PEMBUNUH DEWA DAN ORC 5
(Translater : Al Bathory; Editor : Hikari)

Sang Dewi mendeklarasikan.
Bahwa dia bisa memberikan kekuatan untuk menyelamatkan dunia.
Sang Dewi berharap.
Tolong selamatkan dunia.
Sang Dewi tersenyum.
Dunia akan terselamatkan.
Sang Dewi bertanya.
Apa yang kau inginkan?
.
Sang Pemberani [Brave] berkata.
Aku ingin tak terkalahkan.
Untuk tidak pernah kalah pada siapapun setiap saat.
.
Sang Penyihir Agung [Grand Magus] berkata.
Aku ingin kekuatan seperti dewa.
Energi sihir yang bahkan bisa membuat keajaiban.
.
Sang Peramal [SOrcerer] berkata.
Aku ingin sebuah mata yang bisa melihat masa depan.
Sebuah mata yang bisa mengubah masa depan yang tak masuk akal yang akan datang.
.
Sang Bijaksana [Sage] berkata.
Aku ingin menggunakan setiap sihir yang ada di dunia.
Aku ingin menjadi seseorang yang bisa menggunakan semua jenis sihir.
.
Sang Penjinak Monster [Monster Tamer] berkata.
Aku ingin teman.
Teman yang tidak akan pernah menkhianatiku dan selalu percaya padaku.
.
Sang Ahli Pedang [Swordman] berkata.
Aku ingin pedang.
Sebuah pedang yang bisa memotong setiap dan segalanya, bahkan takdir itu sendiri.
.
Si Prajurit [Warrior] berkata.
Aku ingin kekuatan untuk bertarung.
Yang memungkinkan menggunakan segala jenis senjata, aku ingin menjadi prajurit terhebat.
.
Sang Orang Suci [Saint] berkata.
Aku ingin kekuatan untuk mnyelamatkan yang lain.
Sebuah kekuatan yang bisa menyembuhkan semua luka. Aku ingin sebuah kekuatan yang lembut.
.
Sang Guru [Wiseman] berkata.
Aku ingin pengetahuan dan teknik.
Aku ingin membuat berbagai barang, sihir barang yang tidak ada di dunia ini, aku ingin pengetahuan dan teknik untuk membangunnya.
.
Sang Koki [Cook] berkata.
Aku ingin memasak makanan yang akan membawa senyum diwajah semua orang.
Aku tidak ingin kekuatan bertarung. Aku ingin makanan yang akan menyelamatkan hati orang-orang.
.
Sang Ksatria [Knight] berjata.
Aku ingin kekuatan untuk melindungi teman-temanku.
Kekuatan yang bahkan bisa melindungi dunia, aku inin menjadi pelindung terkuat.
.
Sang Penuntut Balas [Avenger] berkata.
Aku igin kekuatan.
Kekuatan sederhana yang bisa menaklukkan semua musuhku.

.Keinginanku, Yamada Renji, sangat sederhana.
Sebenarnya itu rumit, kejam dan keinginan yang tak bisa dipercaya yang bahkan membuat sang Dewi tertawa terbahak-bahak.
Itulah kenapa aku diberi, partner terkuat, Ermenhilde.
Yang mungkin adalah suatu rasa kasihan bagiku.
Aku, yang takkan pernah mungkin menjadi seorang Pahlawan [Hero], untuk hidup bersama banyak pahlawan, dia mungkin ingin memberiku sesuatu yang akan mendengarkan dan mengerti tentang diriku setiap saat.
“Renji-san!!”
Api hitam muncul. Hitam, gelap, api yang bisa dengan mudahnya menelan manusia.
Suara Nona Francesca menggema, mungkin dia khawatir padaku atau dia ingin aku melakukan sesuatu tentang ini.
Melepaskan pisau besi di tangan kananku, kumasukkan tangan kiriku ke sakuku. Yang kupegang adalah partner terkuatku, Ermenhilde.
Senjataku, partnerku, senjata yang kupercaya hanya ini.
[Tiga dari perjanjian telah dilepaskan.]
Dari tanganku yang menggenggam Ermenhilde, sebuah energi sihir berwarna hijau giok memancar keluar.
Tujuh Perjanjian yang mengikat kekuatan pembunuh dewaku [God Slaying Power]. Tujuh syarat untuk mengaktifkannya.
Metode Sang Dewi untuk memenuhi keinginan dari Yamada Renji yang benar-benar memutarbalikkan dan menyelamatkan.
Sebuah kekuatan yang tidak cocok untuk seorang Pahlawan terutama yang spesialisasinya membunuh dewa.
Dengan kata lain, ini adalah kekuatan yang tak bisa digunakan selain ketika sedang melawan Dewa.
Melawan monster biasa ini tak lebih dari senjata yang sedikit tajam.
