Catatan Translator:
-Dia menunjukkan kata ganti he(laki2), ia menunjukkan kata ganti she(perempuan)
-DB= Demonic Beast

DI DALAM PERJALANAN PULANG
(Translater : Dhien)

Kendaraan sihir beroda empat melaju di jalan sambil menerbangkan awan-awan debu dengan Area Pegunungan Utara di belakangnya. Karena japan ini adalah jalan yang dilalui banyak orang dalam selang waktu terakhir ini, jalan ini masih jauh lebih baik dibandingkan jalan yang ada di kota Ul menuju Area Pegunungan Utara. Berkata penyangga suspensi yang dipasangnya, getaran yang terjqdi pun dapat diredam dan kendaraan dapat melaju mulus menuju Fhuren.
Shia duduk di kursi depan dan telinganya berkibar-kibar karena angin dari jendela yang dibukanya. Gadis itu terlihat agak tidak puas karena  lebih menyukai kendaraan beroda dua dibandingkan roda empat yang dinaikinya sekarang. Bagaimanapun, ia menyukai perasaan saat telinganya membelah angin sambil memeluk Hajime dan menyandarkan kepalanya di pundaknya.
Biasanya Hajime-lah yang menjadi supirnya. Kursi di sebelahnya, tentu saja milik Yue. Sementara Will duduk di kursi belakang
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Qill dengan cemas bertanya pada Hajime sambil sedikit mencondongkan badannya ke depan, "Maaf, apa tidak apa meninggalkan mereka dengan begitu saja? Jika kau membicarakannya sedikit lagi tentang itu... apalagi ke Aiko-dono...."
Tanpa memalingkan mukanya, Hajime pun menjawabnya "Nn~? Gapapa, semuanya baik-baik aja kok. Lagipula, akan ada lebih banyak masalah jika aku terus berada di sana... Sensei juga bisa memutuskan hal yang benar meskipun aku tak di sana."
"Semua mungkin seperti yang kau katakan, tapi..."
"Kau... terlepas apa kau orang baik atau bukan, apa kau tidak terlalu mengkhawatirkan orang lain?"
Meskipun dia telah mendengar jawaban Hajime, Will masih memasang raut wajah khawatir yang membuat Hajime tersenyum menyengir. Setelah disakiti dan menangisi kematian kawan-kawannya, belum lagi ditambah menetap di kota yang diserang oleh segerombolan DB (Demonic Beast) yang sama saja dengan tindakan bunuh diri. Untuk dapat memaafkan Tio yang menjadi sasaran dari dendamnya, dan sekarang dia mengkhawatirkan hubungan antara orang yang sedikit menjadi ancaman baginya; Hajime dan Aiko dan yang lainnya. Dia adalah seorang bangsawan dari sebuah kerajaan dan dia benar-benar orang yang nyentrik, dia adalah orang baik yang peduli dengan segala hal.
"... Anak yang baik."
"Anak yang baik~."
"Umu, orang yang baik"
Will menunjukkan ekspresi kebingungan kepada kalimat yang diucapkan padanya secara serempak. Meskipun dia dipuji, itu adalah gambaran halus bagaimana seorang gadis menilai seseorang sebagai 'pria yang baik'.
"T-tolong berhenti membicarakanku... Aku hanya ingin menanyakan penjelasan penuh tentang alasanmu..."
"Alasan?"
Dengan ekspresi halus sambil menggaruk pipinya, Will melanjutkan kalimatnya. Akan tetapi, alis mata mata Hajime mengkerut mendengar ucapannya.
"Iya benar. Tentang Aiko-dono yang ditinggalkan dengan perasaan kecewa dan tentang kenapa pria bernama Shimizu kau bunuh... Alasan tentang tindakanmu."
"...Bukannya sudah kujelaskan kalo dia itu musuh..."
"Itu adalah alasan kenapa kau membunuhnya dan bukan alasan kenapa kau tidak dapat menyelamatkannya, kan? Lagipula dia telah menderita luka fatal saat itu dan dia akan mati dalam beberapa menit saat kau meninggalkannya... Pasti ada alasan khusus kenapa kau sengaja membunuhnya bukan?"
"...Tidak kuduga kau mengamatinya dengan cukup baik."
