ALASAN KENAPA AKU DAN ARISU KALAH
(Translator : SF; Editor: keiha23)


Aku menatap Arisu dengan ekspresi bodoh.
Kenapa dia tidak bisa melarikan diri tepat waktu? Apa yang harus kita lakukan selanjutnya ‒pikirku.
"Ini bukan kesalahan Kazu-senpai."
Arisu menggelengkan kepalanya, berusaha menghiburku yang sedang menegang. Saat dia menggunakan sihir untuk menyembuhkan luka di sekitar rusuknya, dia menggunakan tangan satunya untuk menggaruk bagian belakang kepalanya. Bahkan jika dia menggunakan sihir sekarang, begitu dia meninggalkan ruangan ini, semua lukanya akan terbuka kembali. Tapi dia masih menggunakan sihir, itu berarti rasa sakit dari luka itu pastilah tak tertahankan untuknya.
"Ketika aku memikirkan bahwa kita baru saja meninggalkan Shiki-senpai seperti itu, bagaimana jika terjadi sesuatu ... jadi kakiku berhenti bergerak."
Pemikiran seperti itu tidak logis ‒Otakku yang tak berperasaan berpikir seperti itu. Shiki Yukariko bahkan bukan teman Arisu, dia cuma kebetulan berada di gedung yang sama.
Sebelum ini, mereka mungkin belum pernah berbicara sebelumnya?
Arisu seharusnya tidak berkewajiban untuk menyelamatkannya?
Bagiku itu sama saja. Dia pernah meninggalkanku dalam keterpurukan, meskipun dia tahu aku menjadi korban bully di kelas, tapi dia pura-pura tidak melihatnya.
Apa yang salah dengan meninggalkan orang seperti itu? itu hanya karma yang pantas dia dapatkan, bukan? Sekarang musuh yang tak terkalahkan telah muncul di hadapan kami, segera melarikan diri adalah pilihan yang paling tepat.
Seharusnya, kita hanya bisa memilih untuk melarikan diri.
Tidak.
Tiba-tiba aku sadar, aku harus berada di posisinya dan berpikir.

Dari pandangan Arisu, Shiki Yukariko adalah teman sekelasku. Arisu mungkin berpikir bahwa dia adalah temanku, atau seseorang yang penting bagiku.
Aku selalu menyembunyikan perasaanku terhadap Shiki dari Arisu, dan ini adalah akibat diriku yang mencoba mempertahankan image bagus di depan Arisu.
Aku tidak ingin membiarkan Arisu tahu tentang hatiku yang busuk. Aku tidak ingin dia tahu betapa menyedihkannya aku.
Pada akhirnya, Arisu ...
Dia hanya sedikit ragu-ragu. Dan seketikahal itu mengubah nasibnya.
"Ini adalah kesalahanku."
Kata Arisu sambil menertawakan dirinya sendiri.
"Waktu itu aku pikir ... Paling tidak aku bisa menyelamatkan 1 orang. Tapi ... sebelum menyelamatkan Tamaki, aku tidak boleh mati."
"Tamaki-san ... bersembunyi di lantai 3. Dia baik-baik saja. Seharusnya dia sudah menutup pintu lagi, dan bersembunyi di dalam. "
"Aku mengerti ... Itu bagus, sekarang aku merasa lega.
Arisu tertawa dengan "hehe".
"Lega ... apa maksudmu?"
"Ah, benar, benar. Maaf, Kazu-senpai ... aku akan meninggalkan Tamaki untukmu, tolong selamatkan dia. Ini adalah ... keinginan terakhirku."
"Apa maksudmu keinginan terakhir ... Apa yang sedang terjadi!"
"Aku merasa bahwa aku sudah tidak dapat diselamatkan lagi. Aku telah mengalahkan semua orc biasa yang tersisa, tapi sekarang pemimpin orc menghalangi pintu ... Dengan keadaanku yang terluka, tidak mungkin aku bisa melarikan diri."
Bagaimana kau masih bisa tersenyum? Aku menggigit bibirku dengan kuat.
Kenapa kau menatapku dengan tatapan malu? Aku mencengkeram tinjuku erat-erat.
Kau akan mati. Dan pasti akan menjadi cara terburuk dan paling menyakitkan bagi seorang gadis untuk mati.
"Maaf, Kazu-senpai. Alasan kenapa senpai berbagi experience point denganku, adalah karena Senpai merasa aku bisa membantu, bukan?"
