JARAK DI ANTARANYA
(Part 1)
 (Translator : Blade; Editor : Hikari)

Bulan Juli tanggal 19. Hari Selasa.
Hari ini adalah hari penyambutan. Malam jam 6, semua penghuni Sakurasou berkumpul di ruang makan. Sorata, Mashiro, Kanna, Iori, dan Chihiro juga Misaki semua berkumpul. Bahkan Ryuunosuke yang jarang sekali berkumpul di meja makan, sekarang pun hadir.
Seluruh perhatian penghuni Sakurasou tertuju pada satu titik.
Rambut pirang juga mata yang berwarna biru. Tingginya lumayan untuk seorang gadis, tubuhnya juga sangat menggoda.
“Seperti yang diberitahukan, aku, Rita Ainsworth, mulai hari ini akan tinggal di Sakurasou, di kamar no.203. Mohon bantuannya semuanya.”
Rita yang mengabaikan pandangan penasaran penghuni Sakurasou, dengan santai memperkenalkan dirinya.
“Tunggu sebentar.”
Yang segera memberi tanggapan adalah Ryuunosuke. Jarang-jarang Ryuunosuke terlihat panik begitu. Tapi Sorata tidak merasa begitu terkejut. Sejak Rita datang ke sini tahun lalu, terjadi banyak hal di antara Ryuunosuke dan Rita. Dan yang paling parah, adalah ciuman usil di bandara saat itu………
“Sayang sekali, perasaanku sudah tidak bisa kutahan lagi. Serasa ingin meledak.”
Rita dengan usil membalas tanpa memperhatikan situasi di sekitarnya. Ekspresi Ryuunosuke sangat kaku, dan Iori yang disampingnya malah…
“Aku juga serasa ingin meledak!”
Dan berdiri dengan bersemangat, pandangannya tertuju pada dada Rita yang besar dan penuh daya tarik itu. Rita kemudian mulai menyilangkan kedua tangannya seperti ingin pamer ‘barang’nya yang belum begitu dewasa. Sifatnya yang suka mempermainkan orang ternyata tidak berubah sejak dulu.
“Uwoo!”
Iori yang berteriak kesenangan sudah terpancing olehnya.
“Aku menyukaimu! Tolong berpacaranlah denganku!”
Iori memberi salam sambil mengulurkan tangan kirinya yang bebas itu.
“Maaf. Sudah ada orang yang kusukai.”
Dan, ditolak dengan mentah.
“Heh~siapa itu!?”
Mendengar pertanyaan Iori, Rita dengan tersipu malu melihat ke arah Ryuunosuke. Kalau begitu, bahkan Iori mengerti maksudnya.
“Dragon-senpai!? Apa kalian berpacaran!?”
“Tidak, belum, Ryuunosuke belum menerima perasaanku.”
Dengan nada bicara yang terdengar tidak puas.
“Dragon senpai, apa yang kau ragukan!?”
Iori menghadap ke arah Ryuunosuke dengan ekspresi seolah tidak percaya dengan semua ini.
“Dada! Rambut pirang! Indah sekali! Ini dada, lho!”
Walaupun rasanya sesuatu sampai diulang 2 kali, tapi Sorata malas menegurnya, sudah saatnya kembali ke topik utama, alasan kenapa Rita datang ke Sakurasou.
“Tolong diam sebentar.”
“sakit! Kau, kaki!”
Sepertinya Kanna lebih tidak sabaran daripada Sorata. Kanna duluan menginjak kaki Iori yang berada di bawah meja.
“Makanya, kaki! Sudah kau injak, lho!”
Dengan tidak mempedulikan Iori, Kanna bertanya ke arah Sorata.
“Itu, jadi ini…..siapa ya? Kelihatannya senpai mengenalnya dengan baik.”
“Dia adalah teman Mashiro saat di Inggris.”
Sorata menjelaskan pada Kanna dan Iori yang tidak paham situasi ini. Rita pernah datang saat musim gugur  tahun lalu, dan Sorata memberitahu apa yang terjadi saat itu. Mashiro hanya terus memakan kue bolunya dan tidak mempedulikan Sorata.
“Rita-san……..kenapa kau datang ke Sakurasou?”
“Itulah masalahnya.”