Apa yang Will katakan rupanya tepat sasaran. Shimizu adalah teman sekelasnya, jadi dampak saat Hajime membunuhnya di saat Aiko memohon pertolongan sangatlah kuat. Oleh karena itu, fakta bahwa Hajime sebenarnya tidak perlu membunuhnya pun tersembunyi dengan baik. Will yang menyadari tentang hal itu, bisa dibilang memang memiliki 'mata' seorang bangsawan. Nada bicara Hajime pun menggambarkan rasa hormat kepada Will yang tidak berhasil ditipunya.
Bahkan Shia yang mengeluarkan mukanya ke luar jendela pun mengatakan "Sekarang karena kau mengatakannya, aku juga sebenarnya menyadari hal itu," dan dia pun memalingkan pandangannya ke Hajime yang sedang menyupir dengan pandangan penuh arti. Hajime agak ragu dengan bagaimana dia harus menjawabnya, tetapi Yue menjawabnya sebelum dia sempat mengatakan apapun.
"...Hajime itu seorang tsundere."
"..."
"""Tsundere?"""
Mungkin karena perkataan Yue mengenai Hajime dengan tepat sasaran, Hajime pun memasang wajah poker facenya dan terus terdiam. Anggota lainnya pun hanya dapat mengulang perkataan Yue.
"... Membalas budi ke Aiko? Maksudmu kau hanya khawatir kepadanya?"
"Itu hanya sebuah kebetulan."
Dari bagaimana cara Hajime menjawabnya dengan ketus dan memalingkan pandangannya, sepertinya tebakan Yue memang tepat sasaran, jadi Shia dan yang lainnya pun meminta penjelasan.
Karena Hajime tidak mau menjawab mwreka, Yue pun mewakilinya untuk menjawabnya. Singkatnya, Hajime tidak ingin Aiko merasa bersalah atas kematian Shimizu.
Shimizu telah mengatakannya sebelumnya, tujuannya bertemu dengan seseorang dari klan iblis adalah untuk membunuh 'Dewi Panen Raya' Aiko. Dengan kata lain Shimizu dimanfaatkan untuk membunuh Aiko. Meskipun serangan terakhir menembus tubuh Shimizu untuk menyerang Aiko.
Tentu saja Aiko bukanlah seseorang yang bertanggung jawab mengenai kematiannya. Shimizu menjual jiwanya kepada klan iblis dengan keinginannya sendiri yang menghasilkannya kematiannya. Karena itu adalah hasil dari keputusannya sendiri, Shimizu sendirilah yang bertanggung jawab dengan kematiannya. Dan meskipun sekarang bisa dibilang itu bukanlah tanggung jawabnya, karena yang melukainya secara fatal ada seseorang dari klan iblis.
Akan tetapi, akankah Aiko setuju dengan begitu saja? Bagaimanapun serangan terakhir itu mengarah ke Aiko. Itulah alasan mengapa Aiko akan merasa bertanggung jawab. Ia selalu memikirkan tentang muridnya. Shimizu tewas karena ia telah melibatkannya. Dampaknya bukankah ini salahnya yang menyebabkan Shimizu mati? Ia mungkin akan berpikiran begitu. Karena itu Hajime berpikir apakah dengan mengobati jiwa Aiko cukup untuk menyembuhkannya? Hajime merasa sedikit takut.
Meskipun Aiko seharusnya merasa tidak nyaman dan takut sebagai manusia yang dipanggil ke dunia lain. Meskipun ia tidak meratapi nasibnya sambil gemetar ketakutan, alasan mengapa ia dapat bekerja keras adalah harga dirinya sebagai seorang guru. Sebagai tambahan, ada murid-murid yang terus menyibukkan pemikiran Aiko.
Dan seorang murid telah tewas karenanya. Dampaknya lebih besar dibandingkan saat ia mendengar Hajime telah tewas atau saat Hajime mengatakan penyebab kematiannya adalah teman sekelasnya. Hal ini mungkin akan menjadi pisau yang lebih tajam untuk menyayat hatinya. Bahkan mungkin dapat membuatnya merasa hancur.
Perhitungan Hajime ke depannya pun akan ikut terpengaruh jika Aiko merasa hancur, tetapi dia benar-benar khawatir padanya. Hajime merasa bahwa keinginan Aiko adalah hal yang mustahil karena terdapat banyak kontradiksi di dalamnya.
Meskipun begitu, kalimat yang diucapkan Aiko membuatnya berpikir bahwa itu hal yang benar-benar dibutuhkan demi kebahagiaan Yue dan Shia di masa depan nanti. Itulah kenapa meskipun seandainya dunia telah berubah dan atau Hajime yang berubah, ceramah dari gurunya itu membuatnya merasa sangat berhutang pada Aiko.
