HARI HARI YANG BAHAGIA

(Part 3)

(Translater : Blade ; Editor : Gian Toro)

 “Aku pulang~”
Membuka pintu lalu masuk ke Sakurasou.
“Selamat datang kembali~ Kouhai kun, Mashiron, Rita!”
Yang menyambut mereka itu adalah mahasiswi dengan status sudah menikah yang merupakan tetangga mereka. Marga bekasnya adalah Kamiigusa. Mantan penghuni kamar no.201 Sakurasou, alumni Suiko, sekarang sedang studi di Universitas  Suimei jurusan ilustrasi kelas satu. Setelah lulus dia tetap sering muncul di Sakurasou. Tidak hanya saat makan pagi, bahkan makan malam juga dia ikut, dan memakai kamar mandi dengan seenaknya. Sering sekali memaksa Kanna mandi bersama, dan mengeluarkan suara ‘A-aku akan mencucinya sendiri, ja-jangan menyentuh bagian itu!’.
“Ini, untukmu, Kouhai-kun.”
Misaki memberikan Sorata sebuah amplop. Sepertinya ini untuk Kanna.
“Are? Mana Kanna?”
Tidak terlihat sepatunya di rak sepatu. Hanya sepatu Ryuunosuke yang berantakan. Rita dengan alami  merapikan sepatu milik Ryuunosuke. Sepertinya Rita memang sangat menyukai Ryuunosuke.
“No pants belum pulang loh.”
Misaki menunjuk ke Sorata menggunakan jarinya.
Jangan-jangan hari ini dia benar-benar ada urusan.
“Aku tidak akan salah karena aku terus menunggu di depan pintu.”
“Apa waktumu begitu banyak Misaki-senpai?”
“Kalau begitu, sekarang aku akan ke kantor di Universitas~bye bye~!”
Sambil mengeluarkan suara seperti ‘tong’, Misaki membuka pintu seperti ingin merusak pintunya.
“Ah, ya, Kouhai kun.”
“Apa?”
“Model 3D untuk boss sudah kusimpan dikomputermu, periksalah nanti!”
“Ah ya.”
Setelah Sorata membalasnya Misaki pun langsung keluar. Walaupun sudah menjadi mahasiswi, Misaki tetap saja tidak berubah sedikitpun.
Lalu dari jauh terdenagr suara teriakan ‘Yahoo~’, lalu suara mesin mobil yang liar itu tidak terdengar lagi.
“Baik, aku juga akan kerja, kerja.”
Setelah berpisah dengan Mashiro dan Rita, Sorata kembali ke kamarnya. Yang pertama-tama ia menyalakan komputernya dulu. Sambil menunggu menyala, Sorata mengganti pakaiannya dan pergi ke toilet untuk mencuci tangannya.
Duduk didepan monitor, saat komputernya sudah menyala.
Membuka mesin game dan perangkat lunak khusus pengerjaan game.
Memastikan ruang obrol, terlihat nama Ryuunosuke didaftar teman baik.
--Akasaka, kau baik-baik saja?
Karena hari ini terjadi sesuatu yang mengejutkan, jadi rasanya khawatir. Kakak perempuan Ryuunosuke yang tiba-tiba muncul, menciumnya dan memeluknya. Berkat ini kesadaran Ryuunosuke jadi hilang........
--Sangat tidak baik.
Setelah sesaat tampak pesan tersebut didepan layar.
Jarang-jarang Ryuunosuke menunjukkan kelemahannya.
--Tasmu sudah kuambilkan.
--Maaf merepotkan.
--Lalu kakakmu titip pesan.
Tidak ada balasan. Sorata langsung melanjutkannya.
--‘Ambil sendiri surat persetujuannya’, dia bilang begitu.
--Begitukah?, tak ada cara lain lagi.
--Yah, walaupun menurutku kau pasti tidak akan pergi mengambilnya, tapi cobalah untuk berusaha.
