Setelah memesan
minuman di satu-satunya penginapan di desa ini, aku kembali dan duduk di depan
gadis yang sedang duduk di salah satu meja.
Sepertinya dia sudah jauh lebih tenang
setelah pertarungan melawan goblin tadi tapi ekspresinya masih masih sedikit
muram.
Yaah, setelah hampir saja mati, aku pikir itu
wajar. Tapi aku harap itu takkan menjadi trauma baginya.
Karena suasananya tidak mengizinkanku untuk
berbicara, jadi kami hanya duduk berhadapan sambil menunggu minuman kami
datang.
Sepertinya dia juga merasa seperti itu sambil
terlihat gelisah.
Apakah aneh kalau aku menganggap sikapnya itu
terlihat sangat lucu?
Karena dia masih mengenakan pelindung
dadanya, celah antara itunya—
[Kamu... selalu memperlakukan semua wanita
seperti itu.]
Suara seseorang yang sangat kesal terdengar.
Walaupun hanya aku yang dapat mendengar suara
itu, aku tetap merasa sedih.
Yaah, tapi sebenarnya, hatiku tidak selemah
itu.
Hidup di dunia lain seperti ini, bahkan jika
dia tidak menginginkannya, pikiran dan hatinya pasti akan terlatih.
“Um, terima kasih banyak.”
Saat aku sedang memikirkan berbagai macam
hal, gadis di depanku berterima kasih.
Saat dia membungkuk, rambutnya yang berwarna
madu berayun dan menutupi wajahnya.
Merapikan rambutnya lagi dengan jarinya, dia
menatapku dengan tatapan gelisah.
Hah? Kelihatannya seperti dia takut padaku?
[Walaupun mereka hanyalah goblin, tapi kamu
memang membunuh empat ekor dari mereka seorang diri.]
Oh, jadi begitu.
Walaupun aku memakai serangan kejutan, pada
akhirnya sepertinya aku bekerja terlalu keras.
Sepertinya aku sedikit berlebihan.
Di sebuah guild yang berada di daerah
terpencil seperti ini, dia pasti tidak membayangkan kalau akan ada seorang
petualang sekuat itu.
Tapi, kali ini aku hanya sedang beruntung.
Kenyataan kalau dagger yang ku lemparkan
bergerak lurus, saat aku dapat menahan menahan serangan goblin dan serangan
kejutan itu pasti membuat mereka panik, semua itu hanyalah berkat keberuntungan
sehingga aku dapat menang seperti itu.
[Setelah menunjukkan pertarungan gila seperti
itu, tentu saja petualang pemula pasti akan takut padamu.]
“Diam.”
“?” (Si cantik.)
Tanpa sengaja aku mengatakannya dengan keras
lagi. Gadis itu, yang tidak dapat mendengar suara Ermenhilde, menatap
kebingungan padaku.
Karena itu pasti membuatku seperti sedang
berbicara sendiri.
Malahan, gadis itu tidak sedikitpun terlihat
waspada karena itu. dia pasti memiliki mental baja.
Untuk kedepannya, saat menyelamatkan
seseorang, aku akan berusaha menolongnya dengan membantu mereka melarikan diri
saja daripada mengalahkan monsternya.
Yaah, aku sudah beberapa kali menyelamatkan
orang lain dalam kurun waktu satu tahun ini tapi aku selalu gagal untuk
melakukan hal itu.
Saat aku sedang memikirkan hal itu, ibu
pemilik penginapan datang membawakan jus buah.
Ngomong-omong, minumanku hanyalah segelas
susu. Walaupun aku tidak memintanya, secara otomatis dia membawakanku yang
paling murah.
Aku sangat berterima kasih atas perhatiannya
pada keadaan menyedihkan kantungku.
Aku berterima kasih padanya dengan tatapanku
dan mengacungkan ibu jariku.
[...Ini sangat menyedihkan.]
“Susu baik untuk tubuh. Aku sangat
menyukainya.”
[Tapi minuman kesukaanmu masih tetaplah bir
yang tidak terlalu baik untuk tubuh.]
Aku tidak dapat
membantahnya.
Hari ini
kantungku sedikit gemuk, aku pikir perasaanku sedang sedikit baik.
