PEMBUNUH DEWA DAN ORC (3)

Jadi sekarang, apa yang harus kulakukan?
Ada 12 orc didalam hutan. Dan salah satu dari mereka adalah jenis yang belum pernah kulihat sebelumnya.
Jika ini cerita yang menyenangkan, aku ingin yang lebih baik dari pada ini.
Sambil memiringkan gelas kayu yang berisi ale saat aku duduk didekat jendela bar, aku memikirkan beberapa hal.
Hanya sekarang, ketika aku melapor kepada kepala desa, dia menanyaiku apa yang bisa aku lakukan tentang ini.
Tapi kenapa? Aku hanya seorang petualang. Aku bukanlah seorang pahlawan besar atau protagonist pemberani yang bisa bertarung dengan beberapa monster sekaligus.
Itulah kenapa ku bertanya-tanya, apa yang harus kulakukan?
Ada bagian dari diriku yang ingin bekerja keras untuk imbalan.
[Kau hanya punya dua pilihan, melindungi atau meninggalkan desa ini.]
Itu benar, Aku tersenyum masam.
Yah, aku punya banyak pilihan bagaimana cara untuk melindungi mereka.
Jika aku beruntung, kita akan baik-baik saja sampai pasukan dari ibukota datang kemari.
Para orc mungkin akan pergi entah kemana.
Yang satu itu pintar. Dia mungkin sadar akan konsekuensi dari menunjukkan taringnya kepada manusia.
Membunuh ata dibunuh. Manusia dan monster. Pertarungan yang tak pernah berakhir. Jika mereka tidak menginginkannya, mereka mungkin tidak akan muncul dari hutan---
“Ah, aku akhirya menemukanmu.”
Ketika aku memikirkan beberapa hal, tuanku, Nona Francesca muncul dari pintu masuk bar.
Bibirku menjadi lebih lembut begitu mendengar suara indah yang tak seharusnya ada di bar.
“Oh, Nona Francesca, disini.”
Aku mengangkat tanganku, aku menghela kecil.
Mungkin dia datang karena aku tidak menghubunginya sejak aku kembali dari pencarianku.
Seperti yang kuduga, alcohol terasa tidak enak ketika kau membuat wajah kesakitan. Melihat wajah cantiknya, aku meneguk ale lagi. Yup, ini memang enak.
[kau pemabuk sialan.]
“ha--- tidak salah dengan itu.” (Renji)
“???” (Fran)
Nona Francesca yang duduk di bagian lain dari meja melihatku kebingungan ketika aku berbicara pada diriki sendiri.
Kelihatannya, mulutku menjadi tak terkendali ketika aku minum alcohol.
Mungkin ini kebiasaan burukku untuk mebalas Ermenhilde begitu keras.
“Renji-san, apa yang akan kita lakukan tentang mengalahkan orc?”
“Aaa, Seperti yang diduga tentang itu, eh?”
“Seperti yang diduga?... kita tidak membicarakan tentang masalah orc kemarin, kan?”
Oh benar.
Sementara kami berbincang, pelayan took datang untuk membawakan pesanannya.
Dia memesan jus buah dan aku juga meminta air sebagai pengganti ale.
Jika kami sedang membicarakan tentang pekerjaan maka, seperti yang kuduga, mabuk adalah cara yang buruk.
Juga, aku benar-benar ingin serius memikirkan ini. Ayo segera sadar.
“Ngomong-omong Nona Francesca, bagaimana dengan nyeri ototmu?”
“Uuu… sudah lebih baik sekarang.”
Saat aku menanyakan itu, dia mengelak kebelakang sebentar sebelum melihatku dan menjawab.
Ah, jadi masih sakit toh? Reaksinya sangat mudah dimengerti.
Kelihatannya wanita itu mamang pembohong. Menemukan ancanman lucunya, akhirnya aku tertawa sebentar.
Disaat yang sama, pipinya memerah dan dia menundukkan kepalanya.
[Apa menyenangkan membully yang lebih muda?]
Tentu saja, itu sangat menyenangkan.
Membully yang lebih muda iru benar-benar sesuatu bagi yang lebih tua.
Mengambil Ermenhilde keluar dari kantung, ku lempar dengan *ping*
“Sebenarnya Ini menjadi sedikit bermasalah jadi aku ragu apakah kita bisa menerima permintaan penduduk atau tidak.” (Renji)
“Kita tidak menerimanya?” (Fran)
Ketika medali itu mendarat di tanganku, muncul kepala.