"Ah..... iya."
"Pada akhirnya aku tidak banyak membantu, dan hanya mengambil experience point Kazu-senpai tanpa ada artinya."
Tidak ada hal seperti itu, bagaimana mungkin Kau tidak banyak membantu. Bertarung bersamamu bukanlah pemborosan experience sama sekai.
Dan, yang terpenting adalah ...
Aku berjalan menuju Arisu, dan memeluk erat tubuhnya yang ramping tanpa memedulikan apapun.
"Jangan mengatakan hal seperti itu"
"Tapi"
Saat ini, saat aku tahu bahwa aku akan kehilangan dia.
Aku merasakan sakit di dadaku, rasa sakit seakan mencabik-cabik diriku.
Aku merasakan perasaan kuat yang meluap dari hatiku. Aku ingin memeluknya. Aku punya keinginan, memeluknya dengan erat, membuatnya menjadi milikku. Tapi dia akan menghilang ke tempat yang tak pernah bisa aku raih, membuatku merasa putus asa.
"Sangat menyakitkan."
Arisu menolak dengan lemah.
Aku meletakkan wajahku di pipi Arisu.
Wajahnya basah, air mata yang keluar telah membasahi pipinya.
"Aku tidak mau."
Bisik Arisu.
"Aku tidak mau mati. Aku tidak mau dilecehkan makhluk semacam itu dan kemudian dibunuh."
Dia berkata dengan terengah-engah.
"Aku sangat bodoh. Kazu-senpai telah menemukan Tamaki untukku, tapi aku ... Apa yang telah aku lakukan."
Aku tidak bisa mengatakan apa-apa, hanya bisa memeluk Arisu erat-erat.
"Aku ingin seperti ini selamanya, Kazu-senpai, akhirnya, memelukku seperti ini. Tapi kita akan terpisah, aku tidak mau itu."
"Arisu, kau ..."
Aku menggerakkan tubuhku sedikit ke belakang, dan menatap Arisu. Wajahnya tertutup air mata, terlihat sangat mengerikan. Gadis yang tampak mengerikan ini membuka bibirnya, dan dengan ringan berkata, "Aku mencintaimu".
Aku menempelkan bibirku ke bibir merah jambunya. Kami berciuman dengan sangat payah, gigi kami bahkan saling mengetuk.

Tapi, Arisu dengan putus asa mengisap bibirku. Lidah kami saling membelit, dan air liur kami bercampur. Kami lupa bahwa kami saling mengisap bibir masing-masing. Menahan nafas kami, terus berciuman, sampai mencapai batas.
Ini mungkin seperti efek jembatan gantung. Berada dalam situasi yang intens untuk jangka waktu yang lama, dan satu-satunya orang yang dapat diandalkannya adalah aku, dan ini juga sama untukku. Tidak peduli apakah itu di dalam dunia lain, ataupun orc, situasi dimana seseorang bisa menjadi gila, itu semua karena dia, karena dialah aku bisa tetap waras.

Tak peduli apapun. Sekarang aku sangat menginginkannya.
Bahkan jika itu adalah dorongan hati, pengakuannya yang penuh gairah itu tidak akan berkurang nilainya.
Bibir kami berpisah, dan masih ada untaian air liur di antara kami.
Aku menatap Arisu yang tersipu. Gadis di depanku ini, menangis sampai matanya bengkak dan terluka dimana-mana.
Aku telah memutuskan.
Aku membulatkan tekadku, aku ingin melindungi nya, aku harus melindunginya sampai detik terakhir. Risikonya bukan masalah. Aku yang sekarang, telah menemukan target yang inginkulindungi.
"Arisu."
"I..iya!"
"Aku akan melindungimu"
Arisu tercengang menatapku.
Tingkahnya yang terlihat salah tingkah ini sangat menggemaskan, aku tidak bisa menahan detak jantungku yang berdetak sangat kencang.
Aku ingin memeluknya lagi, tapi, tidak perlu melakukannya sekarang. Setelah aku berhasil menyelamatkannya, aku bisa memeluknya sampai puas.
"Aku telah memutuskan, aku akan pergi menyelamatkanmu. Jadi kau harus menang untukku."
"Huh~ apa .. apa?"
"Sekarang aku akan mulai memikirkan sebuah strategi. Aku tahu metode yang kupikir akan menjadi konyol, tapi meski begitu, Kau tetap harus menang."
