BAB 6
(Translater : Fulcrum)

Pukulan demi pukulan dilancarkan.
Posisi tubuh mereka berganti dalam sekejap, dengan serangan dan pertahanan tak terlihat antara satu sama lain.
Tatsuya dan Yakumo sedang menjalankan latihan pagi mereka.
Mereka tidak hanya bergantian memukul satu sama lain.
Selain serangan langsung, ada juga pukulan kanan dan kiri yang datang dari atas dan bawah, pukulan karate dan pukulan tapak. Menghindari serangan itu, menahan tangan lawan, selagi menangkis serangan lawan yang berusaha untuk memberikan serangan balasan pada detik-detik terakhir.
Dalam hal bela diri saat ini, kemampuan Tatsuya dan Yakumo seimbang.
Mereka berdua merentangkan lengan kanan mereka.
Dengan kedua serangan itu yang meleset bersamaan, mereka berdua sekarang dalam posisi membelakangi satu sama lain.
Tatsuya mengubah pusat gravitasinya dan mengangkat kakinya yang sebelumnya dijadikan tumpuan beratnya dan melangkah ke depan.
Serangan sikunya gagal.
Dia berbalik.
Sama seperti Tatsuya, Yakumo juga mundur menuju jarak aman.
Melihat mereka berdua menggunakan serangan yang sama, melakukan elakan yang sama dan membuat jarak yang tidak perlu antara mereka berdua, mereka berdua tepaksa tersenyum kecut. Tidak ada waktu untuk hal seperti itu.
Tatsuya melaju ke arah Yakumo.
Dalam hal teknik, mereka berdua seimbang.
Tatsuya juga lebih unggul dalam hal kemampuan fisik.
Hal yang membuatnya kalah jauh dari Yakumo adalah strategi.
Ditambah lagi, satu-satunya jalan untuk menang bagi Tatsuya ialah serangan beruntun yang ditujukan agar tidak memberi kesempatan pada lawannya untuk membuat strategi. Situasi apapun yang membuat jarak antara mereka berdua adalah posisi merugikan yang tidak bisa dihindari Tatsuya. Begitu dia melaju ke depan dan siap untuk mendaratkan pukulannya, Tatsuya merasa kalau kehadiran Yakumo mulai bergejolak.
Tatsuya sedikit terluka tangannya akibat teknik ini. Dia dengan terpaksa menahan frustasinya dan menggunakan Gram Demolition.
Tubuh Yakumo yang bergejolak bergetar sebelum akhirnya menghilang. Gram Demolition milik Tatsuya berhasil untuk menghentikan kemampuan Yakumo.
Tatsuya menggunakan kelima panca inderanya dengan sepenuhnya untuk mencari lokasi dari tubuh Yakumo yang sebenarnya.
Kanan? Atau kiri?”
Bahkan seseorang sekuat Yakumo seharusnya tidak punya waktu untuk menyelinap ke belakangnya.
Analisa Tatsuya sempurna.
Tapi hipotesis Tatsuya ada yang kurang.
Yakumo sedang berdiri tepat didepannya.
Dia berada 27.4 meter di belakang tempat yang diperkirakan Tatsuya.
Hanya butuh sekejap mata untuk mendaratkan pukulan penentunya.
Pukulannya sekali lagi gagal.
Seharusnya, pukulan itu tidak menjangkau jarak mereka, tapi Yakumo juga sudah mempertimbangkan momen pukulan itu akan didaratkan, masih ada kemungkinan baginya untuk kalah.
Kecuali, Yakumo tidak maju menyerangnya.
Benar-benar dikejutkan dengan pukulan itu, tubuh Tatsuya terbang di udara akibat lemparan Yakumo.
“Wah, ngeri, ngeri.”
Yakumo akhirnya melepas pergelangan tangan Tatsuya setelah melemparnya ke tanah sambil mengatakan perkataan yang membuat dia seolah-olah tidak sedang menahan diri.
Karena pergelangan tangannya ditangkap, Tatsuya tidak bisa mendaratkan pukulan sempurna. Meskipun dia berhasil mengurangi benturannya dan tidak ada satupun tulang yang patah, dia masih terkena serangan itu dan batuk-batuk beberapa kali untuk mengembalikan pernafasannya agar kembali normal.
“…..Master, barusan?”
Mendengar Tatsuya berbicara setelah dia berhasil berdiri, Yakumo menggosok pelipisnya dengan satu tangan saat dia menjawab balik. Mungkin karena dia sedang menyeka keringatnya.
“Hmm, aku tidak menduga kau bisa menghentikan Matoi.”
Meski nadanya tetap seperti sebelumnya seolah-olah masih bercanda, kekagumannya benar-benar serius. Ekspresinya barusan bukanlah sesuatu yang telah direncanakannya sebelumnya dan benar-benar terjadi secara spontan. Itu karena Yakumo tidak pernah menduga kalau Tatsuya dapat menghentikan Matoi.
“Jadi teknik itu namanya Matoi, eh….Master, itu bukan teknik ilusi biasa, ‘kan?”
“Jadi kau menyadarinya.”
Walaupun mengatakannya dengan menghela nafas berlebihan, tapi dia gagal menutupi kesenangannya. Mungkin, dia memang tidak pernah berencana untuk menyembunyikannya sejak awal.
“Kemampuanmu untuk membaca teknik orang lain dapat menjadi ancaman bagi musuhmu, tapi itu bukan berarti tidak ada cara untuk memanfaatkannya.”
“Seperti ilusi Anda barusan?”
“Matoi adalah teknik yang sebenarnya didesain untuk berlindung dari mata yang bukan berasal dari dunia ini. Adapapun juga desainnya…… Yah, kau pikirkan saja sendiri. Kalau itu kau, kau seharusnya bisa mengetahuinya dalam sekejap.”
Tatsuya tidak meminta Yakumo untuk berhenti berbelit-belit. Sebagian alasannya adalah menanyakan teknik seseorang adalah hal yang terlarang, tapi yang lebih menarik perhatiannya adalah pemilihan kata Yakumo.
“Master.”
“Hmm? Ada apa dengan ekspresi seriusmu tiba-tiba…… Yah, kau memang selalu seperti itu, tapi sekarang suaramu juga menakutkan.”
Perbedaan antara pujian dan ejekan sangatlah tipis saat dia mengatakan tentang dia yang selalu memasang ekspresi serius, yang pada akhirnya diabaikan Tatsuya karena dia tidak mengerti apa maksudnya, yang berarti dia tidak melakukan hal itu.
Entah bagaimana, ekspresi Yakumo terlihat kurang senang, yang mungkin menunjukkan kalau dia membuat keputusan yang tepat. Terlebih lagi, Tatsuya tidak sedang ingin bercanda.
“Sebelumnya, anda mengatakan sesuatu yang bukan berasal dari dunia ini.”
“Ah, jadi tentang itu.”
Tidak ada gunanya untuk melanjutkan paruh akhir kalimatnya.
Jawabannya sama sekali tidak mungkin disalahartikan, seolah-olah dia sudah memprediksi kalau Tatsuya akan menanyakan pertanyaan itu.
“Musuh kita tidak hanya manusia saja. Tidaklah jarang bagi mereka untuk melakukan kesepakatan dengan pihak dari dunia lain.”
Walaupun ini adalah jawaban yang telah diduga dari perkataannya sebelumnya, jawaban ini berlawanan dengan apa yang diketahuinya.
“Namun, salah satu temanku yang merupakan pengguna Sihir Kuno mengklaim kalau pertemuan dengan roh jarang terjadi…….”
Tatsuya tidak mengatakannya karena dia percaya satu orang diatas yang lain, tapi karena dia ingin sebuah jawaban yang dapat dipercayainya.
“Aku ingat kalau teman Tatsuya-kun adalah putra kedua dari Keluarga Yoshida. Meski perkataannya ada benarnya……. Dalam kasusmu, aku yakin kau belum memikirkannya secara menyeluruh.”
Yakumo berhenti berbicara untuk sesaat. Setelah menerima perintah untuk memikirkan ulang lagi lebih menyeluruh, Tatsuya menenggelamkan dirinya dalam lautan pemikirannya dan menemukan solusi setelah berpikir sebentar.
“Perkaataan Mikihiko benar, tapi disaat yang sama, tidak sempurna. Apa itu maksud anda? Bertemu dengan roh sangatlah jarang, tapi serangan yang disebabkan oleh seseorang yang mendorongnya tidaklah jarang, apa aku benar?”
“Kuberi kau nilai tuntas minimal.”
Seperti yang dikatakannya, ekspresi Yakumo jauh dari puas.
“Hmm…. aku kira bahkan orang bijak seperti Tatsuya-kun akan menjadi mangsa kumpulan prasangka dan perangkap kognitif.”
Tampaknya, standar yang ditetapkan agak tinggi dan penilaian yang diberikan agak kejam.
Walau begitu, Tatsuya merasa kalau terlalu memalukan (dan bukan merasa malu) untuk disebut ‘orang bijak’ didepannya dan berharap agar hal ini tidak terulangi lagi.
Itu adalah bukti dari betapa tenangnya Tatsuya saat dipuji walaupun melakukan kesalahan.
Tapi tetap saja, sikap tenang Tatsuya ditepis oleh perkataan Yakumo setelahnya.
“Kau juga seharusnya sudah pernah bertarung dengan satu atau dua mahluk yang tidak berasal dari dunia ini. Berkaitan dengan apa yang para pengguna Sihir Modern sebut sebagai Sihir Roh, menurutmu apa yang mereka gunakan sebagai perantara?”
Sebuah ‘Ah’ kecil keluar dari bibir Tatsuya.
“Aku rasa kau sudah menghubungkan titik-titiknya. Apa yang penyihir modern sebut sebagai Roh sebenarnya dalah ‘mahluk dari dunia lain’.”
Itu adalah titik butanya. Tatsuya fokus pada Yakumo saat dia melanjutkan penjelasannya.
“Ah, kesadaran dan akal keduanya tidak terlalu penting. Bakteri tidak memiliki kesadaran ataupun akal, tapi mereka bisa masuk ke tubuh manusia dan mempengaruhi kerja tubuh manusia hingga mempengaruhi kesehatan manusia tersebut. Selain itu, mereka bahkan memiliki kemampuan yang tidak lengkap untuk mereplikasi diri. Namun, walaupun mereka tidak memenuhi syarat sebagai ‘mahluk hidup’ secara intelektual, hal itu tidak cukup untuk menyangkal kalau mereka adalah ‘mahluk hidup’ dengan kemampuan untuk menginfeksi tubuh manusia.”
