KEDATANGAN SANG DEWI
(Translater : Dhien; Editor : Hamdi)

Kota Ul. Area pegunungan di utara dan danau Uldeia di barat memberikan sumberdaya yang melimpah kepada kota. Saat ini, kota dikelilingi oleh 'tembok luar' yang tidak pernah ada di malam sebelumnya seolah kota sedang dikelilingi oleh suasana yang aneh.
'Tembok luar' ini adalah sesuatu yang dibangun secara instan oleh Hajime. Dengan menggunakan kendaraan sihir beroda duanya, dia lari mengelilingi kota secara melingkar dan mentransmutasikan 'tembok luar' tanpa menaikkan tanah. Pertama-tama, tinggi tembok hanya sekitar 4 meter karena itu adalah batas transmutasi yang bisa dilakukan oleh Hajime, tembok itu tidaklah terlalu tinggi, tembok itu hanya berukuran sebesar demonic beast, akan mudah untuknya dipanjat oleh mereka. Selain itu, tidak ada masalah karena tembok itu membuat orang-orang merasa lebih baik di keadaan darurat. Untuk mengawalinya, Hajime tidak akan bergantung kepada tembok yang seperti itu.
Berita tentang kedatangan puluhan ribu tentara demonic beast yang mendekati kota telah diketahui oleh para penduduk kota. Mempertimbangkan kecepatan para demonic beast, pasukan garis depan mereka akan sampai tepat sebelum malam tiba. Hal yang lumrah jika warga kota merasa panik. Orang-orang mulai menyalahkan para pemimpin kota termasuk pak wali kota, yang lainnya menangis ketakutan dan pingsan di tempat di mana mereka berada, orang-orang yang berdekatan memeluk orang di sebelah mereka, beberapa ada yang mencoba menyelamatkan diri dan ada juga yang menyalahkan satu sama lainnya. Besok, kota ini akan dihancurkan dan mereka tahu mereka akan kehilangan nyawa mereka jika mereka tetap berada di sini, jadi mereka tidak memiliki waktu untuk menenangkan diri. Tak ada yang bisa dilakukan atas sikap mereka saat ini.
Tetapi ada seseorang yang dapat mengembalikan ketenangan mereka. Orang itu adalah Aiko. Setelah akhirnya tiba di kota, para ksatria pelindung mendapatkan arahan singkat dan mereka berteriak "Dewi Panen". Dengan penampilan Aiko yang berwibawa menunjukkan bahwa ia tidak takut apapun, ditambah dengan kepopulerannya membuat orang-orang dapat kembali tenang. Hatayama Aiko, untuk beberapa alasan membuatnya menjadi 'pahlawan' yang berbeda.
Orang-orang yang telah mendapatkan ketenangannya kembali dibagi menjadi 2 kelompok. Mereka yang tidak akan membuang dan berbagi nasib yang sama dengan kota mereka; grup orang-orang yang tinggal. Dan grup yang lainnya adalah seperti yang ada pada rencana awal, kabur untuk menyelamatkan diri sampai bala bantuan datang; grup pengungsi. Bahkan diantara grup orang-orang yang tertinggal, para anak-anak dan wanita bersembunyi di tempat perlindungan. Mereka percaya apa yang dikatakan Aiko bahwa para demonic beast akan dikalahkan dan entah bagaimana mereka mencoba membantu sebisa mereka, sementara para lelaki mencoba untuk membantu selagi anak-anak dan para wanita bersembunyi di tempat yang aman. Meskipun telah lewat tengah malam, pemandangan orang-orang yang saling berpelukkan menangisi perpisahan mereka dapat dilihat dimana-mana.
Para pengungsi mencoba meninggalkan kota dengan membawa barang-barang mereka sebelum matahari terbit. Matahari telah menjunjung tinggi sekarang, orang-orang terbagi menjadi dua, mereka yang bersiap untuk berperang dan mereka yang sedang tidur siang. Kebanyakan orang yang tinggal percaya dengan kelompok Dewi Panen, meskipun begitu, "Kami akan melindungi kota kami sendiri! Kami akan melakukan apa yang kami bisa!", mereka dipenuhi oleh semangat yang begitu kuat.