Oleh karena itu Hajime pun memutuskan untuk membunuh Shimizu meskipun dia akan mati sendiri dalam waktu dekat. Membuat sebuah kesan kuat dengan menekankan bahwa Shimizu adalah seorang 'musuh'. Hal ini juga diikuti dengan kesan bahwa Hajime-lah yang telah membunuh Shimizu. Hati Aiko pun tidak akan hancur karenanya. Hajime pikir itulah tugasnya sehingga tidak akan membuat gurunya berubah.
"Jadi itulah yang terjadi... Fufu betapa tsunderenya Hajime-san ini."
"Jadi itulah yang terjadi..."
"Memang~, tak terbayangkan Master akan semanis ini."
Yue mengakhiri penjelasannya ke anggota lainnya dan mata mereka pun membawa kehangatan saat memandang Hajime, tetapi Hajime tetap mengalihkan pandangannya.
"...Tetapi kupikir Aiko telah menyadarinya."
"..."
Hajime diam-diam mengalihkan pandangannya ke Yue. Yue pun membalasnya dengan tatapan lembut.
"... Aiko adalah guru Hajime. Seseorang yang perkataannya selalu berbekas di hati Hajime. Itulah kenapa tidak mungkin ia tidak menyadarinya."
"...Yue."
"... Tidak apa, Aiko orang yang kuat. Situasinya akan berakhir sesuai dengan yang Hajime inginkan."
"..."
Sepertinya Yue mempercayai Aiko karena Aiko setidaknya telah membiarkan Hajime fokus kepada dirinya sendiri. Sesuatu yang tak pernah bisa ia lakukan. Hajime pun meresponnya dengan menyipitkan matanya dengan lembut ke Yue yang mendongak memandanginya. Berkat Yue, kekhawatirannya tentang hal yang mungkin terjadi di masa depan pun terselesaikan.
"Haa~, membuat dunia di mana hanya ada kalian berdua... tidak peduli berapa banyak waktu berlalu, aku pun juga akan membuat hal yang serupa..."
"I-Ini yang dapat kukatakan... Entah bagaimana aku merasakan sesuatu yang manis di mulutku..."
"Muu~ Aku ingin disiksa oleh Hajime juga, tapi... bahkan hal seperti ini pun tidak terlalu buruk..."
Will dan yang lainnya merasa tidak nyaman karena suasana yang dibuat Hajime dan Yue. Khususnya Shia yang menggembungkan pipinya dan cemberut merasa tidak senang.
Yue yang menyadari Shia pun mengalihkan pandangannya padanya, dan lalu sekali lagi memandang Hajime untuk sekali lagi membuatnya tertarik. Maksud pandangannya tak lain adalah 'Hadiah untuk Shia'. Tanpa sihir khusus Shia 'Foresight' dan usaha kerasnya. Aiko telah akan tidak dapat kembali lagi karena lubang di kepalanya, Shia telah menyelamatkan guru Hajime.
Karena Hajime memahaminya, Hajime pun bersuara "Uh", mengalihkan padangan dari Yue dan memandang Shia sambil berkata "... Shia. Itu... yahh kau telah menyelamatkan kami. Meskipun ini terlambat tapi... terima kasih."
"Siapa?"
Hasil dari ucapan terima kasihnya disaat sambil menaharan rasa malunya adalah kata yang singkat itu dibarwngi dengan ekspresi keheranan. Meskipun urat ototnya muncul di dahinya, Hajime tetap menahannya karena itu adalah konsekuensi atas perbuatannya.
"... Yahh aku memaklumi sikapmu itu... Meskipun begitu, aku benar-benar serius dalam berterima kasih tau?"
Hajime menyelaraskan tatapannya dengan Shia yang melihatnya tegas atas ucapan terima kasihnya. Karena ucapan Hajime, tubuh Shia bergetar seolah sebuah arus listrik telah mengalir di tubuhnya dan membuatnya tak dapat berhenti gemetar. Matanya yang menggambarkan kesenangannya mengarah ke mana-mana selagi pipinya berwarna kemerahan. Telinga kelincinya pun berayun kesana kemari.
"I-itu, yahh itu bukan seperti aku telah melakukan hal yang hebat bahkan itu tidak apa jika kau tak berterima ka-- A-agh! Ada apa dengan ketiba-tibaan ini. Entah bagaimana aku merasa malu... ehehe."