“Anda mengatakan kalau Roh, yang tidak lebih dari fenomena jiwa yang terlepas dari tubuh juga bisa diklasifikasikan sebagai ‘mahluk dunia lain’?”
“Sebenarnya, mereka lebih seperti makhluk yang tidak memiliki tubuh fisik. Selain itu, apa ada orang yang telah membuktikan kalau Roh tidak memiliki kehendak mereka sendiri?”
“...Memang belum ada yang membuktikannya. Di sisi lain, aku tahu seseorang yang mungkin bisa.”
Lagipula, Tatsuya sendiri pernah melihat temannya memanipulasi Roh tepat didepannya. Dibanding menerima perintah dan membiarkan Roh itu memutuskannya sendiri, akan lebih masuk akal kalu semua prosesnya dibentuk didalam Rangakaian Sihir dan Roh memiliki kesadaran mereka sendiri.
“Master, bisakah aku menanyakan hal lain?”
“Katakan saja.”
“Sihir Modern percaya kalau Roh adalah sebuah Badan Informasi yang terisolasi didalam dimensi informasi dari fenomena alami itu sendiri. Karena itu berasal dari fenomena alami, apa mungkin untuk menggunakan Rangkaian Sihir untuk membentuk ulang efek aslinya. Ini adalah teori terkini dibalik Sihir Roh”
“Kurang lebih seperti itu. Sihir Modern benar-benar mengesankan kalau dapat menghasilkan teori seperti ini.”
“Lalu, bagi para Parasite yang membentuk wujud spektral manusia dan bermutasi, Badan Informasi mereka datang dari mana?”
Setelah mendengar perkataan Mikihiko, Tatsuya menduga kalau Parasite adalah Badan Informasi yang dapat mempengaruhi Eidos manusia. Contoh yang digunakan Yakumo adalah bakteri dan penyakit yang hanya berfungsi untuk memperdalam kesan itu.
“Parasite... apa bahasa Inggris untuk menggatakannya. Sayangnya, aku tidak tahu Badan Informasi berasal dari mana. Mengingat bahwa mereka mampu mempengaruhi jiwa manusia, aku membayangkan kalau mereka barasal dari tempat yang sama.”
“Badan Informasi dari jiwa manusia....”
“Aku yakin seperti itu, terlepas dari apakah monster itu datang dalam wujud humanoid atau binatang, satu-satunya hal yang dapat menyebabkan makhluk hidup di dunia ini berubah sampai seperti itu pasti adalah setan yang berasal dari Roh Badan Informasi. Kemudian, sama seperti bagaimana manifestasi fisik asli dan alternatif para Roh itu di dunia ini, setan-setan yang berasal dari Roh juga memiliki aspek mental dan lingkungan. Alasan mengapa pertemuan dengan roh jarang terjadi bukan karena mereka tidak ada, tapi karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengamati jiwa manusia. Walaupun cara berpikir seperti ini akan menjadi masalah di mata banyak orang, itu adalah perasaanku yang sesungguhnya.”
Seperti yang diharapkan dari seorang ahli Sihir Kuno, namanya bukan hanya untuk sekedar pamer.
Sudah lama sejak Tatsuya berpikir seperti itu.
◊ ◊ ◊
Dua hari setelahnya, Leo masih belum bisa turun dari tempat tidurnya. Kesadaran kebanyakan orang pasti telah dalam tingkat kritis, jadi tidak bisa keluar rumah sakit dalam tiga sampai empat hari adalah hal yang dianggap normal. Di sisi lain, orang-orang akan lebih khawatir kalau dia memaksakan dirinya sediri terlalu keras atau melakukan hal ceroboh jika dia dapat keluar rumah sakit sangat cepat.
Setidaknya, itulah yang dipikirkan Tatsuya.
Namun, pada tingkat tertentu, tentu masuk akal jika ada orang-orang yang tidak berpikiran seperti itu.
“Leo-kun, bagaimana keadaannya…….?”
Mizuki adalah tipe orang yang pasti tidak berpikiran seperti itu.
“Dia seharusnya baik-baik saja. Mereka bilang tidak ada tanda-tanda luka luar selain beberapa memar, dan tidak ada tanda-tanda patah tulang atau luka dalam. Kecuali kau percaya kalau Erika berbohong?”
Sebagai tambahan, Tatsuya sebenarnya menduga kalau ketidakhadiran Erika hari ini sedikit mencurigakan.
“Bukan itu maksudku………”
Tetap saja, berdasarkan sifat Mizuki, bahkan jika dia memiliki pemikiran seperti itu, tidak mungkin dia sampai menuduh temannya berbohong.
Walaupun jika orang yang dimaksudnya tidak ada, lupakan itu, justru karena orang yang sedang dibicarakan tidak hadir dia memilih untuk tidak mengatakan apapun dibelakangnya.
Dan juga, alasan Erika tidak masuk sekolah sebelum pelajaran dimulai, bukan karena dia merawat Leo di rumah sakit, tapi hanya karena dia belum sampai di sekolah.
Kemarin, dia juga baru sampai tepat sebelum bel berbunyi.
Hari ini mungkin akan sama seperti kemarin.
“Oh ya ngomong-ngomong, Mikihiko juga belum datang.”
Komentar itu benar-benar baru terlintas di pikirannya. Dia teringat akan hal itu selagi dia memikirkan alasan mengapa Erika belum sampai, dia baru saja ingat kalau Mikihiko masih belum datang juga.
Wajah Mizuki sedikit tegang, mendengar perkataan itu.
Tatsuya segera merubah otot wajahnya yang sedang menunjukkan ekspresi santai menjadi sebuah seringaian dan sedang bingung untuk mengatakan sesuatu atau tidak. Dia benar-benar yakin kalau apa yang sedang dikhawatirkan Mizuki tidak akan hilang dengan mudah, tapi dia tidak dapat menilai apa ini adalah waktu yang baik untuk mengganti topik pembicaraan mereka.
“Selamat pagi~.”
“Selamat pagi, Tatsuya, Shibata-san……”
Tepat saat Tatsuya sedang kebingungan untuk melakukan apa, Mikihiko dan Erika masuk ke dalam kelas dengan wajah kelelahan.
Saat mereka berdua duduk, layar terminal di kelas mereka menyala yang menandakan kalau pelajaran telah dimulai.
Saat istirahat makan siang, Tatsuya dan yang lain berperilaku sedikit berbeda dari biasanya. Daripada pergi ke kantin, Erika tertidur di mejanya. Jika ada orang yang memperhatikannya dengan teliti, maka mereka dapat mendengar sebuah dengkuran kecil yang dihasilkan Erika.
Tidak ada cara untuk tidur selama pelajaran karena mereka semua terlog in pada terminal masing-masing, tapi sekarang dia sudah tidur.
Mikihiko mengatakan ‘kepalanya berdengung’ dan segera pergi ke UKS setelah selesai makan siang. Tampaknya yang sedang dialaminya adalah sakit kepalanya, dan bukan karena kesadarannya yang sedang kacau, yang juga disebabkan karena kelelahan.
Karena dia menduga kalau itu hanya kelelahan biasa, dia menyerahkan semuanya mengenai Mikihiko kepada Mizuki.
Lalu, bagi Tatsuya sendiri,
“Shizuku, maaf memanggilmu tiba-tiba.”
“Hm, ada apa?”
“Yah, Tatsuya-kun mengatakan kalau dia punya sesuatu yang sangat ingin ditanyakannya pada Shizuku.”
Dia meminta Honoka untuk menghubungi Shizuku melalui telepon.
“Maafkan aku memanggilmu semalam ini. Aku ingin mengirim e-mail padamu, tapi aku merasa kalau ini harus dibicarakan langsung.”
Bahkan sebuah perangkat genggam kecil pada sistem komunikasi modern pun bisa mengambil gambar yang hampir seperti komunikasi tatap muka. Gambar yang tampil di perangkat genggam pribadinya adalah Shizuku, yang sedang menggunakan perangkat yang sama. Walaupun belum lama sejak terakhir kali mereka melihat satu sama lain, dia sepertinya terlihat sedikit lebih dewasa.
“Tidak apa-apa. Disini baru jam 8 malam.”
Gadis yang dilayar itu menyipitkan matanya saat dia tersenyum. Seperti biasa, ini adalah ekspresi yang susah untuk dibaca, tapi saat ini mereka semua tahu kalau senyumannya menandakan kalau dirinya sangat senang.
Honoka dan Miyuki dengan sebal memelototi terminal mereka masing-masing.
Sayangnya, Tatsuya menampilkan Shizuku pada layar utama dan sebaliknya. Perangkat genggam pribadi memiliki perbedaan saat menampilkan gambar pada layar utama dan layar samping, dalam hal ini susahnya adalah untuk mengetahui perbedaan ekspresi wajah.
“Jadi, ada apa?”
“Ah, aku dengar dari Honoka kalau ada insiden Vampire yang terjadi di tempatmu. Kalau kau tahu rinciannya, apa bisa kau membocorkannya.”
Kepala Shizuku miring ke samping di layar.
“….Shizuku?”
“…..Ah, insiden itu. Um, apa memang benar ada Vampire di Jepang?”
“Apa maksudmu di Jepang?”
“Mereka masih menganggapnya hanya sebagai urban legend di Amerika. Setidaknya, tidak ada media yang memberitakannya.”
Walaupun berbeda dari mitos atau mahluk-mahluk dongeng, Vampire, atau lebih tepatnya setan pemakan roh, benar-benar ada.
Mendengar mahluk nyata seperti itu hanya dianggap sebagai rumor, pasti ada sesuatu yang terjadi. Dengan kata lain, insiden ini masih disensor di USNA. Sekarang ada kemungkinan bahwa jaring-jaring masalah itu jauh lebih kompleks daripada yang diduganya sebelumnya.
“Rumor pun tidak apa-apa. Aku ingin tahu sebanyak mungkin.”
“Apa terjadi sesuatu?”
Shizuku membungkuk ke depan menuju layar.
Tatsuya menyampaikan kepada gadis yang sedang berada di negeri seberang itu kalau salah satu dari temannya telah diserang.