Meskipun jumlah penduduk telah berkurang, tetap saja suasananya masih lebih ramai dibandingkan biasanya jadi Hajime duduk di benteng dadakan di belakang kota, tidak diketahui apa yang dia lihat saat memandang jauh ke langit. Seperti biasa, disampingnya ada Yue dan Shia. Mereka duduk disamping Hajime, mereka memikirkan tentang sesuatu, kemudian diam-diam mereka mendekat ke arahnya.
Mereka, Aiko, para murid, Tio, Will, David, dan beberapa prajurit penjaga sampai di sana. Meskipun mereka menyadari Aiko dan yang lainnya mendekat, mereka sama sekali tidak meliriknya dan membuat David dan para prajurit merengut, tetapi Aiko memanggilnya terlebih dahulu dibandingkan mereka.
"Nagumo-kun, bagaimana persiapanmu? Apa kau membutuhkan sesuatu?"
"Ngga, tidak ada masalah Sensei"
Tentu saja Hajime menjawabnya dengan singkat tanpa memalingkan mukanya. Tidak dapat menahan sikapnya, David pun menegurnya.
"Oi, kau. Apa-apaan sikapmu itu terhadap Aiko... Aiko itu gurumu yang terhormat. Biasanya aku tidak akan mengabaikan detail tentang artifak yang kau bawa atau bagaimana caramu mengusir para demonic beast, tapi aku melakukan itu karena Aiko benar-benar memintaku untuk melakukannya mengerti? Setidaknya..."
"David-san. Dapatkah kau diam untuk sekarang?"
"Uh...baiklah...."
Akan tetapi, ketika Aiko menyuruhnya untuk "Diam" tanpa menolak dia pun melakukannya. Penampilannya seperti seekor ANJING. Meskipun dia bukan seorang demi-human, tapi kita dapat melihat telinga dan ekor anjing darinya. Sekarang telinga dan ekor itu terlihat terkulai lemas karena dimarahi pemiliknya.
"Nagumo-kun, tentang pria berjubah hitam itu...."
Sepertinya itu yang ingin dibicarakan Aiko. Terlontar begitu saja dari mulutnya.
"Apa kau ingin memastikan identitasnya? Bahkan jika aku menemukannya, kau akan menyuruhku untuk tidak membunuhnya bukan?"
"... Ya, penting untuk memastikan identitasnya. Itu... jika itu hal yang tidak masuk akal untukmu..."
"Dengan berjalannya waktu, aku akan membawanya ke sini."
"Eh?"
"Aku akan membawakan si jubah hitam ke Sensei. Sensei berpikiran sebagai seorang guru... jadi aku hanya akan melakukan itu."
"Nagumo-kun... terima kasih banyak."
Aiko sedikit terkejut karena sikap kerja sama Hajime yang tidak diduganya. Hajime bahkan masih tidak menolehkan wajah kepadanya, Aiko pikir Hajime memiliki banyak hal untuk dipikirkan, ia pun memutuskan untuk menerima niat baiknya. Ia bergumam tentang betapa lemah dirinya sambil diam-diam menghela nafas, kemudian Aiko mengucapkan rasa bersyukurnya dengan senyum pahit.
Sepertinya pembicaraan Aiko telah berakhir, dan kini saatnya Tio maju untuk memanggil Hajime.
"Fumu, aku penasaran apa ini akan baik-baik saja. Mast... umm masalah, ada masalah yang ingin kubicarakan... sebuah permintaan, maukah kau mendengarkannya?"
"? ... Tio huh"
"K-kau, jangan bilang kau melupakanku... haa haa, ada juga sesuatu yang seperti ini..."