Karena kalau tidak begitu mereka tidak bisa melanjutkannya.
--Sepertinya pembuatan gameku sampai disini saja.
--Jadi itukah maksudnya tak ada cara lain lagi?
--Ini adalah pilihan yang sangat pahit. Tolong pahami.
Ya kali ini kupahami!”
Sorata memutar badannya dan berteriak ke arah kamar no.102.
Dan mengetuk keras dinding yang membatasinya.
Hoi, Akasaka! Bercanda kan? Tidak serius kan?”
Sorata menjadi serius tanpa disadarinya, karena dia tahu Ryuunosuke tidak akan bercanda disaat seperti ini.
“..................”
Tapi sangat disayangkan tidak ada balasan dari kamar sebelah.
Dengan panik kembali mengetik pesan.
--Hoi, Akasaka!
--Biar Maid-chan yang menjelaskannya untuk menggantikan Ryuunosuke-sama yang sedang pusing.
--Maid-chan, apa Akasaka baik-baik saja?
--Kalau harus kudeskripsi, berantakan..........
--Tolong pikirkan caranya!
--Ia depresi karena mengingat masa lalu yang menjadi trauma baginya.
Itu pasti berkaitan dengan kakak perempuannya si Yuriko.
--Apa yang pernah terjadi antara Akasaka dan kakaknya?
--Sejak dahulu kala, ada seorang pemuda yang bernama Akasaka Ryoma. Benar, ia adalah ayah dari Ryuunosuke-sama.
Sesuatu, mulai berjalan.
--Kenapa kesannya jadi seperti mendengar kisah yang sangat tua?
--Biar lebih kreatif.
--Tolong serius!
Sorata lelah.
--Karena kalau hanya kuceritakan begitu saja nanti Sorata sama pasti tertidur.
--Sebegitu bosan dan panjangkah cerita itu? Omong-omong, aku hanya ingin bertanya tentang kakaknya.
--Ryoma-sama adalah seorang pegawai yang rajin di perusahaan komunikasi. Profesinya sebagai programer, ia selalu serius dan jujur dalam melakukan pekerjaannya.
--Jadi tak menanggapi pertanyaanku, ya.
--Ia juga mempunyai hobi, yaitu menabung poin di toko elektronik.
--Apa kau sedang bermain denganku!?
--Lalu hal yang dipusingkannya, mungkin hanya tidak bisa tidur tenang........
--Perlukah kau memberitahuku?
--Lalu Ryoma-sama bertemu dengan sebuah pertemuan yang ditakdirkan.
--Mamanya Akasaka kah?
--Ryoma-sama akhirnya bertemu dengan bantal yang rasanya nyaman, dan akhirnya tidur nyaman setiap hari.
--Syukurlah!
--Pada hari kedua, untuk menambah poinnya, Ryoma-sama datang ke toko elektronik.
Kapan ia serius.
Tapi sungguh AI yang hebat. Rasanya sudah lebih hebat dari manusia.
--Bertemu dengan seorang wanita yang sedang protes dengan karyawan toko ‘Aku ingin mengirim uang dengan menggunakan FAX yang kubeli disini, tapi tidak bisa!’
--Ya iyalah karena FAX itu hanya mengurus dokumen!
--Dan wanita itu adalah Ryuujiko-sama, ibu Ryuunosuke-sama.
--...........
Sorata sedikit terkejut.
--Ryuujiko-sama sangat cantik. Dan Ryoma-sama langsung jatuh cinta padanya. Walau selalu ditolak saat mengajaknya kencan, ataupun kencannya dibatalkan tiba-tiba, tapi akhirnya mereka bersatu setelah Ryoma-sama melamarnya saat kencan.
--Kenapa bagian pentingnya tiba-tiba berkembang!
Padahal daritadi hanya cerita yang tidak penting saja.
--Tolong dipahami karena ini kategori untuk semua umur.