"......Hah."
"Jika kau kalah, maka Kau dan Aku akan mati bersama."
"Bagaimana mungkin! Tidak mungkin aku menyeret Kazu-senpai kedalam ini... 
"Jika kau tidak menginginkan itu, maka dengarkan perintahku dan lakukan, kemudian dapatkan kemenangan."
Arisu menatapku tanpa berkedip, tapi itu hanya untuk waktu yang singkat. Dia dengan cepat menunjukkan ekspresi curiga, seolah mengatakan “Apa-apaan yang orang ini katakan".
Dia cemberut dengan "Mu―
Akhirnya, dia menyadari bahwa ekspresiku serius, dan menghela napas.
"Ini semua salahku, Kazu-senpai tidak perlu membersihkan kekacauan yang telah kubuat."
"Tentu saja perlu, karena aku menyukaimu."
"Ah~ Hmm, itu~"
Arisu tersipu, dan menatapku dengan mata besarnya ...
Lalu, dia tersenyum ragu.
"...Baiklah."
"Tidak ada cara untuk mengendalikan perasaan rasa suka seseorang. Aku menginginkanmu, dan aku tidak ingin menyerahkanmu kepada para orc, kepada makhluk seperti itu. Jadi aku telah memutuskannya sekarang, bahwa aku akan mempertaruhkan hidupku sendiri. Apa pendapatmu tentang itu!"
"Memengapa senpai sangat marah karena malu! Tolong tenanglah!"
"Gadis yang kusukai akan dilecehkan, siapa yang bisa tenang!"
"Wah, tolong jangan ucapkan kata-kata seperti itu keras-keras!"
Arisu menari-nari panik. Hahaha, itu sangat konyol. Hanya ada kami berdua di sini.
"Sejujurnya, aku ingin ‘menindihmu’ di sini."
"Wah, wah ah."
"Tapi aku tidak akan melakukan itu, melakukan hal itu tidak akan memuaskan bahkan tidak sampai 0,001%. Aku akan menjaga perasaan tidak puas ini untuk pergi dan menyelamatkanmu."
"... Entah mengapa ini tidak terasa romantis."
Arisu memutar matanya ke arahku. Arisu yang menggunakan pandangan seperti itu menatapku, sangat menggemaskan.
"Kau tidak mau ‘ditindih’ olehku?"
"Bukannya aku tidak mau, tapi tolong perhatikan kata-katamu!"
Arisu mulai berteriak seperti dirinya yang biasa, dan kemudian dia menyadari makna tersembunyi di balik kata-katanya. Dan kemudian dia mulai berteriak "Ah", dengan antusias.
"Ehh,, ini, ii..ituu, ah~"
“Bagaimanapun, aku akan pergi menyelamatkanmu! Jadi sebelum aku sampai di sana, kamu harus bertahan! Paham?"
"Ah‒ baiklah, aku mengerti ... aku akan melakukan yang terbaik. Tapi jujur saja, itu sulit. "
"Biarkan aku memikirkan sebuah metode."
Arisu menunjukan ekspresi jengkel.
Pada saat ini, aku tiba-tiba mengerti mengapa beberapa pelatih lebih fokus pada "kegigihan". Karena bila sudah tidak ada yang bisa kita lakukan, maka kita hanya bisa bergantung pada kegigihan.
Aku duduk di depan laptop dan berpikir. Apakah ada sebuah jalan keluar? Sekarang apa yang dapat aku lakukan? Apa saja kemungkinan yang bakal terjadi? Semua jawabannya ada di dalam komputer.
Kemampuan yang ada saat ini adalah ...
Kazuhisa: Level 5 Support Magic 2/ Summon Magic 2 Skill Points 4
Aku bisa meningkatkan semua skill yang ku miliki, jika aku ingin mendapatkan skill yang baru, aku juga bisa meningkatkannya ke Rank 2.
Meskipun begitu...
Orc berkulit perunggu itu‒ Orc yang elit, adalah musuh yang sangat berbeda dari orc manapun yang pernah kami temui. Tubuhnya sangat besar, dan memiliki kekuatan untuk menghancurkan tangga beserta penyangganya. Selain itu, dari caranya memblokade jalan Arisu, otaknya juga nampaknya juga lumayan.
