FAJAR
Hari berikutnya.
Setelah sarapan, kami meninggalkan penginapan sekitar jam 8. Rencananya kami langsung kembali ke Akademi tanpa berhenti kemanapun selama perjalanan.
Jadwal yang sibuk, tapi menempatkanselalu bebas pada hari libur disamping Neighbor’s Club, Pegasus (yang sedang mengemudi minibus) dan semua anggota OSIS adalah orang-orang yang sibuk, jadi tidak ada pilihan lain.
Susunan tempat duduk saat ini sungguh berbeda dari perjalanan sebelumnya.
Aku sedikit menyusun tempat duduk nya Hinata-san dan Yozora menjadi berdekatan, meskipun hanya sedikit.
Mulanya, Yozora duduk di jendela belakang. Karin berada di samping nya.
Aku tidak dapat menjelaskan situasinya pada Karin, tapi setelah menyuruhnya dengan, “Sementara aku mengalihkan Kobato kau tetap menempel pada Yozora, kau mengambil tempat duduk di sampingnya!” Dia dengan senang melakukannya tanpa bertanya apapun.
Setelah tempat Karin dan Yozora terisi, Hinata-san dan Akane-san duduk di depan mereka. Setelah itu, Yozora menatap tajam pada ku, mungkin dia sudah menyadari rencana ku.
Yang terakhir, susunan tempat duduk berakhir sebagai berikut 
Serupa pada saat kami datang, Rika mendengarkan musik sambil menatap keluar jendela.
Di sisi yang berlawanan, Yozora bertopang dagu sambil menatap keluar jendela dengan wajah yang suram, memperlakukan Karin – yang tetap menawarkan makanan ringan dan minuman nya -- dengan sikap dinginnya. Karin terlihat menyadarinya, dia pun berhenti memaksa, dan membatasi dirinya sendiri untuk ikut campur urusan Yozora secara berlebihan.
Di tempat duduk di depanku ada Yukimura dan Aoi, mereka berdua berceloteh sambil menggesek smartphone mereka. Mereka kelihatannya sedang melihat situs pakaian olahraga. “Yukki~Yukki, bukankah yang satu ini imut?” “Sepatu-sepatu nya juga bagus-bagus.” “Oooh, benar juga!” Itu hanya sebagian dari suasana bus yang sama biasanya seperti sebelumnya.
Pegasus-san tetap berada di tempat duduk supir dengan wajah yang masam. Dia bertanya padaku selama sarapan mengenai keterlambatanku kembali ke ruangan kemarin malam dan ketika aku mengatakan padanya bahwa kami semua bermain game, dia menggerutu, “Mengapa kau tidak mengajakku juga.....” Aku benar-benar minta maaf.
Di sampingku ada Kobato yang sangat ceria, sedang menikmati pemandangan. Kadang-kadang Sena mencoba untuk lebih akrab dengan memberi permen. Tapi ditolak dengan semua kekuatan Kobato. Permen yang ditolak oleh Kobato tadi dilemparkan ke mulut Maria, yang duduk di samping Sena.
Di belakangku ada Hinata-san dan Akane-san, sama seperti saat kami datang. Mereka sedang menyebarkan tumpukan selebaran dan sepertinya semacam pertemuan penting terhadap penampilan mereka. Itu mungkin terkait dengan pesta Natal nanti.
Pesta Natal, disusun oleh OSIS, itu akan diadakan di gedung olahraga Sekolah St. Chronica pada 24 Desember. Itu adalah acara besar terakhir yang akan diadakan oleh OSIS tahun ini, terdiri atas Hinata dan yang lainnya, di mana mereka memainkan peranan utama. Setelah itu, sebagian besar tugas akan di ambil alih oleh OSIS yang baru, atau sesuatu yang seperti itu.
......Kalau dipikir-pikir, kapan pemilihan untuk OSIS selanjutnya?