Meskipun ini adalah kekuatan untuk mengalahkan Dewa Iblis, ini tak bisa memotong monster level rendah dengan baik.
“Itu sudah lebih dari cukup
Tapi, melawan seorang [Dewa] aku tidak serendah dengan Pembunuh Dewa lainnya.
Tiga sudah dilepaskan.
Mungkin itu adalah, [Untuk melindungi seseorang], [Keinginanku sendiri untuk bertarung] dan—[Bertarung melawan Dewa Iblis]. Itu mungkin kondisi yang sedang  terjadi sekarang ini.
Melawan seekor Orc saja, ini sudah lebih dari cukup.
Sebuah hembusan yang menjauhkan api hitam itu dengan hanya bayangan energi sihir muncul dari Ermenhilde..
Lebih jauh lagi, energi sihir itu membentuk sebuah pedang dengan warna yang sama.
Ini tak hanya sebuah permata yang indah yang berbentuk seperti itu. Ini adalah pedang yang bahkan dapat memotong Golem Mithril……..itu hanya jika terpengaruh oleh Dewa Iblis.
Melawan Golem Mithril biasa, ini mungkin akan hancur.
“Baiklah, sudah tiga bulan kan?”
[…Jangan katakan itu. Aku merasa akan menangis.]
3 bulan yang lalu kami bertarung melawan seekor Ogre di hutan pedesaan untuk menyelesaikan permintaan, perasaanku sesemangat saat itu.
Mata pedang ini berwarna hijau giok. Material penyusunnya tidak diketahui. Ini adalah pedang misterius yang kekuatannya berbeda tergantung pada berapa banyak perjanjian yang dilepas.
Pegangannya berwarna emas. Dibawah gagangnya ada sebongkah batu giok besar. Didalamnya, 7 permata kecil dengan warna berbeda berkumpul.
Dari 7 permata itu, 3 di antaranya bersinar sekarang.
“Renji…san?”
“Nnn”
Saat aku menoleh ke belakang, aku melihat Nona Francesca ditahan oleh seekor Orc.
Ekspresi keheranannya terlihat sangat lucu dan meskipun itu tidak sopan, aku jadi sedikit menertawakannya.
“Maaf. Aku membuatmu menghadapi sesuatu yang berbahaya.”
Saat kukatakan itu, Orc yang menahannya, melepaskannya dan lari memjauh dengan kecepatan penuh. (TL note ; pikirkan larinya kek anak kecli atau orang obesitas, Orc itu kegemukan makanya lambat)
Mungkin dia takut akan serangan yang hampir membungkusnya. Atau mungkin takut padaku.
Akhirnya aku hanya tersenyum kecil,. Meskipun, Orc yang normal lebih membahayakan daripada Orc hitam itu.
Menghadapinya lagi, aku mengambil pisau dengan warna yang sama yang terbuat dari energi sihir.
Tanpa meleset, pisau itu menghantam kepalanya seakan-akan pisau-pisau itu dihisapnya..
Aku meminta maaf dalam hati. Aku tidak ada alasan untuk membiarkannya pergi begitu saja. Di saat yang sama, sambil menggaruk kepala, aku menoleh kembali kepada gadis yang terjatuh pada pantatnya.
“Akan sangat membantu jka kau tidak terlalu terkejut.”
“A, eh…..ya”
[Tidak, itu mustahil. Kau adalah seorang Pahlawan, kau seperti ’idola’ bagi orang biasa yang tak bisa mereka raih.]
“Dari mana kau mempelajari kata-kata itu…..”
Itu pasti dia, si Penyihir pasien chuunibyou.
Aku menghela nafas. Aku mungkin akan komplain padanya suatu hari nanti.
Yah, ini sudah setahun sejak kami bertemu, dia pasti masih seenergik seperti biasa. Aku jadi memikirkan beberapa hal.
Dari ekspresi Nona Francesca, dia pasti sudah menyadari identitasku jadi aku tidak berusaha menyembunyikan perdebatanku dengan Ermenhilde.
Nama Renji memang langka tapi bukan berarti disini tak ada orang lain yang punya.
Tapi, Ermenhilde adalah nama yang terkenal. [Senjata Pembunuh Dewa]. Pedang Sang Dewi.
Yah, ini sebenarnya bukan pedang, dan tak ada alasan untuk mengoreksinya.
Ini adalah pedang yang mudah digunakan. Kulihat pedang giok dihadapnku. Dan benar in adalah bentuk yang biasa kugunakan.
“Aku tak tahu alasannya tapi kalau kau bisa menggunakan kekuatan Dewa Iblis maka bahkan aku pun bisa bertarung.”
Kenapa seekor Orc?
Kenapa ada di benua Imnesia?
Kenapa dia lahir di sebuah tempat terpencil?
Apa yang sebenarnya terjadi?
Apakah ada hubungnnya dengan kekalahan Dewa Iblis?