Hajime tersenyum nyengir mendengar ungkapan Shia yang malu dan dia pun menanyakan keraguan yang dimilikinya.
"Shia. Meskipun aku sedikit penasaran dengan hal ini,... kenapa kau lompat tanpa ragu waktu itu? Kau belum pernah membicarakan hal penting apapun dengan sensei bukan? Aku juga tidak pernah ingat kau pernah bersama dengannya."
"Itu karena ia adalah seseorang yang Hajime khawatirkan."
"Hanya itu, huh."
"?... Ya, kupikir hanya itu."
"...Begitu"
Karena ekspresi keheranan Shia, ekspresi Hajime menandakan bahwa dia tak dapat mengatakan apapun lagi. Memang, Aiko adalah guru Hajime. Teman-temannya pasti akan terkena dampaknya jika terjadi sesuatu pada Aiko.
Dia benar-benar bersyukur Aiko bisa selamat. Akan tetapi, dia pun tahu bahwa dia tak menjukkan hal itu lewat omongan dan sikapnya. Namun, Yue dan Shia sepertinya dapat membaca apa yang Hajime pikirkan; mereka adalah orang yang selalu dapat merasakan perasaannya. Meskipun dia baru memikirkannya sekarang, tapi mereka telah melewati batasan yang lebih dari sekedar pertemanan. Pemikiran seperti itu terlintas di benaknya.
Oleh karena itu, meskipun Yue tak mengatakan apapun, Hajime berpikir untuk membalas Shia dengan sesuatu. Dan karenanya, Hajime yang masih merasa malu padanya pun mulai berbicara.
"Shia. Apa ada sesuatu yang kau inginkan?"
"Heh? Sesuatu... yang kuinginkan?"
"Ah. Bisa dibilang ini sesuatu seperti tanda terima kasih atau sebuah penghargaan... Yaa sesuatu seperti itu. Tentu saja itu harus masih dalam batas kemampuanku ok?"
Shia masih bingung dengan ucapan Hajime yang tiba-tiba. Karena ia pikir hal yang telah dilakukannya adalah hal yang wajar dilakukan sebagai seorang teman, ia pikir ini sedikit berlebihan. "U-u~un." Shia mengaduh dan saat ia kebetulan melihat Yue di sampingnya.
Yue memandang Shia dengan ekspresi lembut, dan kemudian ia mengangguk. Tatapannya mengatakan apakah ia pantas untuk menerima rasa terima kasih Hajime, Yue pun mendesak Shia. Shia yang dapat membaca situasinya dengan baik pun mengeluarkan tawa yang dipaksakan. Setelah memikirkannya sebentar dan ia mengalihkan pandangannya dari Yue yang mengangguk ke Hajime.
"Kalau begitu jadilah orang orang pertama yang--"
"Ditolak."
"... Kenapa? Tak peduli berapa kali pun aku berpikir tapi akhirnya ini saatnya masa romantisku telah TIBAAA!!! Inilah saat yang tepat bukan? Iya kan? Ayolah peka ke situasinya!"
"Kubilang sesuai dengan kemampuanku."
"Itu masih di dalam kemampuanmu. Meskipun biasanya kau mengusirku, kau melakukannya dengan Yue-san! Aku tahu apa yang terjadi! Hatiku merasa hampa ketika aku menemukan hubungan kalian! Woo, saat kita tiba di Fhuren, di saat aku sedang pergi sendirian, kalian bercinta di saat itu bukan? *Hiks* Lagi, aku sendirian... menghabiskan waktu sendirian,... lalu aku akan berpura-pura tidak meiihat Yue berseri-seri... sialan..."
"Tidak, to---, tidak ada hal yang perlu kau tangisi... Aku jatuh cinta pada Yue dan pendapatku tentangmu, yahh, aku pikir kau sebagai kawan yang berharga, tapi itu bukanlah sesuatu seperti cinta... Untukku memeluk orang lain itu sesuatu yang..."
"...Hiks... Hajime-san kau memang orang yang tidak ada gunanya!"
"... Oi."
"Seorang pengecut! Bajingan yang mempermainkan hati seorang wanita! Manusia tak berguna! Pengintip mesum!"
Waktunya telah tiba! dan dia telah diap untuk mengatakan keinginannya dengan ekspresi kebahagiaan, tetapi Shia merasa marah karena permintaannya ditolak bahkan sebelum ia sempat mengakhiri ucapannya. Dia ungkapkan semua ketidak puasannya dengan memaki-maki Hajime sambil menangis.
