KEGAGALAN HAJIME
Regin Banton adalah pria kuat, dirumorkan menjadi Kepala Suku Banton berikutnya; satu dari suku-suku Manusia Beruang. Dia mengidolakan satu dari Tetua saat ini; Jin Banton, dan menjadi tangan kanannya.
Tidak hanya Regin, bisa dibilang Jin populer di suku Banton secara keseluruhan, terutama yang lebih muda. Alasannya adalah karena karakter Jin yang berpikiran luas, mempunyai patriotisme yang dalam, dan di atas semuanya, kekuatannya, yang membuatnya dianggap sebagai satu dari kelas tertinggi di antara ras demi-human.
Karena itu, saat suku Manusia Beruang mendengar berita, mereka berpikir itu adalah becanda yang buruk. Mereka tidak bisa percaya Tetua kesayangan mereka telah dikalahkan oleh seorang manusia. Tapi, kenyataan tidak kenal ampun terbukti. Jin, yang berbaring tanpa kekuatan di fasilitas pengobatan menunjukkan mereka kenyataannya.
Regin kebingungan melihat penampilan Jin saat ini. Berikutnya, kemarahan dan kebenciannya muncul. Sambil membawa perasaan ini dalam hatinya, dia mendesak untuk menentukan keadaan dari para Tetua. Sebagai hasilnya, Regin yang sudah mempelajari semuanya, mengabaikan Tetua-Tetua dan mengatakan pada suku Manusia Beruang semuanya. Dan karena itu mereka berangkat untuk membalas dendam.
Karena bujukan dari para Tetua dan suku lain, tidak semua suku Manusia Beruang mengikutinya, hanya para orang-orang muda dari suku Banton yang mengagumi Jin yang pergi untuk mengalahkan manusia yang dibenci itu. Mereka berjumlah sekitar 50 orang. Regin dan yang lainnya yang tau sasaran musuh mereka berpikir bahwa yang terbaik adalah menyerang saat musuh mereka di depan Pohon Besar sebagai pembalasan dendam. Mereka berpikir, "Binasa tepat di depan tujuan adalah pembalasan dendam terbaik".
Bagaimanapun, musuh mereka hanya terdiri dari manusia dan suku Manusia Kelinci. Meskipun Jin kalah, mereka berpikir itu karena sesuatu yang pengecut, seperti serangan mendadak. Mereka berpikir tidak ada yang perlu ditakutkan dari manusia yang akan pergi menggila tanpa tahu arah di dalam kabut Lautan Pohon, bahkan lebih lagi untuk suku Manusia Kelinci yang lemah. Regin adalah orang yang luar biasa. Normalnya, dia tidak akan menafsirkan situasi seperti itu. Tapi, saat matanya ditutupi kemarahan.
Tapi, tidak peduli apapun, bahkan kalau matanya tertutupi…
"Ini salah!?"
Regin berteriak tidak percaya. Alasannya; di depan matanya sendiri sebuah pemandangan mustahil terlihat. Suku Manusia Kelinci, yang berada di tempat paling bawah di antara demi-human lainnya, memojokkan suku Manusia Beruang, yang dikenal sebagai salah satu yang terkuat dalam pertarungan.
"Ayo ayo ayo! Tunjukkan semangat tempurmu! Kalau tidak, aku akan memotongmu!"
"AHAHAHAHAHA, berteriaklah kalian seperti babi!"
"Waktunya untuk membersihkan kotoran ini! HYAHAHAHAHA!:"
Sementara suku Haulia mengayunkan tak terhitung serangan fatal yang membunuh, tawa keras mereka terdengar. Tidak ada penampilan suku Manusia Kelinci yang lembut, damai, dan di atas semuanya, lemah dalam pertarungan. Teriakan datang dari suku Manusia Beruang yang mati-matian mencoba melawan balik.
"Sial! Apa-apaan ini! Siapa sebenarnya kalian‼"
"Mereka pasti bukan suku Manusia Kelinci!"
"Uwaaa! Menjauh! Menjauhhh!"
Mereka diserang oleh musuh yang mereka mau serang, suku Manusia Kelinci yang menyerang menunjukkan kekuatan yang tidak bisa dipercaya, bahkan di antara suku demi-human lain. Panah dan batu yang terbang dengan akurat entah dari mana, menambah kerja tim mereka yang luar biasa. Kegembiraan saat mereka mengayunkan pedang mereka, memakai ekspresi kegilaan, dan tertawa keras-keras sepanjang waktu! Semua itu melahirkan keributan kejam. Dalam situasi itu, spesifikasi mereka bahkan melampaui suku Manusia Beruang.