Ada terlalu banyak pertanyaan tapi aku ragu lawanku bisa menjawabnya.
Seperti yang kuduga, mengerti tentang bahasa Orc itu mustahil. Itulah kenapa—
“Matilah”
Aku ragu ia paham kata-kataku. Kuayunkan pedang giok suciku. Aku akan memberitahunya dengan aksiku.—Orc hitam, aku akan membunuhmu.
Memperlihatkan keinginanku dengan kata-kata dan gerakan, kututup jarak dengannya.
Saat Cheat di tubuhku mulai semakin kuat, aku berlari lebih cepat dari biasanya.
Dengan kekuatan penuhku, aku bisa bertarung pedang setara dengan Dewa Iblis, seekor Orc biasa yang menggunakan sihir takkan bisa bereaksi tepat waktu.
Ini adalah sebuah keajaiban bahwa dia bisa menghasilkan api Dewa Iblis di hadapanku.
Aku tak bisa membiarkannya. Mengayunkan pedangku, kupotong keempat jarinya.
Jemari yang terpotong tanpa perlawanan melayang ke berbagai arah.
Dan kemudian, dia menjerit. Teriakan babi menggema di dalam hutan yang telah terbungkus keheningan sejak pagi hingga sekarang.
Rasa sakit itu menyebabkan konsentrasinya hilang dan api Dewa Iblis berhamburan.
Mengernyitkan dahi karena teriakan yang keras, kugorok kerongkongannya sebagai lanjutan dari ayunan pedangku.
Itulah. Hanya dengan itu, ini berakhir. Teriakan berhenti dan Orc Hitam itu jatuh di lututnya. Darah muncrat mengotori jaketku. Cih, sial.
Dan, kemudian dia jatuh di kolam darahnya sendiri. Suara berat nan pelan *zuun* menandai akhir pertarungan.
Setelah ini, yang terakhir adalah mengurus Orc-Orc yang terjebak di dalam lubang jebakan.
Fuu, saat kuhembuskan nafas, pedang terkuat ini berubah kembali menjadi energi sihir hijau giok dan menghilang.
“Aku lelah. Rasanya aku bekerja keras untuk setengah tahun ini.”
[Kau hampir tidak melakukan apapun…]
Suara kekaguman terdengar sangat nyaman.
Seperti yang kupikirkan, ini lebih cocok untukku sata aku tak bertarung.
Mungkin dia merasakan pikiranku, Ermenhilde menarik nafas pelan.
“Ah, um.....”
“Ahoh benar.”
Kututupi wajahku dengan tangan kananku.
[Menyerahlah. Kau ingin melindungi seseorang kan? Itulah kenapa kau mendapatkanku, Sang Senjata Pembunuh Dewa.]
Ya.
Itulah Cheat, kekuatan pembunuh dewa [Power of God Slaying] yang kuinginkan.
Aku menginginkan sebuah Senjata Pembunuh Dewa.
Dan, aku ingin melindungi seseorang dengan senjata itu.
Itulah apa yang Yamada Renji inginkan dari Dewi Astrarea.
Untuk melindungi seseorang dengan Senjata Pembunuh Dewa.
Itu benar-benar sebuah keinginan yang memutarbalikkan, kejam dan sia-sia. Sebuah keinginan yang tak beralasan yang merupakan kontradiksi.
....Kenapa aku meminta sesuatu seperti itu? Jika aku bisa kembali ke masa lalu, aku akan memukul diriku sendiri.
Tidak, bukan begitu.
Aku hanya, telah dipengaruhi oleh para pemuda disekitarku.
Aku bisa mengatakannya sekarang jika aku mendapat kesempatan. Sebuah kekuatan yang bisa membuatku nyaman atau memberiku keberuntungan mutlak atau sesuatu yang seperti itu. Aku ingin kekuatan seperti itu.
Itulah mengapa, aku menghela napas.
Kata-kata yang bisa kuucakan dengan mudah, adalah implikasi yang amat rumit, pada saat aku menyadarinya, sudah terlambat bagiku untuk melakukan apapun.
Kita pulang?”
“Tiba-tiba sekali?! Um... para Orc?”
"Kita tak bisa membawa mereka meskipun sebagai mayat. Ayo kembali dan minta para penduduk desa untuk membantu."
Berat seekor Orc kira-kira 200kg. Kami tak bisa meski hanya membawa satu.
Kami harus membawa gerobak dari desa atau itu akan sangat sulit untuk membawa mereka kemari.
Tapi, tetap saja akan perlu beberapa perjalanan untuk menyelesaikan ini.
Jika kami meninggalkan mereka sebagai mayat, hewan buas lain akan datang setelah mereka jadi kami akan meninggalkan mereka didalam lubang.
“Ini waktu yang bagus untuk mengangkut. Dengan ini akan lebih mudah.”
