PAHLAWAN DAN PETUALANG PEMULA (3)

Setelah memesan minuman di satu-satunya penginapan di desa ini, aku kembali dan duduk di depan gadis yang sedang duduk di salah satu meja.
Sepertinya dia sudah jauh lebih tenang setelah pertarungan melawan goblin tadi tapi ekspresinya masih masih sedikit muram.
Yaah, setelah hampir saja mati, aku pikir itu wajar. Tapi aku harap itu takkan menjadi trauma baginya.
Karena suasananya tidak mengizinkanku untuk berbicara, jadi kami hanya duduk berhadapan sambil menunggu minuman kami datang.
Sepertinya dia juga merasa seperti itu sambil terlihat gelisah.
Apakah aneh kalau aku menganggap sikapnya itu terlihat sangat lucu?
Karena dia masih mengenakan pelindung dadanya, celah antara itunya—
[Kamu... selalu memperlakukan semua wanita seperti itu.]
Suara seseorang yang sangat kesal terdengar.
Walaupun hanya aku yang dapat mendengar suara itu, aku tetap merasa sedih.
Yaah, tapi sebenarnya, hatiku tidak selemah itu.
Hidup di dunia lain seperti ini, bahkan jika dia tidak menginginkannya, pikiran dan hatinya pasti akan terlatih.
“Um, terima kasih banyak.”
Saat aku sedang memikirkan berbagai macam hal, gadis di depanku berterima kasih.
Saat dia membungkuk, rambutnya yang berwarna madu berayun dan menutupi wajahnya.
Merapikan rambutnya lagi dengan jarinya, dia menatapku dengan tatapan gelisah.
Hah? Kelihatannya seperti dia takut padaku?
[Walaupun mereka hanyalah goblin, tapi kamu memang membunuh empat ekor dari mereka seorang diri.]
Oh, jadi begitu.
Walaupun aku memakai serangan kejutan, pada akhirnya sepertinya aku bekerja terlalu keras.
Sepertinya aku sedikit berlebihan.
Di sebuah guild yang berada di daerah terpencil seperti ini, dia pasti tidak membayangkan kalau akan ada seorang petualang sekuat itu.
Tapi, kali ini aku hanya sedang beruntung.
Kenyataan kalau dagger yang ku lemparkan bergerak lurus, saat aku dapat menahan menahan serangan goblin dan serangan kejutan itu pasti membuat mereka panik, semua itu hanyalah berkat keberuntungan sehingga aku dapat menang seperti itu.
[Setelah menunjukkan pertarungan gila seperti itu, tentu saja petualang pemula pasti akan takut padamu.]
“Diam.”
“?” (Si cantik.)
Tanpa sengaja aku mengatakannya dengan keras lagi. Gadis itu, yang tidak dapat mendengar suara Ermenhilde, menatap kebingungan padaku.
Karena itu pasti membuatku seperti sedang berbicara sendiri.
Malahan, gadis itu tidak sedikitpun terlihat waspada karena itu. dia pasti memiliki mental baja.
Untuk kedepannya, saat menyelamatkan seseorang, aku akan berusaha menolongnya dengan membantu mereka melarikan diri saja daripada mengalahkan monsternya.
Yaah, aku sudah beberapa kali menyelamatkan orang lain dalam kurun waktu satu tahun ini tapi aku selalu gagal untuk melakukan hal itu.
Saat aku sedang memikirkan hal itu, ibu pemilik penginapan datang membawakan jus buah.
Ngomong-omong, minumanku hanyalah segelas susu. Walaupun aku tidak memintanya, secara otomatis dia membawakanku yang paling murah.
Aku sangat berterima kasih atas perhatiannya pada keadaan menyedihkan kantungku.
Aku berterima kasih padanya dengan tatapanku dan mengacungkan ibu jariku.
[...Ini sangat menyedihkan.]
“Susu baik untuk tubuh. Aku sangat menyukainya.”
[Tapi minuman kesukaanmu masih tetaplah bir yang tidak terlalu baik untuk tubuh.]
Aku tidak dapat membantahnya.
Hari ini kantungku sedikit gemuk, aku pikir perasaanku sedang sedikit baik.
“...Um.”
“Silakan diminum. Saat kamu kelelahan sebaiknya kamu meminum sesuatu yang manis.”
Dua puluh empat keping koin tembaga. Itu adalah penghasilanku hari ini.
Kalau untuk sehari aku membutuhkan delapan keping tembaga, aku pikir dengan ini aku dapat hidup selama tiga hari tanpa masalah.
