TENTARA KERAJAAN
(Translater : Hikari)

+42 orang bertelinga kelinci berpergian menyusuri ngarai.
Sudah jelas, banyak demonic beast yang mencoba untuk menyerang namun gagal. Mereka yang mencoba untuk menyerang suku Manusia Kelinci tanpa terkecuali kepalanya diledakkan dengan sebuah kilasan cahaya.
Kilasan cahaya itu diikuti dengan tembakan. Saat melihat ke sekitar, kau dapat melihat banyak bangkai demonic beast di sekitar Ngarai Besar Raisen yang membuat suku Manusia Kelinci kebingungan dan menatap kagum pada Hajime yang melakukan ini.
Terutama anak-anak, mereka menyaksikan kekuatan luar biasa Hajime dan menatapnya seakan dia adalah pahlawan mereka dengan mata yang berbinar-binar.
"Fufufu, Hajime-san. Anak-anak kecil menatapimu, kau tahu~ Kenapa kau tidak melambai pada mereka?"
Shia segera mencoba untuk menggoda Hajime yang sudah dalam suasana hati yang buruk karena tatapan polos anak-anak itu.
Dengan urat yang menonjol di kepalanya, Hajime dalam diam menembakkan pistolnya.
DOoR! DOoR!DOoR!
"Awawwawawawawagh!?"
Dengan peluru karet yang diarahkan ke kakinya, Shia mencoba untuk menghindarinya dan membuatnya terlihat seperti sedang menari tap. Melihat pemandangan itu, ayah Shia, Kam hanya memperlihatkan senyum miris sementar Yue melhat gadis itu keheranan.
"Ha Ha Ha, jadi Shia dan Hajime sudah sedekat itu. Sepertinya…Shia sudah mencapai usia itu, ya. Itu membuat Ayah sedikit kesepian. Tapi kalau orang tersebut adalah Hajime-dono, maka Ayah lega…"
Meskipun putrinya masih ditembaki, Kam menatapnya seakan merayakan kepergian gadis itu (seakan menikah) dengan air mata yang terbentuk di sudut-sudut matanya. Anggota suku yang lain pun juga menatapnya dengan tatapan hangat meskipun teriakan "Tolong aku~" bisa terdengar.
"Tunggu, kalian semua. Kenapa kalian berkesimpulan seperti itu setelah melihat situasi ini?"
"…tidak bisa dipercaya."
Seperti yang Yue katakan, sepertinya suku Manusia Kelinci cukup kekurangan nalar dan ini sudah menjadi sesuatu yang alami bagi suku ini. Meskipun tidak diketahui apakah ini berlaku hanya untuk suku Haulia atau tidak.
Setelah berjalan untuk waktu yang lama, grup mereka akhirnya sampai di pintu masuk Ngarai Besar Raisen. Ada tangga yang dibuat dengan cukup baik sejauh yang "Far Sight" Hajime bisa lihat. Tangga ini dibuat dengan memotong dinding dan merupakan tipe belokan-U setiap 50 meter. Lautan Pohon dapat dicapat setelah berjalan sekitar setengah hari setelah keluar dari Ngarai Besar Raisen.
Sementara Hajime mencoba melihat ke kejauhan, Shia mulai berbicara dengan nada cemas.
"Apakah ada tentara Kerajaan?"
"N? Entahlah. Meskipun ada kemungkinan mereka sudah dibinasakan…"
"I-itu, kurasa ada tentara Kerajaan di sekitar sini…Hajime-san…apa yang akan kau lakukan?"
"? Apa maksudmu?"
Hajime memiringkan kepalanya karena tidak dapat mengerti pertanyaan yang diajukan Shia. Telinga kelinci suku Manusia Kelinci menegak karena pertanyaannya.
"Tidak seperti demonic beast, musuh adalah tentara Kerajaan…ras manusia. Sama dengan Hajime-san…apa kau yakin kau bisa menghadapi mereka?"
"Kelinci gagal, kau, bukankah kau sudah melihat masa depan?"
"Ya, benar. Hajime-san menghadapi tentara Kerajaan…"
"Kalau begitu…apa masalahnya?"
"Aku ingin memastikannya. Untuk melindungi kami, suku Manusia Kelinci dari tentara Kerajaan dan menghadapi ras manusia. Apa kau benar-benar tidak apa-apa, melawan manusia…"
Mendengar perkataan Shia, suku Manusia Kelinci yang ada di sekeliilngnya menatap gelisah Hajime. Anak-anak tidak bisa mengerti apa yang sedang terjadi tapi menebak dari suasana yang serius, mereka mulai bergantian melihat antara anggota suku orang-orang dewasa dan Hajime dengan tidak tenang.
