merasa gembira, dia berbisik, “Sialan!”
Di depan matanya ada sosok Ksatria yang berlari tadi. Dia jatuh tengkurap. Wajahnya berwarna ungu, dengan pedang yang digenggam pada tangan kanannya itu, wajahnya berubah menjadi ungu. Di sampingnya ada ular yang terkoyak. Mungkin, tepat sebelum Chimera itu menyerang, dia mencabik ular yang bermunculan dihadapannya,  dan wajahnya bermandikan racun dari dalam tubuh ular itu. Hasilnya, seluruh Ksatria yang menjaga lantai 30 sudah  musnah.
Karena Endou tidak bisa menyelamatkan satupun orang, dia menangis ketika berteriak, “Sialan!,” berkali-kali. Dia meneriakkan kata-kata yang sama, dan Endou, yang mengira dirinya sudah mati karena kehabisan darah, mengambil obat gosok dan obat-obatan penyembuh dari tas peralatan yang dia dapat dari Meld dan para Ksatria. Setelah luka-lukanya diobati, dia menjajarkan mayat para Ksatria tanpa suara di ujung ruangan tempat lingkaran teleportasi itu berada.
Endou memperhatikan sosok para Ksatria itu sebentar, dan perlahan berbalik untuk melanjutkan perjalanannya ke permukaan. Wajahnya pucat pasi, dan tatapan matanya kosong, tanpa ambisi. Dia berpikir, “Sekali lagi, aku selamat,” hati Endou seakan diikat kuat oleh rantai dingin dan berat. Dia yang sekarang menggerakan tubuhnya seperti mesin yang hanya perlu memenuhi peran yang sudah dipercayakan padanya, dan tujuannya hanya sampai ke permukaan saja.