Jadi uang bukanlah masalah untukku saat ini.
Kemewahan juga akan memperkaya jiwa seseorang.
Saat memikirkan hal filosofis seperti itu, aku berpikir apakah pendapat itu memang benar.
“Terima, kasih.”
Memegang gelas kayu itu dengan kedua tangannya, dia mulai meminumnya secara perlahan.
Dia pasti tidak menyadari kalau tubuhnya membutuhkan banyak gula dan dia segera meminum semuanya.
Dia meminumnya sambil terlihat sangat menikmatinya. Sambil melihatnya seperti itu, aku juga mulai meminum susuku.
Susunya tidak memiliki rasa seperti yang ada di Jepang modern, gampangnya, sangat biasa.
Tapi aku masih tetap meminumnya. Tidak masuk akal untuk mensia-siakannya. Itu akan sangat sia-sia.
...Tapi aku pikir sekarang aku mengerti alasan kenapa anak-anak tidak suka minum susu.
“Jadi, um... apa aku setidaknya boleh tahu namamu?”
Rasa susunya menjadi semakin buruk tapi suasananya sepertinya menjadi sedikit lebih baik, jadi kau memutuskan untuk mencoba berbicara dengannya.
Kenapa gadis petualang pemula ini sangat terpaku pada permintaan pembasmian monster?
Aku tidak terlalu ingin untuk mencari tahunya terlalu dalam tapi jika dia memiliki alasan yang penting mungkin aku tidak keberatan untuk sedikit membantunya.
Karena dia gadis yang cantik. Aku tidak punya alasan lain untuk mengenal seorang wanita.
[Susunya menempel di kumismu... pfft.]
Oops. Aku membersihkannya dengan lenganku.
Kerja bagus, Ermenhilde.
[...Menyedihkan.]
Biarkan saja.
“Namaku Fransisca. Fransisca Barton.”
“Barton....”
[Hmm, jadi ternyata dia benar-benar seorang bangsawan.]
Dia memiliki nama keluarga. Di dunia ini, rakyat biasa tidak memiliki nama keluarga.
Hanya bangsawan dan keluarga keturunan ksatria yang diperbolehkan untuk memiliki nama keluarga di duniai ini.
Dari auranya, aku memang berpikir kalau dia mungkin seorang bangsawan, tapi aku tidak menyangka kalau ternyata dia benar-benar seorang bangsawan.
Jarang sekali ada seorang bangsawan yang menjadi seorang petualang. Atau malah hampir tidak ada.
Mungkin ada kalanya seorang bangsawan menjadi seorang petualang untuk mencari ketegangan dan tantangan tapi mereka biasanya adalah anak kedua dan ketiga yang tidak dapat mewarisi keluarganya.
Dan juga, kebanyakan dari mereka akan segera menyerah setelah mengalami sulitnya hidup sebagai seorang petualang.
Aku pernah berada dalam satu kelompok dengan orang seperti itu dan mereka biasanya bahkan enggan untuk tidur berkemah di luar.
Aku penasaran sebenarnya apa yang mereka harapkan dari seorang petualang.
Dan anak kedua dan ketiga itu juga, pada akhirnya, membuka usaha atau bekerja di bidang administrasi.
Pada dasarnya mereka sama sekali tidak memiliki masalah keuangan. Jadi tentu saja mereka akan memilih cara mendapatkan uang yang lebih aman daripada menjalani kehidupan sebagai seorang petualang yang penuh dengan bahaya.
Ada banyak hal seperti manajemen maupun administrasi yang harus mereka pelajari tapi itu masih jauh lebih baik daripada mempertaruhkan hidupmu, menurutku.
Jadi, jarang ada bangsawan yang menjadi petualang. Apalagi untuk gadis cantik seperti dia.
Setelah mengetahui kalau dia adalah seorang bangsawan, aku menjadi cemas kalau mungkin dia sebenarnya sedang dibebani oleh semacam hutang yang sangat besar karena ditipu oleh seseorang.
Sebenarnya itu cukup masuk akal.
Bagaimanapun juga, dia pasti putri dari keluarga Barton, tapi... aku belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.
Mungkin itu keluarga bangsawan kelas rendah.
“Aku Renji. Saat ini aku sudah menjadi petualang selama tiga tahun.”
Aku harus menyebutkan namaku.
Nama Renji memang langka, tapi itu bukan berarti tidak ada orang lain dengan nama itu.