“Leo diserang oleh apa yang kami curigai sebagai Vampire.”
Tapi, dia segera membuat keputusan kalau Shizuku punya hak untuk mengetahuinya.
Pada akhirnya, Tatsuya sendiri tidak bisa menjelaskan mengapa dia membuat keputusan itu.
Ini mungkin reaksi naluriah.
Secara bergantian, dia mungkin merasakan suatu firasat tentang apa yang akan didengarnya.
“Untungnya, nyawanya tidak dalam bahaya.”
“Bagaimana…..?”
Tapi, dia tidak bertujuan untuk membuat orang diseberang sana untuk merasa khawatir. Walaupun Tatsuya memberikan kalimat tambahan untuk membantu menenangkan kekagetan yang dirasakan Shizuku, mereka sepertinya gagal.
“Tidak, dia sebenarnya baik-baik saja, jadi jangan buat ekspresi seperti itu, ya? Leo menggunakan kekuatannya sendiri untuk melawan pelakunya, kecuali dia sedikit terluka terkena kekuatan khusus musuhnya saat itu. Sekarang, dia sedang beristirahat di rumah sakit.”
‘Kalimat penenang’ Tatsuya tentu saja gagal untuk menenangkannya. Kata-kata seperti beristirahat di rumah sakit hanya akan membuatnya merasa lebih khawatir kalau dia sedang dalam keadaan yang lemah.
“Bernahkah? Syukurlah…..”
Untungnya, Shizuku bukanlah tipe orang yang akan tenggelam dalam keputusasaan atau pesimisme. Melihat Tatsuya memberikan anggukan penuh semangat, dia menghela nafas lega.
Percakapan seperti ini hanya bisa terjadi melalui video call.
“Aku mengerti, jadi itulah mengapa Tatsuya-kun ingin tahu tentang apapun yang berhubungan dengan ini.”
Tatsuya sekali lagi memberikan persetujuan pada perkataan Shizuku yang tidak disampaikan dalam bentuk pertanyaan.
“Namun, bukan berarti kau harus menyelidikinya berlebihan.”
Sebelum itu semua, dia tentu saja mengingatkan temannya akan itu.
“Kalau kau bisa mengatakan apa yang kau ketahui, itu sudah lebih dari cukup.”
“Tapi kau yakin ada petunjuk di Amerika, bukan?”
“Lebih seperti berburu petunjuk. Jujur saja, aku yakin kalau dalang dibalik insiden Vampire ini berasal dari Amerika.”
Shizuku bukan hanya satu-satunya yang menyembunyikan keterkejutannya.
Tatsuya masih belum memberitahu Honoka atau bahkan Miyuki mengenai perkembangan ini.
“Itulah mengapa aku tidak ingin kau melakukan sesuatu yang berbahaya, Shizuku. Pastikan kau menjauhi hal-hal yang akan membahayakanmu. Informasi ini tidak terlalu mendesak.”
“…..Aku mengerti, aku tidak akan gegabah. Kalau begitu, tolong tunggu aku tanpa ekspektasi yang tinggi.”
“Aku ingin bertanya untuk jaga-jaga, kau mengatakan kepadaku untuk tidak terlalu berlebihan dalam mengumpulkan informasi dan tidak melakukan sesuatu dengan ceroboh, apa aku benar?”
“Tentu saja.”
Walaupun Shizuku bukanlah orang idiot ataupun bodoh, Tatsuya masih saja tidak merasa tenang sama sekali bahkan setelah mengingatkannya sekali lagi.
◊ ◊ ◊
Berdasarkan apa yang diketahui Erika, saat ini ada tiga kelompok organisasi yang melakukan aksi perlawanan terhadap insiden Vampire di kota.
Kelompok pertama dipimpin oleh polisi, dengan pasukan penyelidik khusus departemen polisi (pada dasarnya adalah FBI versi Jepang) yang memimpin berbagai divisi keamanan publik saat pemburuan.
Kelompok kedua terdiri dari anggota Sepuluh Master Clan, dengan Keluarga Saegusa sebagai pemimpin dan Keluarga Juumonji tepat dibelakang mereka. Mereka memiliki dukungan dari Pemerintah Dalam Negeri (Kabinet Departemen Kontrol Informasi) dan dibantu oleh polisi setengah resmi. Perbedaannya hanyalah ‘warga sipil’ memberi keuntungan bagi mereka.
Kelompok ketiga adalah tim penyelidik pribadi yang dibentuk oleh Keluarga Chiba dengan penguasa Sihir Kuno ternama, Keluarga Yoshida, sebagai pendukung.
Singkatnya, ini adalah kelompok Erika.
“Bukankah lebih baik untuk bergabung dengan senpai…..?” (senpai kakak kelas/senior)
Sifat dari permintaan Keluarga Chiba kepada Keluarga Yoshida mungkin bukan bisnis resmi, tapi permintaan bantuan itu sendiri benar-benar merupakan hal biasa. Sebagai tanggapannya, Mikihiko langsung dijadikan sebagai perantara, dimana dirinya menanyakan pertanyaan yang sama dengan yang ditanyakannya setidaknya 10 kali sejak kemarin.
Tanpa perlu dikata, target perkataannya adalah rekannya dalam operasi ini, Erika.
“Aku yakin akan jauh lebih efisien kalau kita punya akses pada Sistem Anti-Kriminal yang ada di kamera jalan.”
“Tidak perlu khawatir. Bahkan para polisi, yang memiliki akses terbaik dalam sistem pengawasan, belum mendapat petunjuk sedikit pun.”
“Kalau dalam masalah kekuatan, aku rasa bekerja sama akan lebih baik dari pada melakukan ini sendirian.”
“Jadi itu alasan mengapa kau meminta bantuanku?”
“Tidak, bukan hanya kita berdua saja…..”
Mkihiko menyerah untuk meyakinkan Erika yang sudah berjalan cepat didepannya dan segera berlari mengejarnya sampai dia berdiri di sebelahnya.
“Kita tidak akan menemukan apa-apa hanya dengan berputar-putar tanpa arah…..”
Mikihiko sedang berbicara pada dirinya sendiri, tapi juga menggerutu disaat yang sama. Suaranya tidak sampai terdengar oleh Erika, tapi dia mungkin juga akan mengabaikannya kalaupun dia bisa mendengarnya. Jika memang harus mengatakan alasannya, inilah alasan sebenarnya mengapa Mikihiko ditunjuk sebagai rekan Erika.
Keluarga Yoshida adalah klan yang mewarisi Sihir Kuno aliran Shinto. Walaupun tidak sepenuhnya sama dengan keluarga yang mengkhususkan diri sebagai Onmyouji[1], kemampuan bertarung mereka masih cukup hebat. Awalnya, negara ini secara tradisional memberikan akses yang mudah dalam melakukan teknik-teknik ini kepada para kelompok religius. Berdasarkan fakta kalau kelompok aliran Shinto menggunakan jimat-jimat sebagai perantara, menunjukkan kalau mereka tidak berpegang teguh pada peraturan tersebut.
Setelah mendengar dari Toshikazu kalau pendekatan ilmiah pada investigasi ini hanya membuahkan hasil yang sedikit, pemimpin dari Keluarga Chiba (Toshikazu dan ayah Erika), memutuskan untuk bergantung pada kemampuan pengguna Sihir Kuno dan meminta kerja sama secara resmi dari kepala Keluarga Yoshida, yang merupakan sekutu terdekat mereka diantara semua keluarga pengguna Sihir Kuno. Karena kepala Keluarga Chiba adalah orang ‘eksentrik yang misterius’ yang secara pribadi percaya kalau dirinya ‘tidak berguna tanpa kemampuan sihir’, dia mungkin merasa kalau ‘hal-hal gaib hanya bisa dilawan dengan kekuatan supernatural’.
Berdasarkan itu, Mikihiko tidak menemani Erika sebagai pemandu, tapi lebih sebagai ‘peramal’.
“Miki, ke arah mana?”
Sampai pada sebuah persimpangan, Erika menolehkan kepalanya untuk bertanya.
Apa kau tidak bisa lebih sopan, Mikihiko dalam hati mengatakannya selagi dia meletakkan sebuah barang kayu yang panjangnya kurang dari satu meter di jalan. Sebagai tambahan, setelah Lina memutuskan untuk memanggilnya ‘Miki’, dia benar-benar menyerah untuk mencoba merubah panggilannya.
Daripada menyebut itu barang kayu, itu lebih seperti sebuah tongkat kayu tipis, panjang yang dipenuhi karakter-karakter kecil yang tertulis dalam tinta hitam. Ujung tongkat itu hampir bundar sempurna.
Dia menaruh tangannya pada salah satu ujungnya untuk memastikan tongkat itu berdiri lurus dan perlahan-lahan melepaskan tangannya.
Walaupun tongkat itu berdiri tegak lurus terhadap permukaan, permukaan tempat itu terbuat dari aspal, maka sebuah tongkat kayu kecil tidak akan bisa menembusnya.
Tapi, tanpa penopang apapun, tongkat kayu Mikihiko dapat berdiri tegak diatas aspal tersebut.
Mikihiko mundur tiga langkah dan dengan cepat berbalik. Disaat tubuhnya berbalik, tongkat kayu itu kehilangan ‘penopang tak terlihat’nya dan terjatuh.
Dengan suara menyedihkan, tongkat itu bergelinding dan menunjukkan kearah kanan persimpangan itu.
“Lewat sini……”
Erika berjalan menuju arah yang ditunjuk tongkat itu. Melupakan rekannya, dia bahkan tidak sedikit pun menoleh ke belakang.
Mikihiko tertawa kecut dan mengambil tongkatnya sebelum kembali mengejar Erika. Tepat sebelum mengejarnya, dia tiba-tiba tampak teringat sesuatu dan mengeluarkan terminal infomasi dari sakunya. Terminal itu dipasang dalam mode memancar. Setelah memastikan terminal itu memancarkan posisinya pada jaringan yang telah ditentukannya sebelumnya, dia memasukannya kembali ke dalam sakunya.
Seringaian itu hilang dari wajah Mikihiko. Dia punya firasat kalau mereka telah makin dekat dengan target mereka.
Dia melambatkan langkahnya setelah berada selangkah dibelakang Erika dan mengeluarkan terminalnya lagi selagi mencoba untuk mempertahankan jarak itu.