Akan tetapi, di dalam suasana yang serius seperti itu, Hajime berkata dengan santai.
"Apa yang salah dengan itu?"
"Eh?"
Hajime lanjut berbicara mengabaikan kebingungan Shia.
"Seperti yang kukatakan sebelumnya. Tidak masalah bagiku untuk melawan manusia."
"I-itu, bukankah kau berasal dari ras yang sama…"
"Bukankah sukumu juga bertentangan dengan ras yang sama (demi-human)."
"Itu, yah, meskipun kau mengatakannya seperti itu…'
"Lagipula, kau salah tentang dasarnya."
"Dasar?"
Shia menelengkan kepalanya dan suku Manusia Kelinci di sekelilingnya kelihatan kebingungan.
"Dengar, aku mempekerjakan sukumu untuk menjadi pemanduku. Jadi, aku akan kesulitan kalau ada siapapun dari kalian yang tewas, jadi aku akan melindunginya. Ini bukan karena aku bersimpati pada kalian, atau aku memiliki kebaikan hati untuk melakukannya. Terlebih lagi, aku tidak akan melindungi kalian selamanya. Bukankah kau ingat itu?"
"Ugh, ya… Aku ingat…"
"Kalau begitu, aku akan melindungi kalian sampai urusanku di Lautan Pohon selesai. Semuanya untuk keuntunganku sendiri. Karena itu, tidak peduli apakah itu demonic beast atau manusian, kalau mereka mencoba untuk menghalangi jalanku, mereka adalah musuh dan musuh harus dibunuh. Sesederhana itu."
"Aku, aku mengerti…"
Shia menyetujui dengan senyum miris terhadap jawaban Hajime itu. Sekalipun dia dengan "Foresight" melihat Hajime menghadapi kerajaan, karena masa depan tidaklah absolute, dia tidak tahu apakah itu akan menjadi kenyataan atau tidak. Ada masa depan lain dengan kemungkinan yang lebih tinggi yang dia lihat, salah satunya adalah masa depan di mana mereka menjadi budak di bawah kerajaan sementara hidup lebih menderita daripada mati. Karena Shia berpikir "ini adalah salah dirinya" meskipun yang lain tidak berpikir begitu, dia mencoba sekuat tenaga untuk memastikan di masa depan yang mana mereka akan berada.
"Ha Ha Ha, syukurlah mengerti hal itu. Silakan serahkan pada kami untuk memandumu melewati Lautan Pohon."
Kam tertawa riang. Daripada semacam rasa keadilan yang bodoh, kalau semuanya berada di bawah syarat beri-dan-dapat, maka itu akan lebih meyakinkan. Wajahnya mengatakan semua itu.
Kelompok mereka mendekati tangga. Hajime pergi lebih dulu untuk berjaga-jaga. Untuk melarikan diri dari para prajurit, suku Manusia Kelinci belum makan atau minum apapun, tapi langkah mereka ringan. Sepertinya rumor bahwa demi-human tidak dapat menggunakan sihir tapi sebagai gantinya memiliki kekuatan fisik yang lebih tinggi itu memang benar.
Dan akhirnya, grup Hajime meloloskan diri dari Ngarai Besar Raisen.
Apa yang mereka lihat di balik jurang…
"Oioi, yang benar saja. Mereka adalah penyintas. Sekalipun aku enggan untuk tinggal di sini karena perintah komandan~ Kalau seperti ini, aku bisa membawa kembali beberapa oleh-oleh bagus ke rumah."
Ada sekitar 30 prajurit kerajaan. Di belakang mereka terdapat banyak kereta wagon di mana tanda perkemahan masih dapat terlihat. Semua tentara yang berpakaian seragam warna coklat tanah dan diperlengkapi dengan sebilah pedang atau sebatang tombak dan sebuah perisai itu, menatap kaget grup Hajime.
Akan tetapi, itu hanya berlangsung sedetik. Segera, mereka menjadi begitu senang saat mereka melihat suku Manusia Kelinci.
"Pemimpin peleton! Si Manusia Kelinci berambut abu-abu juga ada! Bukankah dia yang Komandan mau?"
"Oooh, sepertinya kita beruntung. Meskipun tidak masalah membunuh yang lain yang sudah tua, hanya yang satu itu yang harus biarkan hidup."