“U, Um...”
Hahaha sembari tertawa keras kucoba untuk menjauh dengan bersemangat tapi dari belakangku sebuah suara takut-takut datang. (mau kabur sih.....)
[Akan lebih baik jika dia dikelabui dengan semangat, kan?]
“Jangan mengatakannya seakan itu tidak melibatkanmu, bodoh.”
[Siapa yang bodoh?!]
Aku melihat kearah langit.
Bagaimana aku mengelabuinya?
Tiba-tiba, pandanganku beralih ke mayat Orc hitam.
Seperti lumpur, itu menghilang di tanah dan meleleh.
Nona Francesca juga melihat ke arah apa yang kulihat.
“....A-apa itu, Orc hitam itu?”
“Siapa yang tahu? Mungkin itu mutasi, spesies baru, atau hibrid atau yang lainnya.”
Ataukah kembalinya Dewa Iblis? Ataukah dia memakan daging Dewa Iblis? Ataukah dia keturunan dari Dewa Iblis?
Aku tak punya ide bagaimana Dewa Iblis yang telah dikalahkan di benua iblis datang ke benua Imnesia.
[Kelihatannya itu akan berubah menjadi sesuatu yang bermasalah.]
“Jangan katakan itu dengan senang.”
[Jika Renji bekerja serius, maka sesuatu yang bermasalah adalah sesuatu yang menyenangkan untukku.]
“Kau itu ibuku ya?...”
Kata-kata filosofis apa yang coba dikatakan oleh medali ini?
Juga, aku bekerja keras! Tak apa-apa selama aku bisa mengisi setiap hari sambil menikmatinya..
Sembari menghela nafas, aku mulai berjalan ke arah desa.
Dan, Nona Francsca mulai menyusulku.
“Umm, Renji-sama?”
“Kau salah orang. Aku hanyalah seorang petualang, Nona Francesca.”
Menyangkalnya tiba-tiba, kuangkat bahuku.
Maksudku, seorang petualang yang membunuh seorang Dewa dan seorang bangsawan besar. Dialah orang dengan status tinggi kan?
[Fufu, Renji-sama, eh? Khukhukhu....]
Yeah, ini menyenagkan. Tertawalah sebanyak yang kau mau, ini tak cocok denganku, aku tahu sialan!”
Aku bukan seorang pahlawan..
Aku takkan pernah menjadi pehlawan.
Itu karena permintaanku adalah sebuah permintaan yang tak beralasan yang merupakan kontradiksi.
Cheatku, [Kekuatan Membunuh Dewa] hanya bekerja jika seseorang dalam bahaya.
Seseorang yang tak bisa bertarung tanpa menaruh kehidupan seseorang pada bahaya tak pernah bisa disebut seorang pahlawan.
Dan juga, tanpa memenuhi beberapa kondisi spesifik, kekuatan yang tak bisa digunakan sama sekali hanya bisa dianggap lemah.
Itulah kenapa aku lemah. Terlemah dari para Pembunuh Dewa lain.
Aku melihat ke arah langit dimana matahari sudah mulai bersinar.
[Seekor Orc dengan kekuatan Dewa Iblis eh?]
“Hal-hal bermasalah seharusnya hanya diberikan kepada protagonis.”
[Dan kau juga salah satunya.]
“Tidak mungkin.”
Aku menjentikkan medali, Ermenhilde, dengan jempolku.
Saat dia jatuh di tanganku, itu adalah ekor/bawah.
Aah.
“Aku benar-benar benci masalah.”
Sebuah keluhan keluar dari mulutku.
.
.
“Ngomong-omong, dengan siapa kau berbicara?”
“....Aku hanya bicara sendiri.”
“A-aku mengerti.”
[Seperti yang kukatakan, ini tidak mungkin, Yah, jika Renji tak apa deangan ini. Aku tak akan mengatakan apapun lagi.]
Seperti yang kukira ini akan sangat menyakitkan untuk menyebutnya dengan ‘bicara sendiri’.
Lagi, aku hanya bisa mendesah. (yang keras, yang halus, yang bergairah sekalian)
Inilah kenapa aku benci bertarung dengan monster. Hal yang tak terkira pasti terjadi.
....Yah. ini adalah salahku untuk menggunakan [Kekuatan Pembunuh Dewa], kurasa.
Ini adalah kebiasaan burukku untuk bergantung pada Ermenhilde setiap waktu aku terjepit.
.
.
.
TL Note : dibagian permintaan para pahlawan, kerasakah ada yang janggal, gak nyambung gitu? Antara pahalawan yang namanya begitu tapi kok permintaannya begini? Karena hal itu... saya minta maaf >/.\< saya cuma ngikutin apa yang ada di bacaan....
Sekali lagi maaf atas ‘ketidak nyambungan’ dari terjemahan ini -/.\-