"Pfft... Seseorang yang telah menyapu belasan ribu demonic beast ternyata adalah... seseorang yang tidak berguna... Pfft..."
"Tak disangka, Master memiliki hati yang murni, jika kau masih belum masuk ke dalam jenis hubungan itu... itu artinya AKU yang pantatnya telah dirampas masih selangkah lebih maju."
Kata-kata itu masih dapat didengar meskipun diucapkan dengan cara berbisik. Hajime berpikir serius, Haruskah kulempar mereka keluar mobil? terlintas di benaknya. Akan tetapi, Yue yang duduk di sampingnya memandang dengan tatapan memprotes, dan ucapan "Guh" pun keluar dari mulutnya.
Selanjutnya, Hajime pun berbicara ke Shia kembali dengan pipi yang mengkerut. Sebagai tambahan, dia telah bersumpah untuk menghukum Will nanti. Tentang suara yang lainnya... dia akan mengabaikannya begitu saja karena dia tidak ingin berteman dengannya.
"Shia, tolong jangan hal sesulit itu. Kalo itu hal yang lain..."
"... Hajime, kau tidak bisa?"
Untuk beberapa alasan, Yue pun memeluk Shia. Shia berbicara dengan nada yang sedih sambil menempel ke Yue "Yue~saa~n."
Tentu saja, Yue mengijinkan Hajime untuk memeluk Shia. Akhir-akhir ini, Yue terlihat begitu memanjakan Shia. Hajime pikir itu karena hubungan pertemanan yang mendalam, tapi entah mengapa hal itu mirip seperti seorang kakak yang menolong adik kecilnya yang kesusahan. Terlebih, kakaknya adalah seorang sis-con.
Wanita tercintanya memintanya untuk memeluk wanita lain. Sungguh, Hajime yang tidak mengerti dengan situasi ini menahan kepalanya dengan kedua tangannya. Terlebih, Hajime juga memiliki sesuatu yang ingin dibicarakannya.
"... Aku, yang hatiku inginkan adalah Yue, hanya Yue. Aku tidak membenci Shia, aku menganggapnya sebagai teman yang berharga, tapi... Aku tidak dapat memperlakukannya sama seperti Yue. Kau tahu, aku ingin menguasai Yue untukku sendiri. Tidak peduli apa alasannya, aku tidak akan membiarkannya ada di sisi pria lain. Kau dapat menganggap hal ini sebagai pemikiran yang pendek atau sebuah keegoisan, tapi... Aku ingin Yue untuk memikirkan hal yang sama sepertiku, itulah hal yang kuinginkan. Makanya, meskipun itu adalah Shia, dapatkah kau memaafkanku untuk memulai hubungan dengan wanita lain?"
"...Hajime."
Selagi Shia menempel di lengannya, pipi Yue berkaca-kaca dan ia memandang Hajime dengan mata yang memerah. Sekali lagi Hajime mengusap pipi Yue sambil membalas tatapannya dan mereka berdua pun membuat suasana baru yang manis. Bahkan warna udara pun terlihat ikut berubah menjadi pink.
Mereka berdua saling menatap satu sama lain sambil perlahan mendekatkan wajah mereka, lalu...
"... Sepertinya aku benar-benar telah dilupakan... meskipun kita sedang membicarakan hadiahku..."
Shia menggerutu dengan nada yang berbahaya sambil memandang Hajime dan Yue yang hampir mencapai klimaksnya. Kemudian mwreka berdua pun menyadari sekitar mereka dan mulai mengambil jarak. Yue, yang masih merasa sangat malu pun memainkan rambutnya untuk menenangkan diri.
Hajime, yang menyatakan perasaannya, membuat jantungnya berdetak tak karuan karena kejutan itu. Wajah tak berekspresinya hancur dan mulutnya tergagap-gagap mencari alasan. Ucapannya tentang menguasai dan ingin dikuasai merupakan tanggung jawab yang besar bagi seseorang, tetapi Yue benar-benarlah bahagia. Hatinya bergetar dan tanpa sengaja melupakan segalanya kecuali Hajime.
"... Aku mengerti, entah bagaimana aku paham dengan hubungan kalian bertiga... Shia-dono pasti kesusahan."
"Menyebalkan... Ikatan Hajime dengan Yue terlalu kuat... meskipun itu akan menjadi halangan bagiKU... Yahh selama aku akan tetap disiksa, jadi..."