"Pemimpin peleton~, ada beberapa wanita di situ, bisakah kami mencicipi mereka sedikit? Kami sudah menunggu di sini selama 3 hari bagaimanapun juga. Tolong abaikan itu~"
"Dasar. Jangan ambil mereka semua. Kalau hanya dua, tidak tiga, maka tidak apa-apa."
"Yahuu~, seperti yang diharapkan dari pemimpin peleton! Anda benar-benar mengerti kami!"
Bagi tentara kerajaan, suku Manusia Kelinci hanya dilihat sebagai mangsa empuk untuk mereka tangkap, mereka mendekat sambil menjilat bibir menatap para wanita Manusia Kelinci. Melihat para prajurit itu, suku Manusia Kelinci tidak bisa berbuat apa-apa selain menggigil ketakutan.
Bersamaan dengan sorakan para prajurit, pria yang dipanggil pemimpin peleton yang saat ini menyengir pada Manusia Kelinci akhirnya menyadari keberadaan Hajime.
"Aah? Siapa kau? Sepertinya…kau bukan seorang Manusia Kelinci."
Hajime, yang berpikir mustahil untuk hanya berjalan melewati para tentara itu begitu saja, menanggapi dengan santai.
"Aa, aku manusia."
"Haa~? Kenapa seorang manusia bersama-sama dengan Manusia Kelinci? Bahkan datang dari dalam ngarai. Aah, apakah kau seorang pedagang budak? Apakah kau mendengar informasi ini dari suatu tempat? Benar-benar semangat bisnis yang hebat untuk datang ke sini seorang diri. Yah, maaf tapi serahkan mereka pada kerajaan sekarang."
Dugaan muncul dari si pemimpin peleton, meskipun itu adalah hal yang alamiah kalau kau melihat situasinya. Dia juga percaya hal itu dan memberi perintah pada Hajime.
Tentu saja Hajime tidak perlu menurutinya.
"Aku menolak."
"…Apa kau mengatakan sesuatu?"
"Bukankah kau mendengar "aku menolak"? Orang-orang ini adalah milikku sekarang. Aku tidak akan memberikan satu pun padamu. Kusarankan kau untuk menyerah dan kembali ke kerajaanmu sekarang."
Dia berpikir bahwa apa yang dia dengar barusan itu salah, tapi Hajime menjawab balik sambil memberi perintah pada mereka. Urat muncul di kepala si pemimpin peleton.
"…Nak, hati-hati dengan kata-katamu. Apakah ada yang salah dengan kepalamu sampai tidak mengerti siapakah kami ini?"
"Aku sudah tahu semuanya. Bahkan kau tidak akan suka dibilang kalau ada yang salah dengan kepalamu, 'kan."
Pemimpin peleton memelototi Hajime setelah mendengar perkataannya. Prajurit yang lain pun memelototi Hajime, menciptakan suasana yang tegang. Pada saat itu, pemimpin peleton mungkin karena suasana yang tegang itu akhirnya menyadari Yue yang datang dari belakang Hajime. Di balik suasana tegang itu datanglah seorang gadis muda. Mungkin karena celah itu, dia terpesona oleh kecantikannya untuk sesaat sambil menyaksikan gadis itu memegang erat-erat pakaian Hajime. Akhirnya sebuah senyuman muncul di wajah pria itu.
"Aah~ aku mengerti. Akhirnya~aku paham sekarang. Kau hanyalah seorang bocah nakal yang naïf. Biar kuajari kau betapa kerasnya dunia ini. Khu khu khu, bukankah nona muda di situ cantik? Setelah aku memotong kaki tanganmu, aku akan memperkosanya di depan matamu kemudian menjualnya ke pedagang budak."
Terhadap kata-kata itu, Hajime mengerutkan alis dan bahkan dari Yue yang tak berekspresi, rasa jijik bisa dirasakan semua orang yang melihatnya. Yue yang tidak bisa memaafkan keberadaan pria-pria tersebut, menjulurkan tangan kanannya.
Akan tetapi, itu dihentikan oleh Hajime. Terhadap Yue yang kebingungan, Hajime hanya mengatakan satu hal.
"Kesimpulannya, kau adalah musuhku, ya 'kan?"
"Aah!? Apakah kau tidak mengerti situasinya! Kau, si brengsek yang seharusnya gemetar sambil memohon ampun—!?"
DUAAar‼
Si pemimpin peleton yang marah itu tidak dapat menyelesaikan kalimatnya. Alasanya adalah, saat sebuah suara tembakan terdengar, kepalanya ditembak. Di kepalanya, sebuah lubang besar di tengah dahinya dapat terlihat dan isi otaknya berceceran dari belakang kepalanya, kemudian ambruk begitu saja.