Tapi nama Yamada pasti hanya ada satu di dunia ini. Aku ragu kalau ada Yamada lain di dunia ini.
Jadi, aku memutuskan untuk hanya menggunakan Renji sebagai namaku agar aku tidak terlalu menarik perhatian.
“Tiga tahun....”
Dengan lucunya dia memiringkan kepalanya.
Yaah, aku tahu apa yang ingin dia katakan.
Kalau seseorang menjadi seorang petualang selama tiga tahun, dia pasti hanya akan menjadi petualang kelas menengah.
Pada tingkatan itu, pasti akan sangat mengejutkan jika ada seseorang yang dapat mengalahkan goblin dengan mudahnya seperti yang baru saja ku lakukan.
Yaah, tapi sebenarnya itu berkat kompensasi perpindahan dunia. Dan juga cheat milikku, Ermenhilde.
Tanpa itu semua, aku pasti akan benar-benar tidak lebih dari penduduk C.
“Jadi, kenapa seorang bangsawan mencoba menjadi seorang petualang?”
Terlebih, sangat terpaku pada pembasmian monster.
Karena dipanggil bangsawan, ekspresi Fransisca-san menjadi muram.
Jangan-jangan, dia tidak suka dipanggil dan diperlakukan sebagai bangsawan?
“Aku punya alsanku sendiri.” (Fran(sisca))
“Hmm.”
Aku meminum susuku. Rasanya masih tidak enak.
“Apa alasan itu yang membuatmu sangat terpaku pada pembasmian monster?”
“Ya.”
Yaah, aku tidak terlalu peduli apakah dia itu bangsawan atau bukan, hal itu bukanlah masalah untukku.
Daripada itu, alasan macam apa yang membuatnya harus membahayakan hidupnya?
Tindakannya hari ini bukan lagi membahayakan hidupnya tapi membuang hidupnya.
Aku menjadi penasaran dengan alasannya itu.
Tidak ada ruginya juga untuk sebatas mendengarkannya.
Dan juga, aku mencium bau uang. Dia adalah bangsawan dan juga petualang pemula. Jika aku membantunya, aku mungkin akan mendapatkan imbalan... atau sesuatu semacamnya.
Tapi itu bergantung pada keadaan. Aku ingin menghindari semua bahaya.
Jika alasan itu terdengar seperti sesuatu yang sangat berbahaya... yaah, mungkin akan mencoba untuk membantunya sedikit, mungkin.
“Sebenarnya, aku sedang menjalani ujian dari akademi....”
“...hmm?”
“Jika aku gagal dalam ujian itu maka aku akan dikeluarkan.”
Apaan, ternyata alasannya jauh lebih ringan dari apa yang ku bayangkan.
Tapi aku penasaran apa hubungannya ujian itu dengan dia menjadi seorang petualang.
Jika berbicara untuk menghadapi ujian maka kamu hanya perlu duduk dan belajar sekuat tenaga.
“Kamu hanya perlu belajar, kan?”
‘Dia merasa gugup dengan ujian praktiknya jadi dia memutuskan untuk berlatih dengan melawan monster sungguhan.’
Jika dia mati dengan alasan seperti itu, kedua orang tuanya bahkan takkan mampu menangisi kematiannya. Tapi pada akhirnya mereka pasti tetap akan menangis.
“Umm... Aku cukup percaya diri dengan ujian tertulis tapi untuk ujian praktiknya...” (Fran)
[Tipe anak besar kepala banget.]
Jangan berkata seperti itu.
Aku memukul medali dari atas sakuku. Ouch, pahaku sakit.
“Yaah, kamu memang terlihat buruk dalam pekerjaan fisik.”
“Uu.”
Dia pasti sangat merasakan hal itu(Baperan) karena dia sampai mengerang dan menundukkan kepalanya.
Dia terasa seperti binatang kecil.
Dan juga, aku dapat melihat belahan dadanya... yaah, dengan beban seperti itu tentu saja dia akan kesulitan menggerakkan tubuhnya.
Setelah memahami hal itu, aku merasa kalau apa boleh buat kalau Fransisca-san buruk dalam hal itu.
Malahan, sebenarnya apa yang kamu makan sampai mendapatkan sesuatu seperti itu?
Di antara rekan perjalananku dulu, ada seorang wanita yang usianya tidak jauh berbeda dariku.
Dia, yaah... itu lah. Kalau aku harus menjelaskannya, jika kamu menatap bagian itu maka kamu pasti akan di garap olehnya jadi tidak ada yang berani melakukannya.
