HARI LIBUR LUAR BIASA (?) OJOU-SAMA
(Translater : Fulcrum)

2 November 2095. Sebuah suasana gembira menyelimuti negara ini.
Kemarin sorenya, berita mengatakan kalau Pertahanan Nasional telah mengeliminasi seluruh markas dan armada Great Asian Alliance dengan senjata rahasia mereka. Berita terkini yang terdengar di ruang keluarga kemarin sore adalah kalau Tokyo Utara telah meminta Washington untuk membuat semacam perjanjian untuk mediasi. Perkembangan ini terjadi terlalu cepat, jadi ada mereka yang tidak percaya kalau laporan itu asli, tapi hanya sedikit orang yang dapat berpikir jernih.
Kebanyak dari mereka mendadak jadi komentator masalah militer, anak laki-laki yang biasanya tidak tertarik dengan politik angkat bicara mengenai diplomasi dan kekuatan politik pragmatis keras-keras di sekolah-sekolah.
Tidak ada satupun hal yang bisa menghentikan kekagetan di kalangan para gadis.
Ini tidak hanya di sekolah saja. Melihat selebriti tak bertanggung jawab itu bernafas lega dan bahagia di TV, Saegusa Mayamu mematikan TV-nya.
Sekarang waktu menunjukkan pukul 10 pagi. Karena hari ini adalah hari kerja, dia biasanya ada di sekolah jam segini. Namun, murid semua SMA Sihir yang terlibat di Insiden Yokohama diberikan libur dari sekolah sejak kemarin, dan SMA 1 juga memberlakukannya.
Sebagai orang yang akan ikut ujian masuk Universitas pada awal tahun baru, berhenti mempelajari pelajaran yang dipelajarinya jelas menimbulkan perasaan yang kompleks di hatinya, tapi dia bukanlah orang yang terlibat dengan insiden itu hanya karena dia ada di situ. Mayumi memang terlibat didalamnya, jadi tidaklah buruk baginya untuk libur sejenak. Sayangnya, tidak bisa santai.
[Ojou-sama, maaf mengganggu istirahat anda]
Dia ingat kalau dia sudah mematikan TV, ‘kan?
Suara pengurus rumah yang terdengar melalui intercom disaat yang tepat itu hanya kebetulan semata. Mayumi benar-benar sadar akan itu meski dia saat ini sedang memikirkan kenapa dia dipanggil.
“Akan kubukakan pintunya sekarang.”
Dia menjawab saat ia berdiri dari kursinya. Sebenarnya, dia bisa membukanya hanya dengan menggunakan sistem perintah suara HAR, tapi tanpa alasan tertentu, Mayumi membuka pintu itu sendiri.
Didepan pintunya berdiri pengurus rumah yang bertugas mengurus Mayumi. Bahkan sampai sekarang, masih ada kultur orang yang mengenakan seragam dan dipanggil dengan kata yang berawalan huruf M dan berakhiran huruf D[1]. …….Nah, rok setinggi betis, kerah yang menutupi bagian bawah lehernya, dan pakaian yang tertutup, jadi ini seragam fungsional.
Selain itu, di rumah ini, setidaknya pemandangan pengurus rumah yang mengenakan seragam itu tidaklah aneh. Setelah sekian lama, tidak mungkin hal ini terasa aneh.
“Ada apa?”
Mayumi bertanya pada pengurus rumah itu, yang ditengah-tengah usia 20an-nya.
“Danna-sama memanggil anda.”
Saat ia mendengarnya, Mayumi sedikit meringis. ‘Lagi?’ pikirnya.
Meski baru saja kemarin ia ditanyai terus menerus…. Selagi Mayumi menggerutu di pikirannya, perkataan pengurus rumah itu selanjutnya membuatnya memiringkan kepalanya.
“Danna-sama menunggu di ruang tamu.”
Walaupun dikatakan ia memiringkan kepalanya, itu hanya dilakukannya di pikirannya saja.
Ruang tamu? Bukan ruang belajar?
Itulah pertanyaan Mayumi.
“Apa ada tamu?”
“Sepertinya begitu.”
Mereka bisa dibilang belum terlalu lama bersama, tapi terus terang saja, sudah jadi tugas sampingannya untuk selalu membantu Mayumi. Dari pembicaraan singkat mereka, Mayumi tahu kalau wanita itu tidak tahu nama tamunya.
“Tolong katakan kalau aku akan segera datang setelah aku ganti baju.”
“Apa saya perlu membantu anda ganti baju?”
Setelah memikirkannya sebentar, Mayumi segera membuat keputusan berdasar intuisinya. Fashion modern tidak sering menggunakan gaun yang sulit dipakai.
“Tidak apa-apa. Aku akan pakai pakaian formal biasa.”
Sederhananya, pengurus rumah itu mungkin diperintah untuk memastikan hal itu. Seperti biasa, pengurus rumah itu menunduk dengan hormat dan permisi saat Mayumi menjawabnya.
◊ ◊ ◊
Gaun one piece yang dikenakannya berwarna cerah, dengan rok setinggi pergelangan kakinya yang sedikit terbuka di bagian pahanya. Setelah mengatur renda bajunya, Mayumi mengetuk pintu ruang tamunya.
“Masuk.”
Suara yang terdengar seperti datang dari dalam ruangan adalah rekaman suara ayahnya dari speaker yang terpasang di pintu kayu itu. Rekaman suara itu hampir tidak bisa dibedakan dengan suara langsungnya, dan walau begitu ia masih meminta anggota keluarganya untuk formal.
Tampaknya, tamu hari ini bukanlah orang biasa.
“Permisi.”
Mengenakan topeng dua lapisnya sebagai wanita, Mayumi mengatakan sebuah frasa klise dengan suara kecil dan perlahan memasuki ruangan.
Dengan matanya yang melihat ke bawah, dia melirik pada wajah tamunya.
Dia mengenal wajah laki-laki dan perempuan yang duduk didepan ayahnya. Meski begitu, mereka bukanlah orang yang disenanginya. Namun, dia juga tidak membencinya.
“Selamat datang, Hirofumi-san. Mio-san, sudah lama sejak terakhir kali kita beremu.”
Sebelum gadis itu menjawab, pria muda itu berdiri.