Sebenarnya, suku Manusia Kelinci tidak akan dapat menandingi dalam pertarungan satu lawan satu melawan suku Manusia Beruang. Tapi, dalam sepuluh hari ini, suku Haulia dapat menutupi perbedaan, berkat latihan yang seperti neraka.
Pada dasarnya, spesifikasi suku Manusia Kelinci lebih rendah daripada suku demi-human lainnya. Tapi, untuk selamat dan menghindari perang, mereka sudah mengasah kemampuan menyelinap mereka dan persepsi bahaya. Bagaimanapun, mereka hanya dapat selamat dengan cara itu.
Sebagai hasilnya, mereka dapat dengan segera memperkirakan keberadaan musuh mereka sampai mereka dapat menyerang musuh mereka. Bisa dibilang bahwa mereka adalah ras dengan kemampuan yang cocok sebagai assassin. Tapi, sifat alamiah mereka telah menghancurkan keuntungan ini.
Bisa dibilang, latihan Hajime membangungkan insting bertarung mereka. Dia seorang diri memperlakukan kejam dan memojokkan mereka dengan membuat mereka mengayunkan senjata, menebas musuh mereka, dan membiarkan mereka mengalami bagaimana caranya menghindar, tanpa istirahat. Dengan mengingat pidato dari sersan senior Hart**n, sebagai hasil dari latihan keras, pikiran mereka sepenuhnya menjadi berorientasi pertarungan. Meskipun dia merasa itu terlalu banyak…
Mereka, yang  sudah mendapatkan sifat agresif untuk menyerang tanpa ragu, mendemonstrasikan kemampuan tempur luar biasa. Karena mereka memikirkan seluruh anggota suku sebagai satu keluarga, level kerja tim mereka tinggi sejak awal. Dengan penyesuaian terampil keberadaan, itu mendemonstrasikan efek luar biasa, bersama dengan kerja tim mereka.
Sebagai tambahan, salah satu alasan tingginya kemampuan tempur suku Haulia adalah senjata yang dibuat Hajime, yang meningkatkan kekuatangan serangan mereka yang payah.
Setiap mereka memegang dua Kodachi, dihasilkan dengan proses yang tepat dan terlatih, sehingga pisau ultra-tipis mereka dapat membelah rumput hanya dengan menyentuhnya. Mereka dibuat dari Tauru ore, yang mereka tahan lama. Suku Haulia juga membawa pisau lempar yang bisa dibuang.
Ada juga Ketapel dan Crossbow kuat yang dibuat dengan memakai tali dengan elastisitas hebat yang dikumpulkan dari monster mirip labah-labah di Jurang. Mereka dibuat untuk anak-anak suku Haulia, karena pertempuran jarak dekat masih terlalu sulit untuk mereka. Bahkan anak-anak dapat menembak musuh dari sisi lain kabut, menggunakan kemampuan mencari mereka sambil mereka secara insting melihat Hajime.
Bahkan Pal……Baltoferd si Kematian Pasti, sepenuhnya terpesona saat menembakkan Crossbownya, sambil menunjukkan sifat mirip penembak jitu.
"Satu tembakan kematian pasti! Kepalamu 'PASTI' meledak. Dalam nama "Kematian Pasti"."
Pal……Baltoferd si Kematian Pasti akhir-akhir ini mempunyai kebiasaan mengatakan semacam itu. Omong-omong, dia menyebut dirinya sendiri "Kematian Pasti". Kebiasaan berkata-katanya pertama adalah "Bidik dan Tembak!" tapi itu dihentikan Hajime. Dia kelihatan sangat tidak senang.
Kembali ke topik, suku Manusia Beruang yang jatuh dalam panik dengan mudah dikalahkan tanpa banyak perlawanan oleh suku Haulia saat ini dan jumlah mereka turun tidak lama kemudian. Saat ini setengah dari mereka sudah dibunuh di sekitar.
"Regin-dono! Kalau terus begini-"
"Mundur!"
"Biar kuurus si-KUPE!?"
"Tontoo!?"
Mendengar bawahannya menyarankan dia untuk mundur, Regin ragu-ragu karena marah akibat Jin yang dilumpuhkan dan bawahannya yang dibunuh. Rasa ragu-ragu itu tidak dilewatkan oleh penembak jitu Haulia. Bawahannya yang dipanggil Tonto yang mencoba untuk menyarankan tuannya untuk mundur sekali lagi, sebuah panah dengan akurat menembus pelipisnya.