Karena itu adalah suara yang tidak biasa baginya. Tanpa sengaja Hajime menoleh ke pundaknya, ada terdapat sebuah pakaian hitam dengan bordiran berwarna emas yang menyerupai kimono dan terselip ke bawah dengan anggun, pundak yang putih dan halus bersama dengan 'lembah' yang menarik, disertai dengan paha yang indah yang dapat terlihat dari potongan pinggir lutut; seorang gadis berambut hitam dan bermata emas yang cantik. Untuk sesaat matanya terlihat sedikit ragu dan kemudian dia teringat "Aa, karena kau menyebutkannya" lalu memanggil namanya. Terlihat jelas, Tio yang keberadaannya dilupakan jauh dari kata marah, mukanya terlihat memerah dan nafasnya menjadi kasar. Penyebab kenapa ia sampai begitu tidaklah diketahui, tapi akan lebih baik jika tidak menanyakan sebabnya.
"Nnh, nnh! Itu, setelah pertempuran ini selesai dan setelah kau mengembalikan Will, apa kau akan melanjutkan perjalananmu?"
"Aah, sepertinya begitu."
"Fumu, permintaanku adalah... aku ingin ikut denganmu..."
"Aku menolak."
"Haa haa. Jawaban spontan seperti yang kuduga. Seperti yang dapat diharapkan dari Mas-...Ohokk! Tentu saja ini tidak gratis. Aku akan memanggilmu Master mulai dari sekarang, dan mendedikasikan semua yang aku bisa untukmu. Jiwa dan raga, semuanya! Bagaimana?"
"Kembalilah, akan lebih baik kau kembali ke tanah."
Sambil membuka lengannya, Tio menyatakan untuk menjadi budak Hajime dengan ekspresi 'kenikmatan' di wajahnya, dan Hajime yang melihatnya dengan jijik, dengan segera pun mengusirnya. Tubuh Tio bergetar kembali. Pipinya berwarna merah seperti mawar. Tidak peduli siapa pun yang melihatnya pasti akan berpikiran bahwa ia orang mesum. Bahkan orang-orang di sekitar ikut terbawa suasana. Khususnya Yue yang memiliki rasa hormat terhadap klan Ryuujin, wajahnya yang seperti topeng Noh terlihat mengkerut dengan segala perasaannya.
"Itu kejam... Master adalah orang yang mengubah tubuh ini menjadi seperti ini... aku ingin kau bertanggung jawab!"
Semuanya menjadi "Eh!?" sambil melihat ke Hajime. Seperti yang diduga, dia tidak dapat membiarkan tuduhan palsu itu begitu saja. Hajime dengan segera melihat ke arah Tio dan memelototinya dengan urat nadinya yang terlihat keluar. Pandangannya menanyakan apa maksud perkataan yang dikatakan olehnya.
"Au, dilihat jijik oleh mata yang seperti itu.... haa haa... gulp... ya itu, lihatlah, bukankah aku cukup kuat?"
Tubuhnya bergetar kembali karena tatapan Hajime, kemudian Tio mulai menjelaskan tentang proses pemikirannya yang sangat tidak normal untuk menyatakan bahwa dirinya adalah budak Hajime.
"Bahkan di kampung halamanku, aku hanya pernah bertarung satu dua kali dan daya tahanku melebihi mereka. Itulah kenapa, untuk dapat dikalahkan orang lain dan dapat merasakan rasa sakit, tidak pernah terjadi sampai sekarang dan hanya saat ini."
Karena prajurit penjaga tidak tahu bahwa Tio berasal dari klan Ryuujin, maka kata-katanya pun hanya mengalir begitu saja dan dilupakan.