Namun, perempuan dengan penampilan gadis muda itu tetap duduk. Dan tidak ada yang memandang aneh hal itu.
Mereka tidak diam begitu saja; baik Mayumi ataupun ayahnya, Kouichi, tidak menganggap itu tidak sopan.
Untuk alasan kenapa perempuan itu, Itsuwa Mio, tidak duduk di sofa; karena dia menggunakan kursi roda.
Namun, adiknya, Itsuwa Hirofumi, terlihat merasa bersalah akan itu; meskipun mereka tidak menganggapnya tidak sopan, dilihat dari balasannya yang agak bimbang.
“Saya harap kami tidak memanggil anda di waktu yang buruk, Mayumi-san.”
“Silahkan duduk. Lagipula, Mio-san sudah duduk.”
“Terima kasih banyak, Mayumi-san. Saya minta maaf sudah lama tidak berkunjuk sejak terakhir kali.”
Ini terasa seperti orang yang dibicarakan, Mio, hanya diam saja, tapi saat dia menjawab perkataan Mayumi dengan tawa dan senyuman manis.
Selagi Hirofumi duduk di sofa, karena dia memintanya untuk seperti itu, Mayumi terjebak dalam keraguan yang sama, ‘apa orang itu benar-benar lebih tua dariku?’ adalah apa yang yang selalu dirasakannya saat ia bertemu dengan Mio.
Faktanya tak terbantahkan kalau Hirofumi berumur 26 tahun ini. Namun, kapapun orang itu ada didepannya, dia tidak bisa tidak meragukan kebenaran itu.
Tinggi Mio hanya satu atau dua inci dibawah Mayumi; namun, tubuh mereka benar-benar berbeda. Tubuhnya bisa dideskripsikan dalam satu kata, tak berkembang. Tidak banyak dari tubuhnya yang bisa disebut ‘feminin’.
Sebenarnya, ia masih bisa menggerakkan kakinya. Tapi karena kondisi tubuhnya yang benar-benar lemah, tubuhnya tidak tahan berjalan untuk waktu yang lama.
Namun, ia mulai menggunakan kursi roda saat dirinya mulai beranjak dua puluh tahun, karena tubuhnya sudah terlalu lemah untuk latihan yang cukup. Tubuhnya kecil, yang berarti dia tidak mendapat nutrisi yang cukup, yang membuat tubuhnya berada dalam lingkaran setan. Akibatnya adalah tubuh tak berkembangnya itu.
Ada sedikit tonjolan di area dadanya yang terlihat di bajunya. Menyebutnya benar-benar datar tidak ada terlalu salah. Area pinggulnya juga kurus seperti gadis muda. Tubuh Mio terlihat seperti tubuh seorang anak 13 tahun.
Wajahnya cocok dengan penampilan muda tubuhnya. Gaya pakaiannya benar-benar cocok dengan tubuhnya, dan entah bagaimana tidak menunjukkan adanya ‘kewanitaan’.
Namun penampilan kekanak-kanakannya bukanlah masalah; Mio belum pernah keluar rumah setelah ia lulus dari universitas dan telah membuat kesepakatan khusus untuk mengambil kuliahnya secara online, jadi kenapa dia datang disini hari ini? Diam-diam, di pikiranya, Mayumi memenuhi kepalanya dengan teka-teki ‘aku rasa dia bukan ke sini hanya untuk menemani Hirofumi’.
“Kami datang untuk mengucapkan selamat tinggal.”
Saat Mio mengatakannya, tatapan Mayumi dipenuhi ketidakpercayaan, atau lebih tepatnya, dia bingung dengan perkataannya.
“Apa anda akan kembali ke rumah utama keluarga anda?”
Untuk menyembunyikan perasaannya, tapi dia tidak merasa sedih, Mayumi menjawabnya dengan pertanyaan.
Kedudukan utama Keluarga Itsuwa adalah Prefektur Ehime, tapi karena Mio kuliah, dia pergi dan tinggal di Tokyo di salah satu rumah mereka yang lain. Karena adiknya, Itsuwa Hirofumi, baru saja masuk kuliah saat ia lulus, mereka berdua tinggal bersama.
“Saya akan kembali ke rumah utama; namun, sebelum itu.”
Mio memotong perkataannya dengan formal untuk menyembunyikan tawa kecilnya; Hirofumi sengaja merubah ekspresinya, mengerutkan alisnya.
“Kami akan maju ke garis depan.”
“Gari depan……… anda akan berperang!?”
Saat kata ‘garis depan’ masuk ke kepalanya, Mayumi tanpa berpikir menaikkan suaranya.
“Maafkan kelancangan saya. Tapi kenapa…..”
Mayumi segera meminta maaf atas ketidaksopanannya dan melihat Mio dan ayahnya dengan wajah bingung.
“Pemberitahuan untuk publik akan diumumkan minggu depan, tapi keputusan resminya sudah dibuat.”
Jawaban itu datang dari ayahnya.
“Mio dan adiknya akan tinggal sementara di Markas Angakatan Laut Sasebo; dari situ mereka akan pergi ke barat dengan Angkatan Laut lewat jalur laut. Destinasi mereka adalah sesuatu yang tidak kita ketahui; namun, tujuan mereka adalah untuk memaksa Great Asian Alliance menandatangani perjanjian perdamaian dengan unjuk kekuatan. …….Ini mungkin tidak perlu dikatakan lagi, tapi sampai pemberitahuan itu dipublikasikan, jangan katakan ini kepada siapapun.”
“Ya, saya mengerti.”
Mayumi segera mengiyakan peringatan ayahnya. Sebenarnya, dia hanya setuju pada bagian ‘jangan katakan ini kepada siapapun’.
Dia tahu alasan kenapa militer mengirimkan Mio. Wanita yang merupakan salah satu dari tiga belas penyihir Kelas Strategis di dunia, yang mana katanya jumlahnya di seluruh dunia tidak lebih dari lima puluh, dan sisanya dirahasiakan. Pemerintah Jepang sendiri secara publik mengakui hanya memiliki satu pengguna sihir Kelas Strategis.
Sihir Kelas Strategis wanita itu, ‘Abyss’, terspesialisasi untuk penggunaan di laut, tapi sihir itu juga bisa digunakan dengan efektif di daratan. Hanya dengan menemani mereka, mereka seharusnya sudah dapat memberikan tekanan yang besar kepada pihak musuh.