Momong omong, digarap di sini maksudnya dibunuh.
Aku ingin kamu memberitahunya apa yang biasanya kamu makan sampai mampu mendapatkan sesuatu seperti itu.
“Ujian praktik itu, yaah, mempelajari bagaimana caranya menggerakkan tubuhmu dengan benar, kan? Sebaiknya kamu berhenti mencoba untuk bertarung melawan monster atau semacamnya.”
Tapi yaah, aku tidak dapat mengatakannya secara langsung kalau dia tidak cocok untuk melakukan hal seperti itu.
Yaah, karena aku sudah mendengar keadaannya, aku tidak dapat menyarankannya untuk melawan monster.
Tapi kalau dia masih bersikeras untuk melakukannya, maka mau tidak mau aku harus mengatakan hal itu secara langsung.
“Mmm... justru pembasmian monster adalah isi dari ujian praktiknya.” (Fran)
“.....”
[Gadis ini pasti akan gagal.]
Menurutku juga begitu.
Malahan, sekolah macam apa yang menyuruh siswanya memburu monster.
Pasti akan jatuh korban. Bukankah itu buruk bagi sekolah itu sendiri, dalam banyak artian?
“Sekolah mana memangnya?”
“Akademi kota sihir, jaraknya sekitar tiga hari dari sini dengan kereta kuda.”
Malahan sekolah yang kelewat terkenal.
Kota sihir itu yaah sama seperti namanya, kota itu adalah tempat bagi berbagai macam penyihir untuk berkumpul baik untuk belajar maupun untuk meneliti tentang sihir.
Sama seperti kota itu, ada juga kota strategi, kota bisnis sains, kota pengolah logam, dan lain sebagainya.
Kota strategi adalah tempat di mana mereka yang tidak dapat menggunakan sihir berkumpul. Di sana mereka akan diajari bagaimana caranya untuk menggunakan pedang dan tombak dan juga siasat bertarung. Lulusan sekolah itu biasanya bekerja sebagai ksatria atau prajurit di ibu kota kerajaan. Di kota ini jumlah Dojo jauh lebih banyak daripada jumlah sekolah. Sederhananya, kota ini dipenuhi dengan idiot otak otot.
Kebanyakan dari mereka hanya tahu dasar cara membaca maupun menulis dan terkadang ada juga yang mampu melakukan perhitungan sederhana.
Kota bisnis sains adalah, sesuai dengan namanya, itu adalah kota di mana jual beli dan bisnis sangat makmur dan juga menjadi kota terbesar di negara manusia [Imnesia].
Aku pikir di sana bahkan lebih ramai daripada di Ibu Kota kerajaan.
Dan juga, di sana juga terdapat sekolah yang mengajarkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan bisnis. Yaah, memang bagus kalau banyak uang yang mengalir di sana, tapi kota itu juga memiliki sisi gelapnya dan juga aku tidak dapat menyebut kalau keamanan di sana itu baik.
Kota pengolah logam adalah kota para pandai besi. Setelah mengundang elf dan dwarf dari negara para setengah-manusia [Elfreim], mereka membuat senjata yang dapat diberkahi dengan sihir dan juga senjata yang terbuat dari mithril di sana.
Senjata sihir maupun senjata mithril yang diperdagangkan di seluruh [Imnesia] hanya dibuat dan dikembangkan di kota itu.
Di sana tidak terlalu efisien tapi sepertinya di sana terdapat masalah seperti politik, peredaran uang dan barang , dan lain sebagainya.
Setiap kota besar juga memiliki sebuah tempat untuk belajar tapi jika kamu ingin serius dalam belajar, biasanya kamu akan pergi ke salah satu kota itu. Tapi, biasanya hanya bangsawan kaya maupun seorang jenius yang mendapatkan beasiswa dari penduduk kota yang dapat bersekolah di sana.
Seorang anak dari desa terpencil takkan mampu untuk membayar biaya sekolah dan akhirnya di keluarkan dan dipulangkan.
Kalau begitu, itu berarti kalau gadis di hadapanku ini pasti nona muda dari sebuah keluarga bangsawan kaya.
Akademi kota sihir... ujian praktik di sekolah itu adalah pembasmian monster, ya?
Aku pikir aku sudah salah sangka kalau memberikan catatan penelitian itu lebih terasa penyihir banget.
“Apa kamu tidak membentuk kelompok dengan teman sekelasmu?”
“Sebenarnya aku juga berencana seperti itu tapi sepertinya semua orang menghindariku....”