Sorata juga ingin mengetahui alasannya. Kali ini dia datang ke Jepang bukan untuk mengurus sesuatu. Namun dia membawa barang pribadi, seperti ingin tinggal selamanya……..
Semua padangan fokus tertuju pada Rita lagi.
“Sudah cukup basa-basinya. Sudah saatnya kau menjawab pertanyaan kami.”
Ryuunosuke jelas terlihat  tidak senang.
“Ini pertama kalinya Ryuunosuke tertarik padaku, ya.”
Rita berusaha mengalihkan topik.
“Kenapa kau datang ke Sakurasou? Kalau tidak jawab, aku kembali ke kamar.”
Setelah berkata begitu, Ryuunosuke berdiri.
“Tahun depan aku akan kuliah di Universitas Seni Suimei.”
Lalu, ia menjawab dengan semangat.
“Apa kau bodoh? Kalau begitu kau datang terlalu cepat setengah tahun.”
Perkataannya sangat tepat.
“Demi mempersiapkan diirku untuk kuliah nanti, sampai musim semi nanti aku akan kursus bahasa Jepang di sini.”
Rita menjawab dengan bahasa Jepang yang lancar sambil tersenyum. Kalau sudah selancar ini, apa perlu kursus lagi? Sepertinya semua yang hadir di sini berpikir tidak perlu.
“Karena mulai semester ke 2, aku akan mulai pembelajaran khusus di jurusan seni Suiko, mohon bantuannya semua.”
“Kutolak. Aku sama sekali tidak setuju untuk membiarkan wanita ini tinggal di sini.”
Ryuunosuke duduk lagi. Dan Misaki melihat keduanya seperti sedang menonton pertandingan tenis meja.
“Begitukah? Tidak ada cara lain lagi. Kalau begitu sesuai peraturan Sakurasou, bagaimana kita putuskan lewat rapat Sakurasou?”
Rita tidak menyerah dan terus melanjutkan percakapan.
“Baik! aku setuju ! Sangat setuju! Dengan sepenuh hati, aku akan sangat menyetujuinya!”
Iori yang pertama mengangkat tangannya. Dirinya terlihat sangat yakin, tidak ragu sedikit pun. Kanna yang melihatnya terlihat bosan. Setelah Kanna sadar dirinya dilihat Sorata, ia memindahkan pandangannya. Sorata merasa sedikit terluka akibat pandangannya itu.
“Aku juga setuju~! Tidak kusangka Rita akan datang, hidup ini memang aneh!”
Misaki dengan kuat memeluk Rita. Karena bagian ‘wanita’ mereka semua terlihat dewasa, Sorata tidak tahu harus melihat ke mana. Iori malah menelan ludahnya. Pandangan Kanna yang melihat Sorata dan Iori menjadi semakin dingin. Mereka direndahkan. Dan omong-omong, sejujurnya dianggap ‘sejenis’ dengan Iori rasanya menyakitkan…….tapi sekarang bukan saatnya berkata begini.
“Mashiro juga setuju, kan?”
Setelah dipanggil begitu oleh Rita, Mashiro pun menganggukkan kepalanya tanda setuju.
“Padahal Rita datang dengan tiba-tiba, tapi kau sepertinya sama sekali tidak terkejut.”
“Aku sudah tahu.”
“Huh?”
Apa yang Mashiro katakan tadi? Sudah tahu………tadi dia berkata begitu.
“Aku menyuruh Mashiro menutup mulutnya supaya aku bisa memberikan kalian sebuah kejutan.”
“……….begitukah.”
“Kalau begitu, dengan begini berarti 3 suara setuju melawan 1 suara tidak setuju, 'kan.”
Rita melihat ke arah Ryuunosuke dengan membawa senyuman yang menandakan kemenangan miliknya.
“Suara Kamiigusa-senpai tidak sah. Sekarang dia sudah bukan penghuni Sakurasou lagi.”
Ryuunosuke langsung melancarkan serangan balasan.
“Ahh~jahat sekali, Dragon!”
“Aku juga tidak masalah kalau seperti ini, karena akulah yang akan tertawa pada akhirnya.”
Walaupun Misaki terlihat tidak menerima semuanya itu, namun ia menerima semua itu setelah mendengar ucapan Rita.
Yang belum memberikan suaranya  hanya tersisa Sorata, Kanna dan Chihiro.