Itu adalah lawan yang tidak bisa ditangani oleh arisu yag mempunyai Spear Skill Rank 3 .
Kenyataannya bahwa ketika Rank Skill Arisu meningkat, kemampuan tempurnya meningkat sangat pesat. Jika kamu mempertimbangkan ukuran orc itu, mungkin tingkat mereka tidak memiliki banyak perbedaan.
Hmm, paling tidak sekarang Puppet Golem berhasil menahannya sebentar, jadi kurasa seharusnya tidak sekuat itu sampai kami tidak bisa mengatasinya.
Masalah terbesar adalah, karena kami mengalami serangan mendadak, maka kami sama sekali tidak siap.
Masalah selanjutnya adalah, karena pertempuran terus-menerus, kemampuan kami berkurang sangat cepat. Terutama MP-kusudah hampir habis.
... Berapa banyak MP-ku yang telah pulih? Kami baru saja memeriksa ruang kelas di lantai dan lantai 2. Keseluruhannya memakan waktu sekitar 10 menit. Jadi, katakanlah, MP-ku mungkin sekitar 11 atau 12?
Sekarang tidak ada ruang untuk kesalahan. Hanya untuk berjaga-jaga, aku akan berasumsi jumlah MP ku adalah 11.
Jika aku memanggil satu Puppet Golem, maka MP tersisa 7.
Ya, parah. Sangat parah.
Aku bisa merasakan bahwa dua Puppet Golem yang ku panggil sebelumnya, sudah musnah oleh musuh. Karena hubungan kami terputus.
Satu-satunya familiar tersisa yang bisa kukendalikan adalah gagak. Tapi dalam situasi ini, akankah gagak bisa digunakan?
Mungkin hal itu bisa mengalihkan perhatian Orc elit itu selama beberapa detik. Dalam situasi seperti ini, hanya beberapa detik saja akan sangat berharga. Jika demikian, maka aku akan memerintahkan gagak untuk melakukan yang terbaik.
Selain itu ‒aku terus berpikir.
Skill mana yang harus aku Rank Up? Atau mungkin, Skill baru apa yang harus kudapatkan? Dalam kondisi seperti ini, aku tidak perlu pertimbangkan tentang masa depan. Bahkan jika itu adalah Skill yang tidak ada kesempatan untuk digunakan di masa depan, tidak masalah. Aku juga harus melindungi Arisu sampai batas ini.
Aku mulai memasukkan pertanyaan seputar Skill di laptop. Aku bisa merasakan tatapan Arisu di punggungku. Itu terasa seperti campuran antara harapan dan kegelisahan.
Diantaranya, termasuk perasaan " terlalu banyak meminta", dan harapan kecil "mungkin dia benar-benar bisa menemukan solusinya".
Aku merasakan tekanan yang luar biasa pada diri ku. Untuk mengurangi tekanan ini, aku hanya bisa terus mengajukan pertanyaan ...
Akhirnya‒
"Ketemu."
Aku mengucapkannya dengan ringan.
Aku menemukan kesempatan untuk bertahan hidup. Kesempatan yang sangat kecil.
Tapi, jika kami menggunakan metode ini ...
Mungkin kami bisa menang.
Mungkin Arisu dan aku bisa bertahan.
Aku berpaling ke arah Arisu, dan menjelaskan kepadanya rencana pertempuran.
"Semuanya didasarkan pada penggunaan waktu."
"Tapi, bagaimana jika kita gagal ..."
"Kalau kita gagal, kita berdua akan mati."
Arisu menelan ludahnya, dan mencengkeram tinjunya. Sekarang dia yang merasakan tekanannya.
"Aku takut."
"Aku lebih takut kehilangan dirimu, Arisu."
"I..iya"
"Kita harus memenangkan pertarungan ini."
"...iya!"
Itu benar, respon yang bagus. Arisu mengangguk kuat, dan karena itulah aku memilih skill-ku.
Aku menekan tombol konfirmasi yang menentukan takdir kami.
Aku dan Arisu kembali ke tempat asal kami pada waktu yang bersamaan.
... Medan perang dimana kami akan berjuang sampai akhir.
Kazuhisa: Level 5 Support Magic 2→3/ Summon Magic 2 Skill Points 4→1
Aku kembali ke belakang Pusat Pelatihan.
Hanya 1 detik sebelum aku hendak lari ke hutan.