“Apa?”
[Apa-apaan itu?]
Aku hanya bisa mengeluh sambil merasa kesal.
Aku tidak tahu alasannya kenapa tapi teman sekelasnya yang membuat gadis ini melakukan sesuatu seperti berburu monster seorang diri pasti sudah gila.
Entah mereka tidak tahu tentang bahayanya atau mereka memiliki alasan tersendiri.
Aku tidak tahu berada di tingkatan apa keluarganya tapi gadis ini tetaplah putri keluarga bangsawan. Kalau terjadi sesuatu, sekolah itu juga pasti harus bertanggung jawab.
Kedengarannya merepotkan.
“Umm, aku punya sebuah permintaan....”
Ah, sudah ku duga.
Aku tahu apa yang ingin dia katakan.
Masalahnya adalah apakah aku harus menerimanya atau tidak.
Aku tidak merasa keberatan. Dan juga, jika dia adalah bangsawan, seharusnya aku juga akan mendapatkan imbalan yang lumayan.
Tapi masalahnya adalah kenapa gadis ini dibiarkan untuk memburu monster seorang diri.
Aku harap aku hanya terlalu memikirkannya tapi bagaimana kalau sesuatu terjadi?
Aku sangat tidak menyukai masalah. Aku tidak keberatan untuk mengajari gadis bangsawan ini tentang kehidupan seorang petualang.
Bahkan aku, jika dengan ini aku dapat menjadi lebih dekat gadis cantik seperti dirinya, aku akan dengan senang hati menerimanya.
Tapi, aku sangat membenci masalah.
Aku memiliki alasanku sendiri. Aku sangat membenci masalah dan terlalu menarik perhatian.
Tapi aku menginginkan uang, sangat menginginkannya.
Jika imbalannya dari sesama petualang maka, mungkin kepingan emas—tidak, bahkan mungkin kepingan perak....
“Bisa tolong ajari aku bagaimana caranya untuk bertarung?”
“Oke, baiklah.”
Sambil mencondongkan tubuhnya ke depan, dia menatapku dengan tatapan serius.
Tepat sekali, dia mencondongkan tubuhnya.
Saat dia melakukannya, bukit yang tertekan oleh pelindung dadanya bergoyang.
Dan tanpa ku sadari, aku sudah menerima permintaannya.
[Aku takkan marah jadi coba katakan di mana kamu menatapnya saat kamu memberikan jawabmu tadi? Katakan saja.]
Aku memalingkan wajahku.
Itu bukan karena aku merasa bersalah atau bagaimana. Dan itu juga bukan karena aku takut pada Ermenhilde yang berada di dalam sakuku.
Itu karena pemandangan di luar jendela sangat cerah.

◆◆◆◆

Saat kami kembali ke guild, si petualang berwajah beruang sudah menghilang.
Mungkin, dia menemukan beberapa petualang pemula dan mengajari mereka bagaimana caranya untuk berburu.
Di desa terpencil seperti ini, anak muda adalah sumber daya yang sangat berharga.
Mereka harus dilatih dengan baik dari dasarnya agar suatu hari nanti mereka juga dapat mewariskan pengetahuan itu pada generasi selanjutnya.
Si anak di meja resepsionis menatap ke arahku dengan tatapan terkejut.
“Mengejutkan... Renji-san membawa seorang wanita bersamanya.”
“Fu—bahkan aku dapat melakukan hal seperti ini kalau aku menginginkannya.”
[Tapi biasanya kamu tidak melakukan apapun.]
Diam.
Aku mengutuk medali di dalam sakuku, yang membuat komentar dengan wajah kesal, di dalam kepalaku.
Tapi, walaupun begitu, suara itu terdengar seperti sedikit senang, mungkin karena saat ini aku akan mengambil pekerjaan yang layak.
Itu juga, pembasmian monster yang tidak pernah ku lakukan tidak peduli sudah berapa kali aku diminta untuk melakukannya.
Aku harap dia takkan menggunakan hal ini sebagai kesempatan untuk mulai memarahiku agar mengambil pekerjaan seperti ini lagi
Yaah, tapi setelah mendapatkan imbalan dari pekerjaan ini aku akan dapat hidup damai untuk sementara waktu.
“Walaupun begitu, kota sihir ya? Dia datang dari tempat yang cukup jauh hanya untuk mencari buruannya.”