“Aku tidak ikut permainan ini. Pokoknya laporkan saja kalau sudah selesai.”
Setelah Chihiro selesai berkata begitu, ia mengambil bir dari kulkas dan keluar dari ruang makan.
Yang tersisa hanya Sorata dan Kanna.
“Kanda, kau tidak setuju, 'kan.”
Ryuunosuke yang duduk disamping menekannya.
“Tidak, itu……..”
“Aku tidak setuju.”
Kanna memberikan pendapatnya.
“Hmm, jadi menarik.”
Biarpun merasa terkejut dengan keputusan Kanna, Rita tetap memasang ekspresi seolah tidak terjadi apapun.
“Boleh tahu alasannya?”
Setelah Kanna mengamati Rita sejenak
“……..Bukan apa-apa.”
Dan menjawab begitu.
Pokoknya, yang tersisa sekarang hanya Sorata, dan sekarang masuk ke situasi 2 lawan 2.
Semua orang melihat ke arah Sorata.
“Kanna tidak setuju, 'kan.”
Ryuunosuke menekankan sekali lagi.
“Tidak, Sorata setuju, lho.”
Rita juga segera memberikan tekanan dengan memperlihatkan senyuman yang menyeramkan itu.
“Tidak setuju.”
"Setuju, lho.”
Berhadapan dengan Ryuunosuke yang keras kepala, Rita tersenyum dengan bahagia.
“Ah, ngomong-ngomong, Sorata.”
Untuk mengganti suasana saat ini, Rita mencoba memulai percakapan dengan Sorata.
“A-apa?”
Untuk mencegah supaya apapun yang dikatakan Rita tidak mempengaruhinya, Sorata berhati-hati.
“Bagaimana dengan game yang kalian buat itu? Hasil akhirnya lolos kan?”
“Eh? Ah, iya.”
Sorata teringat hal yang belum ia beritahukan.
“Proyek kita untuk ‘Game Camp’ berhasil lolos.”
“Eh? Benarkah! Yahoo~!”
Iori sampai loncat dari kursinya. Entah apakah sudah diberitahu di telepon sebelumnya, ekspresi Ryuunosuke tidak berubah sedikitpun . Malahan ekspresinya menjadi semakin serius seperti sedang berhati-hati terhadap sesuatu.
“Berhasil! Kouhai-kun!”
“Terima kasih.”
“Lumayan, Sorata.”
“Sudah kuduga……….”
“Dan ngomong-ngomong, diperlukan orang untuk bagian gambar, 'kan?”
Rita dengan senyuman yang tidak jelas apa tujuannya, dengan mudah berpindah topik.
“Yang diperlukan adalah ilustrator yang bisa menangani bagian 3D”
Seperti yang dikatakan Ryuunosuke. Walaupun Rita berbakat dalam menggambar, tapi kalau ini beda cerita lagi.
“Kalau masalah itu, tidak perlu dipusingkan.”
“Sangat memusingkan.”
“Tapi, but! Apa benar benar tidak memusingkan, Dragon?”
Misaki yang berdiri di atas kursi menunjuk ke Ryuunouke. Seperti ingin mengatakan ‘terima saja kenyataan’.
“Apa maksudnya?”
Sorata yang tidak mengerti dengan situasi ini bertanya.
“Karena kau sudah bertanya dengan setulus-tulusnya, maka aku akan memberitahumu! Bagian 3D yang ada pada monster lawan di demo proyek kalian itu sebenarnya dibuat Rita.”
Misaki dengan bangga menjelaskan.
“Huh?”
“Apa?”
Ryuunosuke dan Sorata sama-sama terkejut membuka mata mereka lebar-lebar. Tapi, segera kembali seperti biasanya.
“Apa yang terjadi dengan pembelajaran senimu?”
Dan melemparkan sebuah pertanyaan pada Rita.
“Kalau hanya terus menggambar, itu bukan belajar. Dengan mencoba bidang yang berbeda untuk mempresentasikan adalah hal yang juga bagus untuk kita. Contohnya, penampilan gambar di monitor terkadang bagus dan tidak. Pada saat proses pembuatan Nyaboron, aku menyadari hal itu. Jadi, sekarang aku ingin mencoba berbagai hal.”
“Begitukah?”