--Memangnya ada kategori dewasa?
--Sorata-sama, ini pelecehan seksual kan?
-Bukan!
“Sorata, pelecehan seksual.”
Melihat ke samping, entah sejak kapan Mashiro berada dikamarnya. Disampingnya ada Rita yang menatap layar monitor dengan sangat penasaran.
“Sorata, suruh dia melanjutkan ceritanya.”
Ya akan kulakukan.”
--Maid-chan, apa sudah boleh masuk ke topik utama?
--Ryoma-sama dan Ryuujiko-sama akhirnya menikah dengan bahagia, dan diberkati anak perempuan, yaitu Riko-sama, Ranko-sama, Yuriko-sama dan..........Ryuunosuke-sama. Mereka berempat semua mirip dengan Ryuujiko-sama, semua cantik.
--Akasaka itu laki laki!
--Walaupun terlihat seperti keluarga yang bahagia, tapi Ryuujiko-sama mengeluarkan sebuah syarat sebelum ia menikah dengan Ryoma-sama.
--Syarat?
--Syaratnya adalah ‘Tidak masalah kalau menikah denganmu, hanya, kau harus melakukan semua pekerjaan rumah’.
Begitukah.
“Sorata.”
Sekarang aku sedang sibuk.”
Semua pekerjaan rumah nanti juga Sorata yang lakukan.”
Sudah kulakukan dari dulu!”
--Sesuai janji, semua pekerjaan rumah  keluarga Akasaka dilakukan oleh Ryoma-sama, ia berhasil menjaga keempat anaknya sangat besar. Ia merupakan seorang suami yang bekerja keras dalam pekerjaan rumahnya maupun dalam pekerjaannya. Dan Ryuunosuke-sama kecil mengira dalam keluarga yang normal, semua pekerjaan rumah dilakukan oleh ayah.
“Ryuunosuke yang salah paham itu ternyata lucu juga ya."
Entah apakah terbayangkan bayangan Ryuunosuke yang masih kecil, Rita tertawa.
--Karena kekuasaan ratu Ryuujiko-sama yang besar, perempuanlah yang memutuskan segalanya di keluarga Akasaka.
Terhadap Ryuujiko-sama, Ryoma-sama hanya boleh membalasnya dengan ucapan seperti ‘ya’, ‘yes’, ‘oui’, dan ‘ja’.
--Itu artinya sama semua semua hoi!”
Kira-kira itu bahasa Jepang, Inggris, Prancis dan Jerman.
--Dan tentu, Riko-sama, Ranko-sama, dan Yuriko-sama yang tumbuh besar dengan melihat kedua orangtuanya itu juga tumbuh menjadi seperti Ryuujiko-sama. Kalau ada laki-laki yang mengajak mereka makan, mereka akan menyuruhnya untuk memesan restoran yang kira -kira membutuhkan waktu setengah tahun untuk membokingnya, atau mengatakan hal seperti ‘Akan kutemani kalau itu restoran tiga bintang di Jerman’ untuk menguji cinta para laki-laki itu. Dengan kata lain, mereka adalah perempuan yang memainkan perasaan lelaki dengan tampang mereka yang cantik.
--Menakutkan sekali.
Kalau hanya itu saja, itu juga biasa kulakukan kok?”
Rita seperti biasa saja dengan semua itu. Sorata akhirnya paham alasan kenapa Ryuunosuke kesulitan dengan Rita.
--Lalu, setiap mereka pulang dari kencan mereka, kakak-kakak Ryuunosuke akan menceritakan kesannya pada Ryuunosuke seperti ‘Rasanya membosankan’, ‘Tidak pandai memulai percakapan’, atau ‘Lebih baik makan sendirian’, Ryuunosuke-sama mendengar itu hampir setiap malam.
--Be-begitukah?.