Kalau tidak salah, kami akan membahas mengenai apakah kami akan mengumumukan siapapun sebagai kandidat selama homeroom beberapa hari setelah festival budaya berakhir, dan tak ada satu pun dari kelas kami yang membicarakannya. Kupikir aku tidak mendengar apapun yang berhubungan dengan pemilihan OSIS setelah itu. Entahlah, aku tidak mengingat topik semacam itu dibicarakan saat aku membantu OSIS minggu lalu juga.
Karena itulah ini...... dan seperti itu..... kami akan melakukannya seperti ini.....”
“Umm..... ini bagian yang sulit, bukan.....”
Aku mendengar Hinata-san dan Akane-san berdiskusi di belakangku.
Ini akan menjadi gangguan yang buruk untuk pertemuan penting mereka, jadi aku membicarakannya  pada Aoi.
“Oi, Aoi.”
“Ya? Ada apa, Kodaka-kun?”
Dari belakang, Aoi hanya menoleh ke arahku.
“Ini sedikit menggangguku, tapi OSIS selanjutnya apa sudah diputuskan?
“Selanjutnya? Hanya ketua dan wakil ketua yang kelihatannya hampir diputuskan. Saat liburan musim dingin usai akan ada pengesahan dan dengan itu, mereka akan resmi terpilih.
Pengesahan artinya hanya ada satu kandidat, kan? Dan hanya seorang ketua dan wakil ketua........”
“Itu benar,” Aoi berkata dan mengeluh, “Kuharap orang-orang bisa lebih menentukan. Yah, kukira itu kesalahan Hinata yang menjadi sangat aktif tahun ini, jadi posisinya berkesan menyulitkan.....”
“Yap.....”
Bahkan hanya dalam seminggu aku berada disana, aku sangat sibuk dengan membantu berbagai panitia dan kegiatan klub, ditambah pula tugas biasanya......
Mengetahui itu, dapat dimengerti bahwa mereka bahkan yang termotivasi dalam kapasitas mereka sendiri akan ragu-ragu untuk bergabung dengan OSIS. Bahkan saat mempertimbangkan keuntungan dari tambahan nilai untuk ujian, kelihatannya itu tidak sepadan. Itu juga mustahil dilakukan untuk menghindari dibandingkan dengan Hinata-san dan yang lainnya.
“Jadi orang seperti apa yang akan menjadi ketua OSIS selanjutnya?”
Orang itu yang bersedia untuk mengambil tugas mereka sendiri, meskipun mereka tahu pekerjaan sulit macam apa yang  akan mereka hadapi.
“Itu aku.”
“Apa?”
Tidak segera mengerti balasan jawaban Aoi yang diarahkan pada pertanyaanku, aku pun kembali bertanya tanpa berpikir.
Aku berpikir untuk menjadi ketua OSIS selanjutnya. Tak ada orang lain lagi yang dinominasikan sebelum batas waktu, jadi aku ternyata malah jadi kandidat.”
Yang benar saja......”
“Oh ya, wakil ketua selanjutnya Karin, lho.”
“Jadi bendahara dan sekretaris sekarang akan menjadi ketua dan wakil ketua?”
Jika tak ada kandidat lain, tentu adalah hal yang benar untuk dilakukan, tapi.......
“Bendahara dan sekretaris selanjutnya belum di tentukan, kan?”
“Begitu pun yang di bagian umum.”
“...... Akankah kalian berdua baik-baik saja?”
Aku khawatir, tapi Aoi tak terlihat cemas sedikit pun.
“Yah, entah bagaimana kami berhasil meminta bantuan teman-teman sampai anggota baru ditentukan.”
.......Kalau tidak salah, ketua bisa memilih orang dari para siswa sebagai anggota kalau ada kursi kosong di antara staf pelaksana. Aku berharap mereka mencari anggota lainnya segera.
“Yusa~Yusa, aku akan membantumu juga.”
“Ya. Tentu saja aku akan mengandalkanmu juga, Yukki.”
Aoi menjawab dengan malu-malu, tapi senang terhadap kata-kata Yukimura.
.......Ini semua hal yang bagus, kan? Memiliki teman-teman yang dapat diandalkan di waktu yang mengkhawatirkan.
Di belakangku, diskusi sengit penuh semangat pun dilanjutkan.