Dia membuka daftar nama lokasi. Setelah memasukkan masukan baru pada daftarnya, Mikihiko memasukkan terminalnya dan berjalan disamping Erika selagi mereka berjalan maju.
◊ ◊ ◊
Dia mengenakan sebuah mantel panjang dan topi yang ditarik ke bawah. Dibalik topi itu, ada sebuah kain abu-abu dengan gambar kelelawar hitam yang menutupi seluruh wajahnya. Charles Sullivan, dia yang mengemban nama Demus Second di Stars, saat ini sedang menggunakan semua kekuatannya untuk melarikan diri.
Namun, tidak peduli seberapa keras dia berusaha, dia tidak bisa lepas dari si pemburu itu. Pemburu yang mengejarnya bukan berasal dari Stardust, tapi seorang eksekutor yang mengemban nama bintang paling terang di langit malam.
Seorang penyihir dengan rambut merah menyala dan mata berwarna emas mengejar Sullivan. Setelah berubah menjadi Angie Sirius, Lina telah beberapa kali terganggu oleh kebisingan psion. Setiap kali dia merasakannya, dia merasa kalau dia akan segera kehilangan jejak Sullivan.
“Komandan, ambil sebelah kanan.”
Tapi lokasi Sullivan telah terkunci sepenuhnya oleh radar psion yang dipasangkan pada sebuah markas mobil yang menyamar sebagai van perusahaan berita. Terkait hal itu, USNA sudah selangkah didepan Jepang. Dengan radar yang dapat mendeteksi tanda gelombang psion, mustahil untuk bisa melarikan diri dari pengawasan radar. Terlebih lagi, asalkan Lina punya miniatur itu, radar pemancar sinyal genggam, tidak mungkin baginya untuk dapat keluar dari jangkauan Lina.
“Clara, Rachel, pindah ke depan Sullivan.”
Lina mengatakannya melalui transmitter­nya. Clara dan Rachel adalah panggilan bagi Q dan R. Lina, yang benci memanggil orang dengan huruf, adalah orang memberi nama itu kepada mereka, karena itu bukan nama asli mereka. Tentu saja, ‘Clara’ dieja dengan ‘C’ dan bukan ‘Q’, tapi Lina tidak terlalu peduli karena itu hanya panggilan saja.
Aura dari pertempuran sihir makin menguat, dua puluh sampai tiga puluh meter didepannya. Mereka berdua saat ini sedang memperlambat pergerakan Sullivan. Bagi Lina, hal itu bukan masalah. Dia saat ini sudah sepenuhnya mengetahui posisi Sullivan.
Meskipun ini sudah larut malam, jalanan masih belum kosong dari orang-orang. Tapi tetap saja, dengan mereka yang bergerak secepat sepeda motor, maka tidak akan ada orang yang menyadarinya. Benar-benar mengabaikan kemungkinan adanya intervensi polisi, Lina mengeluarkan sebuah pisau kecil, sebuah belati.
Mungkin itu karena pergerakan mereka terlalu cepat, tapi para pejalan kaki yang ada di tempat itu tidak menyadari belati itu. Dan juga, warna gelap anti kilau yang tidak terlihat bahkan saat siang hari. Tanpa repot-repot menyembunyikan kehadirannya, Lina melempar belati itu ke depan.
Belati itu adalah senjata yang terintegrasi dengan CAD. Hanya dengan melemparnya saja sudah cukup untuk mengaktifkan Sihir Tipe Gerakan, membuat penggunanya dapat mengendalikan arah lemparannya menuju target. Belati yang dilempar Lina berubah arah beberapa kali di udara sebelum akhirnya terbang ke arah punggung Sullivan.
Sesaat sebelum belati itu mulai terbang, Sullivan sadar kalau bahkan kemampuan fisik seorang Vampire tidak akan bisa menghindari belati itu tepat waktu. Namun, karena yang dibicarakan adalah dirinya, maka dia seharusnya bisa menggunakan Trajectory Alteration tepat waktu.
Dengan hal itu di pikirannya, Sullivan fokus pada belati itu dan berniat untuk merubah lintasannya ke arah salah satu pemburu yang berada dibelakangnya. Serangannya begitu lemah, pikir Sullivan dalam hati. Sekarang, lintasan belati itu seharusnya telah beralih menuju punggu pemburu itu.
Sebuah teriakan ketakutan dapat terdengar keluar dari mulut Sullivan.
Trajectory Alteration-nya benar-benar gagal mengendalikan Sihir Tipe Gerakan Lina.
Perbedaan kekuatan gangguannya sangatlah besar.
Mengetahui kemampuannya tidak bekerja, Sullivan segera mengangkat lengan kanannya, di mana belati itu menusuk dengan dalam saat mengenainya.
Tubuh Sullivan menjadi kaku.
Punggungnya terluka oleh sayatan pisau dari R.
Itu pasti akan menjadi luka fatal bagi kebanyakan orang.
Namun Sullivan melingkarkan lengannya dan melempar kembali pisau itu ke arah R.
Pada saat itu, sang penyihir bertopeng muncul. Pupil mata emas itu mengintip keluar dari topeng yang ada dihadapan Sullivan.
Lina berhenti dan mengeluarkan pistolnya.
Tiba-tiba, bayangan di jalan itu mengeluarkan serangan listrik ke arah Lina.
Q, R, dan Lina benar-benar tidak dapat mendeteksi serangan kejutan ini sebelumnya.
Meski begitu, serangan itu hanya menghasilkan kilatan cahaya dan menghilang sebelum bisa mengenai tubuh Lina.
Lina telah mengaktifkan Wide Area Disruption secara refleks dan membatalkan sihir Vampire itu.
Selama ini, lengan Lina tetap dalam posisi siap menembak.
Moncong senjatanya langsung tertuju pada jantung Sullivan.
Jari Lina menarik pelatuk pistolnya.
Peluru itu, diperkuat oleh Data Fortification, melawan semua perlawanan yang dilakukannya dan menghancurkan jantung Sullivan.
Lina tidak mengamati keberhasilannya terlalu lama dan mulai bergerak lagi.
Matanya terkunci pada sosok Vampire yang melepaskan serangan listrik yang secara perlahan-lahan mulai menghilang.
◊ ◊ ◊
Pada akhirnya, mereka harus menggunakan ramalan untuk menentukan jalan yang harus mereka ambil sebanyak dua kali lagi. Setelah berjalan selama kurang lebih sepuluh menit, mereka berdua mendengar suara kecil dari langkah kaki orang yang sedang berlari. Itu adalah suara sepatu hak karet, sepasang suara langkah kaki yang diikuti oleh langkah kaki lainnya.
Salah satu dari mereka mungkin adalah sang pelarian, dan yang satunya lagi sepertinya si pengejar.

Mereka berdua bertukar pandang.
Lalu, tanpa berturkar sinyal apapun, mereka berdua bergegas.
Dengan metode yang berbeda, mereka sampai pada kesimpulan yang sama.
Mereka menemukannya.
Erika sedikit didepan, dengan Mikihiko tepat dibelakangnya.
Saat Erika berlari, dia memasukkan tangannya pada sebuah kotak kurus, panjang yang dibawa di punggungnya dan menarik sebuah pedang yang tak bersarung. Sebagai pengganti mata pedangnya, seluruh tubuh pedang itu ditutupi ukiran, mengingat kalau itu adalah senjata yang ditempa oleh Keluarga Isori. Itu adalah pemberian dari Isori Kei kepada Erika sebagai pengganti untuk Orochimaru yang terlalu menyolok. Walaupun tidak bisa memiliki kemampuan yang setara dengan Orochimaru, pedang itu masih memiliki kemampuan untuk melakukan Inertia Cancel.
Di sisi lain, Mikihiko memegang sebuah tongkat kayu di tangan kanannya, sementara tangan kirinya, yang berjarak sekitar 60 cm dari tangan kanannya, dengan cepat direntangkan. Keluar dari balik lengan bajunya, sebuah benda mirip kipas sekarang sedang digenggam tangan kirinya.
Benda yang digenggamnya sepertinya adalah kipas besi tipis, lembaran logam tipis yang terhubung pada satu titik. Setiap lembaran logam itu dipenuhi dengan ukiran dari berbagai mantera dan pola. Lembaran-lembaran itu digabung untuk membentuk sebuah kipas besi yang menjadi saluran psion sang pengguna. Rumbai kipas itu memanjang sampai ke dalam lengan bajunya, yang terhubung pada sebuah alat yang berisi Rangkaian Aktivasi yang menggantikan mantera.
Itu juga merupakan CAD. Berdasarkan saran Tatsuya dan ide Mikihiko sendiri, CAD pendamping Sihir Kuno baru ini didesain untuk mempersingkat proses yang dibutuhkan oleh Sihir Kuno seperti mantera dan jimat.
Mereka berdua telah siap untuk bertarung dan segera mendekat ke arah langkah kaki itu. Terkadang, ritme mereka akan terganggu karena mereka berdua sedang bersiap untuk bertarung.
Bahkan setelah mengingat hal tersebut, langkah Erika dan Mikihiko tetap masih terasa agak cepat. Menggunakan jalan pintas melalui sebuah gang kecil antara barisan bangunan dan memasuki sebuah taman kecil yang digunakan sebagai tempat evakuasi (sebenarnya, lebih seperti lokasi evakuasi sementara saat terjadi bencana), mereka berdua akhirnya melihat target mereka.
Di tempat itu terdapat dua sosok humanoid yang sedang bertarung satu sama lain. Salah satunya mengenakan sebuah mantel panjang dan sebuah topi untuk menutupi wajah dan ciri fisiknya dan yang satunya lagi mengenakan topeng untuk menutup semua yang ada disekitar matanya.
Mereka berdua kelihatannya seorang perempuan.
“Miki, kau urus yang memakai mantel. Aku yang bertopeng!”
Berdasarkan apa yang dikatakan Leo, yang bermantel dan bertopi lebih mungkin, tapi orang yang berjalan dalam kegelapan malam dengan memakai topeng untuk menyembunyikan ciri-cirinya juga sangat mencurigakan. Yang paling penting, bahkan dari jauh, belati besar ditangan wanita itu dan cara memegangnya yang terlihat baik menyebabkan kewaspadaan Erika meningkat.