--Akhirnya, Ryuunosuke sama yang sudah merasakan betapa berbahayanya perempuan itu menjadi tidak percaya dengan perempuan, dan tumbuh menjadi seseorang yang benci dengan perempuan.
--Tapi sepertinya Yuriko-san sangat sayang padanya?
--Tidak, hanya Yuriko-sama, bagi Ryuujiko-sama juga, kelahiran Ryuunosuke-sama sebagai laki-laki adalah hal yang sudah ditunggu-tunggu Ryuujiko-sama, sejak kecil Ryuunosuke-sama sudah dimanjakan oleh ibunya. Riko-sama dan Ranko-sama juga begitu, setiap hari berebut untuk tidur bersama Ryuunosuke-sama, bahkan kadang sampai berkelahi.........
Walaupun rasanya iri, tapi sebenarnya rasanya sangat menderita. Wajar saja rasanya jadi benci karena rasa sayang yang terlalu berlebihan.
Mungkin ini adalah salah satu alasan kenapa Ryuunosuke mendaftar di Suiko yang mempunyai asrama siswa.
--Jadi amanat dari cerita ini adalah ‘Kalau bersama seorang wanita yang tidak cocok dengan diri kita, pihak laki laki akan merasakan repotnya nanti’, Sorata-sama (lol).
--Ada apa denganku?
--Karena rasanya anda sangat memahaminya.
Rasanya Sorata tidak bisa membantahnya.
Tanpa sengaja melihat ke arah Mashiro.
Hebat juga ya.”
Mashiro mengatakannya dengan suara yang sangat kecil.
Jadi kondisinya seperti yang kalian dengarkan tadi.”
Suaranya berasal dari arah pintu. Ryuunosuke yang menyandar didinding itu terlihat sangat lemah.
Sudah paham dengan disituasinya. Tapi rasanya kalau hanya bertemu dengan kakak sekali saja juga bukannya sulit.
Sepertinya giliranku sudah tiba.”
Rita berjalan ke arah Ryuunosuke dan menunjukkan senyuman yang menandakan kemenangan. Ryuunosuke mundur beberapa langkah karenanya.
“Ryuunosuke, berlatihlah denganku untuk menyembuhkan dirimu yang benci dengan perempuan.”
Rita yang berkata begitu matanya terlihat sangat bersinar. Seperti ingin berkata ‘Inilah yang kutunggu selama ini’.
Kenapa aku harus melakukan itu.”
Apa tidak masalah kalau tidak membuat game bersama Sorata?”
“........uh.”
Ryuunosuke hanya bisa terdiam.
Apa tidak masalah kehilangan kesempatan lagi untuk saling bekerja sama?”
Itu...........”
Mungkin saja tidak akan ada kesempatan lagi loh?”
Rita ternyata jahat juga.
“.............”
Ryuunosuke mulai berpikir dengan menunjukkan ekspresi yang tidak senang. Walaupun ia tidak ingin memilih, tapi ia harus membuat pilihannya.
Atau, aku..........”
Awalnya Sorata ingin bilang membawannya ke tempat kakaknya, tapi ia berhenti karena tatapan Rita yang tajam itu. Tatapanya seolah memberitahu untuk tidak mengatakan sesuatu yang tidak perlu.
Tidak, tidak ada.”
Mungkin sekarang lebih baik membantu Rita. Bagaimanapun sudah berusaha.......tidak ada yang lebih penting lagi dibandingkan dengan menyembuhkan Ryuunosuke dari sikapnya yang membenci perempuan itu. Mungkin nanti juga akan ada kemungkinan perempuan yang bergabung dengan tim.
Hanya aku loh? Perempuan yang membantu Ryuunosuke.”
“..........aku tahu.”
Sorata dengan kecewa menjawab.
Apa?”
Rita menaruh tangannya disamping telingannya, seolah tidak mendengar Sorata.
Aku tahu.”
Sorata mengatakannya.
Rita tersenyum dengan bahagia.