Aku menengok ke belakang, dan melihat matahari terbenam melumuri seluruh bangunan dengan warna oranye. Sampai sekarang, aku masih khawatir para orc bisa mengejar, tapi sekarang aku tahu hal ini tidak akan terjadi.
Karena Arisu sudah membunuh semua orc biasa.
Karena dia telah menghentikan langkahnya, menghalangi bagian depan,dan melindungiku.
Gagak familiar terbang mendekat, dan mendarat di pundakku. Aku membawa satu-satunya makhluk yang bisa kupanggil dan berlari. Memutari Pusat Pelatihan, dan kembali ke pintu utama. Secepat mungkin. Aku berlari dengan segenap kekuatanku.
Physical Up
Aku menggunakan sihir lain untuk meningkatkan kecepatanku. Support magic-ku sekarang berada di Rank 3, secara teori kecepatanku harusnya sedikit lebih cepat sekarang.
Nah, sekecil apapun perbedaannya, itu sangat penting.
Aku berlari ke depan. Pergelangan kakiku yang terkilir terasa sangat sakit. Tapi, persetan dengan itu. Yang ingin aku lakukan hanyalah bergerak maju.
Saat ini, Arisu berjuang melawan lawan yang kuat sendirian. Dia melawan dinding keputusasaan yang tinggi dengan keberanian, dan pada saat yang sama menunggu bantuanku.
Aku ingin menyelamatkannya. Aku ingin memeluknya erat-erat sekali lagi.
Aku berdoa dengan tulus.
Tidak, jangan berdoa.
Kita harus menang.
Dengan menggunakan tangan ini, kaki ini, menggunakan semua Skill yang kami dapatkan, kekuatanku dan kekuatan Arisu .
Aku berbelok di tikungan, meski aku sedikit pusing, tapi aku mempertahankan kecepatan dan berlari.
Aku mendengar benturan pedang, itulah suara pertarungan sengit antara Arisu dan orc elit.
Dia bertarung, Arisu masih bekerja keras. Ini memberikanku keberanian tak terbatas.
Aku menggunakan semua kekuatan yang kumilki, dan berlari melewati tikungan.
Pintu utama yang terbuka akhirnya terlihat.
Aku menggunakan semua kekuatanku yang tersisa dan berlari menuju pintu.
Dan melihat ke dalam.
Arisu baru saja mengelak dari serangan kapak raksasa orc elit, kehilangan keseimbangannya. Pada keadaan ini, dia tidak bisa menghindari pukulan berikutnya.
"Arisu!"
Arisu yang berada di posisi dimana dia akan jatuh, berbalik dan menatapku, ekspresinya jelas menjadi lebih cerah.
Aku mengirim gagak itu ke arah mereka.
Aku memerintahkan gagak untuk menyerang wajah orc elit, meski hanya bisa menahannya, tapi itu bisa memberi kami beberapa detik waktu yang berharga.
Orc elit pun mengayunkan tangannya dengan kesal-kesal, dan mengejar gagak yang mengganggu pertarungan. Mayat gagak itu terpelanting ke samping, terhempas ke dinding.
Aku merasa hubungan kami terputus, pukulan dari orc elit telah mengalahkan gagak.
Tapi itu tidak masalah.
"Summon Puppet Golem"
Aku memanggil Puppet Golem dan mengirimkannya untuk menyerang orc elit. Ini juga pengalih perhatian. Aku berlari di belakang Puppet Golem, perlahan mendekati tubuh besar orc elit.Aura tekanan yang kuat membuatku ingin berhenti dan melarikan diri.
Dengan putus asa aku menahan ketakutanku, dan memusatkan penglihatanku pada Arisu yang telah jatuh ke lantai. Tatapanku bertemu dengan Arisu, dan ekpresi bahagia yangditunjukannya memenuhi hatiku dengan keberanian.
Saat ini, aku merasa bahwa bahkan jika aku berhadapan dengan 100 orc elit, aku tidak akan takut.
Puppet Golem dengan gagah berani menyerang orc elit, dan orc elit menggunakan dadanya untuk menghalangi serangan lemah dari tongkat Puppet Golem, dia sama sekali tidak gentar.
Bagaimanapun, aku tidak menggunakan sihir pendukung pada Puppet Golem itu, dan nampaknya hanya berdasarkan kekuatan asli dari Puppet Golem saja tidak cukup.
Tapi aku telah memutuskan untuk membiarkannya dikorbankan, jadi tidak ada pilihan ...