Karena ini Regin dan bawahannya terguncang dan jatuh dalam kekacauan. Kam dan yang lainnya yang berpikir ini adalah kesempatan, menyerang bersama-sama.
Panah terbang dari kabut dan dengan akurat mengenai tumit mereka. Saat dialihkan oleh itu, sebuah serangan tajam datang memotong kepala. Dengan waktu yang tepat, orang yang mau membunuh yang menembakkan panah dari belakang lari menuju tombak yang mencuat.
Tapi, mungkin karena itu adalah gerakan favorit mereka, sebuah keberadaan tiba-tiba datang dari belakang, dan membawa dengannya serangan fatal. Suku Haulia memanfaatkan keberadaan mereka dan kerja tim mereka untuk mempermainkan Regin dan bawahannya. Regin dan bawahannya gemetar karena ini. Mereka berpikir, "Apa mereka benar-benar suku Manusia Kelinci yang lemah!?"
Pertempuran berjalan beberapa lama, Regin dan bawahannya akhirnya bisa memulihkan kebingungan mereka sambil ditutupi luka-luka. Mereka entah bagaimana bisa berdiri memakai senjata mereka sebagai dukungan. Saat gelombang-gelombang serangan memakai tembakan luar biasa yang melindungi dan kerja tim menghilang, mereka semua terengah-engah. Regin dan bawahannya dikepung oleh Kam dan yang lainnya, setelah dipojokkan dengan sebuah pohon besar di punggung mereka.
"Apa yang terjadi, kalian "bleep"?! Hanya itu saja?! Lemah!"
"Aku dengar kalian suku terkuat! Kalian "bleep"! Bahkan kalian "bleep"!"
"Acungkan senjata kalian cepat! Apa lutut kalian sudah "bleep" lemah?!"
Mereka berpikir itu bukan suku Manusia Kelinci, dengan bagaimana mereka membombardir suku lain dengan hinaan. Suku Manusia Beruang yang gemetar ketakutan hanya bisa berpikir, "Apa yang terjadi dengan orang-orang ini!?" Dengan semangat patah, beberapa dari mereka gemetar sambil memegang kepala mereka. Seorang pria besar berambut berkata, "Bisakah kalian membiarkan kami pergi?" dengan mata berair…..benar-benar pemandangan yang tidak nyata.
"KU KU KU, apa kalian punya hal lain untuk dikatakan? Wahai suku terkuat?"
Kam mengeluarkan sarkasme dengan ekspresi benar-benar jahat. Mereka yang sudah membangkitkan semangat tempur mereka sepertinya telah memikirkan keadaan mereka saat mereka dipandang rendah. Itu adalah pidato yang tidak akan didengar dari Kam di masa lalu.
"Nuguu…"
Mendengar penolakan Kam, ekspresi Regin mengerut menyesal. Dia entah bagaimana pulih dari kebingungan dan alasan datang kembali ke matanya. Meskipun dia sudah disiram dengan air dingin oleh serangan kuat suku Haulia, karena Jin yang lumpuh, api kemarahan masih terbakar di dalam dirinya. Tapi, karena dia merasakan rasa tanggung jawab untuk membawa bawahannya yang selamat untuk pulang hidup-hidup, dia mendapatkan kembali pikirannya. Dia sadar tau bahwa ini kesalahannya sampai mereka jatuh dalam bencana ini karena dialah yang mendorong mereka maju.
"……kalian bisa melakukan apapun padaku. Rebus aku atau bakar aku, lakukan saja apa yang kalian suka. Tapi, aku adalah orang yang dengan paksa membawa bawahanku. Aku ingin kalian melepaskan mereka pergi."
"A-, Regin-dono!?"
"Regin-dono! Itu…"
Mendengar kata-kata Regin, bawahannya mulai membuat keributan. Itu karena dia mencoba untuk menyelamatkan bawahannya dengan ganti nyawanya sendiri. Pada bawahannya ini, Regin memarahi.
"Diam!......ini adalah tanggung jawabku karena darah yang menyembur ke kepalaku menutupi mataku, Manusia Kelinci…..tidak, Kepala suku Haulia. Aku tahu ini keegoisanku. Tapi, aku ingin menyelamatkan nyawa mereka! Hanya itu."