Aku yakin ada cukup banyak guild di sana. Mungkin memang akan sedikit merepotkan untuk mencari permintaan pemusnahan monster yang dibutuhkan tapi setidaknya itu akan sedikit mengurangi risiko.
Walaupun begitu, menghabiskan tiga hari untuk mencapai desa terpencil ini memang cukup mengejutkan.
Berdasar pengakuannya, sampai dia sampai di tempat ini dari kota sihir, dia tidak menemukan permintaan pembasmian monster yang dia butuhkan.
Aku pikir hal seperti itu juga kadang terjadi.
Jika seorang pelajar ingin memburu monster, sasarannya paling hanya sebatas goblin atau kobold. Dan juga biasanya dia akan ditemani oleh seorang ahli.
“Baiklah, monster seperti apa yang kamu cari?”
Aku diminta untuk mengajarinya bagaimana cara untuk bertarung tapi jika aku tidak mengetahui sasarannya maka aku takkan mampu melakukannya.
Saat kami berjuang untuk mengalahkan Dewa Iblis, aku sudah bertarung dengan berbagai jenis monster jadi aku cukup memahami ciri khas mereka.
Jika itu adalah monster yang permintaan pembasmiannya muncul di desa terpencil seperti ini, maka bahkan aku seharusnya dapat mengajarinya cara untuk mengalahkan makhluk itu.
Ya, benar sekali. Dengan permintaan sederhana seperti ini, aku dapat mendapatkan imbalan yang banyak.
“Itu adalah Orc.”
“Babi ya?”
[Jika semuanya berjalan lancar, kamu juga akan dapat mendapatkan makanan yang mewah.]
Orc.
Makhluk itu sebenarnya bukanlah seekor babi tapi seekor monster yang memiliki hidung dan taring yang mirip dengan babi. Terlebih, tidak ada babi di dunia ini, jadi kata babi sendiri itu tidak ada.
Saat aku melihat Fransisca-san memiringkan kepalanya karena perkataanku yang aneh, aku merasa tenang.
Orc itu.
Tingginya sekitar dua meter. Ciri khasnya adalah kekuatan fisik dan stamina. Makhluk itu cukup kuat karena tubuhnya yang besar.
Pergerakannya, sesuai dengan tubuhnya, lambat jadi selama kamu tidak kehilangan kewaspadaanmu dan bertindak ceroboh, maka kamu akan mampu menanganinya... mungkin.
Aku menatap pada Fransisca-san.
...Staminanya mungkin takkan bertahan sampai dia mampu membunuh seekor Orc.
“Apa ujianmu juga memiliki batas waktu penyelesaian?”
“Satu bulan. Aku sudah menggunakan sekitar satu Minggu jadi hanya tersisa sekitar dua puluh hari.”
“Berarti kita punya cukup banyak waktu.”
Goblin dan kobold muncul di padang rumput tapi Orc hanya muncul di gua dan hutan.
Atau terkadang mereka datang ke pemukiman penduduk dan ladang untuk berburu.
Orc biasanya pemakan segalanya. Sayuran, daging, bahkan manusia. Jadi, jika mereka muncul di sebuah desa, permintaan pembasmian akan segera diajukan. Dan karena mereka mudah untuk diburu, permintaan seperti itu dapat diatasi dengan cepat.
Makhluk itu cukup kuat tapi gerakannya sangat lambat. Dagingnya bisa dijual dengan harga mahal karena rasanya yang sangat enak.
Imbalan dari permintaan ini ditambah dengan hasil penjualan daging Orc. Dengan pendapatan itu setidaknya aku akan dapat hidup tenang selama sekitar sepuluh hari.
Karena tidak ada gua di sekitar sini, kami harus pergi ke dalam hutan atau pada kemungkinan terburuk, pergi ke desa tetangga yang dekat dengan sebuah gua.
Sudah hampir satu bulan sejak aku menetap di desa ini.
Aku pikir tidak ada salahnya untuk berpindah sekarang. Bertemu dengan Fransisca-san pasti adalah keberuntunganku.
“Sepertinya, kita harus bersiap untuk melakukan perjalanan.”
“Perjalanan, ya?”
“Untuk saat ini, tujuan kita adalah untuk mencari Orc.”
[Perjalanan ini memiliki tujuan yang sangat aneh....]
Aku setuju.
Tapi itu memang sangat khas kami.
Aku tertawa kecil bersama rekanku, Ermenhilde.
Dan rekan baru kami menatap kebingungan padaku.

 
 --------------------------------------------------------
Prev - TOC - Next
--------------------------------------------------------