CINTA SANG IBLIS
(Part 2)
(Translater : Fuu ; Editor : Qwerentz)

Bagian 2
Seorang gadis berdiri di pintu masuk ruang pertemuan OSIS.
Guren tidak sering melihatnya di kelas, tapi dia seharusnya adalah teman sekelasnya.
Seperti halnya Mito, ia adalah nona muda yang berasal dari keluarga terkenal.
Rambut pirang dikuncir dua, gadis yang dipanggil Sangu Aoi menunggunya.
Guren menatap pada Aoi dan berkata.
“Aku dipanggil oleh tuanmu.”
“Tolong tunggu sebentar.”
“Kureto tidak ada di ruang OSIS?”
“Silakan ke sebelah sini”
Aoi mulai berjalan.
Guren mengikuti. Aoi mengenakan seragam SMA 1 Shibuya. Roknya agak sedikit pendek. Kelihatannya dia tidak menyembunyikan satu pun senjata dibaliknya. Dilihat dari pembawaannya, dia pastinya punya kekuatan dan kemampuan yang hebat dalam dirinya. Berkesimpulan dari fakta bahwa dia tidak membawa senjata apa pun, Aoi mungkin bertarung memakai mantra sihir.
Soal kemampuan, dia mungkin setingkat dengan Mito dan Shigure. Bahkan jika dia menyerang, aku mungkin bisa membunuhnya tanpa luka sedikit pun.
Pikir Guren sembari bertanya pada Aoi.
“Kau ini sekelas denganku, kan? Apa menjadi pelayan Kureto memungkinkan kita untuk bolos?"
Guren jarang melihatnya. Sejak saat sekolah dimulai, Guren hanya melihatnya tiga kali.
Aoi menjawab.
“Karena aku benci aktivitas yang tidak berguna."
“Masuk kelas kau anggap tak berguna?  Yah, aku dengan sangat setuju, sih."
Aoi menjawab.
“Tidak, aku maksud pecakapan i--"
“Tidak berguna?”
“Tepat. Lagian kamu tidak tertarik kepadaku. Kamu juga tidak serius mengajakku bicara, kan? Intinya, kau hanyalah orang luar.”
Orang luar. Orang luar. Semua orang di sekolah ini adalah orang luar. Lalu mengapa Mito dan Goshi dengan bodohnya mau berbincang denganku?
Aoi melanjutkan.
“Aku juga tidak akan serius berbicara denganmu. Kalau begitu, pembicaraan macam apa yang harus kita bicarakan?”
Aoi melepaskan senyuman dingin, dan melanjutkan.
“Misal, hal konyol semacam .... ‘Akhir-akhir ini panas sekali, ya ....?’”
Guren tertawa.
“Benar juga, ya.”
“Maka tolong diamlah.”
“Oke."
“Kureto-sama saat ini berada di ruang bawah tanah gedung olahraga.
Hal itu memantik ingatan Guren. Belum lama, Guren dikurung di salah satu ruangan bawah tanah gedung itu dan menjalani interogasi kejam oleh Kureto.
“Sesi interogasi lainnya? Seberapa suka, sih, dia saat melihat orang-orang diinterogasi?”
“Karena itu adalah cara yang paling efektif.
“Jadi, dia ingin menginterogasiku lagi?”
“Tidak, ada orang lain yang sedang di interogasi sekarang.”
“Siapa?”
Aoi menoleh ke belakang dan berkata.
“Adik Hiiragi Mahiru-sama, Shinoa-sama.”
Aoi menyaksikan ekspresi wajah Guren.
Guren mempertahankan wajah datarnya. Ia sudah tahu kalau saat Aoi menoleh, ia akan mengatakan sesuatu yang provokatif.
Jadi, Guren tidak akan terpengaruh dengan mudah.
Akhirnya, tidak ada ekspresi yang mencolok.
“Siapa itu?”
Saat Guren bertanya, ponsel Aoi yang berada di saku roknya, mulai berdering. Ia menjawabnya.
“Halo. Ini Sanguu Aoi. Benarkah? Dimengerti."
Aoi mengakhiri panggilan dan mendongak.
“Ekspresi wajahmu telah diambil. Kelihatannya kamu tidak berbohong. Kau lolos tes.”
“Tes apa?”
“Tes untuk menentukan apakah kamu pernah berinteraksi dengan Hiiragi Shinoa.”
“Apa-apaan itu? Kenapa ada tes macam itu?”
“Selebihnya akan di jelaskan oleh Kureto-sama. Ikut aku ke ruang interogasi.”
Aoi lanjut berjalan.
Guren lanjut berpura-pura.
Dia berpura-pura tidak tahu Shinoa.
Berpura-pura tidak pernah bertemu Mahiru yang hilang.
Tapi di saat yang sama, Guren merasa harus bergerak lebih cepat. Karena sepertinya, kondisi yang ada mulai bergerak ke arah yang buruk, lebih cepat dari dugaannya.
Petunjuk tentang keberadaan Mahiru telah ditemukan. Shinoa telah di interogasi. Dengan kata lain, Kureto mempertimbangkan Mahiru sebagai penghianat.
Mahiru telah memberi tahu Shinoa.
Tentang Guren.
Tentang perasaannya.
Tentang rencananya saat ini.
Tentang dia yang menginginkan kekuatan untuk menjatuhkan Hiiragi.
Tentang bersekutu dengan Gereja Hyakuya untuk mengkhianati keluarga Hiiragi, sebelum akhirnya mengkhianati Gereja Hyakuya.
Ia mengungkapkannya semuanya pada Shinoa.
Shinoa mungkin diinterogasi atau bahkan dibunuh.
Atau dijadikan sandera.
Jika Shinoa mengakui yang sebenarnya, Guren akan dibunuh. Sampai sekarang, ketika Kureto menjalankan tes pada Guren, ini berindikasi fakta kalau Shinoa belum mengungkapkan apa pun. Namun, itu mungkin hanya masalah waktu.
Shinoa yang masih kecil akhirnya akan mengatakan kebenaran. Dia harus dibunuh sebelum hal itu terjadi. Membuat kematiannya bagaikan kecelakaan.
Bisakah aku melakukan hal itu?
Tidak, apakah itu pilihan yang benar?
“....”
Guren berpikir di saat ia berjalan melintasi koridor mengarah ke ruang interogasi.
Dia tidak bisa memprediksi apa yang mungkin terjadi selanjutnya. Hanya ada sedikit informasi. Yang ada di kepalanya hanyalah soal Mahiru.
Apakah dia telah mampu maju ke tahap di mana dia bahkan bisa mengorbankan adiknya?
Mengorbankan saudara satu-satunya yang dapat dia percayai, untuk terus melaju ke depan?
Tujuan Mahiru.
Tujuan Kureto.
Tujuan “Mikado no Oni”
Tujuan Gereja Hyakuya
Tentu saja, ini seutuhnya berbeda dibanding shogi. Terlalu banyak musuh. Demi saling mencapai tujuan, salah satu langkah pun bisa membunuhnya.
“Lalu, apa yang harus kulakukan?”
Meskipun berbisik sangat pelan bagi dirinya sendiri, Aoi menoleh.
“Barusan, apa yang kamu katakan?"
“Ah, aku mengeluh tentang suhu panas akhir-akhir ini.
“Begitulah. Katanya, jumlah hari dengan suhu panas  tahun ini, lebih banyak dari tahun sebelumnya.”
“Oh.”
“Yah, bagaimanapun itu tak penting."
Memang, bagaimanapun itu tak penting.
Dengan itu, Guren berhadapan dengan ruang interogasi di bawah tanah gedung olahraga.