Namun, meski begitu, Mayumi merasa ini ini bukanlah tindakan yang rasional untuk saat ini. Garis depan invasi ini telah melancarkan serangan pada area pantai Yokohama dan aksi militer itu telah menghancurkan Semenanjung Korea, yang mengakhiri 31 Oktober dengan keadaan penuh konflik. Selama mereka tidak melakukan konsesi teritorial, tidak perlu adanya penanggulangan. Tidak perlu dikata lagi kalau Mayumi merasa keruguan kalau mereka mengirimkan Mio untuk beberapa minggu dengan kondisinya seperti itu, bahkan dengan semua persiapan yang ada, lebih besar daripada keuntungannya.
Tidaklah mudah untuk menjelaskan apa yang dipikirkannya, tapi saat ini ia merasa gelisah.
“Saya juga akan pergi bersama kakak saya.”
Dia mungkin juga merasakan perasaan yang sama. Namun, ini adalah keputusan pemerintah yang disetujui oleh kepala Keluarga Itsuwa, dan tidak bisa dihentikan oleh Hirofumi. Dia adalah orang yang ditunjuk sebagai kepala Keluarga Itsuwa selanjutnya, tapi dia masih belum jadi ‘kepala selanjutnya’; di saat ini, dia tidak bisa merubah situasi dengan penolakan yang dilayangkannya. Keputusannya untuk setidaknya menemani kakaknya untuk membantunya terlihat dari wajah Hirofumi.
“Sebenarnya…….”
Mungkin ingin untuk merubah suasana yang terasa akibat suasana hati adiknya, nada bicara Mio berubah jadi bercanda.
“Aku ingin melihat Mayumi-san jadi penganti adikku.”
Ini tentunya merubah suasana hatinya. Namun, ini benar-benar berbeda dari yang diharapkannya.
Perkataannya itu, sayangnya, melanjutkan topik mereka sebelumnya dan tidak ada yang tertawa pada candaan receh itu.
“Nee-san.”
“…..Saya minta maaf.”
Dalam atmosfer yang berubah serius itu, Mio meminta maaf dan benar-benar terlihat kecewa.
“Ah, baiklah, kita lanjutkan lagi pembicaraan itu saat Hirofumi-kun kembali.”
Akibat rasa tanggung jawabnya sebagai tuan rumah, Kouichi segera mengambil alih pembicaraan ini dan memberikan senyuman kepada Mio; akibat kurangnya pilihan ekspresi wajah mereka, wajah Mayumi dan Hirofumi terlihat datar.
Ada alasan kenapa Mayumi tidak berkata ‘lama tidak bertemu’ kepada Hirofumi. Alasannya adalah karena saat dia mengetahui kalau Mio tidak hanya datang ke sini untuk menemani Hirofumi, pikirannya jadi kacau.
Hirofumi adalah salah satu kandidat tunangan Mayumi. Namun, karena Hirofumi adalah putra tertua Keluarga Itsuwa, akan lebih cocok kalau mengatakan Mayumi adalah kandidat tunangan Hirofumi. Mereka berdua adalah keturunan langsung dari Sepuluh Master Clan dan tidak terpaut usia jauh; yang satu adalah pewaris dan yang satunya lagi adalah putri tertua dari keluarga utama dengan kakaknya yang menjadi pewaris, kondisi mereka bisa dibilang cukup cocok.
Sebenarnya, kondisi ini juga sama untuk Katsuto dari Keluarga Juumonji, dan Kouichi sedang berpikir kepada siapa dia akan menikahkan Mayumi. (Masaki dari Keluarga Ichijou tidak termasuk karena ia lebih mudah daripada Mayumi.)
Tentu saja, Mayumi punya pendapatnya sendiri akan masalah ini dan ada pembicaran pernikahan mereka yang belum membicarakan soal pertunangan; namun, Mayumi dan Hirofumi serang makan malam bersama dan pergi ke bioskop bersama sesuai dengan pengaturan Keluarga Saegusa dan Itsuwa. Meskipun para orang dewasa berharap seperti itu, mereka berdua sendiri tidak tertarik, karena itu ia memasang wajah datar.
Namun, selalu ‘diam mengalir’ hanya akan memperburuk suasana, yang mana sangat dipahami Mayumi.
“Ngomong-ngomong, kapan anda pergi?”
Dengan pembicaraan itu yang berjalan kembali, sebuah atmosfer lega yang tak bisa tersembunyi terasa, Mayumi tidak puas dengan kelemahan ini, dan Hirofumi menjawab.
“Kami pergi ke Sasebo akhir minggu ini; saya dengar kapalnya berangkat hari Jumat minggu depan.”
Untuk Mayumi, selagi menahan ketidaksenangannya, dia tidak lupa untuk memerhatikan perkataannya.
“Itu cepat sekali….. Kalau begitu, berhati-hatilah. Kami akan menunggu kepulangan anda.”
Ditutupi topeng sempurnanya, Mayumi condong ke depan dari kursinya.
“Terima kasih.”
Mayumi mengalihkan tatapannya pada kakinya dan berpikir kalau mungkin mereka sudah selesai berbicara dengannya.
“Sebelum kami pergi ke garis depan, apa bisa kami minta bantuan Mayumi-san…….”
Karena itu saat ia mendengar Hirofumi mengatakannya, ia kesulitan untuk mengontrol tatapannya.
“Bantuan saya?”
Selagi secara tersirat berkata ‘tidak ada yang bisa kulakukan untukmu’, dia sengaja memiringkan kepalanya dengan kekanak-kanakan. Teman sekelasnya yang kaku mungkin akan mengetahui maksudnya dan adik kelasnya yang dewasa, dia menyebutnya ‘kasar’, juga akan mengathui maksudnya dan menatapnya dengan pura-pura bosan, tapi Hirofumi tidak mencoba untuk menyembunyikan kegelisahannya dan membuat matanya berair.
“Tidak, daripada menyebutnya bantuan, kami ingin anda untuk bisa berbagi pandangan.”
Namun, itu tidak bekerja pada Mio. Apa efeknya lebih lemah pada orang yang satu gender, atau mungkin karena Mio sendiri terlihat sangat muda, membuatnya melihat Mio sebagai seorang ‘wanita tua’.