“Ini seperti sebelumnya........ Seperti ini. Benar?
“Umm...... Hmm..... Ah...... Seperti ini...... 'kan?”
“.......... Bukan, itu lebih....... seperti itu, mengerti? .........Aku menjelaskan itu di awal, kan?”
Suara Akane terdengar kesal.
“Oi oi, yang di sana, kau paham? Kau mengganti ‘y’ disana dengan angka.”
Untuk beberapa alasan, Maria menyela percakapan Hinata-san dan Akane-san.
“Eh, Maria.......?”
Dia mengangkat kepalanya dan melihat sekitar.
Maria melihat ke arah selebaran yang Hinata-san pegang dan sambil menunjuknya, mulai menjelaskannya seperti, “Karena itu, di sini akar 3, kau mengerti? Ini akan menjadi angka 2.”
Saat dia melakukannya, Aku juga menatap ke selebaran matematikanya Hinata-san---- apa? selebaran Matematika........?
“Eh......... Apa yang kau lakukan?”
“Seperti yang kau lihat, aku mengajari Hina.”
Akane-san berkata, bercampur dengan helaan nafas.
“Yah......... Seperti yang diharapkan dari seorang peserta ujian.........”
Kelihatannya mereka berdua tidak sedang melakukan pertemuan OSIS, tapi sedang belajar untuk ujian. Mereka semua adalah siswa kelas 3 SMA bagaimanapun juga...... Yang berencana untuk ikut ujian masuk universitas dengan mengambil setiap waktu senggang dan mengorbankannya untuk belajar. Kurasa.
“Ya, ujian masuk, kau paham.......”
Akane-san mengatakan nya dengan ambigu.
“..........?”
“Ya.....” Hinata-san juga mengalihkan pandangan tak enak hati dan menangis.
“Hmm, itu pelajaran saat kelas satu'kan? Bisakah kau masuk universitas seperti itu?”
Maria menancapkan belati dengan kepolosannya.
Pelajaran saat kelas satu.........?
Saat aku melihat lebih dekat soal-soal tersebut, itu benar-benar bukan apa-apa selain sekumpulan besar soal dengan tingkat kesulitan yang bahkan aku dapat menyelesaikannya tanpa banyak masalah.
“Oh, kau sedang mempelajari dari dasar-dasar, ya?” Aku bertanya.
“Tentu saja? Dasar-dasar itu penting, kan?” Maria menjawab.
“I-Itu benar. Tentu saja, hahaha. Pertama-tama, kita mempelajari dasar-dasarnya, kan?”
Keringat dingin mengucur pada wajah tertawa Hinata-san.
“........ Sekarang ini Desember, kan?”
Dari komentarku, wajah Hinata-san menjadi kaku.
“........Ah, benar! Jadi persiapanmu sudah sempurna dan kaumembuat nya benar-benar yakin dengan mempelajari kembali materi kelas satu seperti itu.......”
Dia ingin menanggapi nya, “Yap, itu benar!” dengan yang nada biasanya dan senyum pasti yang ambisius, tapi sebagai gantinya Hinata-san mengalihkan matanya untuk tak menanggapi.
Lalu aku tiba-tiba teringat.
Banyak rumor tentang Hinata-san yang Yozora katakan padaku selama festival olahraga atau yang kudengar dari siswa lain ketika aku sedang membantu OSIS.
---Hidaka Hinata, kelas tiga. Dia menjabat sebagai ketua OSIS selama dua tahun berturut-turut karena popularitasnya yang luar biasa. Banyak permohonan untuk membantu sejumlah klub olahraga yang hebat karena dia memiliki kemampuan fisik yang serba bisa. Bersikap penuh perhatian, selagi sibuk, dia tidak menolak sebagian besar dari permintaan bantuan. Dipuja oleh adik-adik kelas dan sesama teman sekelasnya. Ceria dan ramah. Menyenangkan. Berperilaku layaknya seorang kakak yang dewasa. Dapat diandalkan. Baik hati. Cekatan. Selama dia menjadi ketua, entah bagaimana dia dapat mengendalikannya. Sangat kuat. Cantik. Keren.....