"Itulah kenapa, saat aku bertarung dengan Master, itu adalah saat pertama kali aku dikalahkan, dijatuhkan, dan merasakan rasa sakit untuk pertama kalinya. Itu benar, pukulan itu beresonansi dengan inti tubuhku! Dampak pukulan yang selalu mengarah ke titik-titik rasa sakit! Rasa sakit yang dapat dirasakan melewati tubuh ini... haa haa"
Meskipun Tio mengatakannya sendiri, para prajurit penjaga yang tidak tahu bahwa ia berasal dari klan Ryuujin berbalik memandang Hajime seolah menatap seorang kriminal. Dan jika seseorang mendengarnya secara objektif, itu akan terlihat seperti sebuah kasus penyerangan terhadap seorang wanita. "Bagaimana bisa kau menyerang gadis secantik ini!", suara yang muncul dari para prajurit. Mereka tidak menyalahkannya begitu saja karena melihat sikap si korban juga; Tio. Sepertinya, para prajurit yang memiliki jiwa keadilan tinggi dibingungkan karena melihat Tio merasa senang.
"... Dengan kata lain, Hajime membukakan pintu baru untukmu?"
"Benar! Tubuh ini tidak akan berguna tanpa adanya Master!"
"...Kotor"
Wajah Yue berubah menjadi aneh seolah ia melihat sesuatu yang tak disenanginya, nada bicaranya tidak lagi menggambarkan rasa hormat ketika mendengarkan pernyataan Tio. Secara spontan, Hajime pun memberitahukan perasaannya. Dia benar-benar terbawa suasana.
"Terlebih..."
Pandangan mesum Tio tiba-tiba berubah saat ia mulai gugup sambil malu-malu menahan bibirnya dengan jemarinya.
"...'Saat-saat pertamaku' telah dicuri."
Mendengar kalimat itu, wajah semua orang terkejut sambil melihat ke arah Hajime. Hajime pun berkata "Tidak ada hal yang seperti itu", sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sementara pipinya memerah.
"Aku hanya akan mengakui orang yang lebih kuat dariku sebagai teman hidupku... tapi tidak ada orang yang seperti itu di kampungku... Untuk dapat dikalahkan dan dirubuhkan seperti itu... itu pertama kalinya... untuk pertama kali menggunakan pantatku... Apalagi dengan sekuat itu... itulah kenapa aku mengakuimu sebagai Masterku. Aku ingin kau bertanggung jawab."
Mata Tio berkaca-kaca sambil memegangi pantatnya. Mata para prajurit seolah berkata "Bagaimanapun orang ini memang seorang penjahat!", dan kemudian berlanjut "Bisa-bisanya menyerang pantat dengan tiba-tiba" sambil mereka berbicara dan mengeluarkan ekspresi jijik. Bahkan Aiko dan yang lainnya yang tahu kebenarannya memandang Hajime dengan mata menyalahkan. Bahkan Yue dan Shia yang ada di sampingnya pun berkata "Yahh itu sedikit berlebihan", sambil membuang pandangannya. Bahkan sebelum para tentara yang datang mendekat, Hajime telah ditarik ke dalam situasi di mana ia dikelilingi oleh musuh dari semua arah.
"K-kau, bukannya ada hal yang harus kau lakukan? Bukannya itu kenapa kau keluar dari kampung halamanmu."
Karena Yue dan yang lainnya membuang pandangan mereka, Hajime yang putus asa pun membicarakan tentang 'Penyelidikan klan Ryuujin'.
"Umu. Tidak ada masalah. Malahan semuanya akan lebih efisien jika aku bersama master. Itu seperti menjatuhkan 2 burung dalam sekali lemparan... lihat, bukankah banyak hal terjadi selama perjalanan? Tidak apa untuk melampiaskan rasa frustasimu ok? Bahkan tidak apa jika master melakukannya dengan sangat keras. Bukannya itu bagus Master?"
"Kekuranganku hanyalah kemesumanku."
Tio pun menempel ke Hajime, tetapi Hajime menyingkirkannya. Dilanjutkan para prajurit yang terlihat jengkel melihatnya, para siswi yang melihat Hajime sebagai makhluk rendahan, para siswa yang merasa susah karena iri melihat Hajime dengan para wanita, Aiko yang mulai berceramah tentang kehidupan sexual yang tidak sehat, dan Will yang entah bagaimana melihat Hajime dengan pandangan hormat. Di dalam kekacauan itu, para tentara terus mendekat, dan ketika Hajime mulai lelah dengan semua itu, mereka akhirnya tiba.