“...Um.”
“Silakan
diminum. Saat kamu kelelahan sebaiknya kamu meminum sesuatu yang manis.”
Dua puluh empat
keping koin tembaga. Itu adalah penghasilanku hari ini.
Kalau untuk
sehari aku membutuhkan delapan keping tembaga, aku pikir dengan ini aku dapat
hidup selama tiga hari tanpa masalah.
Jadi uang
bukanlah masalah untukku saat ini.
Kemewahan juga
akan memperkaya jiwa seseorang.
Saat memikirkan
hal filosofis seperti itu, aku berpikir apakah pendapat itu memang benar.
“Terima, kasih.”
Memegang gelas
kayu itu dengan kedua tangannya, dia mulai meminumnya secara perlahan.
Dia pasti tidak
menyadari kalau tubuhnya membutuhkan banyak gula dan dia segera meminum
semuanya.
Dia meminumnya
sambil terlihat sangat menikmatinya. Sambil melihatnya seperti itu, aku juga mulai
meminum susuku.
Susunya tidak
memiliki rasa seperti yang ada di Jepang modern, gampangnya, sangat biasa.
Tapi aku masih
tetap meminumnya. Tidak masuk akal untuk mensia-siakannya. Itu akan sangat
sia-sia.
...Tapi aku
pikir sekarang aku mengerti alasan kenapa anak-anak tidak suka minum susu.
“Jadi, um... apa
aku setidaknya boleh tahu namamu?”
Rasa susunya
menjadi semakin buruk tapi suasananya sepertinya menjadi sedikit lebih baik,
jadi kau memutuskan untuk mencoba berbicara dengannya.
Kenapa gadis
petualang pemula ini sangat terpaku pada permintaan pembasmian monster?
Aku tidak
terlalu ingin untuk mencari tahunya terlalu dalam tapi jika dia memiliki alasan
yang penting mungkin aku tidak keberatan untuk sedikit membantunya.
Karena dia gadis
yang cantik. Aku tidak punya alasan lain untuk mengenal seorang wanita.
[Susunya
menempel di kumismu... pfft.]
Oops. Aku
membersihkannya dengan lenganku.
Kerja bagus,
Ermenhilde.
[...Menyedihkan.]
Biarkan saja.
“Namaku
Fransisca. Fransisca Barton.”
“Barton....”
[Hmm, jadi
ternyata dia benar-benar seorang bangsawan.]
Dia memiliki
nama keluarga. Di dunia ini, rakyat biasa tidak memiliki nama keluarga.
Hanya bangsawan
dan keluarga keturunan ksatria yang diperbolehkan untuk memiliki nama keluarga
di duniai ini.
Dari auranya,
aku memang berpikir kalau dia mungkin seorang bangsawan, tapi aku tidak
menyangka kalau ternyata dia benar-benar seorang bangsawan.
Jarang sekali
ada seorang bangsawan yang menjadi seorang petualang. Atau malah hampir tidak
ada.
Mungkin ada
kalanya seorang bangsawan menjadi seorang petualang untuk mencari ketegangan
dan tantangan tapi mereka biasanya adalah anak kedua dan ketiga yang tidak
dapat mewarisi keluarganya.
Dan juga,
kebanyakan dari mereka akan segera menyerah setelah mengalami sulitnya hidup
sebagai seorang petualang.
Aku pernah
berada dalam satu kelompok dengan orang seperti itu dan mereka biasanya bahkan
enggan untuk tidur berkemah di luar.
Aku penasaran
sebenarnya apa yang mereka harapkan dari seorang petualang.
Dan anak kedua
dan ketiga itu juga, pada akhirnya, membuka usaha atau bekerja di bidang
administrasi.
Pada dasarnya
mereka sama sekali tidak memiliki masalah keuangan. Jadi tentu saja mereka akan
memilih cara mendapatkan uang yang lebih aman daripada menjalani kehidupan
sebagai seorang petualang yang penuh dengan bahaya.
Ada banyak hal
seperti manajemen maupun administrasi yang harus mereka pelajari tapi itu masih
jauh lebih baik daripada mempertaruhkan hidupmu, menurutku.