Tanpa menggunakan Sihir Akselerasi Diri dan hanya bergantung pada Sihir Ukiran yang meningkatkan kekuatan pedangnya, Erika menyerang wanita bertopeng itu. Walaupun sihir itu tidak digunakan untuk mempercepat pedang itu, kecepatannya masih berada pada tingkat yang sangat sulit untuk dihindari jika hanya bergantung pada kemampuan fisik kecuali bagi beberapa kalangan orang yang menguasai seni bela diri tertentu.
Penguasaan wanita itu akan belatinya memang tinggi, tapi tidak cukup hebat sampai setingkat master.
Karena itu bahkan jika dia dapat menahan satu serangan Erika, tidak mungkin baginya untuk menghindarinya. Jika dia adalah manusia normal, maka akan seperti itu.
Sebuah kilatan cahaya.
Belati Erika tidak mengenai apa-apa selain udara sementara targetnya sudah mundur sejauh tiga meter darinya.
Kilatan cahaya itu bukanlah cahaya fisik, tapi sebuah cahaya psion yang diikuti dengan aktivasi sihir. Setelah menyadari hal tersebut, Erika tidak peduli dengan serangannya yang telah dihindari.
Satu-satunya hal yang patut dikagetkan adalah kecepatan sihirnya.
Erika percaya kalau musuhnya belum mendeteksi serangannya sampai sesaat sebelum serangan itu akan mengenainya. Singkatnya, dalam tempo singkat saat dia mengangkat pedangnya dan menyerangnya, musuhnya dapat memilih sihir yang akan digunakannya, mengaktifkannya, dan dengan berhasil menghindarinya.
Penyihir bertopeng itu berpindah ke bawah sebuah lampu taman. Tidak ada cara untuk mengetahui, maupun keperluan untuk mengetahui, apa orang itu benar-benar peduli kalau ada seseorang yang menyadari kehadirannya.
Pemandangan itu terukir dalam mata dan kesadaran Erika.
Apa yang menarik perhatiannya bukanlah ciri-ciri femininnya yang memikat yang tidak bisa disembunyikan topeng itu, maupun tubuh kencangnya yang bisa dilihat walaupun ditutupi oleh pakaian yang tebal, tapi warna rambutnya yang diterangi oleh lampu jalan. Itu adalah warna yang tidak dimiliki manusia, sebuah warna yang menakutkan.
Cukup gelap untuk dikira hitam, rambut merah gelap.
Bersamaan dengan pupil emasnya yang terlihat, mengintip keluar dari topeng itu.
“Serang!”
Kemampuan berpedangnya saat ini sedang digunakannya. Erika mengerahkan dan memperluas penglihatannya, mengamati tubuh penyihir bertopeng itu secara menyeluruh. Erika mengurangi persiapannya dan berlari ke arah wanita itu.
Dia memilih untuk tidak menggunakan Sihir Penguatan. Terhadap lawan seperti ini, bantuan sihir hanya akan menghasilkan efek yang berlawanan, jadi dia mengandalkan naluri dan kemampuannya untuk membaca gerakan lawannya.
Tanpa menggunakan sihir, Erika menggunakan kecepatan yang benar-benar seperti sihir untuk mendekati wanita tersebut.
Pada penyihir bertopeng itu, jejak-jejak keraguan dapat terlihat.
Tanpa ragu-ragu, Erika mengangkat pedangnya.
Penyihir bertopeng itu mengeluarkan cahaya sihir lain. Ini bukan Sihir Akselerasi Diri, tapi merupakan sebuah Sihir Tipe Gerakan Diri.
Erika tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi Rangkaian Sihir dalam sekejap.
Dibanding dengan itu, Erika memiliki sepasang mata tajam seorang pendekar pedang terlatih.
Tanpa menunggu lawannya menyelesaikan gerakannya, dia sudah menentukan arah gerakan musuhnya saat itu juga dan mengubah arah pedangnya.
Pedangnya berayun dengan keras ke arah yang berlawanan dan melewati rambut merah gelap wanita asing yang tepat di bawah ayunan.
Dia mengaktifkan kemampuan Inertia Cancel dan menahan ayunannya.
Wanita bertopeng itu mempertahankan posisi jongkoknya dan melompat secara horizontal.
Erika dengan terpaksa berhenti mengejarnya.
Sebuah belati mengenai tanah, tepat didepannya.
Mengambil keuntungan dari kekagetan Erika, wanita bertopeng itu berdiri dari posisinya.
Rambut merah gelapnya bergoyang dengan liar.
Pedang Erika yang tidak memiliki mata pedang telah memotong penahan topeng wanita itu dibalik rambutnya hanya dengan kecepatannya sediri.
Helaian-helaian rambutnya tersebar di sepanjang dadanya. Tiupan angin kecil menyebabkan rambutnya tertiup, memberikan kesan menakutkan pada penampilannya.
(Kalau kulitnya juga hitam, dia pasti akan seperti Kali[2], huh....)
Setelah memikirkan hal itu, Erika tetap mempertahankan kewaspadaannya selagi dengan hati-hati mengamati lawannya yang sedang terpojok. Penampilannya mungkin seperti lelucon, tapi kemampuannya tak diragukan lagi setara kelas satu. Untuk kemampuan sihirnya, saat ini, melihat kinerjanya dalam tempo yang singkat itu sudah cukup untuk memberinya nilai diatas kelas satu. Semangat tarung Erika mengatakan kepadanya kalau pada kondisi seperti ini, dia akan kehilangan kemampuan membaca situasinya dan akan terpaksa untuk bertahan, yang akan berakhir dengan kekalahan telak yang berada diluar dugaannya.
Melewatkan satu kesempatan pun akan berakibat fatal.
Untungnya, wanita berpoteng itu tampaknya cukup teralihkan akibat hal itu. Bahkan dengan ketegangan seperti ini, perhatian utama Erika masih teruju pada Vampire berjubah itu.
Wanita itu bergerak sendirian, sementara Erika dan Mikihiko bergerak sebagai tim.
Erika menyimpulkan kalau ada kesepatan yang dapat dimanfaatkannya.
Si wanita bertopeng dan si pendekar pedang menatap satu sama lain.
Pupil emasnya segera beralih dari Erika.
Dalam seketika, Erika mengayunkan pedangnya ke depan.
Dari belakangnya terdengar suara tiupan angin kencang.
Mikihiko mengerti dengan baik bagaimana kehebatan teknik Erika. Walaupun dia bukanlah orang yang terlatih secara resmi dalam ilmu berpedang, Sihir Kuno dan bela diri tradisional sangatlah berhubungan sampai pada titik dimana mereka berdua hampir menjadi sebuah pengetahuan umum.
Diantara Keluarga Chiba, rasanya tidaklah berlebihan kalau mengatakan kemampuan Erika berada tepat dibawah ayah dan kakak-kakaknya. Namun, dalam masalah seni berpedang murni, dia sudah melampaui teknik ayahnya dan sedang mengejar kakak keduanya yang jenius.
Berhadapan dengan serangan Erika, musuhnya lebih memilih untuk menghindarinya daripada menerimanya. Berdasarkan hal itu saja, dapat diketahui kalau lawan Erika bukanlah orang biasa. Tapi….
(…..Orang ini sepertinya tidak mudah terpengaruh juga.)
Tidak ada kesempatan bagi Mikihiko untuk memberi bantuan.
Musuh yang dihadapinya tepat seperti apa yang dideskripsikan Leo: topi yang dipakai ke bawah, topeng kain putih, mantel panjang.
Dia tidak memegang satu senjata pun, walaupun dia mungkin masih menyembunyikannya.
Tapi tetap saja, hal itu sudah cukup menjadi ancaman.
Tidak ada luka-luka dalam selain memar biasa pada tubuh Leo. Tidak ada bekas-bekas luka gores atau bakar. Dengan kata lain, Mikihiko yakin kalau musuhnya tidak menggunakan api, petir, atau pedang untuk melawan Leo saat itu.
Sejata apapun yang digunakannya pasti senjata yang tumpul, alat pemukul.
Atau kalau tidak, dia mungkin hanya menggunakan tangan kosong.
Sampai saat ini, arah serangannya masih sesuai prediksi.
Ngomong-ngomong tentang itu, jika memang ada yang tidak disadarinya, itu pasti adalah kecepatan dan kekuatan aneh musuh.
Diantara pengguna sihir Fortifiaction, Leo adalah pengguna yang cukup hebat.
Vampire wanita, Mikihiko mengetahui gender lawannya dengan mudah, melancarkan pukulannya pada Mikihiko. Sarung tangan tebal yang dipakainya mencegahnya membuat luka luar pada musuhnya, tapi sebaliknya, dapat melukai organ dalam musuhnya.
Sesuai dugaan, Mikihiko membuka kipas besinya (CAD) dan mengetuk pada lapisan logamnya dengan jarinya.
(Wataboshi.)
Tanpa merapalkan mantera, aliran psion mengalir melalui ujung jarinya dan mengaktifkan sihirnya.
Pukulan Vampire itu masih tetap terlancarkan bahkan setelah dikenai tiupan angin besar. Bahkan dari balik mantel panjangnya, pergelangan tangan kurus itu memiliki kekuatan yang tak terbayangkan dan memiliki kecepatan yang hampir setara dengan kecepatan suara.
Walaupun Mikihiko memiliki kemampuan fisik yang tinggi berkat latihan intensnya, tetap saja mustahil baginya untuk menghindari pukulan yang dilancarkan dengan kecepatan suara pada saat itu.
Sebuah tekanan udara bertiup ke arah Mikihiko sebelum pukulan itu mengenainya.
Mengikuti angin itu, tubuh Mikihiko sedikit melayang mengikuti angin itu.
Dia menghindari pukulan itu dengan cara mengikuti aliran udara. Dengan cepat mengikuti arah aliran udara tersebut, pukulan itu mendekat kembali. Itu adalah aplikasi dari konsep Sihir Kuno ‘Mengendarai Udara’ dengan kombinasi penghilang gravitasi dan Inertia Cancel untuk menghasilkan sebuah perubahan fenomena.
Mikihiko berpindah ke samping lawannya dan pada saat itu juga dia mendarat karena sihirnya telah menghilang, dia mengayunkan tongkat yang dipegang di tangan kanannya pada pergelangan tangan kanan musuhnya, mengenai sendinya.
Awalnya dia bermaksud untuk mematahkan pergelangan tangan lawannya dengan pukulan itu, tongkatnya patah sempurna menjadi dua.