“Jarang-jarang Ryuunosuke menerima itu, ya.”
“Pantas saja bagian 3D monster-monster yang diberikan masih terlihat buruk, berbeda sekali dengan yang dibuat oleh Misaki-senpai.”
“…………”
Entah apakah karena karyanya dinilai buruk, Rita terpengaruh oleh itu.
“Sekarang masih dalam tahap belajar!”
Dan nadanya menjadi sedikit serius.
“Terlalu banyak bagian yang kurang, sama sekali tak bisa dipakai untuk menjadi model 3D di dalam game. Masalah yang harus ditanggung oleh program sangat banyak, jadi tidak mungkin untuk menggunakan ini pada versi resminya. Itu hanya akan jadi bug yang tidak berguna.”
Ryuunosuke tidak berubah sedikitpun, caranya menilai sesuatu tetap kasar. Semua hanya bisa terdiam.
Tapi, Rita tidak sebegitu lemahnay sampai akan diam saja oleh dikatakan seperti itu oleh Ryuunosuke. Rita tidak sepolos itu.
“Kalau begitu, tolong Ryuunosuke mengajariku dengan sepenuhi hati cara menanggulanginya supaya programnya tidak terbebani.”
Rita tetap dengan senyumnya membalas Ryuunosuke. Sepertinya Rita menang.
Bahkan ekspresi Ryuunosuke memucat seketika.
“Dan akhirnya, Sorata.”
Sudah saatnya, Rita sekali lagi menghadap ke arah Sorata.
“Apa kau tidak menginginkanku?”
“Tolong perhatikan cara penyampaianmu itu.”
Sorata dengan tidak berdaya menjawabnya.
“Mau!”
Lalu Iori menjawab dengan sepenuh hati.
Jujur saja, Sorata juga ingin. Moster lawan yang ada pada bersi demo kualitasnya lumayan tinggi, kalau bisa Sorata ingin mempertahankan itu. dan dengan melihat cara kerja Ryuunosuke, beban yang terberat itu adalah ilustrasi, jadi kalau saja Rita bisa menjadi bagian dari mereka, tentu Sorata sangat menginginkan itu.
Hanya saja, kalau dipikir-pikir lagi, kalau ingin ‘membangun perusahaan dengan anggota ini’, Rita mungkin kurang cocok, jaid rasanya sedikit tidak tenang.
Biarpun begitu, sekarang yang telah berhasil lolos tahap seleksi ‘Game Camp’, sangat penting untuk memastikan ilustrator. Dan kalau bisa, Sorata ingin segera menyelesaikan ini, jadi Sorata ingin Rita bergabung.
Ingin memastikan, Sorata melihat ke arah Ryuunosuke.
“Itu, Akasaka….”
Laptop yang ada di tangannya itu menampilkan ilustrasi 3D yang dibuat oleh Rita.
Namun, kesadarannya tidak ada pada layar laptop itu. Dia sedang berpikir mana yang lebih penting, antara memastikan ilustrator dengan masalah hidup dan mati kalau membiarkan Rita tinggal di Sakurasou.
“Terserah Kanda saja.”
Lalu mendengar jawaban seperti. Kalau begitu, Sorata sudah menentukan jawabannya.
“Kalau begitu, aku setuju.”
Voting selesai, suara setuju 3, suara tidak setuju 2. Rita akan tinggal di Sakurasou sekarang.
“Baik~. Kalau begitu ayo kita segera mulai mempersiapkan pesta penyambutan!”
Misaki mengatakannya dengan penuh semangat.
“Mau buat sabu-sabu sepert apa, ya?”
Di saat Sorata mulai ingin membuat persiapan dengan berdiri. Tapi, Misaki membalas di luar dugaan.
“Hari ini semuanya tidur awal sedikit, ya!”
“Huh?”
Bukannya sekarang akan diadakan pesta penyambutan untuk Rita?
“Karena besok jam 6 pagi kita akan berangkat! Semuanya berkumpul di Sakurasou!”
“Senpai, apa maksudnya itu?”
Sorata belum paham, dan mewakili semuanya bertanya.
“Bukankah sudah jelas! Pesta penyambutan Rita, kita akan bermalam di vila dekat pantai.”
Sayang sekali. Muncul 1 lagi pertanyaan………