“Mayumi-san pasti sudah tahu tentang ini, yang membuat pembicaraan ini akan lebih cepat. Kami tidak punya cukup waktu untuk menyelidiki terlebih dahulu.”
“Itu benar. Saya sudah tahu.”
Mio sedang tertekan, dengan tengannya yang ada di pipinya, Tentunya, dari perkataannya memberikan kesan seorang wanita dewasa. Namun, kesan kalau dia masih anak-anak jauh lebih kuat, dia lebih membangkitkan rasa kagum daripada ketertarikan. Namun, itu tidak membuat Mayumi santai; dia menutupi kewaspadaannya saat dia mengiyakan Mio.
“Sihir ditahan oleh sihir. Penyihir oleh penyihir. Saya rasa kita sependapat dengan itu.”
Hirofumi melanjutnya; menerima dukungan kakaknya, ketenangannya telah kembali. Maksud kata ‘sependapat’, tentu maksudnya adalah hubungan Jepang dengan Great Asian Alliance. Dengan interpretasi itu, Mayumi menunggu perkataannya selanjutnya.
“Saya akan menemani kakak saya; Great Asian Alliance pasti sudah mengetahui hal ini.”
Mayumi setuju dengan perkataan Hirofumi. Apalagi, pihak Jepang tidak punya niatan untuk menyembunyikan keberangkatan Mio; selain identitas Mio dan Hirofumi, keanggotaan mereka sebagai petugas perang dan kemampuan mereka juga sudah diketahui. Jadi dengan keadaan seperti ini mereka berdua bukanlah sebuah kejutan.
Untuk men-skakmat permainan ini, pihak musuh harus tahu tentang ini. Dengan kata lain, menunjukkan senjata rahasia bukanlah cara yang bagus untuk membuat musuh mau bernegosiasi.
“Mereka tahu kalau mereka sedang dalam posisi merugikan jika melakukan pertarungan di laut akibat sihir Abyss milik Nee-san. Karena itu, kami menyiapkan pencegahan yang mengkombinasikan kekuatan angkatan udara dengan sihir.”
Sihir Kelas Strategis Tipe Gerakan ‘Abyss’ adalah sihir yang mampu menciptakan bola energi sebesa puluhan meter hingga beberapa kilometer. Kapal yang berada dari area sihirnya akan terjatuh ke belahan laut itu, masuk ke dalamnya; lalu, setelah sihirnya selesai, mereka akan tertelan oleh ombak raksasa akibat bertemunya kembali air laut. Belahannya bisa sampai hingga kedalaman satu kilometer, membuatnya dapat dengan mudah mengenai kapal selam yang ada dibawahnya.
Kalau jarak kedua pihak sangat dekat, pergerakan air yang diciptakan sihir itu bisa juga merusak kapal sang pengguna. Sihir Kelas Strategis milik Mio, dengan jangkauannya yang luas, bisa dibilang musuh alami angkatan laut.
Namun, disaat yang sama, ‘Abyss’ benar-benar tak berdaya jika digunakan untuk melawan musuh di udara. Dia tidak dapat menggunakannya di permukaan yang tak berair, dan untuk menggunakannya di daratan, dia perlu tau sebelumnya mana sumber air tanah yang dapat digunakannya, ada banyak syarat dalam penggunaannya.
Dia tidak punya pilihan lain setelag mendengar formasi bertarung musuh dari Hirofumi.
“Angkatan Udara akan diserakan kepada JSDF; kami harus memikirkan bagaimana menghadapi penyihir itu.”
Itu juga adalah kenyataan yang tak bisa dipungkiri.
Dari segi bentuk, komunitas penyihir di Jepang diketuai oleh Sepuluh Master Clan berdiri mandiri, tidak peduli mereka penyihir di pemerintahan, militer, ataupun institusi umum, penyihir kuno ataupun modern.
“Mayumi-san, apa anda melihat ada penyihir kami yang memukul mundur musuh dan sihir musuh di Yokohama? Saya ingin anda memberitahu kami tentang aspek sihir musuh yang anda lihat dan sihir efektif yang dapat digunakan melawannya.”
Sebenarnya, ini sulit, pertanyaan yang berbahaya. Dia tidak meragukan keharusannya untuk menyediakan informasi dan dia tidak akan menolak untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa ditolaknya.
“….Meskipun saya melihat sihir musuh, saya selalu dibelakang, dan saya benar-benar bertarung dengan mereka hanya sekali saat saya menyerang mereka dari helikopter.”
Sebenarnya dia sudah dua kali menghancurkan tank, tapi Mayumi sengaja berbohong. Kebohongannya tidak meninggalkan kesan.
Dia tidak meragukan perkataan Mayumi; namun, Hirofumi tidak puas dengan jawabannya.
“Anda membantu evakuasi warga sipil sampai selesai.”
Maksudnya ‘warga sipil’, adalah non-penyihir. Penyihir dipandang sebagai keberadaan yang spesial; biasanya Mayumi merasa kasian pada cara pandang sempit yang melihat manusia yang bukan penyihir itu lemah. Namun, ini bukan waktu untuk mempermasalahkan hal itu.
“Tidak sampai selesai, tapi….. selagi aku menunggu di helikopter, murid lain yang setahun dan lebih muda dari saya menghadang mereka.”
“Lalu apa anda bisa perkenalkan kami dengan orang-orang itu? Murid SMA 1 yang benar-benar melawan penyihir Great Asian Alliance.”
Saat Hirofumi mengatakannya, segera Mayumi teringat seseorang. Adik kelas yang dewasa, kasar, dan bisa diandalkan. Murid kelas 1 yang merubah sebuah truk besar menjadi debu, diselubungi Psion-Psion yang bercahaya, dan menggunakan metode penyembuhan ajaib.
Namun, segera setelahnya, hampir bersamaan, ia teringat kata ‘Rahasia Nasional’ yang melumpuhkan lidahnya.
“Mayumi-san?”
Mayumi yang goyah sedang diamati oleh mata curiga Mio. Mio bukanlah satu-satunya orang yang melihatnya dengan curiga. Hirofumi, dan ayahnya, juga melihatnya dengan curiga, dan Mayumi menyadari ketidaksabaran mereka.