Regin melepaskan senjatanya lalu mulai berlutut sambil menundukkan kepalanya. Bawahannya tahu bahwa kebanggan besar Regin sebagai pejuang, jadi mereka mengerti seberapa besar resolusi yang dia punyai untuk menundukkan kepala kepada musuh. Karena itulah mereka tidak bisa mematuhi perintahnya untuk tetap diam.
Jawaban Kam pada Regin yang masih membungkuk adalah…
"Aku menolak."
Sambil melemparkan pisaunya.
"Uo!?"
Regin bisa menghindar nyaris kena. Tapi, dimulai dengan serangan Kam, Regin dan bawahannya diserang dari sekeliling dengan panah dan batu yang ditembakkan dengan kecepatan tinggi, secara bersamaan. Memakai kapak besarnya sebagai perisai, Regin dan bawahannya mati-matian mencoba untuk melindungi diri mereka sendiri, dan dari suku Haulia datang tawa dari dalam hati mereka, menyelesaikan serangan mereka.
"Kenapa!?"
Regin mengerahkan suaranya saat mengerang untuk bertanya pada mereka alasan mereka diserang.
"Kenapa? Bukannya kalian musuh kami? Apa alasan lain diperlukan untuk membunuh kalian?"
Jawaban Kam adalah fakta yang simpel.
"Guh, tapi!"
"Di atas semuanya……rasanya menyenangkan untuk menghancurkan dan mempermainkan kesombonganmu! HA HA HA!"
"A-Ap-!? Brengsek! Orang-orang ini-!"
Seperti yang Kam bilang, suku Haulia kelihatan seperti benar-benar menikmatinya. Menggunakan Ketapel dan Crossbow, mereka mempermainkan mereka dengan menembak dari area aman. Penampilan mereka adalah orang-orang yang mabuk kekuatan. Sepertinya hati mereka tidak keberatan untuk membunuh orang untuk pertama kalinya, bahkan kalau itu adalah sesama demi-human. Pendeknya, mereka menjadi sepenuhnya tidak terkendali.
Dengan meningkatnya kejamnya serangan mereka, Regin dan bawahannya yang terus berdekatan bersama-sama, dan mati-matian mencoba bertahan……akhirnya mencapai batas mereka. Meskipun mereka menghindari serangan fatal, mereka ditutupi luka-luka. Mereka tidak akan bisa menahan serangan berikutnya.
Kam, dengan lengkungan cengiran, 'sutto' mengangakat tangannya. Suku Haulia dengan mata gila mulai membidik dengan panah dan batu yang siap. Regin yang berpikir ini bukan tempat yang tempat untuk mati, mengumpulkan kekuatan, dan di dalam pikirannya dia meminta maaf pada bawahannya.
Tangan Kam, seperti sabit dewa kematian yang memburu nyawa Regin dan bawahannya, diturunkan. Panah dan batu segera ditembakkan. Dalam gerakan lambat, Regin terus menonton ini tanpa menoleh, sampai…
"Hentikan‼!"
Zudooooon‼
Sebuah pemandangan di mana palu putih menghempaskan semuanya menjauh bisa dilihat.
"Ha?"
Regin yang kebingungan dengan itu tanpa sengaja mengeluarkan suara itu. Tapi, itu tidak bisa ditolong lagi. Segera setelah mereka menerima kematian mereka, seorang gadis bertelinga kelinci dengan rambut warna pucat bersama palu raksasa jatuh dari langit, lalu palu itu menghantam tanah. Itu menghasilkan gelombang kejut yang menghempaskan semua panah dan batu yang datang. Saat mereka melihat itu, suku Manusia Beruang di sekeliling hanya bisa memberi tatapan kosong.
Kemarahan yang menggetarkan! Itu adalah perasaan yang bisa dirasakan, tentu saja itu datang dari Shia. Sledgehammer yang dibuat dengan memakai metode kompresi memiliki massa yang luar biasa. Seakan dia tidak merasakan beratnya, itu diacungkan dengan "Buonn" lalu menghasilkan hembusan yang keras. 'Bishi' itu diacungkan pada Kam.
"Aghh! Yang benar saja, argh! Ayah dan yang lainnya, tolong sadarlah!"
Melihat Shia, Kam dan yang lainnya yang tadinya tertegun terpana, dengan 'ha', kembali sadar sambil melihat gadis itu dengan tatapan menyalahkan.
"Shia, meskipun aku tidak tau kenapa kenapa kau melakukan ini, tapi tolong pindah dari situ. Atau kami tidak akan bisa membunuh yang ada di belakangmu, kau tau?"