Dengan kesempatan ini, akan kulakukan semua hal yang aku inginkan dengan Ryuunosuke.”
Sepertinya ada niat yang tidak baik.
Tapi biar Rita yang mengurusnya saja.
Sorata yang sekarang ini pikirannya sedang tidak tenang.
Setelah makan malam, menyerahkan masalah Ryuunosuke pada Rita, Sorata kembali lanjut dalam pembuatan gamenya. Memasukkan musik yang sudah dibuat Iori.
Dengan begitu, dari delapan bagian yang ada, sudah ada dua bagian yang bisa dimainkan. Setiap bagian terdiri dari tiga tingkatan. Yang pertama itu untuk pemula, dan untuk bermain santai, lalu yang kedua, akan sulit tembus kalau tidak menggunakan jurus spesial, lalu yang terakhir adalah melawan boss dengan mempelajari dua tingkatan sebelumnya.
Walaupun pembuatan boss nya masih jelek, tapi berkat mesin game yang Ryuunosuke siapkan, Sorata bisa membuat beberapa hal yang menyenangkan. Membuat, mencoba bermain, dan memperbaikinya bila jelek.
Ah~”
Pekerjaannya selesai sementara, Sorata merasa sangat lelah.
Melihat ke jam, sudah jam 11.
Ah, sudah malam juga ya............”
Sambil menguap dan meregangkan tubuhnya, dunia terasa terbalik. Didunia yang terbalik ini, diatas kasur.......ada sebuah paket, itu adalah paket Kanna yang diberikan Misaki tadi kepada Sorata.
Wah, lupa.”
Sorata berdiri. Akan celaka kalau ini merupakan paket yang penting, sebaiknya berikannya pada hari ini. Sorata mengambil paketnya dan keluar dari kamar.
Naik ke lantai dua, berhenti didepan kamar no.201.
Hn?”
Dari celah pintunya tidak terlihat cahaya. Lampunya mati.
Apa sudah tidur ya.........”
Bagaimanapun rasanya tidak enak kalau membangunkannya, Sorata menyerah dan turun.
Sebelum kembali ke kamar, Sorata memastikan pintu Sakurasou sudah terkunci atau belum. Sudah terkunci, tapi tiba-tiba, rasanya sedikit aneh.
“............”
Tidak ada sepatu Kanna. Didalam rak sepatu juga tidak.
Hn? Jangan-jangan belum pulang?”
Rasanya menjijikkan kalau kau berbisik-bisik sendirian? Apa otakmu rusak?”
Yang keluar dari ruang makan itu adalah Chihiro yang sedang meminum birnya itu.
Sepertinya Kanna belum pulang.”
“...........duh.”
Chihiro sedikit panik.
“Kanda, telepon dia.”
Baik.”
Sorata berpikir kenapa harus dirinya, tapi tidak penting, sekarang telepon dulu.
Disaat ingin balik ke kamar untuk menelepon, pintu Sakurasou malah terbuka. Sorata terhenti dan bertatap muka dengan Kanna yang baru balik.
Selamat datang.”
Ah, itu........maaf karena pulang malam.”
Dari tatapan Kanna sepertinya ia merasa bersalah.
Kalau sadar, jangan ulangi lagi. Setidaknya beri kabar, kalau tidak nanti Kanda khawatir.”
Setelah mengatakan itu, Chihiro pun kembali ke ruangannya.
Sepertinya malam ini akan lebih dingin~”
Sebelum pergi, Chihiro mengatakan itu. Kalau merasa begitu, kenapa dia masih saja minum bir dingin, apa ini cara pikir orang dewasa.
Tersisa Sorata dan Kanna.
Itu...........maaf membuat khawatir.”
Apa rapat yang berkaitan dengan novel?”
Eh? Ah........ya, betul.”
Rasanya seperti dirinya sedang berbohong. Tapi, setelah merasakan tatapan Kanna yang tidak ingin ditanya, Sorata tidak melanjutkannya.