Ketika aku mencoba memikirkan nya lebih dalam----- walaupun ada banyak orang yang memuji karakternya, kemampuan fisik, atau penampilannya, tak ada satu pun hal yang mengarah pada bidang studi.
“......Kau kelihatannya sudah menyadarinya sekarang, Hasegawa-kun.”
Akane-san mengatakannya dengan senyum masam,
Saat berkaitan dengan kepalanya, Hina sedikit........ tidak, lebih dari itu....... sangat......... tumpul........”
“Eh.......... Apa yang kau.........”
Tapi aku menahan diri dari menyelesaikan kalimat itu,
“...........maksudnya?”
Aku punya perasaan bahwa tak perlu mengelak dari ‘apa yang kau katakan?’ yang biasanya keluar dari mulutku, tapi tak melakukan apapun juga jadi bagian dari tanggung jawabku sekarang.
“Lihat, Hina? Hasegawa-kun sangat terkejut, sirkuit bahasanya rusak.”
“K-Kau tak seharusnya begitu terkejut, Kodaka!”
Hinata-san memarahiku dengan wajahnya yang memerah.
“M-Maaf....... Tapi Hinata-san, penampilanmu benar-benar seperti orang yang cerdas menurutku.......”
Aku membiarkan maksudku yang sebenarnya.
“Fuu...... Aku 'kan sudah memperingatkanmu tentang itu, Kodaka!”
Untuk beberapa alasan, Hinata-san membusungkan dadanya seolah menjadi serius dan menanggapi dengan nada yang menakjubkan bahkan tidak akan ada yang berpikir bahwa dia merupakan orang yang benar-benar bodoh.
“Menilai orang dari penampilan mereka adalah sesuatu yang hanya orang bodoh lakukan---!”
Efek suara seperti *KIRI----!* dan *DOYAAA* bergema di kepalaku.
“K-Kau pastinya mengatakan itu, bagaimanapun juga......!”
......Saat aku mendengarnya waktu ituaku telah benar-benar merasa tersentuh, tapi kau tahu......!
Itu adalah keadaanku yang menyebabkan orang mendapatkan kesan yang benar-benar buruk terhadapku dan karena itu aku terbawa ke dalam sebuah sistem nilai untuk tidak menilai seseorang dari penampilan mereka, tapi dalam kasus orang ini, itu benar-benar kebalikan dariku ..... Itu mungkin karena penampilan nya yang telah membuat orang benar-benar mendapat kesan positif darinya.
Dia telah menjadi orang pertama yang benar-benar tidak menilaiku dari penampilanku. Situasi yang terbalik ini tak dapat dipercaya......
Mungkin, Akane-san membunuh Hinata-san dulu saat Yozora tampak seperti werewolf, karena dia bukan tipe orang yang cocok sama sekali untuk semacam permainan otak (← dalam arti yang baik) dan ingin mencegah fakta sebenarnya dari semua orang.
“......Jadi begitu...... begitu maksudnya ya.....”
Mendengar suara yang parau, aku menggeser tatapanku dari Hinata-san.
Sebelum aku mengetahuinya---- Yozora sudah berdiri dari tempat duduk di belakangnya dan sekarang melihat ke arah Hinata-san.
“Y-Yozora.......!”
Dengan ekspresi terkejut, Hinata-san melihat ke arah Yozora.
Yozora menatap ke Hinata-san, yang tercengang beberapa saat, dan----- sudut bibirnya tiba-tiba melengkungkan sebuah senyum menyeringai.
“Aku mengerti, kau itu bodoh, kan?”
Hal yang secara tak langsung Akane-san pahami, Yozora mengatakannya dengan super blak-blakan di hadapan kakak perempuan sebenarnya.
“Y-Yang memanggil orang lain bodoh adalah yang bodoh!”
Hinata-san membantah dengan gaya Maria dan Kobato, yang mana Yozora tertawa mengejek.
“Aku mengerti........ Orang yang bodoh........”
Yozora---- tanpa kebencian atau hal yang semacam itu, menunjukkan sebuah senyuman yang sangat lemah lembut seolah-olah dia telah melihat setitik cahaya dalam kegelapannya.