“Ah, tidak……. Itu benar. Kalau anda mengunjungi Keluarga Juumonji, saya rasa anda akan mendengar laporan langsungnya.”
“Apa maksud anda Katsuto-kun…..”
Hirofumi bukanlah orang yang tidak menyenangkan; biasanya, dia adalah orang yang baik, tapi Mayumi untuk sesaat merasa kalau penilaiannya terlalu berlebihan.
Dia tahu kalau Hirofumi merasa lebih lemah dan kompetitif pada orang yang lebih mudah dua tahun darinya dan tahu kalau itu hal biasa. Namun, di waktu seperti ini, dia tidak merasa kalau cemburu adalah hal yang terpuji.
Bukan hanya itu, tapi membiarkan perempuan yang lebih mudah darimu melihatnya.
Semua ‘nilai baik’ tentangnya yang disimpan Mayumi di hatinya semuanya tidak tulus.
“Yang lain, yang berguna….. mungkin dari Seratus Keluarga, Watanabe Mari, Isori Kei, dan Chiyoda Kanon. Saya akan menghubungi mereka untuk anda.”
“Kalau begitu tolong.”
Yah, kalau kalian hanya melihat kesalahan orang lain, itu akan membuatmu tidak nyaman.
Mayumi memberi mereka nama-nama dan berjanji untuk menyiapkan semacam pertemuan bisnis.
◊ ◊ ◊
Setelah itu, dia langsung menghubungi Meri, Kei, dan Kanon (Katsuto tidak ada dirumah), dia merancang sebuah pertemuan untuk mereka semua, dan bersama ayahnya, mengantarkan kepulangan Itsuwa bersaudara.
Mayumi benar-benar ingin menghela nafas lega saat mereka pulang, tapi saat melirik ke wajah ayahnya, dia tahu kalau ini masih terlalu cepat untuk bebas.
“Mayumi, aku ingin bicara sebentar; kau tidak apa-apa ‘kan?”
Seperti yang diduganya, baru saja setelah dia kembali ke lorong masuk yang bisa digunakan untuk berdansa, Kouichi memanggil Mayumi untuk berhenti.
“Ayo kita bicara di ruang belajar.”
Kouichi segera pergi tanpa menunggu jawaban darinya.
Kouichi menunjukkan sikap seorang pengusaha elit pertengahan abad 20. Siapapun yang melihatnya pasti mengatakan kalau kesehatannya rapuh, wajahnya ramah dan nada bicaranya juga lembut, tapi seperti kepala Keluarga Sepuluh Master Clan yang lainnya, tidak ada anggota keluarganya yang akan tidak setuju dengan Saegusa Kouichi.
Dan bukanlah gaya Mayumi untuk bersikap memberontak. Selagi masih mengenakan gaun one piece lengan panjang yang biasa tidak akan dikenakannya, Mayumi berjalan mengikuti ayahnya.
Ruang belajar itu berisi rak buku klasik, meja kerja yang besar, dan sebuah kursi kulit. Kouichi langsung duduk, memaksa Mayumi untuk mendengar perkataan ayahnya selagi berdiri. Karena ini yang biasa dilakukannya, Mayumi tidak mempermasalahkannya.
“Tidak ada nama anak kelas 1 dari nama-nama yang kau sebutkan, Mayumi.”
Kouichi menyinggung sebuah topik dengan anaknya yang berdiri sekitar dua meter darinya tanpa basa-basi.
“Bukannya aku dengan putri Keluarga Chiba dan putra kedua Keluarga Yoshida juga berperan aktif?”
Mayumi bergumam ‘Ayah Rakun[2]’ di kepalanya. Fisik Kouichi lebih menyerupai rubah daripada rakun dan lebih seperti serigala daripada rakun, namun, Mayumi yakin kalau ayahnya tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya hanya dari ekspresinya.
“Meski begitu, mereka masih kelas 1, jadi aku tidak merasa mereka bisa menjelaskannya dengan baik kepada Hirofumi-san dan Mio-san.”
(Namun, dia mungkin mendapat rinciannya dari Nakura-san.)
Selagi melihat ayahnya bergumam ‘Jadi begitu’, Mayumi berpikir seperti itu. Umumnya, ini sama seperti ‘interogasi’ yang diterimanya kemarin; keras kepalanya lebih seperti anjing pemburu daripada rakun, dia mengutuk seperti itu di kepalanya.
“Tapi, bukankah mereka memiliki kemampuan yang diluar dugaan untuk ukuran anak kelas 1? Terutama gadis yang juga berperan aktif di Kompetisi Sembilan Sekolah.”
“Maksud ayah Miyuki-san?”
“Itu benar, Shiba Miyuki-kun.”
Dia merasa seolah kacamata hitam yang dikenakannya untuk pamer berkilau. Kacamata itu seharusnya untuk menutupi mata kanannya yang mata palsu; namun, karena mereka tidak menyembunyikan apapun dibaliknya, jadi Mayumi ragu akan itu.
“Dia terlihat seperti gadis yang sempurna. Wakil Ketua OSIS baru dan, kalau semuanya berjalan dengan baik, dia akan menjadi Ketua OSIS sepertimu, Mayumi.”
“Ya, dia adalah gadis yang sempurna. Ditambah lagi dia benar-benar cantik.”
“Oh, jadi itu Miyuki-kun di matamu Mayumi?”
“Apa maksud ayah dari sudut pandang perempuan? Ya, aku rasa kecantikan Miyuki-san jelas sekali bahkan bagi para laki-laki.”
Bibir Kouichi sedikit berkedut.
Tidak ada tanda-tanda nafsu yang terlihat dari mata kiri dibalik kacamatanya.
Hal seperti itu menyulut kewaspadaan Mayumi.
“Katakan saja….. dia mampu menggunakan sihir tingkat tinggi seperti ‘Inferno’ dan ‘Niflheim’……AKu ingin bertemu dengannya sekali. Bisakan kau memperkenalkannya kepada kita?”
“Aaah… aku harus menanyainya dulu tentang itu.”