Tidak dapat memahami apa yang terjadi, prajurit yang lain hanya bisa menatap si pemimpin peleton dengan kebingungan.
DUAAar!
Satu tembakan lagi dapat terdengar, dan pada saat yang sama, enam kepala prajurit tertembak. Sebenarnya ada enam tembakan, tapi Hajime begitu cepat sehingga hanya satu suara tembakan yang dapat terdengar.
Tentu saja, setelah melihat kepala pemimpin dan rekan mereka ditembak begitu, para prajurit menjadi panik dan kemudian mengarahkan senjata mereka pada Hajime. Meskipun mereka tidak tahu bagaimana bisa seperti itu, mereka mengerti siapa penyebabnya, dengan penilaian yang tepat. Mengesampingkan kepribadian, seperti yang diharapkan dari para tentara kerajaan. Kemampuan mereka itu adalah asli.
Para tentara segera bergerak maju sementara barisan belakang mulai merapal mantera. Akan tetapi, sesuatu segera berguling ke kaki mereka. Sebuah benda berbentuk silinder dan berwarna hitam. Apa ini? Meskipun mereka kebingungan tapi mereka hanya melihatnya tanpa menghentikan rapalan mereka dan kemudian berubah menjadi mayat di detik berikutnya.
DUAAaRr!
Itu diakibatkan oleh hitam tersebut, 'granat', yang meledak. Terlebih lagi, pecahan-pecahan logamnya meledak dari dalam benda tersebut sama seperti sebuah 'serpihan granat'. Dibandingkan dengan yang sebenarnya, kekuatan benda ini jauh lebih kuat. Ini hanya bisa dibuat seperti ini karena bijih logam unik dari dunia ini.
Hanya dengan satu gerakan, sekitar sepuluh tentara tewas, dengan tangan dan kaki mereka yang meledak, organ bagian dalam yang berceceran. Sebagai tambahan, ada tujuh orang lagi yang bisa terdengar sedang mengerang kesakitan.
Terhadap ledakan yang terjadi di bagian belakang itu, tujuh Tentara yang berperan sebagai penyerang garis depan, segera menghentikan serangan mereka. Bertanya-tanya tentang apa yang sedang terjadi, enam Tentara yang melihat ke belakang mereka, bersama dengan rekan-rekan yang lain, langsung ambruk karena sebuah tembakan yang menembus kepala mereka. Darah menyembur ke sekeliling, akan tetapi ada satu dari mereka yang tetap hidup, kehilangan kekuatannya dan tetap berada di tempatnya. Tidak mengherankan. Hanya dalam sekejap, rekan-rekannya dibinasakan. Ini bukan karena pasukan mereka ini lemah. Kenyataannya, ada beberapa elit yang menggerutu karena menerima perintah ini. Karena itulah, dengan ekspresi seakan bertanya apakah dia sedang berada dalam mimpi buruk, pandangannya menjelajah ke mana-mana.
Dan di telingnya, sebuah suara yang tak acuh dapat terdengar dari penyebab tragedi ini.
"Un, seperti yang diduga, kalau melawan manusia, tidak perlu menggunakan "Lightning-clad". Peluru dan mekanisme yang biasanya sudah cukup. Combusting Stone BENAR-BENAR praktis."
Tentara itu terkejut dan mulai berbalik pada Hajime dengan ketakutan. Hajime sambil mengetukkan Donner ke bahunya, perlahan mendekati tentara itu. Sosoknya yang membawa kematian bersama dengan mantel hitamnya yang berkibar, membuatnya terlihat seperti seorang Malaikat Maut. Setidaknya, seperti itulah dia terlihat bagi para tentara yang selamat.
"Hii, ja-jangan mendekat! T-tidak, aku tidak mau mati. Se-seorang! Tolong aku!"
Tentara mencoba memohon-mohon demi nyawanya. Wajahnya mengerut ketakutan dan cairan merembes dari selangkangannya. Hajime menatapnya dingin dan terhadap para tentara yang mencoba untuk melarikan diri, dia perlahan menembak secara berentet.
"Hii!"
Tidak ada serangan yang datang ke tentara itu. Yang Hajime tembak adalah para Tentara yang terluka parah oleh granat. Saat dia menyadarinya, tentara terakhir yang selamat dengan gugup melihat ke sekitarnya. Kali ini dia akhirnya melihat pemandangan pembantaian yang mengerikan ini dengan matanya sendiri.