“Fufufu...... Meskipun aku berharap tak akan ada yang pernah mencari tahu terutama Yozora...... Ini kesalahan Akane yang membuatku belajar di dalam bus.”
Berbeda dengan adiknya, Hinata-san jelas terlihat putus asa.
“Yah, seperti yang kau dengar, Mikadzuki-san.”
Akane-san berbicara pada Yozora sambil menunjukkan senyum masam.
“Hina adalah orang yang bodoh.”
“A-aku bilang padamu jangan panggil aku bodoh......”
Mengabaikan keluhan Hinata-san, Akane pun melanjutkan.
“.....Oh ya, itu bukan hanya matematika. Dia juga sangatlah bodoh pada tiap mata pelajaran. Sejujurnya, yang seperti ini, bahkan tanpa berani untuk bicara tentang masuk universitas...... kelulusannya belum bisa dipastikan.”
“Dia........?!”
Mungkin itu mengejutkan semuanya, seperti Yozora yang matanya terbelalak.
“Sayang sekali........ Sekarang, Aku harus meminta bantuan padamu, Mikadzuki-san.”
“Sebuah........ bantuan?”
“Ya....... Aku ingin kau mengawasi Hina belajar.”
“EH.......?!” “APA YANG KAU ----?!”
Yozora dan Hinata-san menatap ke Akane-san.
“Apa kau mengabaikanku, Akane?! Kekuatanku yang sebenarnya berada pada level di mana hanya kau yang dapat menanganinya!”
“........Bukankah kau sedang mengatakan sesuatu yang sangat menyedihkan, Hina? Aku pun sedang belajar, jadi aku tidak bisa mengawasimu sepanjang waktu.”
“A-Aku ini kelas dua. Pelajaran kelas tiga itu sangat......”
“Jika kau bisa menyuruhnya untuk memahami dengan benar pelajaran kelas dua, aku akan mengatur apapun itu setelahnya. Untungnya, nilai partisipasinya jauh lebih tinggi, kan? Aku memiliki harapan yang tipis bahkan jika dia benar-benar tidak dapat lulus di ujian akhir nanti, para guru mungkin akan mengabaikannya dan membiarkan dia lulus karena kasihan.”
Aku ingin tahu apakah itu bukan hanya sebagian besar dari keputusasaan, tapi aku memilih untuk tetap menutup mulutku.
Pertama-tama, kenapa aku......?”
“Setelah aku melakukan sedikit riset, nilaimu ternyata sangat bagus, dan kau cerdas.... sampai ke tingkatk kau mengalahkanku sebagai [Werewolf]. Ditambah, lebih daripada segalanya-- Kau adalah adiknya Hina.”
Wajah Yozora berbalut ketidaksenangan.
“........Walaupun memang benar aku adalah adiknya...... aku tidak berpikir itu adalah tugasku untuk menjaga kakakku.......”
“Itu wajar,” Akane-san mengangguk setuju,
“Tapi bagaimana jika kakakmu kebetulan berakhir di kelasmu?”
“Gu......?!”
Wajahnya menjadi kaku, Yozora mengubah tatapannya antara ke Hinata-san dan Akane-san.
Ketika dia menuju ke kelas berikutnya dan Hinata-san gagal lulus, mereka berdua akan berada di kelas tiga bersama-sama.
Bahkan jika mereka tidak akan berada di kelas yang sama, tapi mereka berada di tingkat yang sama, mereka mungkin setidaknya akan bertemu. Jika terungkap bahwa mereka berdua adalah saudara, berbagai rumor tak menyenangkan mungkin juga muncul.
“......Oi.”
Yozora berbicara pada Hinata-san dengan nada yang berat.
“Y-Ya......?”
“.......Keberatan panggil aku ‘Sensei’ mulai sekarang?”
Dia meminta sesuatu yang keterlaluan secara tiba-tiba!
“K-Kenapa aku harus menyebut adikku seperti itu?”
“......Apakah kau baik-baik saja menjadi teman sekelasku? ........ tidak, menjadi adik kelasku? Ketika aku lulus, apakah kau mau kubawakan sebuah buket sebagai siswa baru?”