"! ... Mereka sampai huh"
Hajime mengubah pandangannya ke arah area pegunungan di utara. Di menyipitkan matanya seolah sedang melihat sesuatu di kejauhan. Meskipun mereka tidak berada di lokasi yang bisa dilihat dengan mata telanjang, Hajime dapat melihat mereka dengan jelas melalui Pesawat Pengintai Tak Berawak (PPTB) miliknya melalui Mata Sihir Kristalnya.
Terdapat kerumunan demonic beast yang benar-benar memenuhi daratan. Disamping jenis demonic beast type manusia seperti Brutal, terdapat juga demonic beast yang seperti serigala setinggi 3-4 meter, dan juga terdapat demonic beast seperti kadal dengan enam kaki, demonic beast seperti ular python dengan jarum mencuat dari punggungnya, demonic beast seperti belalang sembah dengan empat sabit, demonic beast seperti laba-laba dengan tentakel-tentakel yang memenuhi tubuhnya, dan juga terdapat demonic beast seperti ular berkepala dengan warna putih murni. Benar-benar terdapat banyak sekali jenis demonic beast dan perjalanan mereka membuat tanah bergetar seolah awan debu yang berterbangan tersingkirkan oleh kekuatan mengerikan mereka. Jumlah mereka terlihat meningkat drastis dibanding apa yang dia lihat saat di gunung dengan jumlah sekitar 50-60 ribu demonic beast.
Ditambah, terdapat juga demonic beast yang berterbangan di atas kerumunan. Mereka dapat dibandingkan dengan Pteranodon. Satu dari 10 Pteranodon palsu itu terlihat sangat besar, dan bayangan seseorang dapat terlihat di atasnya. Kemunkinan itu adalah si pria berjubah hitam. Meskipun sikap Aiko tidak ingin mempercayainya, 8 dari 9 kemungkinan itu adalah Shimizu Yukitoshi.
"... Hajime."
"Hajime-san."
Yue dan Shia sadar sesuatu mendekati mereka terlihat dari perubahan atmosfir pada diri Hajime. Mereka pun memanggil Hajime. Hajime memandang mereka dan mengangguk sekali, selanjutnya dia mengubah pandangannya ke Aiko dan yang lainnya yang wajahnya dipenuhi dengan ketegangan di belakangnya.
"Mereka telah datang, meskipun mereka datang lebih awal dari perkiraan, masih ada setengah jam lagi sebelum mereka sampai. Mereka adalah campuran lebih dari dua jenis demonic beast."
Mendengar jumlah demonic beast yang meningkat drastis, Aiko dan yang lainnya terlihat semakin pucat. Hajime melompat melewati tembok dan memperlihat senyum tanpa takutnya kepada Aiko dan yang lainnya.
"Jangan perlihatkan wajah seperti itu Sensei. Tidak akan ada masalah hanya karena jumlah mereka yang bertambah beberapa belas ribu. Seperti yang direncanakan, bagi yang bisa bertarung bersiaplah di dekat tembok untuk situasi darurat. Yahh, mungkin tidak ada jalan kembali untu mereka."
Sambil tanpa mood untuk bertarung, Hajime menyuruh mereka untuk meninggalkannya padanya, dan Aiko menyipitkan matanya seolah mereka bersinar.
"Aku mengerti... kupikir aku tidak tahu apa yang bisa kubantu dengan berada di sini seperti yang kau bilang... bagaimanapun cobalah untuk tetap selamat..."
Sambil mengatakan itu, para prajurit mengatakan, "Apa tidak apa untuk menyerahkan semuanya kepada Hajime" dan "Meskipun ini terlalu terlambat, kita harus pergi ke tempat pengungsian", sambil mereka lari membawa informasi ke kota. Bahkan para murid juga melihat Hajime dengan keraguan, kemudian baru mereka lari mengejar Aiko. Selain Hajime dan party, tersisa Will dan Tio.