Ekspresi Will terlihat seperti orang yang akan memuntahkan gula selagi menebak-nebak hubungan ketiga orang itu. Mereka tidak ingin mempedulikan keberadaan orang mesum yang terengah-engah hanya dengan membayangkan sesuatu.
"...Hajime, maaf. Tapi Shia jugalah penting... Aku ingin membalas budinya. Jadi, pergilah bersamanya untuk seharian di dalam kota... Apa kau bisa?"
"Yue~saa~n."
Sekarang Yue yang meminta ke Hajime demi kepentingan Shia. Shia yang merasa patah hati dielus-elus kepalanya dan sekarang dengan manja menekan dan mengelus-ngelus mukanya ke Yue. Hajime yang melihat mereka menjawabnya dengan senyum masam.
"Baiklah tak apa. Aku tak mempermasalahkannya jika hanya sebatas itu. Aku melakukannya bukan karena Yue yang memintanya ok? Meskipun Shia yang memintanya sekalipun aku akan tetap pergi dengannya."
"Hajime-san... tidak, tak ada yang perlu kau khawatirkan tentang itu, selama hal itu menjadi kenyataan aku tak mempedulikannya!"
"Sungguh, kau itu..."
"Yahh, karena hal itu masihlah mustahil. Aku akan menahannya untuk sekarang dengan meningkatkan rasa sukamu melalui kencan ini. Saat kita tiba di Fhuren nanti, tolong bawa aku jalan-jalan keliling kota ok?"
"Ah, ah, ok."
Karena hal itu, Hajime mencoba mengingatkannya sekali lagi bahwa hanya Yue lah satu-satunya orang yang spesial baginya. Akam tetapi, Shia mungkin telah menyadarinya, tetapi ia tetap tidak putus ada. Hajime pikir, Yahh tidak apa membiarkan Shia melakukan apa yang ia mau, sambil Hajime menyetujui kencan itu. Fakta bahwa Shia dari awal adalah orang yang penting bagi Hajime tidaklah berubah dan Hajime tak dapat enggan melakukannya juga karena Yue lah yang memintanya. Oleh karena itu, Hajime menetapkan diri untuk memberi Shia hadiah atas kerja kerasnya.
"Perasaan macam apa ini, aku seperti orang luar saja. Ini perasaan yang sama seperti masuk ke kebersamaan keluarga seseorang."
"Hmm. Diacuhkan seperti ini tidak membuatku merasa bahagia sama sekali... Hanya kesepian... Bukannya ini sudah waktunya seseorang untuk meresponku? Apa tidak apa jika aku ada di sini?"
Will yang duduk di belakang kursi depan dimana kemesraan itu terjadi merasa sangat tidak nyaman. Ditambah, meskipun tak ada seorangpun yang berbicara dengannya, Tio yang ikut dalam percakapan sebelumnya tanpa sepengetahuan mereka telah naik ke gerobak sambil meletakkan kepalanya ke jendela yang menghubungkan gerobak itu dengan kendaraan Hajime.
Sebelum pertarungan terjadi, ia telah meminta izin untuk mengikuti Hajime. Pada akhirnya, ia pun ditinggalkan juga karena keberadaannya yang dilupakan, jadi ia pun melompat ke gerobak yang dibawa mobil Hajime dalam keadaan panik. Dengan penampilannya yang terengah-engah karena diperlakuan dengan kejam, Tio yang mencoba mengintip lewat jendela membuat semua orang menengok ke belakang dan membuat mereka mengabaikannya seolah tak ada apapun di sana.
Pada awalnya Hajime mencoba menjatuhkan dia dari gerobak dengan menggerakan kendaraannya dengan gerakan dan kecepatan yang liar seperti ada di film, tetapi Tio menghunakan sihir untuk membuat dirinya lengket dan tak mudah jatuh. Terlebih lagi karena ia menjadi lebih dan lebih tertarik dengan extasynya, mereka pun memutuskan untuk mengabaikannya. Seorang mesum; semakin kau meresponnya, semakin bahagia ia.
Karena situasi dimana tak seorangpun yang meresponnya, awalnya membuat Tio merasa tertarik karena ia pikir itu adalah semacam permainan untuk mengabaikannya. Akan tetapi ia mulai merasakan kehampaan dari interaksinya dengan Hajime dan yang lainnya sehingga membuatnya protes ke mereka. Meskipun begitu tak seorang pun yang meresponnya, jadi Tio pun merangkak melalui jendela yang menghubungkan mobil Hajime dengan gerobak. Dengan rambut hitamnya yang panjang menggantung ke bawah, penampilannya yang merangkak maju dengan perlahan membuatnya persis seperti Sadako dari film The Ring.
