JUNI TIDAKLAH SELALU HUJAN
(Part 5)
 (Translator : Blade; Editor : Hirosuke Nagato)

Ujian selesai, juga sudah daftar ‘Game Camp’, setelah menerima wawancara rekomendasi kenaikan, Sorata dalam sebuah situasi yang hanya bisa menunggu.
Bisa atau tidak mendapatkan rekomendasikan kenaikan ke Universitas Seni Suimei Jurusan Media Departemen, juga lolos atau tidaknya proyek mereka di ‘Game Camp’, Sorata hanya bisa menunggu, namun sepertinya dalam waktu dekat Sorata akan mendapatkan pemberitahuannya.
Liburan ujian selesai, sampai pada saat membagikan hasil ujian, perasaannya semakin tegang dan khawatir.
Bulan Juli tanggal 1. Hari kamis.
Setelah jam pelajaran ke 2 selesai, ketika kembali dari toilet, saat yang dinantikan akhirnya tiba.
Terdengar suara Koharu sensei dari pengeras suara sekolah--- Kanda Sorata-kun kelas 3-1, diharapkan datang ke kantor guru~~
Tiba-tiba dipanggil, Sorata merasa terkejut.
Siswa yang di sekitarnya juga mulai memperhatikan Sorata.
Rasanya tidak nyaman sekali, Sorata pun langsung menuju ke kantor guru. Mungkin itu tentang hasil rekomendasi kenaikan. Sorata tahu dari pagi ini, setiap jam istirahat, teman sekelasnya dipanggil Koharu sensei secara bergantian. Makanya, dalam ruang kelas 3 terasa suasana tegang yang aneh.
Sorata datang ke depan pintu kantor guru, dan menarik napas dalam-dalam.
Ia mengetuk pintunya.
“Permisi.”
Setelah menyapa ia lalu membuka pintunya.
Mencari bayangan Koharu.
Tidak ketemu. Malahan Sorata bertatap muka dengan Chihiro yang duduk di dalam ruangan tersebut. Entah kenapa, disampingnya terlihat adiknya sendiri, Yuuko. Entah apa yang sudah dia lakukan, tapi itu tidak ada kaitannya dengan dirinya sendiri. Sorata kemudian mencari lagi bayangan Koharu. Lalu---
“Kanda, sini.”
Chihiro melambaikan tangannya.
“Eh, padahal aku dipanggil Koharu-sensei.”
Sorata tidak bisa menolak, hanya bisa berjalan ke sana.
“Pemberitahuan yang tadi? Aku yang meminta Koharu melakukannya.”
“Heh? Begitukah? Padahal aku kira itu tentang soal rekomendasi kenaikan.”
Sorata melihat ke arah Yuuko yang berada disamping, ia hanya punya firasat buruk.
“Kalau begitu ,ada apa mencariku?”
"Lihatlah, ini.”
Chihiro kemudian dengan sebal menunjukkannya, itu sebuah gambar yang aneh.
Diatasnya terlihat coretan anak TK dengan crayon, bahkan beberapa lembar………karena digambar dengan crayon, saat memegangnya tangan kita akan menjadi kotor. Di atasnya tertulis ‘murid bermasalah sudah datang!’ atau ‘penjahat sudah disini loh!’.
Sorata pernah melihat beberapa diantara gambar itu.
“Bukannya ini ada di mading sekolah?”
“Apa? Kalau kau tahu, ini akan menjadi lebih mudah.”
Chihiro kemudian berkata begitu, dan memindahkan pandangannya ke Yuuko.
Kalau dilihat dari situasi ini, kemungkinan pelakunya pasti dia.
“Onii-chan, akhirnya masalah yang dibuat Yuuko ketahuan.”
Entha kenapa, Yuuko malah terlihat sangat senang. Dengan kedua tangannya dia memegang pipinya, terus menggoyangkannya ke sana dan ke sini.
“Dengan begitu, aku juga akan menjadi siswa yang bermasalah!”
“Aku bilang ya……..”
Rasanya kepala sakit.
“Sensei, apa aku akan dipindahkan ke Sakurasou!”
Yuuko kemudian terlihat antusias sekali.
“Ah, itu tidak mungkin.”
Namun, balasan Chihiro terlihat sangat dingin.
“Eh?”
Yuuko kemudian melamun, seolah tidak percaya dengan ini semua.
“Ke-ke-kenapa!”
Yuuko yang berdiri itu seperti ingin menangkap Chihiro.
Pokoknya, Sorata mencekik lehernya sebelum masalah ini menjadi besar, karena ini merupakan tugasnya sebagai seorang kakak.