“Itu benar, bisakah kau menanyakannya untukku? Jika diingat-ingat, aku yakin kalau Miyuki-kun punya kakak? Bukankah kau bilang kalau dia membantumu Mayumi, saat Kompetisi Sembilan Sekolah? Ini kesempatan yang bagus; aku akan sekalian menyampaikan terima kasihku, akan bagus sekali kalau kau mengundang mereka berdua.
Senyuman sopannya tidak membuat Mayumi bisa membaca isi pikirannya. Lensa hitam itu tidak akan membiarkannya melihat matanya. Namun, dia sudah tahu sejak dia lahir. Dia sekarang sudah delapan belas tahun, hubungan mereka sudah bukan lagi ayah yang bisa ‘membaca’ anak saja.
(Itu yang diincarnya……!)
Tentunya, Mayumi membuat Nakura berjanji untuk menjaga rahasia tentang apa yang dibicarakan di helikopter. Bagian mengenai sihir khusus Tatsuya tidak sampai ke telinga ayahnya.
Namun, dia tidak merasa kalau Nakura akan tutup mulut begitu saja.
Dia tidak seyakin itu.
Nakura adalah seekor rubah licik, dia mungkin sudah memberikan informasi tentang perjanjiannya untuk tutup mulut kepada majikannya, dan ayahnya, yang merupakan seorang veteran perang, akan mampu mendapatkan banyak informasi dengan cara seperti itu.
Ayahnya curiga terhadapnya, Shiba Tatsuya.
Ditambah lagi, sepertinya ada ‘sesuatu’ yang tidak diketahuinya.
Didalam diri Mayumi, keinginan untuk mencari tahunya meluap-luap, tapi bahkan sampai sekarang, perasaan kalau dia tidak seharusnya menyentuh misteri ini masih lebih kuat.
Dia secara tidak sadar takut kalau dia akan merusak hubungan mereka dengan menyentuh misteri ini.
“Akan coba kutanyakan….”
Butuh pemikiran yang dalam baginya untuk mengatakan jawaban itu.
◊ ◊ ◊
Kepala Keluarga Saegusa mengunci dirinya untuk sementara di ruang belajar, melihat meja kerjanya, saat sebuah suara ketukan membuatnya harus mengalihkan tatapannya dari meja.
“Masuk.”
Pintu ruang belajar itu berbeda dari pintu ruang tamu; tidak ada speaker yang terpasang padanya. Berdasarkan akal sehat, sebuah bisikan seharusnya tidak bisa terdengar melewati pintu besar dan dinding lorong rumahnya itu.
Namun, ketukan itu tidak berulang dan pintu itu dibuka tanpa suara.
Orang yang masuk adalah seorang tua dengan sedikit rambut putih, Nakura sang kepala pelayan.
“Laporanmu?”
Pertanyaan itu terlalu tidak jelas, tapi Nakura berjalan mendekat saat majikannya bertanya dan memberikan sebuah kartu memori dengan penuh hormat.
Kouichi menaruh kartu kertas yang menyimpan pola-pola dalam tingkat mikroskopik ke dalam pemindai dan memunculkan dokumen terdekripsi itu ke layar lebar di mejanya.
“Batalion Sihir Independen 101…… merepotkan. Tentu saja, ini unit yang selalu didekati Yotsuba?”
“Sepertinya mereka sering berhubungan, tapi tujuan mereka tidak diketahui.”
“Aku rasa hanya ada satu alasan yang kita punya untuk menghubungi militer?”
Saat Kouichi berkata ‘kita’, itu tidak sebatas dirinya atau Keluarga Saegusa ataupun Sepuluh Master Clan, yang dimaksudnya adalah semua penyihir di negara ini.
Penyihir di negara itu tidak menginginkan kedudukan. Sepuluh Master Clan yang didukung oleh negara dilarang mendapatkan kekuatan politik ‘formal’.
Sebaliknya, ada administrasi, militer, polisi, dan dunia finansial; dari berbagai aspek, orang yang memegang kekuatan politik memerlukan sponsor kekuatan sihir untuk meneruskan usahan pribadi mereka. Untuk tidak diancam sebagai alat sekali pakai, untuk menjadi alat yang digunakan terus menerus, mereka membuat diri mereka alat yang tak bisa dibuang dan naik posisi menjadi pelayan yang mengendalikan majikan mereka. Untuk alasan ini, ‘agar dapat digunakan terus-menerus’ oleh mereka, perlu ‘jadi orang penting’ dan beraliansi untuk sementara.
Demi mendapatkan semua itu, kemampuan saja tidak cukup.
Sebuah pedang tajam dihasikan oleh ketakutan penggunanya kalau pedang itu akan berbalik melawannya. Aliansi sementara adalah simbiosis mutualisme yang tidak dapat mereka langgar.
Kalau seorang penyihir punya hubungan dengan militer, maka tujuannya adalah untuk memperoleh dan menjaga kepercayaan itu; lebih untuk membangun hubungan daripada mempertahankannya. Pemikiran seperti itu, bagi orang yang mengerti posisi penyihir, adlaah sebuah hal yang masuk akal.
Namun, Nakura tidak setuju dengan perkataan majikannya.
“Komandan yang bertanggung jawab, Mayjend Saeki, membentuk Batalion Sihir Independen denga tujuan untuk memiliki sebuah kekuatan militer sihir yang independen dari Sepuluh Master Clan. Komandan yang bertugas, Mayor Kazama, dikenal sebagai orang yang dipercayai Sepuluh Master Clan saat Komandan yang bertanggung jawab Kudou pensiun dari militer. Namun tidak peduli seberapa hebat Keluarga Yotsuba, saya rasa mereka akan kesulitan memenangkan batalion ini.”
Kouichi mengangkat alisnya mendengar perkataan Nakura.
“….Ini pertama kalinya aku mendengarnya.”
“Itu karena Batalion Sihir Independen tidak sealiran dengan tujuan Keluarga Saegusa.”
Pertanyaannya ‘jadi kenapa kau bisa tahu tentang ini’ tidak keluar dari mulut Kouichi.
‘Demi investigasi ini’ adalah satu-satunya alasan dia menerimanya. Selain itu, meskipun orang itu sudah lama melayaninya, Kouichi tidak menganggap Nakura sebagai anggota Keluarga Saegusa. Dan itu juga berlaku untuk orang itu.
“….Jadi kalau begitu, kenapa Yotsuba terus berhubungan dengan Batalion Sihir Independen?”