Will baru saja membicarakan sesuatu dengan Tio, kemudian mengejar Aiko dan yang lainnya setelah sebelumnya membungkuk pada Hajime. Tio menjawab pertanyaan Hajime dengan sebuah sengiran.
"Karena aku akan menggunakan seluruh kekuatanku untuk menghadapi peristiwa ini, jadi aku ingin setidaknya nak Will untuk memaafkanku atas apa yang terjadi pada teman-temannya, pembicaraan seperti itu... itulah kenapa aku akan membantu kalian. Apa, meskipun kekuatan sihirku belum sepenuhnya kembali untuk dapat menjadi wujud Naga, tapi kekuatan api dan anginku tidak bisa diremehkan ok?"
Bagi gereja, klan ryuujin dianggap sebagai sebuah makhluk yang aneh, dan meskipun mereka dapat dianggap sebagai ras demi-human, mereka dapat memanipulasi kekuatan sihir secara langsung seperti demonic beast. Oleh karena itu, meskipun tidak semua atribut, tanpa merapalkan mantra, tanpa lingkaran sihir seperti si genius Yue, terdapat beberapa atribut yang sangat ia kuasai, dan ia dapat menggunakannya tanpa mantra seperti Yue.
Tio menyatakan dirinya sendiri sambil dengan semangat menonjolkan dadanya dengan sengaja untuk memamerkannya, tapi Hajime hanya melemparkan cincin yang terbuat dari batu sihir yang terkristalisasi tanpa mengatakan apapun. Meskipun Tio terlihat seperti sedang bertanya-tanya, ia membuka matanya dengan lebar ketika ia mengerti bahwa itu adalah wadah sihir yang terbuat dari God Crystal (Kristal Dewa), kemudian ia melihat Hajime dengan mata yang berkaca-kaca dam berbicara dengan suara yang bergetar.
"Master... untuk dapat melamar tepat sebelum bertarung... aku, tentu, jawabanku..."
"Ngimpi. Aku hanya meminjamkannya padamu karena kau bertugas sebagai baterai, tidak kurang tidak lebih. Apa kau mencoba menjadi bodoh seperti orang tertentu?"
"... Aku mengerti. Sejarah hitam itu."
Yue menjatuhkan bahunya dengan ekspresi tidak senang karena entah bagaimana cara pikirnya sama dengan si mesum ini. Bantahan Hajime benar-benar diabaikannya sambil meletakkan cincin itu di jemarinya dan memandangnya dengan sebuah seringai meskipun ia juga dihairaukan oleh Hajime, dan akhirnya kerumunan para demonic beast pun dapat dilihat dengan mata telanjang. Orang-orang dengan busur panah dan sihir berbaris di tembok terluar. Tanah mulai bergetar, dan auman para demonic beast mulai dapat terdengar bersamaan dengan badai debu dari kejauhan. Beberapa orang mulai berdoa pada dewa dan beberapa orang lainnya memasang wajah seolah akan mati kapan saja.
Melihat hal itu, Hajime pun bergerak maju. Dengan menggunakan transmutasi, Hajime membuat sebuah mimbar dengan cara menaikkan tanah. Dia tidak berpikiran untuk meredakan kecemasan mereka karena semuanya akan berubah menjadi panik ketika terdapat tembakan yang mengenainya.
Sesuatu tiba-tiba memanjat naik pondasi dinding luar, dan orang-orang yang berpikir itu adalah salah satu dari demonic beast memandanginya, tetapi mereka dikejutkan ketika yang mereka temui adalah seorang anak laki-laki berambut putih dengan sebuah penutup mata.
Setelah dia memastikan semua pandangan menuju padanya, Hajime kemudian menarik nafas lalu berbicara dengan suara yang kerasnya mencapai langit.