"Tidak, aku tidak akan pindah. Aku tidak akan membiarkan siapapun daripada ini!"
Mendengar kata-kata Shia, Kam dan yang lainnya menyipitkan mata mereka.
"Tidak akan membiarkan? Shia, jangan bilang padaku kalau kau ingin bersama dengan musuh kita? Menurut jawabanmu…"
"Tidak, aku tidak peduli kalau orang-orang ini mati."
"""""Tidak apa-apa!?"""""
Suku Manusia Beruang yang berpikir dia datang untuk menghentikan sukunya, tanpa sengaja mengeluarkan pernyataan pada Shia.
Tentu saka. Kalau aku menganggap mudah musuh yang datang dengan niat membunuh, aku tidak akan bisa menahan latihan Yue-san. Bahkan aku tidak punya pikiran naif itu lagi."
"Fumu, lalu kenapa kau menghentikan kami?"
Kam menanyainya. Suku Haulia juga menunjukkan ekspresi itu.
"Bukannya sudah jelas! Ayah dan yang lainnya akan hancur kalau begitu! Dan menjadi semakin merosot!"
"Hancur? Merosot?"
Mendengar kata-kata Shia, Kam dan yang lainnya hanya bisa menunjukkan ekspresi 'aku tidak mengerti'."
"Itu benar! Tolong ingat. Hajime-san tanpa ampun melawan musuh, tidak bicara apapun, bahkan lebih tanpa ampun, dia menikmati membunuh monster dan orang-orang (…) hal-hal seperti itu! Bahkan saat latihan, kalau kau disuruh membunuh musuh, kalian seharusnya tidak menikmatinya!"
"Y-yah, bukannya kami menikmatinya…"
"Barusan, apakah ayah dan yang lainnya tahu wajah seperti apa yang kalian buat?"
"Wajah? Yah, bahkan kalau kau berkata begitu…"
Mendengar kata-kata Shia, suku Haulia mulai melihat wajah satu sama lain. Shia menghela napas tenang, tapi, suaranya dengan jelas menginformasikan mereka.
"……itu sama seperti Prajuit Kerajaan yang menyerang kita."
"Kh!?"
Itu mengejutkan mereka, cukup untuk menghembuskan kegilaan mereka. Mood mereka seakan didinginkan dengan air dingin. Mempunyai ekspresi yang sama dengan mereka yang memandang rendah keluarga mereka dengan kesenangan dan menangkap mereka…..setelah menyaksikan itu mereka mengerti sejelek apakah aksi mereka. Menjadi sama dengan mereka yang merampas keluarga mereka pergi……adalah fakta yang tidak tertahankan.
"Sh-Shia…aku tadi…"
"Fuu, sepertinya kalian sudah tenang. Syukurlah. Yang terburuk, aku pikir aku mungkin harus menghajar kalian semua."
Dengan 'furifuri', Shia mengayunkan Sledgehammer. Mendengar Shia berkata begitu, segera suku Haulia gemetar di depan Sledgehammer sementara Shia mengendurkan pipinya sedikit.
"Yah, itu adalah perang pertama kalian, kalau kalian sadar itu sekarang maka itu akan baik-baik saja! Itu adalah kesalahan Hajime bagaimanapun juga! Meskipun aku mengerti pentingnya semangat tempur, itu terlalu berlebihan! Daripada semangat tempur, itu lebih seperti kalian menjadi gelap mata!"
Kali ini, Shia 'puripuri' marah pada Hajime. Sebuah suara gumam kecil Shia bisa didengar, "Kenapa aku jatuh cinta pada orang seperti itu."
Dan pada saat itu, sebuah tembakan senjata bisa didengar.
Dari belakang Shia, "Guwa!?" sebuah erangan bisa didengar, bersama dengan suara sesuatu yang ambruk. Sekarang saat mereka memikirkannya, dalam keadaan panik, Shia dan yang lainnya ingat dengan eksistensi yang mereka lupakan, lalu melihat ke belakang punggung mereka, di situ berbaring Regin yang mengerut kesakitan sambil memegangi dahinya.
"Apa-apaan kau mencoba melarikan diri saat perhatian mereka teralih? Sampai pembicaraan mereka selesai, duduk bersimpuh sekarang!"
Hajime ditemani Yue muncul dari dalam kabut. Sepertinya sementara Shia dan yang lainnya hanyut dalam pembicaraan mereka, Regin dan bawahannya mencoba untuk melarikan diri, hanya untuk mendapat tembakan. Tapi, itu tidak diketahui kenapa dia memakai peluru karet tidak mematikan.