“Tidak mungkin ya tidak mungkin.”
“Kenapa begitu~~! Yuuko itu siswa bermasalah loh! Penjahat yang benar-benar jahat!”
Dia tetap tidak menyerah, dan terlihat menyedihkan sekali.
Chihiro sama sekali tidak peduli, dan menguap sejenak.
“Tidak ada kamar kosong lagi.”

Lalu memberitahu alasannya pada yuuko.
“Bohong! Sudah kuperiksa, kamar no.203 yang dulu adalah kamar Nanami nee-san itu masih kosong kan!”
Yuuko kemudian dengan sombong menyatakan pernyataan itu.
“Kalau tidak, Yuuko tinggal sekamar dengan Onii-san juga boleh!”
Lalu mengatakan sesuatu yang tidak diperlukan.
“Tentu tidak boleh.”
Sorata membalasnya.
“Kenapa?”
“Karena aku tidak mau.”
“Kenapa~~………biarpun begitu, kamar no.203 tetap kosong kan!”
Yuuko yang terlihat begitu bersemangat lalu menarik lengan Sorata, mungkin berharap Sorata bisa membantunya untuk memohon pada Chihiro, hanya saja Sorata berada dipihak Chihiro. Ia tidak berharap Yuuko masuk ke Sakurasou, jadi ia harus mencegahnya.
Tapi, Sorata merasa sedikit aneh dengan yang Chihiro katakan tadi.
Kenapa ia bilang tidak ada kamar kosong lagi---kebohongan yang bisa diketahui dengan mudah.
“Walaupun sekarang masih kosong, tapi sekarang sudah dipastikan akan ada 1 siswa bermasalah yang pindah ke sana.”
Chihiro mengatakannya sambil merapikan buku-buku yang berada di mejanya.
“Huh?”
Kali ini gantian Sorata yang mengeluarkan suara yang bodoh.
“Ternyata kalian memang bersaudara, bahkan reaksi kalian sama.”
Mendapatkan pernyataan yang menyakitkan.
“Aku terhubung dengan Onii-chan dengan darah yang berwarna merah!”
Yuuko kemudian dengan bangga mengatakan sesuatu yang tidak berarti. Pokoknya, kesamping dulu soal ini.
“Sensei, akan ada yang dipindahkan ke Sakurasou?”
“Begitulah. Bukannya sudah pernah kuberitahu?”
“Siapa? Kapan akan dipindahkan?”
“Ah, ya, Kanda.”
“Tolong jawab aku.”
Kalau akan ada siswa pindahan yang pindah ke Sakurasou, maka tentu Sorata tidak bisa duduk tenang saja.
“Sepertinya kau berhasil mendapatkan rekomendasi kenaikan.”
“Eh?”
“Selamat telah mendapatkan rekomendasi kenaikan Universitas Seni Suimei Jurusan Media Departemen. Walaupun aku selalu merasa kau akan gagal, tapi sepertinya hasil dari wawancaramu itu sangat bagus.”
“Begitukah.”
Sorata tidak begitu sadar. Hanya, saat itu tidak terjadi kesalahan yang sampai Sorata ingin kabur, tapi tetap saja rasa gugup selalu mengantuina, juga waktu itu Sorata masih ingat kalau kata-katanya terdengar aneh.
Biarpun begitu, ia tetap bisa menghadapinya dengan tenang, mungkin ini berkat pengalamannya saat presentasi ‘Ayo Membuat Game’
Sorata merasa dirinya bisa menjawab semua pertanyaannya, tidak perlu berpura-pura, ataupun menyembunyikan sesuatu, tidak pernah terpikir untuk menjadi penipu.
Ingin belajar apa di Universitas Seni Suimei, dan mempunyai impian seperti apa.
Karena semua jawaban itu berada didalam hati Sorata………..
Suatu hari nanti, akan mendirikan perusahaan dengan rekan-rekan yang ia percayai. Bayangan itu terasa semakin nyata didalam pikiran Sorata.
Semuanya berkat ‘Game Camp’.
Disaat mendaftarkan diri untuk lomba bersama Ryuunosuke, Sorata merasakan perasaan yang belum pernah ia rasakan.
Mungkin bisa dikatakan puas. Dulu hanya bisa mengejar sesuatu yang tidak pasti, namun sekarang ia bisa berusaha untuk menggapai sesuatu yang berharga.
“Sudahlah, pokoknya kalau sudah lolos, jangan terlalu senang, dan melakukan hal buruk yang dapat membatalakan rekomendasi kenaikanmu.”
Setelah Chihiro mengatakan itu, ia berdiri.