Ini, ini adalah paket Kanna.”
Memberikan paket yang ada ditangannya.
Terima kasih........”
Setelah menerima paket dari Sorata, Kanna langsung kabur ke lantai dua.
Terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru, lalu terdengar suara pintu kamar tertutup.
Ia sedang menghindari Sorata, jelas-jelas karena kejadian tadi pagi.
Penjelasannya besok saja.
Berdiri disini juga tidak ada gunanya, Sorata kembali ke kamarnya.
Setelah sampai didepan pintu kamar, pintu kamar mandi terbuka.
Yang keluar itu adalah Mashiro. Sudah mengenakan piyamanya. Dilihat dari rambutnya yang sudah rapi itu, mungkin ia tadi mandi dengan Rita. Sepertinya masih ada orang dikamar mandi, terdengar suara pengering rambut.
Apa mandinya nyaman?”
Nyaman.”
Baguslah.”
Setelah percakapan yang pendek itu, Sorata pun kembali ke kamarnya.
Entah kenapa Mashiro juga ikut masuk.
“Sorata, aku sudah memutuskannya.”
Baik, apa yang kau putuskan?”
Rasanya ini sebuah pertanda yang buruk.
Mulai hari ini akan tidur disini."
Yang Mashiro tunjuk itu adalah kasur Sorata. Sekarang ada sepuluh ekor kucing diatasnya. Entah apakah para kucing mengerti dengan yang dimaksud Mashiro, mereka mengangkat kepala mereka. Salah satu diantara mereka.......si kucing putih Hikari lompat dari kasur dan datang ke arah Mashiro.
“...........jadi mulai dari sekarang kau meminta untuk tidur disini?”
Sudah kuminta.”
Apa!?”
Tinggal bersama.”
Ini tidak dihitung tinggal bersama.”
Satu kasur satu bantal?”
Seperti itu! Tidak! Ada apa denganmu!”
Hanya tidur bersama.”
Huh?”
Tidak H.”
Biarpun begitu, itu cukup untuk menghancurkan mentalku, bagaimana menurutmu?”
Tidak membiarkanmu H.”
Kalau terus begitu Sorata akan kalah.
Itu, Mashiro-san. Ini adalah asrama siswa. Kehidupan dimana seorang laki-laki dan seorang perempuan tidur bersama setiap hari itu tidak dibolehkan!”
Tidak apa. Akan kita dapatkan persetujuannya dari rapat Sakurasou nanti.”
Tolong jangan begitu! Akan diprotes habis habisan nanti!”
Hanya dengan kejadian tadi pagi rasanya sudah merepotkan sekali.
Kalau begitu dengan menyenangkan sudah diputuskan.”
Tatapan Mashiro sudah mengunci ke arah kasur.
Mana mungkin diputuskan begitu!”
Apa Sorata benci bersama denganku?”
Tidak benci!”
Itu adalah kehidupan yang diimpikan Sorata. Entah akan sesenang apa nanti. Hanya, Sorata masih ingin menjaga sikapnya sebagai seorang siswa. Walaupun ini adalah Sakurasou yang bisa saja terjadi apapun, tapi tetap saja ada batas yang tidak boleh dilewati.
Muh.”
Mashiro jadi tidak senang dan melirik ke arah Sorata.
Padahal Sorata itu hangat dan nyaman.”
Walaupun aku setuju terhadap ini tapi tolong sadar diri!”
Tidak mungkin.”
Mengapa!”
Karena aku tidak normal.”
Jangan pasrah begitu!”
Pasangan suami istri lagi bertengkar ya.”
Rita yang baru selesai mandi itu mengintip ke dalam kamar Sorata dan tersenyum nakal.