Meskipun mereka mendengar kata-kata Hajime, suku Manusia Beruang mencoba untuk waspada memeriksa sekeliling mereka untuk melarikan diri, tapi Hajime mendiamkan mereka dengan "Pressure". Sambil melemparkan pandangan pada mereka, Hajime dan Yue melihat Shia dan yang lainnya.
Saat Hajime melihat Kam dan yang lainnya, beberapa dari mereka merasa canggung dan melihat ke arah lain. Tapi, segera setelah itu kata-kata minta maaf datang pada Kam dan yang lainnya.
"A, yah, bagaimana ya, maaf. Karena aku tidak masalah dengan itu, aku sama sekali lupa dengan shock setelah membunuh. Itu adalah salahku. Un, aku minta maaf."
Shia dan yang lainnya hanya bisa 'pokan' dengan tatapan kosong padanya dengan mulut tebruka. Itu karena mereka mendengar permintaan maaf yang tidak terduga tapi tulus.
"Bo-boss!? Kau tidak apa-apa!? Apa kepalamu terbentur!?"
"Medis! Medis! Ada orang dengan luka serius di sini!"
"Boss! Tolong bertahanlah!"
Karena itulah menjadi reaksi seperti itu. Dengan urat syaraf yang muncul di kepalanya, mulutnya berkedut.
Kali ini, Hajime sendiri benar-benar memikirkan itu adalah kesalahannya. Karena dia tidak merasakan apapun saat membunuh, dia tidak mempertimbangkan shock yang mungkin terjadi karenanya. Tidak peduli seberapa kuat dia sekarang, dia tidak punya pengalaman apapun dalam mengajar. Sebagai hasilnya, dia hampir menghancurkan pikiran suku Haulia. Benar, dia berpikir itu berbahaya, karena itulah dia mengatakan kata-kata minta maaf……tapi reaksi mereka adalah meragukan kewarasannya. Hajime berpikir, "Haruskah aku marah?", dia ragu sambil kembali ke sikapnya yang biasa.
Hajime mengesampingkan masalah itu untuk sekarang, mendekati Regin lalu menaruh moncong Donner di dahinya.
"Baiklah kalau begitu, apakah ini akan menjadi kematian yang berani atau selamat dan hidup dalam rasa malu, yang mana?"
Mendengar kata-kata Hajime, suku Manusia Beruang dan Haulia melihatnya dengan mata terkejut. Berdasarkan kata-katanya barusan, mereka mendengar bahwa dia mempertimbangkan suku Manusia Beruang tergantung dari situasinya. Itu adalah usulan serius dari Hajime yang tidak punya ampun dan tidak setengah-setengah terhadap musuhnya. Kam dan yang lainnya melihat Hajime dengan sedih sambil berpikir, "Sudah kuduga, kepalanya…". Meskipun lebih banyak urat muncul di kepala Hajime, tapi karena tidak akan ada kemajuan apapun, dia membiarkan itu untuk sementara.
Regin melihat Hajime dengan ekspresi kaget. Itu adalah pria yang membawa perubahan sepenuhnya pada suku Haulia, dia berpikir pria ini tidak akan menunjukkan pengampunan sedikit pun.
"…apa maksudnya itu, apa kau mau membiarkan kami pergi?"
"Aa, kau bisa kembali kalau kau mau, kau tau?"
"Syaratnya?"
Dengan mudah mengatakan mereka bisa kembali, selain Regin, yang lain dalam keributan. Dari belakang bisa didengar, "Kalau aku memukul kepalanya sekarang mungkin bisa membantu…". Itulah yang Shia katakan dengan ekspresi serius sambil memindah-mindahkan tatapannya antara Sledgehammer dengan kepala Hajime. Suara setuju bisa didengar dari Kam dan yang lainnya.
Itu hampir waktunya untuk Hajime benar-benar berpikir menghukum mereka sementara lebih banyak urat muncul. Tapi, dia berusaha keras untuk membiarkannya.
"Aa, syarat ya. Saat kau mencapai Faea Belgaen, aku mau kau mengatakan sesuatu pada para Tetua."
"……pesan?"
Sementara dia dengan gugup memikirkan syarat seperti apa yang dia minta, itu ternyata dia hanya perlu menjadi pembawa pesan, dan itu membuatnya kaget. Tapi, dia membeku saat isi pesannya dikatakan.
""Kalian berhutang padaku.""
"……Kh!? Itu!"