Dia tanpa sadar merasa mati rasa di sepanjang tangannya yang membuatnya merasa ingin melepas tongkatnya yang patah.
(‘Pelindung’? atau ‘Pengikis’?)
Mikihiko melompat ke belakang untuk menghindari sabetan karate yang tertuju kepadanya, dan segera mengeluarkan pisau kecil dari saku tersembunyinya. Dia melempar apa yang hanya bisa disebut pisau kecil pada pergelangan tangan lawannya.
Sayangnya, pisau kecil itu hanya melubangi mantelnya dan gagal menembus lebih dalam sebelum memantul kembali.
(‘Pelindung’,eh!)
Tidak ada tanda adanya aktivasi sihir untuk menghalau lemparan pisau itu, yang berarti lawannya mengelilingi dirinya dengan penangkal proyektil. Analisa Mikihiko membuatnya yakin kalau kekuatan aneh dibalik pukulan dan sabetannya mungkin juga berhubungan dengan pelindung ini.
(Kalau begitu ....)
Dia menggerakkan jarinya dan membuka lembaran logam pertama yang sebelumnya disegel.
Dia telah menyiapkan mantera yang paling kompleks, pada lembaran yang paling mudah dicapainya.
Setahu Mikihiko, tidak ada teknik sihir yang cukup kompleks untuk menciptakan sebuah penghalang yang dapat memblokir materi fisik dan energi sihir.
Meski ada kemungkinan kalau dia menciptakan beberapa penghalang, ini masih layak untuk dicoba.
(‘Thunder Child’.)
Thunder Child, atau lebih dikenal dengan nama ‘Thunder Spawn’, adalah sihir yang menciptakan petir dalam skala kecil pada ruang yang kecil. Ini hanya tiruan lemah dari sihir yang sebenarnya mengendalikan awan, ‘Thunder Cloud’, tapi daya dan tegangannya sekuat sihir aslinya.
Sebuah raungan kehancuran bergema di langit dan melesat sepanjang langit di mana sihir itu terbentang di atas kepala Vampire tersebut dan mengeluarkan listrik. Saat sihir itu diaktifkan, sasaran sihir itu tidak bisa lari. Listrik menyambar kepala Vampire itu dengan kecepatan 200 meter per sekon.
Suara itu hanya bisa digambarkan seperti suara binatang yang melolong kesakitan seolah-olah sedang dirobek seperti kain. Namun, suara itu segera berubah menjadi raungan yang lebih normal. Cahaya yang mengenai target itu diserap oleh tangan Vampire wanita itu saat dia sedang memegangi kepalanya. Ujung jarinya mengeluarkan suara yang diikuti dengan percikan. Di jarinya, listrik dalam jumlah yang lebih banyak dari yang dihasilkan Mikihiko sedang dikumpulkan.
(Sihir Tipe Dispersi!)
Ekstraksi elektron dari dalam sebuah objek adalah salah satu teknik dari Empat Sistem Penting dan Delapan Tipe Utama dan merupakan dasar dari Sihir Tipe Dispersi. Karena bagian dari ‘fenomena’ elektron diganti, Sihir Tipe Dispersi dapat menyalurkan jumlah yang lebih tinggi dari pada listrik hasil Sihir Kuno.
Listrik itu berubah tak terkendali saat mencoba untuk menyerang Mikihiko yang sedang berguling kebelekang untuk menghindari serangan tersebut.
Jika membandingkan Sihir Tipe Dispersi dari Sihir Modern dengan sihir listrik dari Sihir Kuno, maka yang pertama lebih kuat tapi sebagai gantinya sihir itu kurang bisa dikendalikan. Mikihiko hanya mampu menghindari serangan pertama itu berkat hal tersebut. Namun tetap saja, ketika berhadapan dengan kekuatan yang bergerak dengan kecepatan listrik dengan keadaan seperti ini, Mikihiko tidak yakin kalau dia bisa terus menghindarinya.
Mikihiko menyesali kelalaiannya karena telah mengabaikan salah satu aspek dari serangan lawannya yang belum ditemukannya saat dia mengaktifkan sihir pertahanannya. Mikihiko tidak mencoba untuk menandingi kekuatannya dan hanya mencoba untuk membuat pelindung dari tekanan udara.
Namun, ini adalah sebuah keadaan di mana lawannya telah mengeluarkan sihir terlebih dahulu. Entah bagaimana, Vampire itu berhasil mengeluarkan sihir tanpa menggunakan Rangkaian Aktivasi dan tidak ada tanda-tanda kalau sihir itu melemah.
Singkatnya, ini adalah sihir asli.
Tidak ada waktu lagi.
Mikihiko telah dapat mengatasi situasi tak berdayanya, tetapi itu tidak merubah kenyataan kalau dirinya sedang kacau.
Seolah-olah badai telah memadamkan lilin.
Tembakan dari Badan Informasi Psion lenyap bersamaan dengan listrik di tangan Vampire itu.
Wanita bertopeng itu mengangkat lengan kirinya untuk menahan ayunan pedang Erika.
Diikuti dengan suara keras, hantaman itu memberi kesan jika ada tulang yang patah atau tubuh yang terpotong. Mungkin di tubuhnya ada semacam pelindung tubuh dari logam ringan atau bantalan, sesuatu seperti gelang pelindung.
Bahkan walaupun Erika tidak memiliki niat untuk membunuhnya, Erika tidak menunjukkan ampun sama sekali.
Lawannya memegang pistol di tangan kanannya. Walaupun topeng lawannya terlihat lucu, lawannya adalah orang yang telah menjalani pelatihan ketat sebagai seorang personil tempur dan bukan hanya seorang penyihir biasa. Kewaspadaan memenuhi diri Erika saat dia mengerahkan kekuatan tambahan pada tubuhnya.
Gelang itu diangkat mendekat ke dagunya, hanya karena serangan itu telah selesai.
Sebelum tangannya yang memegang pistol diangkat, Erika bergeser ke sisi kiri lawannya.
Sesaat sebelum pistol itu dibidikkan, Erika telah memukulnya terlebih dahulu.
Berkat tekanan dari peredamnya, suara tembakan itu terdengar halus.
Wanita bertopeng itu merentangkan tangan kirinya menuju wajah Erika.
Dia membentuk lingkaran dengan ibu jari dan jari tengah tangan kirinya.
Di depan tangannya tersebut, sebuah bola listrik kecil berputar-putar.
Erika segera menggunakan Sihir Akselerasi Diri.
Tubuhnya sampai pada tingkat di mana pergerakannya telah diluar akal sehat.
Mundur untuk menghindari bola listrik itu, Erika menatap mata penyihir itu sebelum moncong pistol itu diarahkan padanya.
Kena dia, pikir Erika.
Tepat pada saat hal itu terlintas di pikirannya dan saat Erika mendekat hingga lawannya berada dalam jarak serang pedangnya.
Dia terjatuh ke samping oleh kekuatan yang tiba-tiba muncul dari bawah kakinya dan baru kembali sadar akan apa yang telah terjadi beberapa saat setelahnya.
Guncangan itu menyebabkan dirinya melonggarkan genggamannya pada pedangnya untuk sesaat.
Erika segera berdiri kembali setelah memperbaiki posisinya.
Namun, musuhnya gagal mengambil kesempatan celah itu untuk menyerangnya.
Penyihir bertopeng tersebut menekan bahu kanannya dengan tangan kirinya. Mungkin itu adalah Sihir Tipe Akselerasi atau Sihir Tipe Gerakan, tapi sebelum dia dijatuhkan lawannya, Erika berhasil mendaratkan serangan kuatnya dengan pedang tak bermata miliknya pada bahu sang musuh. Penyihir bertopeng itu menaruh tangannya pada bahunya selagi dia melirik ke arah pertarungan Mikihiko dan Vampire yang sedang berlangsung.
Lebih tepatnya, dia sedang melihat ke tempat yang bahkan lebih jauh. Dia sedang melihat seorang pria muda yang duduk diatas sebuah sepeda motor dengan CAD berwarna perak yang diarahkan pada Vampire tersebut.
Wajah pria muda itu disembunyikan oleh helm yang dipakainya, jadi tampak wajahnya tak diketahui.
(Tatsuya-kun….?)
Meski begitu, walaupun kesadarannya sedang melemah selagi dia mempertahankan sikap bertarungnya, Erika dengan jelas melihat sosok teman sekelasnya di bawah lampu jalan.
Erika, Mikihiko, dan Vampire.
Melihat teman dan musuhnya bersamaan, Tatsuya melihat ke arah penyihir bertopeng itu seolah-olah perhatiannya ditarik oleh pupil emas itu.
Si penyihir bertopeng mengangkat tangan kirinya pada Tatsuya. Tampak sepertli segel, seketika muncul firasat kalau dia sudah akan melancarkan sihir.
Namun, firasat itu segera hilang ketika semuanya dirubah.
Pupil emas itu begitu terguncang.
Tiga kali dia mencoba untuk menggunakan berbagai macam sihir, dan tiga kali juga sihirnya hilang.
Semuanya mendengar ‘Ah’. Orang yang mengatakannya adalah Mikihiko, dan tidak perlu ditanya lagi alasannya.
Vampire itu terbang.
Dibalik visornya, tatapan Tatsuya berpindah dari penyihir bertopeng itu.
Hanya sejenak saja.
Penyihir bertopeng itu tidak akan melewatkan momen itu pergi.
Apa yang akan dilakukannya selanjutnya bukanlah sihir.
Walaupun tatapannya tertuju pada hal lain, selama itu adalah sihir, tidak ada yang bisa terlewat dari ‘penglihatan’ Tatsuya.
Dengan kata lain, penyihir bertopeng itu juga menyadari hal tersebut.
Mengayunkan tangan kanannya yang memegang pistol menghadap ke bawah mengeluarkan peluru.

Diarahkan ke sekitar kakinya, muncul percikan dan segera berubah menjadi kilatan cahaya.
Suara keras dari sebuah pistol terdengar lima kali, sampai penyihir bertopeng itu benar-benar tertupi oleh kilatan cahaya tersebut.
Tatsuya mengarahkan sihirnya pada tubuh penyihir bertopeng.
Dia membidik kakinya dan bermaksud menggunakan Sihir Dekomposisi, atau setidaknya itulah rencananya.