Seperti yang diduga, Will tidak dapat menahan kengeriannya sambil berseru "Uwah!", sambil mundur ke jendela samping. Mendengar suaramya, Hajime dan yang lainnya menengok ke belakang.
"Ah? Ahh~, aku tersangkut. Dadaku menghalangiku... Aku tidak bisa masuk. Maaf dek Will, bisakah kau menarikku masuk?"
Dadanya yang jauh lebih besar dibanding milik Shia, menolak untuk membuatnya dapat masuk selagi bentuknya yang terus berubah karena bingkai jendelanya. Tio meminta "Tolong tarik aku ok?" sambil mengulurkan tangannya ke Will. Hajime yang melihat situasi itu diam-diam mengambil Schlag yang ada di sarung pistol kirinya. Tangannya bergerak melewati bahunya dan menembah tanpa keraguan.
DOPANh!
"HMMmm!?"
Tembakannya dan proyektilnya terbang keluar, mengenai dahi Tio dan dampak tembakannya mendorongnya kembali ke gerobak. Suara jatuhan dan mengaduh terdengar dari gerobak.
"A-Apa yang kau lakukan. Melakukannya dengan tiba2... bukannya akan membuatku merasa tertarik."
Dengan pipi yang mengkilat, ia menggaruk pipinya dengan ekspresi yang bahagia. Ia pun mengeluh... tidak. Tio yang berasal dari klan Ryuujin hanya mengucapkan ucapan-ucapan mesum. Mungkin karena ia ingin masuk dengan kakinya terlebih dahulu, ia memasukkan kakinya melalui jendela. Namun, kali ini, pantatnya yang montok tersangkut di bingkai jendela, dan pantatnya yamg mempesona itu entah bagaimana akhirnya dapat masuk juga setelah beberapa usaha yang dilakukannya.
Hajime diam-diam menembakan Schlagnya beberapa kali. Dan meskipun dia ingin mendorong pantat Tio keluar, ia benar-benar tersangkut dan berkat pantat montoknya yang menjadi bantalan itu ia dapat meredam dampak tembakannya. Akan tetapi, ia memgeluarkan erangan R18 setiap kali Hajime menembak pantatnya seperti "Ah, an!", "Kuat sekali" ataupun "Masterr~". Dengan pipi yang mengkerut, Hajime pun dengan enggan berhenti menembaki. Seperti yang diduga, memang lebih baik jika tidak berhubungan dengan orang mesum.
Yue yang mengidolakan klan Ryuujin, merasa gambaran dirinya tentang mereka tak lebih dari sebuah imajinasinya saja, Yue pun mencoba berhenti memikirkannya dan menutupi kedua matanya sambil merasa syok.
Tio yang merasa bahwa tembakan itu telah berhenti pun memegang pantat dan dadanya sambil menghela nafas "Fuu~," sambil akhirnya ia dapat masuk ke dalam kendaraan.
"Haa, haa, geezz... benar-benar tidak pandang bulu. Seorang master yang patut dimaklumi. Tapi jangan khawatir, seperti apapun rasa cintamu tetap akan kuterima. Makanya... jangan ragu jika kau ingin memintanya lagi ok? Bahkan jika itu lebih kuat pun aku tidak apa."
"Diam mesum! Jangan dekat-dekat kemari dan jangan datang ke sini. Bila perlu sekalian buka saja jendelanya dan lompatlah."
"Kh!? Haa haa... Master benar-benar tahu baik apa yang terbaik... tapi, aku menolaknya. Karena aku telah memutuskan untuk mengikuti master. Aku juga harus menjalankan tugasku sebagai klan Ryuujin dan tanggung jawab yang tentunya tak dapat terpisahkan dariku. Tidak peduli apa yang Master katakan, aku akan selalu mengikutimu. Aku benar-benar tidak akan pergi darimu."
Tio yang akhirnya masuk ke dalam kendaraan terus mengeluarkan kata-kata mesum, dan ketika Hajime menjawabnya dengan dingin, Tio malah terlihat semakin terpesona dengannya. Bagaimanapun ia terus bersikeras untuk tetap tinggal. Meskipun hal itu dirusak oleh ekspresi wqjahnya.