Berkat Puppet Golem, kita mendapatkan beberapa detik yang berharga.
Aku sampai di Arisu, dan meletakkan tanganku di bahunya yang lemah.
"Haste"
Tubuh Arisu mulai bersinar dalam cahaya keemasan. Dia terkejut, dan melihat ke tangan dan kakinya.
Dia ditutupi luka, dan bajunya compang-camping, roknya hampir habis, dan celana dalamnya sepenuhnya terlihat.
Tapi, sekarang tubuhnya penuh dengan tenaga. Kekuatan itu diberikan dariku padanya.
"Kau bisa melakukannya."
"Baiklah!"
Arisu mengangguk, dan berdiri dengan cepat. Pada saat ini, orc elit menggunakan kapak dan menebas kepala Puppet Golem, menghancurkannya sampai berkeping-keping.
Orc elit berkulit perunggu menuju ke arah kami. Dia menatap aku dan Arisu, menampakkan giginya yang buruk, sambil menyeringai.
Aku dan Arisu menatap makhluk itu, dan tersenyum dengan canggung.
"Pertama-tama bertarunglah seperti biasa , dan tunggu sinyal dariku, apa kau paham?"
"Baik!"
Tidak perlu ada diskusi mendetail, karena kami sudah melakukannya di ruangan putih.
Arisu memegang tombaknya, menendang tanah, dan bergegas menuju orc elit.
Orc elit berdiri tegak, menunggu Arisu. Dia mengangkat kapak raksasanya, mungkin berpikir untuk memberi Arisu sebuah serangan dari atas.
Orang ini tidak lagi memiliki niat untuk menodai Arisu. Untuk itu, aku memiliki banyak pemikiran tentang hal itu, di satu sisi aku merasa lega, tapi di sisi lain aku merasa sangat disayangkan, karena kurangnya persiapan kami...
Arisu adalah wanitaku, bagaimana aku bisa menyerahkannya kepada makhluk yang tubuhnya dipenuhi otot ini.
Orc elit tidak menghindari serangan dari tombak logam di tangan Arisu.
Tidak, seharusnya dia tidak bisa mengelak. Karena serangan Arisu jauh lebih cepat daripada perkiraan orc elit.
Itu adalah efek yang dibuat oleh sihirku.
Setelah aku menaikkan Support Magic ke Rank 3, aku mendapatkan sihir baru ―Haste. Tidak seperti Physical Up,Haste juga bisa membuat keseluruhan gerakan target bergerak lebih cepat, tidak hanya kecepatan serangan, bahkan kecepatan pergerakan pun akan lebih cepat.
Dan fakta bahwa Arisu menaikan Rank Spear Skill ke Rank 3, maka dia bisa menunjukkan serangan kuat yang mendekati Rank 4.
Tombak itu menusuk dalam ke dada orc elit, dan darah biru menyemprot.
Arisu dengan cepat meninggalkan sisi orc, dan menggunakan gerakan yang lebih gesit dari sekarang, dia menghindari serangan balik yang ganas dari orc elit.
Orc yang marah mengayunkan kapak raksasa dengan gerakan besar, mengejar Arisu. Tapi Arisu menggunakan gerakan yang tenang untuk mengelak, lalu menikam lagi. Kali ini darah biru orc itu menyembur dari bahu kirinya.
Bagus, ini bagus, semua berjalan dengan baik. Sampai sekarang semuanya sesuai dengan rencana.
Nah, ketika aku sedang menyelidiki Support Magic Rank 3, aku sudah tahu bahwa itu akan memiliki efek seperti itu.
Lalu masalahnya, meski dengan menggunakan Haste untuk membuat gerakan Arisu semakin cepat, kekuatan yang dimiliki Arisu saat ini masih belum cukup. Tingkat serangan ini, tidak cukup untuk memberikan pukulan fatal.
Sekarang Arisu sudah sangat lelah. Dia dipenuhi dengan luka dan perutnya masih berdarah. Luka ini menghilangkan kekuatannya setiap menit dan detik. Mungkin saja dia akan menjadi yang pertama jatuh pada akhirnya.
Tapi, aku tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi. Meski berupa orc elit, namun struktur tubuhnya masih sama dengan orc biasa.
Itulah sebabnya, kelemahan mereka pasti sama.