“Sebenarnya Aku berpikir untuk menerimanya.” (Renji)
Disaat yang sama, aku meneguk air yang dibawakan oleh pelayan tadi.
Nona Francesca juga meminum jusnya.
“Tapi, ini akan cukup sulit dengan sebuah serangan langsung.” (Renji)
“Serangan langsung?”
“Ya, menyerbu mereka secara langsung, atau menyerang mereka dan membakar mereka langsung dengan sihir. Gaya menyerang seperti itu akan cukup sulit.”
Sambil bicara, aku minum air lagi.
Disaat yang sama, yang penting adalah dimana kita akan melakukan pertarungan.
Kita akan melawan 12 dari mereka. Akan lebih bagus jika kami berada ditempat yang kami tidak mungkin disudutkan.
Di hutan, akan bagus jika bisa memanfaatkan pepohonan disana, tapi para orc pasti sudah menyiapkan tempat itu untuk bertarung dengan baik.
“Bagaimanapun ini akan sangat berbahaya jika kita melawan 12 ekor dari mereka.” (Renji)
“…Apa?”
Nona Francesca melihatku seperti melihat sesuatau yang aneh.
Ini sedikit lucu.
“Kau bilang tadi, ada berapa banyak?” (Fran)
“Ada 12 dari mereka.” (Renji)
“-----“
Rahangnya jatuh(?) dan dia membeku seperti itu.
Dia membuat wajah bodoh yang pasti akan kuabadikan gambatnya jika aku punya ponsel atau kamera.
Yah, aku tak bersungguh-sungguh untuk melakukan yang seperti itu sih.
[Yah itu reaksi yang bagus]
Yeah, aku setuju.
Aku meneguk airku, akhirnya Nona Francesca kembali seperti semula lagi.
“…kenapa Renji-san tetap sangat santai?!” (Fran)
“Aku tidak benar-benar santai. Aku mengkhawatirkan tentang aa yang akan kulakukan sebisaku.” (Renji)
[bisa dibilang kau akhirnya menggunakan nya kan?]
Yah memang inilah yang dikatakan Ermenhilde.
Faktanya, reaksi Nona Francesca sekarang ini sangat cocok bagiku. Begitulah.
Aku hanyalah orang normal di masyarakat tepat tiga tahun lalu, bagaimana aku bisa berubah jadi begini?
Selain itu aku bisa saja terkejut seperti Nona Francesca pada hal kecil lain.
Tapi kemudian, aku berhenti terkejut akan segala hal.
12 orc? Dan satu dri mereka adalah jenis baru dan sangatlah pintar.
Tapi para iblis yang merupaka tipe yang lebih tinggi dari para monster, diantara mereka ada raja iblis, dan diantara keberadaan mereka yang membuat segenap jenis iblis, Sang Dewa Iblis!
Dibandingkan mereka, walaupun ke-12 orc itu menyusahkan dan menakutkan tapi itu bukanlah sesuatu yang membuatku panik.
Yang sangat berbahaya adalah keberadaan seperti orc hitam itu dan para monster melawanku ynag sendirian dan tidak berdaya.
Para Naga atau Para Vampir. Para Raksasa atau Para Zombi. Mereka adalah lawan yang tak bisa kukalahkan tanpa teman-temanku.
“Bahkan meski kau panik, apa yang kita punya sekarang ini tidak berubah.” (Renji)
Tapi tetap saja, 12 ekor itu…” (Fran)
“Yah, itu terlalu banyak.”
Aku tertawa.
Nona Francesca menatapku ku dengan bulu mata tertunduk.
“Aku punya rencana, karena itulah kenapa kita akan menaerima permintaan.”
Juga orc hitam itu. Aku ingin mengurusnya dengan harga lebih.
Aku tidak tahu kenapa  tapi ini memberiku perasaan yang buruk.
“…Apa yang akan Nona Francesca lakukan?”
“Aku?”
“Ya. Menangani ke-12nya akaan sangat sulit. Mungkin aku tidak bisa melindungimu sembari bertarung.”
Saat aku mengatakannya, ekspresinya menjadi terlihat seperti sadar dengan apa yang kumaksudkan.
Aku tidak bisa bertarung sambil melindungimu jadi kau akan melindungi dirimu sendiri.
Ini bukanlah sesuatu yang bisa kuperintahkan kepada petualang pemula, aku tertawa pahit dalam kepalaku.
Pekerjaan berbahaya ini umumnya diselesaikan oleh para petualang berpengalaman cukup setelah menghimpun beberapa orang dan di kondisi yang memungkinkan.