"Dengarlah! Wahai para pemberani dari kota Ul! Kemenangan kita tidak lain tidak bukan sudahlah dipastikan!"
Penasaran dengan maksud ucapannya, para warga saling menatap satu sama lain. Hajime menyipitkan melihat mereka yang kebingungan dan kemudian melanjutkan kalimatnya.
"Jika kau tanya apa alasannya, itu karena sang Dewi ada bersama kita! Iya benar, ia adalah sang Dewi Panen yang semua orang kenal; Aiko-sama!"
Mendengar kalimat itu, semua orang mulai menjadi berisik, Aiko-sama? Sang Dewi Panen? Aiko yang ditemani oleh para prajurit penjaga di belakang dan yang telah membantu orang-orang menjadi terbengong-bengong.
"Selama Aiko-sama ada di sisi kita, kita tidak akan terkalahkan! Aiko-sama adalah dewi hidup yang dikirim oleh surga sebagai kawan untuk kemanusiaan, dan membawakan kita Panen Yang Melimpah dan Kemenangan! Aku adalah pedang dan perisai Aiko-sama, aku ada di sini untuk menjawab keinginannya untuk melindungi semuanya! Lihatlah! Inilah kekuatanku yang dibimbing oleh Aiko-sama!"
Sambil mengatakan itu, Hajime mengeluarkan Schlagen dari udara hampa dan juga jangkar dari sebuah tong dan membuatnya menusuk tanah untuk menetapkan posisi. Selanjutnya dia menunduk dan membuat para penduduk mengamatinya sedang meluruskan pandangan ke arah garis depan para demonic beast, pteranodon-palsu... dan menarik pelatuknya.
Sebuah kilatan cahaya merah terang keluar dari Schlagen bersamaan dengan sebuah niat membunuh, cahaya yang menyilaukan itu meluncur di udara dalam sekejap. Cahaya itu menghancurkan para pteranodon palsu yang berada beberapa kilometer jauhnya, dan beberapa lainnya jatuh ke tanah karena sebagian sayapnya yang hancur. Sementara itu, Hajime terus menembak 2-3 kali dan membabat habis semua demonic beast yang ada di udara. Kemudian, dia dengan sengaja memelencengkan tembakannya melewati Pteranodon besar dan membuatnya jatuh sambil kebingungan dengan apa yang terjadi, terlebih pria berjubah hitam yang menaikinya pun ikut terhempaskan akibat efek yang ditimbulkan. Pria berjubah hitam yang terhempaskan ke udara mencoba untuk menolak jatuh.
Hajime tidak memiliki waktu untuk membawa pria berjubah hitam itu ke Aiko sebelum dia berurusan dengan semua demonic beast yang ada, jadi untuk sekarang dia mencoba untuk membunuh demonic beast yang bisa membuat pria berjubah hitam kabur dengan cepat. Meskipun Aiko bakal marah jika mendengar Hajime menembaknya jatuh, dia tidak peduli sama sekali seandainya pria berjubah hitam itu terluka.
Hajime selesai membantai para demonic beast yang ada di udara dan membalikkan badannya dengan tenang. Di sana terdapat para warga kota yang kebingungan dan terbengong-bengong.
"Puja Aiko-sama!"
Hajime mengeluarkan ucapan pujian kepada Aiko sebagai tugas akhirnya. Lalu, di saat selanjutnya....
"""""""Puja Aiko-sama! Hidup Aiko-sama! Horas Aiko-sama! Hidup Aiko-sama!"""""""
"""""""Puja sang Dewi! Hidup sang Dewi! Horas sang Dewi! Hidup sang Dewi!"""""""
Di dalam kota Ul, sekarang itu bukan hanya julukannya saja, seorang Dewi telah benar-benar dilahirkan. Sepertinya, kegelisahan mereka telah hilang bersamaan dengan para warga kota yang meneriaki puji-pujian sambil memasang mata yang berbinar-binar memandangi Aiko, sang dewi; Harapan mereka. Di kejauhan, wajah Aiko berubah menjadi memerah sambil tubuhnya yang gemetaran. Matanya dengan segera memandang Hajime dan mulut mungilnya mengatakan "Apa.Yang.Kamu.Maksud.Dengan.Ini!"