"Berhenti bercanda. Tanggung jawab apanya. Ini hanya pertarungan yang terus terjadi sampai mati. Berbahagialah kau tidak terbunuh. Disamping itu, tugasmu sebagai klan Ryuujin berhubungan dengan pahlawan itu. Seseorang yang menjadi pusat dari pemanggilan, jadi pergilah ke dia."
"Tidak mau. Benar-benar tidak mau. Meskipun aku tidak tahu orang seperti apa pahlawan itu, aku tidak bisa membayangkan bahwa dia bisa menghukumku dengan kasar dan tanpa belas kasihan seperti Master! Selain itu jangan remehkan aku! Akulah yang menentukan siapa orang yang akan kupanggil sebagai Master. Aku tidak sesembrono itu untuk dapat mengubah perasaanku terhadap Master."
Dengan mata yang terbuka lebar, Tio mengeraskan kepala dengan mengepalkan tangannya. Meskipun hal itu dikatakan dengan sikap yang baik, tapi sebenarnya ia membuat pernyataan mesum bahwa ia bahagia diperlakukan dengan kasar oleh Hajime.
"Aku akan terus memburumu meskipun kau mencoba untuk kabur ok? Jika aku pergi ke seluruh kota sambil menceritakan tentang 'hal pertamaku' yang kau rebut. Tentang tubuhku yang tak dapat hidup lagi tanpa Master, melakukan berbagai macam hal, selagi aku terus berjalan cerita ini akan menyebar bersama dengan penggambaran tentang Master ok?"
"...Kau ini~"
Dengan urat nadi yang muncul ke permukaan, Hajime menyipitkan matanya dengan berbahaya sambil berpikir bahwa ia benar-benar orang yang mengganggu. Meskipun dia berpikiran untuk membunuhnya, tapi ia bukanlah seorang musuh dan Yue pasti akan mencoba menghentikannya, jadi Hajime berpikiran untuk terus memukulnya sampai ia kehilangan ingatannya. Namun, Tio benar-benar memiliki tubuh yang kuat dan hal itu tak berpengaruh karena ia akan merasa bahagia dan bukannya kehilangan ingatannya.
Sebagai hasilnya, dia tidak dapat melakukan apapun dan hanya memelototinya dengan ekspresi jijik di dalam hatinya. Akan tetapi tatapannya justru hanya membuat tubuh Tio semakin terkejang-kejang kegirangan. Kondisinya sudah tidak dapat disembuhkan kembali.
"Tolong jangan buat muka jijik seperti itu Master. Aku pasti akan benar-benar berguna. Meskipun kelompok Master bukanlah orang-orang biasa, bukannya aku telah membuktikannya dalam pertarungan? Meskipun aku tidak tahu apa tujuan Master, tolong biarkan aku menemani Master. Tolong Master."
"Secara psikologis itu adalah hal yang mustahil."
"Ah!!!? Haa, haa... Nnh! nnh!"
Ucapan Hajime menghentikan alur percakapan. Tio memeluk tubuhnya dengan kedua tangannya seolah menahan sesuatu dengan rasa gelisah. Melihat tingkah Tio yang seperti itu, bukan Hanya Hajime tetapi semua orang di mobil memasang wajah jijik terhadapnya. Setelah beberapa saat, Hajime menghela nafas panjang dan ekspresinya terlihat sedang kelelahan.
"... Meskipun aku ingin mengatakan sesuatu, tapi apapun yang kukatakan itu akan percuma bukan? Lakukan saja sesukamu selama kau tidak menghalangi kami, aku tidak memiliki tenaga lagi untuk memikirkan apa yang harus kulakukan terhadapmu..."
"Oh? Oo~, jadi begitu, jadi begitu! Hmm, kalau begitu rawatlah aku mulai dari sekarang Master, Yue dan Shia. Panggil saja aku Tio! Fufufu, sepertinya ini akan menjadi perjalanan yang menarik..."
"...Argh."
"T-Tolong rawat aku juga..."
Hajime menghela nafas kembali ketika melihat Tio yang berbahagia dengan menyipitkan matanya. Yue mengaduh tidak puas dan Shia yanh kebingungan mengulang kembali perkenalannya.
Seorang kawan baru. Seorang mesum dari klan Ryuujin; Tio, telah bergabung bersama mereka. Dan mereka pun terus melanjutkan perjalanan menuju ke Kota Komersial Fhuren.