“Kalau begitu, sampai disini saja.”
Chihiro pun meninggalkan Sorata yang masih berdiri melamun itu, dan berjalan keluar dari ruang kantor guru.
“Ah, tunggu bentar! Sensei! Sensei belum memberitahu siapa siswa pindahan itu!”
Sorata dengan buru-buru mengejar Chihiro, namun setelah sampai luar sudah tidak tampak bayangan Chihiro lagi.
“Yang benar, apa tidak bisa membiarkanku senang sesaat………”
Rasanya tidak begitu puas. Padahal sudah mendapatkan rekomendasi kenaikan, tapi sekarang otak Sorata dipenuhi lagi oleh siswa pindahan itu, Sorata masih lebih baik, dan ada seseorang yang lebih tidak bisa menerima ini mengejar Sorata keluar.
“Onii-chan! Jadi usahaku selama ini untuk apa!”
Dia protes dengan wajah yang hampir menangis itu, dan terdiam. Namun, ia tidak pantas dikasihani.
“Apalagi aku menempel banyak sekali!”
Dia terus mendorong kemari, Sorata menghindairnya, dan mendorongnya kembali.
“Aaa! Tak bisa dekat dengan Onii-chan! Kenapa bisa begitu!”
“Menyedihkan sekali……..”
Walaupun rasanya ingin segera kembali ke kelas, tapi ponselnya yang berada di saku itu berbunyi, Sorata dengan pasrah membuka ponselnya. Itu adalah e-mail dari Ryuunosuke.
---sudah terima pemberitahuan lolos tahap seleksi ‘Game Camp’.
Sorata yang memastikan isinya itu sambil menekan kepala Yuuko sambil menelepon Ryuunosuke.
“Ada apa?”
Ryuunosuke menerima telepon dengan suara yang tidak begitu senang.
“Apa maksudnya pemberitahuan itu, dikirim ke e-mailku?”
Proyek ‘Game Camp’ kali ini, semuanya pemberitahuan akan dikirim ke alamat e mail yang ditulis saat pendaftaran.
“Ya, lalu?”
“Dulu juga pernah kubilang, jangan lihat pesan orang dengan terang-terangan gitu!”
“Maid-chan yang melihatnya. Karena isinya berhubungan denganku, jadi ia mengirimkannya padaku.”
“Begitukah…………..”
Mana bisa berharap akan ada yang namanya privasi?
Tapi, dengan begitu, Sorata berhasil melewati tahap pertama, tentu Sorata merasa sangat senang.
“Kalau sedang telepon , sekalian saja kuberitahu.”
“Hn, tolong.”
“Di atasnya tertulis, akan diadakan sesi tambahan dan wawancara pada tanggal 19 bulan Juli.”
Itu adalah hari terakhir semester pertama.
“Jam?”
“Jam 3 sore.”
Kalau begitu, setelah upacara wisuda selesai juga masih sempat.
“Sesi tambahan dan wawancara masing-masing 15 menit. Sisanya kau cek sendiri saja.”
Hanya ingin mengatakan apa yang ia inginkan, dan telepon dengan Ryuunosuke pun berakhir.
Sisanya bicara di kelas saja.
Sorata kemudian menaruh kembali ponselnya ke dalam sakunya, dan berjalan dengan cepat.
“Onii-chan, jangan lupakan soal Yuuko!’
“Ah, maaf. Aku benar-benar lupa.”
“Apa~~!”
“Sudahlah, pokoknya jangan lakukan hal nakal lagi, dengar tidak?”
Setelah Sorata menasehatinya, ia putuskan untuk kembali ke kelas.
“Ah~~tunggu sebentar~~! Onii-chan, bagaimana dengan liburan musim panasnya? Kalau papa sudah menyiapkan tiket pesawat untuk kita, ayo kita kembali ke Fukuoka!”
Dan yang menyedihkan, Sorata tidak menerima tiket pesawat dari ayahnya. Sekali pun tidak pernah.
“Aku tidak kembali.”
Sorata membalas Yuuko dengan dingin.
“Karena akan sangat sibuk saat liburan musim panas nanti.’
“Ah~~pasti karena mau bersama dengan Mashironee-san! Yu-Yuuko tidak akan membiarkan hal seperti itu~~!”
Walaupun ini juga adalah salah satu cara untuk menikmati liburan musim panas, namun Sorata berharap sebisa mungkin bisa fokus pada pengerjaan game ‘Game Camp’. Dengan berpikir begitu, Sorata kemudian berjalan kembali ke kelas dan meninggalkan Yuuko yang ribut itu.