Ini bukanlah permintaan yang seharusnya ditangani oleh petualang pemula dan pembunuh dewa terlemah.
Itulah kenapa, aku benci bertarung.
Dipenuhi dengan keadaan yang tak bisa diperkirakan. Bayarannya sangt besar dan berbahaynya juga sangat besar.
Seperti yang kupikirkan, ini tidak cocok denganku.
“Aku akan menerimanya.” (Fran)
Sementara aku memikirkan beberapa hal, dia berbalik kearahku dengan tatapannya.
Mata hijau itu melihatku langsung di mata.
“Kasus ini adalah ujianku tapi…aku juga seorang petualang sekarang. Juga, ini adalah tugas dari seorang bangsawan untuk membantu penduduk.”
“sebuah kerelaan hatimu sangatlah luar biasa. Tapi kau akan mati kau tahu?”
Setelah aku berkata demikian, kedua mata itu berayun sedikit.
Yang kupikirkan, ketakutan akan kematian itu luar biasa.
Tugas para bangsawan dan semua yang serupa dengan itu. Manusia, semua yang hidup, takut akan kematian.
Aku juga sama. Tidak mungin gadis yang lebih muda dari pada aku tidak  takut.
Memikirkannya, gadis ini terlihat sangat kuat ketika ingin menyelamatkan orang-orang meski dia takut.
Meski juga aku melihat kembali tugasku sebagai pembunuh dewa.
[Kau terlihat berarti sekarang.] (sadisnya…)
Jangan bilang begitu.
Aku akhirnya hanya tersenyum masam kepada kata-kata partnerku.
Mungkin dia merasakan sesuatu padaku, Nona Francesca dengan ekspresi sedikit murung.
Ekspresi itu juga sangat imut. Sial, cantik itu sangat cantik bagaimanapun ekspresi yang mereka buat.
“Yah, aku akan mencoba membuat resiko sesedikit mungkin.” (Renji)
“Eh?”
“Aku tidak bisa membuat pemula melakukan sesuatu yang sulit. Maksudku terdengar keren jika aku bilang aku akan melindungimu.”
[Tidak, tidak apa-apa kau bilang begitu, kau kan pahlawan pembunuh dewa.”
Itu tidak mungkin, aku mengangkat bahuku.
Bagaimanapun itu bukanlah sifatku.
“Aku aka nada didepan dan kau akan membuat kekacauan dengan sihirmu dari belakang. Jika kita mencoba memikirkan taktik yang rumit, itu hanya akan menimbulkan nasib buruk. (Renji)
“Menyebabkan?...Eh?”
“Maksudku kau akhirnya hanya akan panic selama hal itu terjadi. Kau takutketika kau diserang oleh para goblin kan?”
Ketika aku bilang begitu, dia mengangguk sedikit sambil menyembunyikan wajahnya dengan gelas.
Dia terlihat seperti binatang kecil.
“Kali ini akan lebih menakutkan. Ada 12 orc. Yang lebih menakutkan daripada 5 goblin.”
Ku lempar Ermenhilde (medali) dengan jempolku.
Ketika berputar di udara, aku menangkapnya di tengah udara dan, kepala (atas)
“Kepala. Buat itu menjadi sesuatu.” (Renji)
“Tidak, kau harus mengatakan bahwa kau pasti akan membuat ini sukses…”
“Aku tidak mau ilang sesuatu seperti ‘pasti’. Aku tidak semenakjubkan itu.”
Aku tertawa dan kemudian menghela nafas.
Tapi akau tidak bisa membantunya.
‘Pasti’ Kata itu hanya bersama dengan para pahlawan protagonist. Tidaklah mungkin digunakan oleh penduduk C sepertiku.
“Medali itu.” (Frn)
“Hm?” (Renji)
Pandangan Nona Francesca berpindah ke Ermenhilde ditanganku.
“Apakah itu sesuatu yang berharga untukmu?” (Fran)
“Hm…”
Kuharap.
Aku selalu membawanya dan keberadaannya sangatlah kukenal.
Dia berharga tapi aku tak bisa menjelaskan secara sederhana hanya dengan beberapa kata-kata.
[….]
Juga, senjata bodoh Pembunuh Dewa ini tiba-tiba jadi lebih jinak sekarang. (emangnya hewan ya?)