"Nah? Apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan menerimanya?"
Karena dia tahu apa maksudnya, Regin tanpa sengaja mengeluarkan pekikan. Hajime, dengan angin yang berhembus dari suatu tempat, menunggu pilihan Regin. "Kalian berhutang padaku" berarti, dengan membiarkan si penyerang kembali hidup-hidup, akan ada waktu mereka harus membayar hutang budi mereka.
Dengan hilangnya salah satu Tetua, juga sekaligus mereka menderita karena mengabaikan keputusan yang dibuat Konferensi Tetua untuk tidak menghalangi dia, kalau pesan ini disampaikan maka mereka tanpa syarat menjawab permintaan Hajime.
Kalau semuanya dilihat secara objektif, dalam situasi Jin dan situasi Regin, di mana dia secara satu pihak mencoba membalas dendam, dibarengi dengan fakta bahwa mereka dibiarkan hidup, wibawa Konferensi Tetua pasti akan jatuh. Mereka adalah pelanggar hukum karena mereka melawan para Tetua. Dan tidak bisa dibilang bahwa Hajime tidak akan mengalihkan taringnya pada para Tetua suatu hari.
Dengan kata lain, untuk Regin dan bawahannya selamat berarti yang mereka bawa pulang adalah sebuah kelemahan pada negeri asal mereka. Bahka setelah melawan keputusan dari Konferensi Tetua, mereka membawa kembali hutang di bahu mereka. Terlebih lagi, kembali dengan setengah dari anggota mereka mati setelah menyombongkan diri tentang mereka sebagai suku terkuat……seperti yang Hajime katakan mereka akan hidup dalam rasa malu.
Hajime memilih untuk menyerang lebih jauh terhadap Regin yang ekspresinya mengerut.
"Tambahan untuk itu, kau harus ingat kalau kematian bawahanmu adalah tanggung jawabmu, bersama dengan kehancuranmu melawan Haulia."
"Guu"
Ada alasan untuk Hajime membuat syarat seperti itu. Tentu saja itu bukan karena belas kasihan. Itu karena ada detail dari Tujuh Dungeon Besar yang dia belum tahu, jadi meskipun Faea Belgaen adalah negeri terisolasi, mungkin ada sesuatu yang lain yang dia harus lakukan di negeri ini. Ada juga tradisi mewarisi dari pendirinya bagaimanapun juga. Hajime berpikir mungkin ada sedikit kegagalan yang mungkin akan datang sepanjang perjalanan, demi hal itu, dia berpikir bahwa jaminan diperlukan.
Pada Regin yang kuatir, Hajime 'Gorik' semakin menekankan moncong senjatanya.
"Putuskan dalam lima detik. Setelah itu selesai aku akan membunuh kalian satu per satu. "Penilaian cepat". Bukankah itu dasar seorang pemimpin?"
Setelah itu, Hajime mulai menghitung sa~tu, du~a dan Regin panik, tapi tidak ada yang muncul di pikirannya.
"A, aku mengerti. Aku ingin kami kembali!"
"Aku mengerti. Kalau begitu, cepat pergi. Jangan lupa pesannya. Kalau saatnya tiba untuk aku memintanya dan mengetahui bahwa kau mencoba membodohiku…"
Sebuah niat membunuh yang kuat melimpah dari seluruh tubuh Hajime, dibarengi dengan tekanan fisik. 'Gulp' suara menelan ludah terdengar jelas.
"Hari itu akan menjadi akhir dari Faea Belgaen."
Tidak peduli siapa yang melihatnya, dia memiliku sentuhan seorang penagih hutang yang buruk, tidak, itu lebih seperti seorang teroris dalam hal ini. Dari belakang, dia bisa mendengar, "Syukurlah. Itu Hajime-san yang biasanya" dan "Boss akhirnya kembali waras!", pembicaraa aneh seperti itu bercampur dengan nada lega, yah untuk saat ini dia akan membiarkannya lewat. Dia tidak mau menghancurkan atmosfir yang dia buat dengan begitu banyak usaha. Tapi, hukuman keras akan datang.
Dengan kebanggaan yang hancur oleh suku Haulia dan mendengar seperti apa Regin mati-matian memohon demi nyawa bawahannya, mereka tidak punya kekuatan untuk memprotes dan mulai pulang dengan kecewa. Itu mungkin karena mereka berpusat pada yang muda, mereka dengan patuh menerima kekalahan mereka. Tapi, bagi Regin, pengaruhnya di Faea Belgaen kemungkinan besar akan menghilang. Juga ada kemungkinan untuk diperlakukan sebagai buronan. Tapi, itu adalah hukuman yang ringan, bagaimanapun dia mencoba untuk merampas nyawa seseorang dengan tidak adil.