Pertanyaannya tentang masalah yang berbeda. Dan segera setelah menanyakannya, Kouichi mendapat jawaban dari dirinya sendiri.
“Mungkin itu seperti yang Danna-sama pikirkan.”
Nakura tidak punya kemampuan membaca pikiran. Kouichi juga tidak punya kemampuan itu. Namun, tanpa memastikan, Nakura yakin kalau Kouichi memiliki pemikiran yang sama dengannya.
Kouichi menaruh kartu yang dilepasnya dari pemindai itu di antara jari telunjuk dan jari tengahnya dan menjentikkan jarinya. Kartu kertas itu melayang sebelum terbakar.
Sebelum dia membuang abunya di timba air, Nakura menunduk dan pergi.
◊ ◊ ◊
Di sudut kediaman Saegusa, terdapat sebuah bangunan berbentuk balok. Bangunan dengan desain sederhana tapi tidak kampungan itu adalah lapangan tembak pribadi Keluarga Saegusa.
Meski milik Keluarga Saegusa, lapangan itu sebenarnya dibangun untuk Mayumi. Lima tahun yang lalu, saat Mayumi memenangkan piala pertamanya dalam turnamen tingkat nasional, bangunan itu dibangun sebagai peringatan kejadian itu.
Mayumi, yang telah diterpa hal-hal penguras tenaga sejak pagi, segera setelah makan siang pergi ke lapangan tembak ini dan sudah tiga jam di tempat itu. Dengan penuh semangat, ia menembak target dengan CAD bergagang khusus bentuk tongkat.
Tembus.
Hancurkan.
Tidak seperti senapan yang sebenarnya, menembak dengan sihir tidak menghasilkan dorongan yang dapat menyakiti tangannya, tapi dia tetap akan kelelahan.
Namun, bagi Mayumi yang benar-benar suram, kelelahan ini memanaskan hatinya.
Tanpa khawatir tentang kecepatannya, dia terus menembak, dan sebelum ia menyadarinya, dia sudah kehabisan stok target. Dia melayangkan pandangannya ke jam tangan miliknya dan terkejuk akan lamanya waktu yang telah berjalan; dia menaruh CADnya di rak dan mulai meringkasi semuanya. Setelah dia mulai.
“Onee-chan, aku kembali!”
Namun, saat dia melepas kacamata informasi itu, dia menerima sebuah pelukan dari belakang yang tak diduganya, sesuatu yang tak bisa dihindarinya.
“Kasumi-chan, jangan mengagetkan Onee-sama dengan melompat ke arahnya mendadak.”
“Astaga, Izumi, kau cerewet sekali.”
“Itu karena Kasumi-chan sangat tidak sopan.”
Itu hanya masalah kecil dan adiknya segera melepaskannya (Kasumi ditarik dari Mayumi), jujur saja, untunglah seperti itu.
“Kasumi-chan, Izumi-chan, selamat datang.”
Selama pertengkaran saudara kembar itu, yang bisa dibilang hanya bercada, Mayumi memperbaiki posturnya dan mendatangi mereka.
“Aku kembali, Onee-sama.”
Gadis yang dengan sopan menunduk dengan kedua tangannya itu adalah yang muda, Saegusa Izumi. Seorang gadis feminin dengan rambut bob yang sepanjang bahu.
Gadis yang memeluk Mayumi adalah kakaknya. Adik Mayumi dan kakak Izumi, Saegusa Kasumi. Dia adalah kebalikannya Izumi, seorang gadis tomboy dengan rambut pendek.
Mereka kembar monozigot[3], tapi karena selera dan sikap mereka benar-benar berlawanan, biasanya orang akan tidak akan salah mengira satu dengan yang lain.
“Latihan apa yang Onee-chan lakukan? Itu bukan peluru fisik Sihir Gerakan. Sihir Virtual Area?”
“Sihir Penetrasi Ekspansi Virtual Area, ‘kan? Onee-sama sudah sering berlatih sihir itu, akhir-akhir ini.”
Namun, mereka memiliki ketajaman sensitivitas sihir yang sama. Siapapun akan bilang kalau sensitivitas sihir Mayumi lebih tinggi daripada kemampuan teorinya, tapi Kasumi-Izumi adalah tipe penyihir yang punya orientasi yang sama dengan Mayumi. Kemampuan mereka untuk mengidentifikasi sihir yang diaktifkan jauh melebihi kemampuan Mayumi. Baru saja, mereka menebak sihir yang digunakannya dengan tepat hanya melihat dari ‘lubang’ yang ada pada target.
Mayumi terlalu memanjakan saudara kembarnya karena mereka manis, dan mereka berdua juga mengagumi Mayumi. Namun, akhir-akhir ini, mungkin karena usia, dia sadar kalau mereka berdua jadi lebih tidak sopan.
“Namun, Onee-sama jelas sedang punya banyak pikiran.”
Mata tajam Izumi mengamati habisnya target yang ada, membuatnya berbicara dengan nada yang sedikit tercengang.
“Lalu, tadi Hirofumi-san datang?”
Kasumi menjawab dengan suara usil.
“Onee-chan, suasana hatimu pasti buruk saat Hirofumi-san datang.”
Ekspresi tegarnya menghilang; Mayumi tidak menduga ada orang yang bisa melihat apa yang disembunikannya.
Apapun yang terjadi, mereka berdua lumayan tanggap.
Atau mungkin karena aku mudah dibaca lebih dari yang kukira, pikir Mayumi, membuatnya jadi makin depresi.
“Aku rasa Hirofumi-san tidak seburuk itu.”
“Dia bukan orang yang buruk, tapi begitulah dia. Orang tak bisa diandalkan yang tidak cocok bagi Onee-sama.”
“Izumi, penilaianmu terlalu kejam. Ok, bagaimana tipe orang yang cocok, bagaimana tentang Katsuto-kun?”
“Hei, Kasumi-chan, Juumonji-kun dan aku tidak ada”
“Itu benar, dia lumayan tampan tapi sayangnya dia tidak benar-benar mencoba untuk memahami hati wanita.”
Kenapa, Mayumi berkata dalam hati, nama Katsuto bisa muncul; Mayumi segera memperbaiki ‘kesalahpahaman’ adiknya, tapi berdua Izumi ataupun Kasumi tidak mau mendengarkan.