Pokoknya ini hari pertama, dimulai dari bertukar posisi saat makan. Dari dulu sampai sekarang, posisi makan selalu dimulai dari Chihiro, Kanna, Iori, Ryuunosuke, Sorata, Mashiro, dan Rita, tapi mulai dari makan malam hari ini, Rita masuk diantara Iori dan Ryuunosuke. Dengan menggunakan alasan latihan ia menyuap Ryuunosuke makan, semua ini sangat mengganggu Ryuunosuke.
Ryuunosuke sempat mengirim pesan saat jam sembilan tadi, isinya ‘Aku ingin tidur’. Sepertinya ia sangat lelah. Kasihan sekali.
Huft, Kanna. Ada apa cari Sorata?’
Rita yang berdiri didepan pintu kamar memanggil Kanna. Kanna masih menggunakan seragam. Dengan tatapan yang  dingin ia melihat ke Sorata, Mashiro, dan Rita.
Ka-kami tidak melakukan apapun!”
Aku belum mengatakan apapun.”
Kanna tetap tenang.
A-ada apa?”
Sebaiknya mengalihkan topik dulu daripada menggali kuburan sendiri.
Rasanya harus menunjukkan ini padamu.”
Kanna yang masuk ke dalam kamar memberi sebuah majalah. Walaupun Sorata tidak pernah melihatnyaa tapi ini adalah majalah yang sering mengenalkan novel dan komik yang terkenal.
Ini adalah isi dari paket yang Sorata sempat berikan  tadi. Bulan lalu sempat wawancara untuk karya baru, jadi dikirimlah ini............”
Heh, hebat ya.”
Membolak balik halamannya. Nama pena Kanna 'Yuhama Kanna’ terlihat ditengah majalah. Tidak ada foto, hanya tulisan yang berisi dua paragraf.
Mashiro dan Rita menjepit Sorata ditengah dan ikut melihatnya.
Bukan. Bukan wawancaraku.......”
Are?”
Yang lebih depan lagi...........”
Kanna mengulurkan tangannya dan menunjukkan halamannya.
Ah.”
Ini.”
Sorata dan Rita sangat terkejut.
Ini wajar saja, yang terlihat adalah komik yang tidak asing. Itu adalah komik yang digambar Mashiro.
Dipuji pada bagian ‘Yang direkomendasikan bulan ini’. Berisi kesan dan pesan para penulis, dan penilaian dari berbagai sudut pandang.
Kesimpulannya, gambarnya sangat bagus, sudah profesional, hanya saja perlu menahan bosan pada awal ceritanya, tapi seiring berjalannnya serialisasi, hubungan antar karakter terasa semakin seru, gambar juga semakin bagus, rasanya tidak bisa berhenti saat membaca komik ini........tertulis begitu.
Dan yang dipuji adalah chapter beberapa bulan ini.
Lalu ada karya lain juga yang dipuji dan tentang deskripsi Mashiro.
---seorang komikus yang merupakan siswi SMA sekaligus seorang pelukis jenius.
Ada tulisan seperti itu.
Walaupun kau mungkin tahu, tapi majalah mempunyai pengaruh yang sangat besar. Terutama pada bagian ‘Yang direkomendasikan bulan ini’."
Begitukah.”
“..........Ya. Novelku juga menjadi semakin laris setelah dipromosikan majalah ini.”
Begitukah.......apa kau tahu Shiina?”
Mashiro menganggukkan kepalanya.
Ayano bilang komiknya dipromosikan oleh sebuah majalah. Mungkin maksudnya ini.”
“Shiina-senpai, bisa saja kali ini kau akan menarik perhatian banyak orang sebagai seorang komikus.”
Tatapan Kanna sangat serius. Sepertinya memang begitu.
Tapi Sorata tidak merasakan apapun.
Paling merasa hebat sekali. Hanya merasa senang karena Mashiro melangkah semakin dekat ke impiannya.
Jadi, Sorata yang sekarang tidak sadar dengan kata kata Kanna yang tadi, dan menarik kenyataan yang semakin pahit.