“A-A-A-Aku tidak sebodoh itu!”
......Membayangkan bahwa dia juga memiliki banyak kesulitan dengan masalah kelas satu, itu menakutkan bahwa aku tidak bisa benar-benar menyangkal kemungkinan itu akan terjadi.
“......Oi, bocah bodoh.”
“B-Bocah bodoh.....?! ....Sudah kupikirkan sejak awal, Yozora..... Meskipun kita ini bersaudara, Aku ini senpai mu. Berbicara padaku seperti itu adalah ......”
“Yah kita akan jadi teman sekelas dalam empat bulan, kan?”
“A-Aku masih senpai mu untuk saat ini!”
Apa-apaan sih dia menggunakan pidato sopan seperti itu? Tunggu, ‘Untuk saat ini’......?”
“Dengarlah, bocah bodoh.”
“Ya!”
Hinata-san goyah di bawah kuasa tatapannya Yozora.
“Bahkan aku akan menggunakan pidato sopan jika ada seseorang yang layak kuhormati. Namun, kau adalah kasus yang berbeda, kepala tahu. Jika kau jengkel dengan itu, maka tunjukkan padaku bahwa otakmu dapat memperoleh sesuatu yang seperti kecerdasan rata-rata....... Mulai besok dan seterusnya...... tidak, setibanya kita berdua di sekolah, kita akan belajar.”
Tiba-tiba saja, Yozora sedikit pun tidak menunjukkan rasa belas kasihan terhadap kakaknya, yang telah menyerah sejak awal. Sekali dia menyerang, dia melakukannya dengan sangat baik.
“A-Aku sibuk dengan pekerjaan OSIS......”
Silahkan serahkan pada kami,” Akane-san menyela, “Aku akan menyuruh Aoi yang bertanggung jawab atas persiapan Natal. Kita harus membiarkannya mendapatkan pengalaman sebelum benar-benar terlambat, kan? Jadi aku ingin Mikadzuki-san menjadi leluasa dan melatih kemampuan Hina."
Mengerti. Aku akan menunjukkan kepadamu bahwa aku dapat menarik otak si bocah bodoh ini naik dari simpanse ke tingkat australopithecus.”
“Fuahaha---- Kau membuat pengumuman yang cukup berani, dik!”
“Kenapa kau terlihat seperti orang penting....... Aku hanya memastikan, tapi apa kau tahu apa itu Australopithecus?”
“T-Tentu saja aku tahu! Begini........ itu adalah sesuatu yang ada jauh di masa lampau 'kan?”
“........ Seperti yang diharapkan, kau tahu banyak.”
“B-Begitulah! Fufu---- Australopithecus, itu terkenal di antara semuanya.....”
....... Dia mungkin mencampurnya dengan Aristoteles.
“K-Kera ini.....”
Yozora mengerang sambil memijat pelipis nya.
“K-Kenapa kau membuat wajah yang seperti putus asa, Yozora?!”
Di samping Hinata-san, Akane-san mengangkat bahu. Ketika mata kami bertemu, Akane-san mengedipkan mata penuh makna.
.......Mungkin Akane-san mulai mengajarinya di dalam bis dengan sengaja sehingga Yozora akan menyadarinya.
“Astaga.....”
Yozora mengeluh dan duduk. Dia kemudian mulai bermain-main dengan ponselnya. Ekspresinya tampak lembut dalam beberapa hal. Yozora tetaplah Yozora, jadi dia mungkin menyadari niat Akane-san dan memberanikan diri untuk pergi. Jika itu terjadi, maka Yozora bahkan bisa memiliki niatan untuk berbaikan dengan Hinata-san.
Dapat kesempatan, duduk, juga, aku.
Lalu aku menerima sebuah pesan.
“Hm......?”
Pengirim------- Mikadzuki Yozora.
Subyek-------- [Terima kasih]
Isi -------- [kau madller sialan]
.........Madller.......? Oh........’meddler’? [meddler: tukang ikut campur] Salah ketik, itulah dia.