Badan Informasi yang seharusnya menggambarkan wujud fisik sesungguhnya hanya berisi data permukaan dan tidak ada isinya.
Walaupun ada data warna dan penampilan luarnya, tidak ada informasi yang terkait dengan massa, desain fisik, ataupun komposisi kimia tentangnya.
Tatsuya menghentikan sihirnya dan menurunkan lengannya.
Setelah kilatan cahaya itu menghilang, tidak ada lagi tanda-tanda penyihir bertopeng dan Vampire itu.
“Apa kalian berdua baik-baik saja?”
Mengabaikan pencarian itu, Tatsuya turun dari sepeda motornya dan melepas helmnya sebelum mengecek situasi teman-temannya.
Mikihiko tampaknya tidak terkena luka fisik sedikitpun.
Sebaliknya Erika……..
“…….Aku sedikit malu dilihat seperti itu.”
“Ah, maaf.”
Meniru seperti apa yang dilakukan Mikihiko yang tersipu dan berbalik badan, Tatsuya mengikutinya.
Bukan berarti tubuhnya terlihat. Pelindung dibalik bajunya tampaknya tidak tergores sedikit pun. Hanya saja ada sobekan-sobekan di sepanjang bajunya dan dekat area dadanya dan sedikit menunjukkan lekuk tubuhnya.
Hampir seperti band rock yang terlalu bersemangat di panggung.
Keadaannya saat ini tidak cocok jika disebut tidak pantas, karena keadaannya sekarang sama jika dibandingkan saat dia memakai baju renang saat di pantai atau saat berenang, tapi di jalanan dengan keadaan seperti ini mungkin akan sedikit memalukan.
“….Hey, bisa pinjami aku mantel atau semacamnya?”
Ingin menunjukkan sisi kepeduliannya. Saat mendengar seseorang mengatakannya, Mikihiko segera melepaskan jaket pendeknya dan memberikannya kepada Erika. (Tatsuya tidak bisa meminjaminya, karena dia sedang memakai sarung pistol dibalik jaketnya.)
“Terima kasih, aku baik sekarang.”
Dia tidak telanjang ataupun semi-telanjang. Perasaan Tatsuya mengatakan ‘Itu berlebihan’, tapi ini mungkin arti lain dari estetika. Pada akhirnya, ini jauh lebih baik daripada terlihat kurang ajar atau tidak tahu malu.
“Erika, apa kau terluka?”
Erika terlihat baik-baik saja berdasarkan pengamatannya, tapi dia masih ingin bertanya untuk memastikannya.
“Untung aku memakai pelindung dalam. Kalau tidak, aku pasti dalam bahaya.”
Kata ‘pelindung dalam’ tentunya sudah ketinggalan zaman, walaupun Tatsuya tidak yakin apa itu berkah atau kutukan kalau dia tahu kata ‘pelindung dalam’ yang dikatakan Erika bermakna lain. Daripada sebuah alat berat yang dipakai dibalik baju pelindung untuk melindungi diri dari hantaman dan tusukan, ‘pelindung dalam’ yang dimaksud Erika adalah pakaian dalam yang dibuat dari bahan karet sintetis yang memiliki beberapa fitur seperti anti peluru dan tahan sayatan. Tidak seperti Kevlar yang berat, ada keuntungan seperti pembatasan gerak yang sedikit dan tidak terlihat mencolok ketika dikenakan dibalik baju sehari-hari. Di sisi lain, dari sisi bahan, model ketat itu tidak populer di kalangan orang-orang yang ingin menutupi lekuk tubuh mereka. Biasanya, hal ini tidak akan jadi masalah saat digunakan di balik baju, tapi kali ini, pelindung tersebut lebih menarik mata orang yang disekitarnya daripada orang yang memakainya.
“Tampaknya ada Kamaitachi yang tergabung dalam tiupan itu.”
“Aku rasa kau benar. Yang benar saja…. si topeng keparat itu. Dia akan membayar atas pakaianku lain kali saat kita bertemu.”
“Tapi tetap saja, kelihatannya kau membuatnya kesakitan pada tulang selangkanya.”
“Ini ya ini. Itu ya itu.”
Seperti yang dikatakan Tatsuya, Erika tidak bisa menerimanya dengan mudah dan berniat untuk membalas dendam sendiri. Walaupun pukulan terakhirnya sedikit lemah, pedang Erika berhasil mengenai bahu kanan si penyihir bertopeng sebelum dia terkena tiupan itu.
Walaupun Tatsuya tidak melihat kejadian itu secara langsung, dia masih bisa mendeduksi kejadian tersebut dengan akurat berdasarkan penampilan penyihir bertopeng itu serta kerusakan pada baju pakaian Erika.
“Ngomong-ngomong, Tatsuya-kun, mengapa kau disini?”
Melihat wajah itu, ini adalah pertanyaan yang sangat ingin ditanyakan Erika sejak awal daripada sebuah pertanyaan yang kebetulan terlintas. Untuk menjawab pertanyaan itu, Tatsuya memiringkan kepalanya ke beberapa arah berbeda sebelum akhirnya menjawabnya langsung. Sebagian besar karena ini adalah yang paling menarik.
“Mengapa kau bertanya padaku? Sudah jelas karena aku mendapat pesan dari Mikihiko.”
Wajah Mikihiko berubah masam, dan dia memberita tatapan ‘Dasar pengkhianat’ pada Tatsuya.
“Hmm~”
Namun, pada wajah tidak senang itu, Mikihiko enggan menatap Erika.
“Jadi begitu caranya kau datang tepat waktu. Kerja bagus, Miki.”
Perkataan Erika dengan jelas berisi pujian, dan ini memanglah situasi dimana dia seharusnya mendapat pujian.
Jelas saja, respon yang bisa dikeluarkan Mikihiko hanyalah ‘Ah’ dan ‘Yah’.
Tidak peduli bagaimana caranya mendengarnya, suara yang masuk ke telinganya tidak terdengar positif baginya.
“Ngomong-ngomong, kapan kau menghubunginya? Aku, tidak yakin kalau aku melihatmu melakukannya.”
“……….”
Tentu saja dia tidak menyadarinya, karena mereka memang tidak mengatakannya kepada Erika. Meminta Tatsuya mengikuti sinyal mereka sepenuhnya merupakan keputusan Mikihiko. Tentu saja, dia juga harus melaporkan semua yang ditemukannya kepada Tatsuya. Mengingat hal itu, bahkan Mikihiko sendiri kesulitan untuk menjelaskan alasannya memanggil Tatsuya.
Keringat dingin mengalir diatas alis Mikihiko, saat sedang dibawah tatapan dingin Erika.
Pemandangan itu tepat seperti ‘kodok yang diam membeku dibawah tatapan ular’. Itu terlihat seperti dia tidak bisa mengeluarkan kekuatannya sendiri, Tatsuya menyimpulkan dalam hati ‘Itu sudah cukup’.
“Teman-teman, maaf aku memotong pembicaraan kalian, bukankah seharusnya kita pindah dari tempat ini?”
Mendengar suara yang memotong pembicaraan mereka, Erika mengedipkan matanya dua kali dan dengan enggan mengeluarkan terminal informasinya yang hampir tak rusak sedikit pun.
“Aku yakin orang-orang akan berkumpul disini?”
Mikihiko dengan panik mengeluarkan terminal informasinya, melihat Tatsuya.
Erika memastikan waktunya. Hampir lima menit telah berlalu sejak mereka membuat kontak dengan Vampire dan penyihir bertopeng itu. Pihak-pihak lain mungkin akan sampai di tempat itu sebentar lagi.
Mikihiko menunjukkan ekspresi tergesa-gesa. Terangnya cahaya menandakan para penyidik sedang mendekat, menjadi peringatan jelas bagi mereka untuk segera pergi tanpa terlihat oleh para penyidik.
“Kau tidak punya persetujuan resmi dari Pertemuan Klan, ‘kan?”
Walaupun mereka bukan bagian dari tim penyidik yang dipimpin Keluarga Saegusa, mereka tidak melakukan apa-apa yang pantas untuk dijatuhi hukuman.
Tapi tetap saja, kalau bisa, akan lebih baik jika tim investigasi Keluarga Saegusa dan Keluarga Juumonji tidak sadar kalau mereka telah melakukan pertarungan dalam yurisdiksi mereka. Hal itu membuktikan kalau akan merepotkan jika mereka membuat masalah pada sang mantan Ketua OSIS.
Selagi mereka berdua masih memikirkan hal itu, Tatsuya sedang bersiap-siap untuk pergi tanpa memerdulikan sekitarnya.
“Erika, butuh tumpangan?”
Sekali lagi menaiki sepeda motornya, Tatsuya bertanya dengan suara keras.
“Tentu, terima kasih.”
Yang dimana Erika naik ke kursi belakang dan melingkarkan lengannya pada pinggang Tatsuya.
“Tatsuya, bagaimana denganku?”
“Maaf, kelebihan kapasitas.”
Menanggapi pertanyaan Mikihiko yang sedang gelisah, Tatsuya menyalakan mesin sepeda motornya.
“Kau akan tertilang karena berkendara tanpa helm!”
Mendengar teriakan dari belakangnya yang bercampur dengan rasa frustasi (dan rasa tidak ingin kalah yang besar), Tatsuya mempercepat laju sepeda motornya. (Ngomong-ngomong, tilang untuk tidak mengenakan helm sudah tidak ada di abad 21. Sebaliknya, pengendaranya dapat dikenai tuntutan pembunuhan dengan kendaraan tergantung pada tingkat luka penumpang.)
Setelah kehilangan jaketnya dan ditinggal, Mikihiko hanya bisa berdiri bengong untuk sesaat.
◊ ◊ ◊
Setelah kembali ke markas mobilnya yang disamarkan sebagai van perusahaan berita, Angie Sirius, atau wujud Lina saat ini, memberikan perintah untuk mundur bahkan sebelum dia duduk.
Tidak ada yang mempertanyakan perintahnya karena hal itu sudah jelas. Saat dia duduk, markas mobil itu mulai bergerak. Tapi tetap saja, kendaraan tersebut dipenuhi dengan kebingungan, suasananya hampir seperti ‘aku ingin bertanya tapi aku terlalu takut’. Rambutnya yang kacau dan sepatu botnya yang kotor karena kilatan-kilatannya dengan jelas mengatakan kalau dia ‘mundur’. Namun, kata ‘mundur’ tidak cocok dengan Komandan Stars, ‘Sirius’.