Itu adalah tenggorokan, selama kita menembus tenggorokannya, itu akan baik-baik saja.
Arisu sudah menggunakan taktik ini untuk mengalahkan banyak orc, maka dia juga harusnya tahu.
Tapi dia sengaja tidak menyerang kelemahannya. Jika strategi kita ditemukan oleh musuh, maka orc elit yang menggunakan serangan brutal untuk menang akan lebih waspada. Jika lawan memilih menggunakan taktik menunda, maka kita tidak akan memiliki kesempatan meraih kemenangan. Oleh karena itu, dia percaya pada ku, dan memusatkan serangannya ke perut , bahu dan kaki orc, menunggu instruksi dariku.
Perlahan, Arisu mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Karena dia terlalu lelah, kakinya sepertinya tidak lagi mendengarkannya. Orc elite tidak melewatkan kesempatan ini, dan mengayunkan kapaknya raksasa nya, dan Arisu berguling ke samping, nyaris tidak menghindarinya. Orc elit melangkah kuat di tanah, meskipun Arisu menggunakan tombak untuk membatasi pergerakan kakinya, tapi dia masih terlalu cepat dan mengabaikannya.
Sial, aku sebenarnya ingin menunjukkan kartu truf sekarang.
Tapi tidak. Jika aku menggunakan kartu truf sekarang, maka kami tidak akan lagi memiliki kesempatan untuk menang. Dari hasilnya, aku tidak akan bisa melindungi Arisu.
Itulah sebabnya sekarang aku harus bertahan, aku harus percaya pada Arisu. Kumohon, Arisu!
Aku tidak tahu apakah doaku akan dijawab, aku melihat Arisu menghindari serangan dari kapak raksasa itu, berguling, langsung membungkuk, dan berdiri.
Pertama arisu membuka jarak untuk menjauh, tapi orc elit masih mengejarnya.
Arisu menatapku.
Aku mengangguk, ini saatnya. Sekarang.
"Pergi!"
"Baiklah."
Arisu juga bergegas menuju orc elit. Di bawah bantuanHaste, gerakannya sangat tajam, seolah dia adalah anak panah.
Orc elit berhenti, dan mengayunkan kapak. Dari situasi ini, kepalanya akan terbelah oleh kapak raksasa itu. Tapi Arisu berlari maju tanpa rasa takut.
Orc elit memberi senyum jahat, seolah-olah kemenangan ada di tangannya.
Pada saat itu―
Reflection
Aku merapalkan sebuah sihir.
Semacam sihir yang tidak perlu untuk menyentuh target, sangat jarang dimiliki oleh Support Magic.
Ini adalah sihir yang hanya efektif untuk teman yang berada dekat dengan penggunanya.
Ini adalah Sihir yang aku pelajari setelah menaikkannya ke Rank 3. Efeknya adalah ...
Sepotong selaput warna pelangi muncul di hadapan Arisu.
Serangan dari orc elit mendarat di membran itu ...
Kekuatan serangan dipantulbalikkan sepenuhnya, orc elit berkekuatan mengejutkan itu terpukul mundur. Pada saat ini, dalam keadaan benar-benar tak berdaya.
Arisu tidak melewatkan kesempatan ini, bahkan jika kapak raksasa itu ada di dekatnya, dia tidak akan ragu. Dia percaya padaku, sampai saat terakhir.
Sekarang, gadis itu menggunakan sikap yang mengesankan dan menyerang dengan tombak.
Tombak logam menembus ke dalam tenggorokan orc elit.
Darah biru segar mengalir seperti air terjun.
Itu adalah serangan yang menggunakan semua kekuatannya. Ujung tombak menusuk tulang dan daging orc elit lalu menembus ke belakang leher. Sistem Skill-nya mungkin seperti di dalam Game, tapi apa yang terjadi tentu bukan sebuah Game. Tidak peduli manusia atau monster, mereka sama, selama mereka terluka parah, mereka akan mati.
Inilah kebenaran yang telah dibuktikan Arisu beberapa kali sampai sekarang.
Oleh karena itu, meskipun orc elit memiliki keuntungan yang luar biasa, namun di bawah pukulan ini, hidupnya berakhir.
Orc elit mengeluarkan raungan sekarat, dan tubuh besarnya roboh, perlahan lenyap.
"Ah."
Bisik Arisu.
"Level up…"
Detik berikutnya, Arisu dan aku dikirim ke ruangan putih.