“Ini adalah medali terkutuk. Jika kubiarkan pergi, aku akan mati.” (Renji)
“…apa itu benar-benar tidak apa-apa?” (Fran)
“Sungguh ini taka pa. aku taka pa-apa selama aku tak membiarkannya pergi kan?”
Sepertinya aku mebuatnya khawatir.
Sepertinya, bersenang-senang dengan gadis ini bisa jadi menyenagkan atau bermasalah atu juga malah menyulitkan.
[Tch]
Ngomong-omong, Ermenhilde mendecihkan lidahnya.
Menyenangkan menggodanya seperti ini, dalam pikiranku.

Para orc itu dan jenis orc hitam.
Yah, ada sebuah gunung yang penuh dengan masalah didepanku sekarang ini.
.
.
.
“Lalu sekarang, kupikir kita bisa memulai latihan khusus.” (Renji)
Saat ini kami sedang berada agak jauh dari desa dan jalan raya.
Disini tidak ada tanda-tandadari para goblin maupun monster lain.
Meski mungkin beberapa dari mereka akan muncul untuk melihat apa yang sedang kami lakukan.
“Meski kau bilang latihan khusus…. Aku hanya bisa bola api atau panah es atau sihir asar lainnya, kau tahu?” (Fran)
Saat dia berkata begitu, di menundukkan bahunya dalam perminntaan maaf.
Aku berharap itu adalah hal yang baik untuk murid dari akademi sihir tapi aku akan membiarkannya sekarang.
“Itu cukup. Aku ingin kau memikirkan hal yang lebih sederhana dari itu.” (Renji)
“Sederhana… benarkah?”
“Ya”
Aku menunjuk kea rah tanah.
“Galilah lubang.” (Renji)
“.…”
Dia melihatku dengan tatapan curiga.
Untuk beberapa alasan, para penyihir di dunia ini hanya bisa spesialisasi dari sihir serangan langsung atau sihir yang berbasiskan negeri.
Yang sebelumnya termasuk melepaskan sebuah nola api, panah es atau membuat petir jatuh yang kuat.
Dan yang terakhir termasuk membuat air atau mengendalikan es untuk digunakan, atau area gelap, dll.
Tapi untuk beberapa alasan mereka tidak menggunakan sihir yang melibatkan benda bergerak atau menggali lubang seperti ini.
Selama kami bertarung dengan monster, aku pernah melihat para penyihir dengan mudahnya meledakkan sarang musuh jadi mungkin mereka menemukan nya secara tak sengaja, kupikir.
Aku menemukan sesuatu yang mudah digunakan, sesuatu seperti lubang perangkap dan perangkapnya.
Bahkan sang [Penyihir Agung] yang bersama kami pertama kali menemukan sesuatu yang lebih baik tapi setelah menyadari manfaat dari lubang perangkap, dia mulai mendengarkanku.
Umumnya melibatkan khayalan, menkonfirmasi musuh, membuat bola api, membuatnya terbang menuju musuh, dan menubruknya.
Bahkan sihir dasar pun harus melalui 5 proses itu.
Tapi lubang perangkap pada dasarnya, melihat ke tanah, imajinasikan sebuah lubang padanya.
Hanya 2 proses yang dibutuhkan. Disini juga termasuk mengatur ukuran dan kedalaman dari lubang tapi tetap saja lebih singkat dari sihir biasa.
Makanya, aku memikirkan  Nona Francesca juga melakukan hal yang sama.
Ini akan membantu melindunginya sebaik mungkin.
“Sebuah lubang perangkap. Kau akan membuat para orc jatuh dan selesailah. Aku tidak mau membunuh mereka tapi mereka akan menjadi tidak mampu melakukan apapun.
“….”
Juga, sejak ini merupakan sihir, semua yang harus ia lakukan adalah membayangkan lubang tepat dibawah dimana orc brdiri.
Tidak perlu mencari masalah dengan memancing mereka sati per satu.
Akhirnya, kau bisa melakukan apapun pada mereka dengan apapun yang kau mau selama mereka ada di lubang. Kubur mereka, serang mereka dengan sihir, dll. Kerena mereka tidak mungkin menyerang balik.
Isi dari daging mereka akan jatuh karena serangan tapi ini adalah cara teraman untuk memburu mereka.
“Itu adalah rencana yang luar biasa.” (Fran)
Ketika aku menjelaskan, dia mulai memujiku.
Untuk beberapa alasan, para penyihir sangat suka dengan sihir yang cepat.
Aku tak punya bukti tapi kupikir setiap orang bisa menggunakan sihir yang cepat jika dia mau. Tidak bermaksud menyebutkan bahwa kelelahan mental dan konsumsi energy sihir itu juga besar.