Hajime berbalik ke kerumunan para demonic beast kembali, Hajime berlindung dibalik nama Aiko karena dia memiliki alasannya tersendiri. Pertama, hal yang dilakukan Hajime sudah pasti akan membuat gereja dan kerajaan melakukan pergerakan di masa depan, dan karena Aiko akan menghadapi mereka jika mencoba mengusik Hajime, maka akan lebih baik baginya untuk memikul nama sang 'Dewi Panen' yang akan membuatnya ditakuti. Jika mereka dapat menghadapi serangan yang melanda kota dengan kekuatan Aiko-sama, maka para warga kota pun akan menyebarkan rumor tentang kekuatan sang Dewi Panen dan tentunya akan merenggut hati mereka lebih jauh. Pada saat itu, ia bukan hanya memiliki bakat yang berguna bagi kerajaan tapi ia juga seorang dewi yang didukung orang-orang, jadi tidak mudah bagi pihak gereja untuk mengganggunya karena ucapannya akan membawa kekuatan yang lebih besar.
Alasan kedua cukuplah sederhana, itu karena orang-orang hanya akan merasa ketakutan dan memusuhinya jika melihat kekuatan sebesar itu. Itulah kenapa meskipun Hajime dkk mengeluarkan kekuatan mereka, rasa ketakutan dan penasaran orang-orang akan menghilang saat tahu itu berasal dari seorang dewi yang mendukung mereka, dan rasa benci pun bisa berubah menjadi niat baik. Meskipun mereka dikejar oleh pihak gereja, akan ada orang-orang yang mau mebantu mereka... dan itu adalah hal yang bagus.
Alasan ketiga pun sederhana, dia ingin menunjukkan bahwa dia yang akan bertanggung jawab penuh kepada semua beban yang diberikan kepada 'Sensei'.
Dan alasan utamanya adalah agar orang-orang tidak panik dan melakukan kesalahan, dan dia pun dengan segera memikirkan itu. Setelahnya Aiko akan memberitahukannya berbagai macam hal, tetepi Aiko sendiri pun ikut berjasa dan ia harus mengabaikannya karena itu adalah hasil dari keputusannya... itu tidak masalah untuk kabur saat semuanya telah selesai.
Dengan teriakan orang-orang yang yakin bahwa mereka tidak akan terkalahkan karena ada Aiko di samping mereka, bersama dengan tatapan Aiko yang begitu tajam, dan para prajurit penjaga mengembangkan senyum mereka sambil bergumam "Lihatlah, orang itu mengerti maksud kita." sambil melihat je Hajime, Hajime pun mengambil 2 sabuk amunisi Matherai dan menaruhnya di pundaknya sambil bergerak maju.
Seperti biasa di sebelah kanannya selalu ada Yue, di sebalah kirinya ada Shia dengan Orkan di pundaknya yang dipinjamkan oleh Hajime, dan di samping Hajime juga terdapat Tio yang tengah melamun sambil melihat cincin yang terbuat dari kristal batu sihir. Di Horizon, para pteranodon-palsu berjatuhan ke tanah seolah tidak ada hubungannya dengan semua ini dan para demonic beast yang berbaris dengan satu tujuan dipikirannya memenuhi pandangan mereka.
Hajime memandang Yue, Yue pun membalas pandangannya dan diam sambil mengangguk. Hajime memandang Shia. Shia yang mengerti betul maksudnya mengangguk dengan penuh percaya diri. Sementara Tio yang ada di sampingnya... dia hanya mengabaikannya.
Hajime menolehkan pandangannya kepada kerumunan besar itu dan mengembangkan sebuah senyuman, dia pun mengucapkan sesuatu tanpa keraguan sedikitpun.
"Ayo, kita lakukan."