“Mayor.”
Bagian dalam mobil tersebut memiliki ketinggian langit-langit yang tinggi, walau begitu, dua anggota yang lain masih membungkuk di depan Lina.
“Kami minta maaf yang sebesar-besarnya.”
Alasan mereka berdua meminta maaf adalah karena mereka merasa tertinggal dalam pengejaran itu. Lina berhadapan dengan Vampire itu seorang diri karena dua rekannya tidak bisa menyamai kecepatannya.
“Jangan khawatir. Walaupun ada pihak ketiga yang menganggu, akulah yang bertanggung jawab karena membiarkan target melarikan diri.”
“….Terima kasih banyak.”
“Mengenai itu, kita berhasil menjatuhi hukuman pada Sersan Sullivan, jadi kita tidak bisa mengatakan kalau ini sepenuhnya gagal. Apa kita sudah berhasil memperoleh mayat Sersan Sullivan?”
“Perolehan berhasil.”
“Jadi begitu?”
Mendengar suara dari belakang mereka berdua, Lina sedikit santai dan mengangguk.
“Segera lakukan otopsi pada mayat Sersan. Dan juga, apa kau bisa mengetahui indentitas orang yang sedang kukejar?”
Namun, dia segera mengembalikan ekspresinya sebelumnya dan menanyakan pertanyaan selanjutnya.
“Maafkan saya. Walaupun kami berhasil merekam tanda gelombang Psion-nya, mash belum ada kecocokan pada database kami.”
“Jadi dia bukan pengkhianat…. Atau kalau tidak, tanda gelombang Psion itu mungkin telah dirubah.”
“Aku khawatir kalau memang seperti itu keadaannya.”
“Aku mengerti. Lanjutkan pengejaran berdasarkan tanda gelombang Psion yang terekam itu.”
“Baik, Bu.”
Mendengar jawaban ini, Lina meminta mereka berdua yang didepannya untuk kembali ke kursi mereka dan bersandar di kursinya.
Lina menekan tangannya pada bahu kanannya dan menggunakan Sihir Tipe Penyembuhan pada dirinya sendriri. Untungnya, dia dapat mempertahankan ekspresi tenangnya didepan bawahannya berkat penyamarannya, tapi dia telah menembakkan pistol saat tulang selangkanya retak, yang menimbulkan patah tulang yang menyakitkan sampai-sampai hampir membuatnya meneteskan air mata.
(Bagaimana mungkin aku tidak pernah tahu Erika sekuat ini!? Dan Tatsuya menggunakan semacam kemampuan misterius untuk menghentikan teknikku…. Apa yang terjadi dengan siswa SMA sihir Jepang saat ini!?)
Benar-benar mengabaikan usianya, Lina mengeluh pahit dalam pikirannya.
◊ ◊ ◊
“Huh? Dari Oba-sama?”
Setelah melirik ke arah kakaknya, yang meninggalkan rumah dengan tergesa-gesa setelah melihat terminal informasi dari sakunya dan kembali tanpa penjelasan, Miyuki tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya.
Segera setelah pertanyaan itu ditanyakan, dia tersipu malu setelah menyadari sikap tidak pantasnya.
Tetap saja, Tatsuya merasa kalau pertanyaannya adalah hal yang normal, jadi dia tidak akan menegur adiknya hanya karena hal-hal kecil.
“Ada sesuatu yang ingin kubicarakan dengan Oba-ue.”
Dengan kata lain, bisakah kau memanggilnya untukku, itulah permintaan Tatsuya pada Miyuki.
Mayoritas dari pekerja Keluarga Yotsuba tahu kalau Tatsuya adalah keponakan Maya. Di saat yang sama, mereka juga tahu kalau Tatsuya bukanlah apa-apa selain alat. Kecuali, hanya beberapa golongan yang memiliki akses akan informasi kalau dia digunakan sebagai senjata. Mengenai hal itu, bahkan jika Tatsuya menghubungi bibinya via telepon, panggilannya pasti akan dibatasi.
Dengan kata lain, lupakan Tatsuya, bahkan Miyuki pun tidak tahu nomor telepon langsung bibinya. Kontrol informasi dalam Keluarga Yotsuba berkali-kali lebih intens dibandingkan pemerintah, dan itu tidak terdengar berlebihan oleh mereka yang tahu kebenarannya.
“Apapun yang Onii-sama katakan………. Bisa tolong tunggu sebentar?”
“Ah… Aku akan ganti baju lebih dulu.”
Walaupun mereka berhubungan darah, mereka tidak mengenakan pakaian santai, dan tidak mungkin bagi mereka untuk mematikan layarnya saat berkomunikasi. Begitulah bibinya (dan anggota keluarga yang lain).
“Saya minta maaf menghubungi Anda selarut ini.”
“Tidak apa-apa. Dibanding itu, jarang sekali Miyuki menghubungiku dengan telepon.”
Seperti biasa, Maya tampil di layar video callnya dengan penampilan normalnya, kecantikan awet muda dan senyuman misterius. Hayama berdiri disampingnya, mengenakan three piece suit[3]. Selagi Tatsuya memikirkan keanehan melihat Hayama ikut menghadiri panggilan keluarga ini, Tatsuya juga berdiri disamping Miyuki dengan jas hitam, jadi mereka hampir sama.
Setelah mendengar sapaan yang memiliki agitasi didalamnya, Miyuki menggunakan nada objektif, pekerjaan yang pasti baginya, untuk menyampaikan pesan Tatsuya.
“Tatsuya juga? Ini adalah kejadian yang langka.”
Memilih untuk melupakan setiap upayanya menyembunyikan ketertarikannya, Maya memperbolehkan Tatsuya untuk berbicara.
“Oba-ue, ada satu hal yang ingin saya tanyakan dan yang satunya lagi ingin saya minta.”
“Lanjutkan.”
Maya mengangguk, dengan suasana hati yang baik. Yah, setidaknya begitulah penampilannya.
“Kalau begitu, perbolehkan saya untuk langsung saja….. Oba-ue, bisakah anda beritahu kepada saya bagamana cara kerja Sihir Pertahanan Keluarga Kudou ‘Parade’?”
Disamping Tatsuya, Miyuki mengeluarkan sebuah suara kecil selagi wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut.
Di layar, Hayama mengangkat satu alisnya secara signifikan.
Tidak bisa menyembunyikan ekspresinya, Maya tertawa terbahak-bahak.
“Ayolah….. Tatsuya, ‘Parade’ adalah salah satu rahasia paling terjaga Keluarga Kudou. Apa menurutmu aku akan tahu rahasia seperti itu?”
Di tengah-tengah tawanya, Maya memberikan pertanyaan balik.
“Oba-ue pernah belajar langsung dari Tetua Kudou. Bahkan jika anda tidak tahu Rangkaian Sihirnya, saya yakin anda setidaknya tahu luar dalamnya, bukan?”
Setelah menetapkan kalau ‘Dia tidak akan bisa menghentikannya’, Tatsuya terus menekan dengan pertanyaannya.
“Sihir Pertahanan ‘Parade’ menggunakan Data Fortification pada Eidos sendiri dan menulis ulang atau merubah penampilan penggunanya. Lebih jelasnya, itu adalah Rangkaian Sihir yang menggunakan sebuah penampilan berbeda atau topeng palsu pada Eidos dan menciptakan penampilan palsu, menggunakan penampilan baru ini untuk menyembunyikan identitas aslinya dari efek sihir, benar bukan?”
Tidak hanya mendorongnya, dia juga memberikan hipotesisnya sendiri.
“…..Sihir ‘Perubahan’ bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dalam dunia nyata, tapi aku rasa kau sudah menyadarinya, bukan?”
Maya merespon langsung atas hipotesis Tatsuya. Hanya dengan itu saja sudah jelas memastikan kebenaran perkataannya, tapi ini masih belum cukup bagi Tatsuya.
“Daripada menggunakan ‘Perubahan’, hanya dengan pengaturan visual menggunakan Light Refraction Magic sudah cukup. Masalahnya adalah Light Refraction Magic tidak bisa lepas dari ‘mata’ saya, maka disitulah letak masalahnya.”
“Onii-sama, itu…….”
Orang yang merespon secara verbal selagi terlihat terkejut adalah Miyuki.
“Aku tidak percaya kalau ada musuh yang tidak bisa diidentifikasi oleh Onii-sama……..”
“Bukan hanya itu, mereka juga tidak bisa terkena Mist Dispersal.”
Miyuki bengong, dengan wajah pucat.
Seolah-olah dipukul, Maya mengerutkan alisnya seketika di sisi lain layar itu.
Walaupun dia segera mengembalikan senyumannya, jawabannya tidak menyelesaikan permasalahan dalam pembicaraan ini.
“Kalau Mist Dispersal tidak bisa, maka Trident seharusnya bisa.”
“Apa Parade dapat berjalan sendiri?”
Tatsuya sekali lagi menanyakan pertanyaan baru, terhadap saran Maya. Tapi, respon Maya benar-benar tidak berhubungan dengan topik.
“Seingatku, kalau tentang Parade, adik Sensei lebih terbiasa menggunakan Parade ketimbang Sensei sendiri.”
“Terima kasih banyak. Oba-ue, tampaknya saya tidak akan bisa mengatasi masalah ini seorang diri. Saat ini, saya secara resmi meminta bantuan.”
“Apa itu permintaan yang kau ingin aku kabulkan?”
Di layar, seorang bibi dan keponakan sedang menatap mata satu sama lain.
“…..Baiklah kalau begitu. Memang benar semuanya telah berkembang jauh dari perkiraan kita. Kuperbolehkan kau untuk menghubungi Mayor Kazama.”
Tatsuya menunduk dan keluar dari layar video.


[1] Pelayan publik dari Biro Onmyo pada sistem ritsuryo Jepang kuno yang ahli dalam menggunakan sihir dan meramal. Onmyoji memiliki tugas-tugas seperti mencatat kalender, tugas mistis seperti pengusiran roh dan pelindungan dari roh jahat.
[2] Seorang wanita berkulit hitam dan berwajah mengerikan yang merupakan istri Dewa Siwa; berlumuran darah dan berkalungkan tengkorak serta ular; merupakan lambang kematian.
[3] Jas, Rompi Jas, Kemeja