Tidak bisakah para penyihir berpikir tentang yang lebih efisien?
Dengan ini, tujuan penggunaan sihirnya bisa berubah, sepertinya.
[….Penyihir aneh lain telah lahir.}
“Jahatnya.” (Renji)
Kujentikkan medali itu dengan *ping*
[Seorang penyihir khusus dalam lubang perangkap dan sihir pengekang itu pasti orang aneh. Caramu melatih itu salah, pasti.]
Tapi menurutku itu malah sudah lebih dari cukup.
Teknik mengekang bagus selama beberapa orang melawan beberapa orang. Yang diduga, hanya [Penyihir Agung] kami saja yang bisa menggunakan teknik melawan para tentara.
Menggunakan akar pohon dan belukar, dia benar-benar tak terkalahkan di hutan.
Yah, itu semua sudah termasuk dari latihanku.
Karena lubang jebakan itu sederhana, mereka bisa membayangkan selama pertarungn berlangsung jadi itu sangat mudah digunakan.
Aku tidak tahu karena aku tidak bisa menggunakan sihir tapi sejak [Penyihir Agung] kami berkata begitu, itu pasti benar.
Sudah cukup baik bahkan jika hanya memperlambat lawan selama pertarungan dan membuat mereka bersiaga terhadapmu.
“Akan kucoba.” (Fran)
“Ou” (Renji)
Menjauh darinya, aku duduk di batu terdekat.
[Kau mau latihan?]
“Aku tidak tahu bagaimana aku harus berlatih dengan pisau.”
Ditempat pertama, senjataku bukanlah pisau. Tentu saja, itu juga bukanlah belati.
Aku tak yakin untuk berlatih dengan senjata.
Menghunuskan pisau besi, ku putar disekitar tanganku.
“Kulit orc sepertinya tidak mungkin kusayat dengan ini.”
[Nyatanya. Senjata milik Sang Pahlawan Renji Yamada bukanlah benda seperti ini, itu adalah aku.]
Bibirku menganga mendengar suara sombong(?) itu lagi.
Itu benar.
“Senjataku, hanya kau saja.” (eh berarti senjata buat ngalahin wanita gk punya ya?//TL mesum)
[Ya.]
Saat aku melihat Nona Francesca lagi, tubuhnya terlihat terhuyung sedikit.
Energy Sihir.
Kekuatan yang setiap penyihir pegang dan digunakan oleh mereka untuk membuat fenomena supernatural.
Warna-warnanya berbeda dan milik Nona Francesca adalh berwarna-warni, bisa merah atau biru biasanya.
Jika tidak salah, warna dari energy sihir juga menunjukkan talenta pemiliknya.
[Penyihir agung] kami berwarna emas, [penyihir] punya ungu gelap---menurutnya itu adalah warna kegelapan.
Baik itu talenta level tinggi, tetap aja aku tak tahu siapa yang terbaik.
Mungkin, mereka sama, menurutku.
Ketika aku sedang berpikir, sebuah lubang dengan diameter 50cm sudah tergali didepanku. Dalamnya…sekitar 30cm.
Tanah yang menghilang jatuh didekat Nona Francesca.
Dia harus lebih membayngkan menggali tanah untuk membuat lubang.
“Terlalu kecil, pmpinan orc itu jauh lebih tinggi daripada aku. Kau harus membuatnya lebih besar dan dalam.” (Renji)
“Ya!”(Fran)
Aku memberinya senyum kecil pada jawabannya yang bersemangat.
Aku merasa seperti instruktur latihan sekolah. Tidak begitu, aku punya pengalaman nyata juga sih.
Tapi penyihir memang menakjubkan.
Aku mungkin sudah tak berdaya dengan sihir yang tidak ada di dunia kami.  Situasi dimana orang-orang akan rindu.
Aah, benar-benar buang waktu.
[Ada apa?]
“Tidak”
Saat aku menghela nafas, Ermenhilde menanyaiku dengan nada khawatir.
Yah, cheat yang kuminta adalah [kekuatan untuk membunuh dewa], itulah kenapa aku bisa bertemu dan bicara pada Ermenhilde seperti ini jadi kupikir kekhawatiranku sedikit aneh.
“Aku sangat senang bisa bertemu denganmu.”
[….lalu kenapa kau menghela nafas?]
Aku diragukan.
Sungguh. Partnerku ini memang tak punya hati. (namanya jg benda)