Moncong pistol itu akhirnya terarah pada tentara yang membeku tersebut. Sekali lagi, tubuhnya tersentak, dan dengan sebuah ekspresi yang tidak pantas, dia mulai memohon-mohon demi nyawanya.
"Ku-kumohon! Tolong jangan bunuh aku! Aku, aku akan melakukan apapun! Kumohon!"
"Benarkah? Kalau begitu, katakan padaku apa yang terjadi pada Manusia Kelinci lainnya. Meskipun seharusnya mereka ada banyak……apakah mereka sudah dikirimkan ke kerajaan?"
Apa yang Hajime coba tanyakan adalah bahwa dia membutuhkan waktu untuk membawa ratusan orang, jadi tidak masalah untuk membantu mereka di tengah jalan kalau mereka dekat. Yah, kalau mereka sudah sampai di kerajaan, maka tidak perlu dengan sengaja menolong mereka.
"…A-apakah kau akan membiarkanku jika aku mengatakannya?"
"Kau, apa kau pikir kau berada dalam posisi untuk menanyaiku? Yah, aku juga bukannya perlu informasi itu. Haruskah aku membunuhmu sekarang?"
"To-tolong tunggu! Aku akan mengatakannya! Aku akan mengatakannya! …Mereka mungkin sedang dikirimkan, karena mereka sudah mencapai kuotanya…"
"Kuota", dengan kata lain mereka yang tidak akan dijual, seperti para orang tua dibunuh. Mendengarnya, ekspresi getir muncul di wajah-wajah Manusia Kelinci. Hajime melirik sekilas ekspresi mereka. Segera dia kembali menatap tentara itu. Niat membunuh dapat terlihat di matanya.
"Tunggu! Tolong tunggu! Aku akan mengatakan semuanya padamu! Tentang kerajaan atau apapun yang kau inginkan! Jadi kumohon!"
Menyadari niat membunuhnya, tentara itu mati-matian memohon. Dan jawaban dari permohonannya itu adalah…
DUAARr!
Sebutir peluru.
Pada saat ini, semua Manusia Kelinci menahan napasnya. Ditambah lagi, Hajime bersikap sama sekali tanpa ampun. Rasa takut muncul di beberapa dari mereka. Siapa yang tahu apakah Shia juga merasakan hal yang sama, dia dengan takut-takut menanyainya.
"Bu-bukannya tidak apa-apa membiarkan orang itu…"
Haa? Hajime meliriknya dengan ekspresi keheranan dan Shia hanya bisa bergumam "Ugh". Terhadap seseorang yang membunuh anggota keluarga mereka, juga mencoba untuk memperbudak mereka, sepertinya suku Manusia Kelinci bisa memaafkan mereka. Saat Hajime mencoba mengatakan sesuatu, Yue segera berkata pada mereka.
"…Begitu senjata dihunuskan, hasilnya, sekalipun musuh tersebut kuat, mereka akan menjadi merepotkan cepat atau lambat…"
"I-itu…"
"…Yang lebih penting, bagaimana bisa kau melihat Hajime dengan tatapan seperti itu padahal dia melindungimu…"
"…"
Sepertinya Yue merasa marah. Sekalipun Hajime dan Yue melindungi mereka semua, Yue tidak akan memaafkan mereka yang menaruh perasaan buruk terhadap Hajime. Sekalipun itu adalah hal yang alamiah, suku Manusia Kelinci dapat merasa bersalah.
"Fumu, Hajime-dono, aku minta maaf. Kami bukannya menyalahkanmu. Hanya saja, bagi kami ini adalah pertama kalinya kami melihat sesuatu yang seperti itu…… ya benar, kami hanya merasa terkejut karenya.
"Hajime-san, maafkan aku."
Mendengar Shia dan Kam meminta maaf padanya mewakili sukunya, Hajime hanya melambaikan tangannya agar mereka tidak mengkhawatirkan itu.
Setelah itu, Hajime pergi ke tempat di mana kuda-kuda dan kereta wagon berada kemudian menyuruh para Manusia Kelinci itu untuk menaikinya. Sekalipun memerlukan waktu setengah hari untuk berjalan menuju Lautan Pohon, karena ada kuda-kuda dan kereta wagon, mereka bisa menggunakannya. Dia mengeluarkan kendaraan roda dua bertenaga sihir (sepeda motor) dari dalam "gudang harta" dan menghubungkannya ke kereta wagon. Rombongan itu melanjutkan perjalanan mereka ke Lautan Pohon.
Juga, Yue menggunakan sihir anginnya untuk menjatuhkan mayat-mayat Tentara kerajaan ke dalam ngarai. Yang tersisa hanyalah genangan darah.