“Ayo kita lihat, bagaimana kalau aku yang memilihkan laki-laki yang pas untuk Onee-chan….. Lagipula, aku rasa sudah biasa kalau laki-laki tidak bisa memahami hati wanita karena kita tidak memahami apa yang laki-laki pikirkan.”
“Terlalu baik! Kau terlalu baik, Kasumi-chan! Wanita cukup memahami hati laki-laki saat mereka sudha menjadi sepasang kekasih! Untuk memenangkan hati wanita, pertama-tama laki-laki harus memahami hati wanita.”
“Hati wanita…… baiklah. Jadi, apalagi selain penampilan?”
“Sudah jelas, cinta…. Kalau ada masalah yang sulit, sebuah cinta sejati akan bangkit, ‘kan.”
“Kita sudah bersama sejak lahir, tapi aku tidak tahu kau seromantis ini (dikatakan oleh orang dengan pola pikir anak-anak), Izumi. Aku pikir kau hanya kaku saja.”
“Aku rasa kau bermaksud yang lain saat berkata ‘remantis’…… baiklah, cukup untuk itu. Selain itu, aku bukan orang romantis, Kasumi-chan; kau hanya tidak peduli dengan hal-hal seperti ini saja.”
“Terserah, lagipula aku tidak terlalu feminin. Apapun yang terjadi, siapa yang boleh dicintai Onee-chan? Seseorang seperti Hattori-san?”
“Kasumi-chan! Bagaimana bisa kau tahu nama Hanzou-kun!?”
Muncul entah dari mana (sebenarnya sudah ada dari tadi), Mayumi berdiri diantara mereka karena dia tidak bisa menghentikan mereka dengan kata-kata. Mayumi benar-benar tidak ingat pernah memperkenalkan Hattori kepada adik-adiknya.
“Tentu saja, kami tahu tentang serangga-serangga pengganggu yang ada di sekitar Onee-sama.”
“Izumi-chan, aku tidak percaya, kalian berdua sudah memata-mataiku selama ini, ya kan!? Itu…. Itu bukan urusanmu dengan siapa aku berkencan atau yang lain!”
“Salah, Onee-chan. Izumi dan aku sekolah, jadi tidak mungkin kami bisa memata-mataimu, jadi tidak mungkin!”
(Kalau begitu kau sudah memanfaatkan orang untuk melakukannya!?)
Dia hanya berteriak didalam kepalanya saja, jadi tentu saja itu tidak bisa didengar orang lain. Namun, mungkin entah bagaimana mereka berdua bisa mendengarnya, tapi Mayumi tidak melihat mereka berdua berlaku seperti apa yang mereka lakukan sebelumnya.
“Selain itu, Kasumi-chan dan aku khawatir dengan Onee-sama? Meskipun Onee-sama sangat cantik, Onee-sama tidak pernah punya pacar dan sudah delapan belas tahun…. Onee-sama bahkan sudah akan lulus SMA.”
“Bukan karena kau tidak, kedudukan sosialku…..”
Dia sadar kalau mengatakan dirinya belum menemukan yang cocok terdengar seperti alasan. Lebih parah lagi, itu sudah bukan alasan biasa melainkan alasan yang ‘buruk’ atau mungkin alasan yang ‘menyedihkan’.
“Hei, kalian berdua di posisi yang sama; lagipula, kalian berdua juga belum pernah berpacaran.”
Jadi dia mencoba untuk terus merubah topik; namun, Mayumi tidak sadar kalau itu juga cukup menyedihkan. Sampai adiknya membalas.
“Memangnya kenapa, Izumi dan aku masih lima belas.”
“Kalau pengakuan cinta, aku mendapat dua hari ini. Mereka kutolak dengan halus. ‘Pengalaman’ ini tidak sesulit itu.”
“Kau terlalu kaku, Izumi. Bukannya tidak apa-apa mengencani mereka sebentar.”
“Kasumi-chan terlalu jahat. Tak diragukan lagi, semua pacar Kasumi-chan tidak memancang Kasumi-chan hanya ‘sebatas teman’…… Kalau kau terus seperti itu, suatu saat akan ada hal buruk yang terjaid.”
Sadar akan dirinya yang menyedihkan, Mayumi depresi sembari mendengar BGM pembicaraan adiknya.
◊ ◊ ◊
4 November.
Akhirnya, sekarang adalah istirahat makan siang hari pertama sekolah.
“Ketua, maksudku, Mayumi-san. Kau terlihat agak lelah.”
Tatapan khawatir tertuju pada Mayumi, yang duduk di ruang OSIS untuk membantu menyelesaikan berkas-berkas, dari Azusa.
“Hmm, sedikit. Tapi aku tidak apa-apa.”
“Bukankah lebih baik kalau kau tunggu sampai minggu depan……”
Hari ini hari Jumat. Pada hari Sabtu juga ada pelajaran, tapi murid kelas 3 tidak benar-benar harus masuk sekolah, dan jumlah mereka yang belajar di rumah hari ini dan besok tidaklah sedikit.
“Aku rasa aku tidak kuat untuk lebih lelah lagi.”
“Aku mengerti. Jadi kau pergi dan masuk sekolah?”
Azusa memiringkan kepalanya, memandang jawaban Mayumi dengan wajah bingung.
Lagipula, datang ke sekolah karena lebih lelah tinggal di rumah mungkin bukanlah sesuatu yang dapat dimengerti orang lain.
Dia merasa malu untuk menjelaskannya.
Karena itu, Mayumi tidak menjawab pertanyaan Azusa dan sedikit menguap ‘aah’ dengan satu tangan menutupi mulutnya.
Dia melipat kedua lengannya diatas meja.
Lalu, menaruh pipinya diatasnya.
Dia merasa kalau mata Asuza terbelalak saat dia tiba-tiba berbaring dan mulai mengantuk, tapi Mayumi tidak peduli dan mulai menarik nafas lega seolah-olah ia tidur.




[1] Kata yang dimaksud adalah ‘Maid’ yang berarti pelayan dalam Bahasa Inggris.
[2] Dalam mitologi Jepang, rakun adalah hewan yang dapat berbuat jahat dengan muka datar.
[3] Kembar identik