Suku Manusia Beruang menghilang ke dalam sisi lain kabut. Setelah memastikan itu, Hajime berbalik ke arah Shia dan yang lainnya. Pertamanya, mereka tidak bisa melihat ekspresinya karena dia melihat ke bawah, lalu entah kenapa atmosfirnya menjadi aneh. Kam dan yang lainnya yang merasa terhina karena telah jatuh dalam kegilaan seperti itu, mulai keasyikan berbicara pada Hajime tentang banyak hal, sementara tidak menyadari atmosfirnya. Hanya Shia, "Huh? Bukannya ini buruk?", berkata begitu sambil berkeringat dingin.
Hajime mulai melihat ke atas sambil berayun. Ada sebuah senyum lebar di wajahnya. Tapi, matanya yang menyipit tidak tersenyum sama sekali. Akhirnya, karena dia berpikir penampilan Hajime aneh, Kam dengan takut-takut menanyainya.
"Bo-Boss?"
"Ya, itu hal yang serius? Kupikir kali ini, adalah salahku. Ternyata kalian mencapai standar seperti ini, aku harus memikirkan ini sebagai rem."
"Ti-tidak, bahkan kalau kau bilang begitu……itu karena ketidakdewasaan kami sendiri…"
"Tidak, tidak, itu tidak masalah, kalian tau? Aku mengakuinya sendiri bagaimanapun juga. Karena itulah, karena itulah kenapa aku berpikir untuk meminta maaf secara tulus……tapi kalian punya reaksi yang hebat, ya kan? Yah, aku mengerti. Bagaimanapun sikapku yang biasa seperti itu……tapi, tapi……perasaan yang tidak pada tempatnya yang kurasakan ini, aku harus mengeluarkannya……kalian mengerti maksudnya, kan?"
"Ti-tidak. Kami sedikit…"
Kam juga berpikir, "Ah, ini gawat. Dia marah sekarang", dengan keringat dingin bercucuran darinya, selangkah demi selangkah dia mencoba mundur. Mungkin karena beberapa anggota Haulia ingat dengan latihan, mereka tiba-tiba berdiri tegap sambil menangis dan merengek.
Dan pada saat itu, "Sekarang kesempatanku!", adalah yang Shia pikirkan lalu dalam sekejap mulai mengalihkan kakinya untuk berlari. Dia tidak lupa untuk membuat pria di sebelahnya sebagai perisai.
Tapi…
DOPANn‼
Satu peluru melewati antara kaki pria itu, membentur tanah dan memantul saat itu mengenai akar pohon dan akhirnya menyerang Shia di pantat.
"Hakyun!"
Itu adalah satu dari skill Hajime "Polygonal Shot". Seperti itulah dia membidik pantat Shia. Itu adalah skill pistol yang tidak berguna, yang bisa dianggap tidak sesia-sia itu, yang secara sia-sia dia latih. Karena dampak dari peluru itu Shia mengeluarkan sebuah jeritan dan 'pyon' melompat, hanya untuk ambruk di tanah dengan pantatnya di udara. 'Shuu-'. Asap muncul dari pantatnya. Shia mengerut kesakitan.
Melihat Shia yang kejang dan skill pistol Hajime, Kam dan yang lainnya gemetar ketakutan. Pria yang pelurunya melewati kedua kakinya menutupi selangkangannya dengan kedua tangan sementara matanya berair. Dia menepuk-nepuk selangkanngannya, karena saat pelurunya lewat, bagian itu terkena gelombang kejut dari peluru.
Tanpa melakukan hal lain, Hajime menaruh kembali Donnernya ke dalam sarungnya, lalu senyum seperti setannya kembali. Akhirnya, dia berteriak dengan nada marah.
"Sekarang, semuanya akan ditembak sekali!"
Waaaaa—‼
Semua anggota Haulia segera menyebar mencoba melarikan diri seperti labah-labah yang baru lahir. Untuk sesaat, jeritan dan raungan kemarahan bisa didengar bergema di dalam Lautan Pohon.
Hanya satu yang tetap di tempatnya adalah Shia dengan asap yang naik dari pantatnya, dan
"……kapan kita akan pergi ke Pohon Besar?"
Gumaman itu dari Yue yang tidak terlibat dengan keributan itu semua.