Jadi, jarang ada
bangsawan yang menjadi petualang. Apalagi untuk gadis cantik seperti dia.
Setelah
mengetahui kalau dia adalah seorang bangsawan, aku menjadi cemas kalau mungkin
dia sebenarnya sedang dibebani oleh semacam hutang yang sangat besar karena
ditipu oleh seseorang.
Sebenarnya itu
cukup masuk akal.
Bagaimanapun
juga, dia pasti putri dari keluarga Barton, tapi... aku belum pernah mendengar
nama itu sebelumnya.
Mungkin itu
keluarga bangsawan kelas rendah.
“Aku Renji. Saat
ini aku sudah menjadi petualang selama tiga tahun.”
Aku harus
menyebutkan namaku.
Nama Renji
memang langka, tapi itu bukan berarti tidak ada orang lain dengan nama itu.
Tapi nama Yamada
pasti hanya ada satu di dunia ini. Aku ragu kalau ada Yamada lain di dunia ini.
Jadi, aku
memutuskan untuk hanya menggunakan Renji sebagai namaku agar aku tidak terlalu
menarik perhatian.
“Tiga tahun....”
Dengan lucunya
dia memiringkan kepalanya.
Yaah, aku tahu
apa yang ingin dia katakan.
Kalau seseorang
menjadi seorang petualang selama tiga tahun, dia pasti hanya akan menjadi
petualang kelas menengah.
Pada tingkatan
itu, pasti akan sangat mengejutkan jika ada seseorang yang dapat mengalahkan
goblin dengan mudahnya seperti yang baru saja ku lakukan.
Yaah, tapi
sebenarnya itu berkat kompensasi perpindahan dunia. Dan juga cheat milikku, Ermenhilde.
Tanpa itu semua,
aku pasti akan benar-benar tidak lebih dari penduduk C.
“Jadi, kenapa
seorang bangsawan mencoba menjadi seorang petualang?”
Terlebih, sangat
terpaku pada pembasmian monster.
Karena dipanggil
bangsawan, ekspresi Fransisca-san menjadi muram.
Jangan-jangan,
dia tidak suka dipanggil dan diperlakukan sebagai bangsawan?
“Aku punya
alsanku sendiri.” (Fran(sisca))
“Hmm.”
Aku meminum
susuku. Rasanya masih tidak enak.
“Apa alasan itu
yang membuatmu sangat terpaku pada pembasmian monster?”
“Ya.”
Yaah, aku tidak
terlalu peduli apakah dia itu bangsawan atau bukan, hal itu bukanlah masalah
untukku.
Daripada itu,
alasan macam apa yang membuatnya harus membahayakan hidupnya?
Tindakannya hari
ini bukan lagi membahayakan hidupnya tapi membuang hidupnya.
Aku menjadi
penasaran dengan alasannya itu.
Tidak ada
ruginya juga untuk sebatas mendengarkannya.
Dan juga, aku
mencium bau uang. Dia adalah bangsawan dan juga petualang pemula. Jika aku
membantunya, aku mungkin akan mendapatkan imbalan... atau sesuatu semacamnya.
Tapi itu
bergantung pada keadaan. Aku ingin menghindari semua bahaya.
Jika alasan itu
terdengar seperti sesuatu yang sangat berbahaya... yaah, mungkin akan mencoba
untuk membantunya sedikit, mungkin.
“Sebenarnya, aku
sedang menjalani ujian dari akademi....”
“...hmm?”
“Jika aku gagal
dalam ujian itu maka aku akan dikeluarkan.”
Apaan, ternyata
alasannya jauh lebih ringan dari apa yang ku bayangkan.
Tapi aku
penasaran apa hubungannya ujian itu dengan dia menjadi seorang petualang.
Jika berbicara
untuk menghadapi ujian maka kamu hanya perlu duduk dan belajar sekuat tenaga.
“Kamu hanya
perlu belajar, kan?”
‘Dia merasa gugup dengan ujian praktiknya jadi dia memutuskan
untuk berlatih dengan melawan monster sungguhan.’
Jika dia mati
dengan alasan seperti itu, kedua orang tuanya bahkan takkan mampu menangisi
kematiannya. Tapi pada akhirnya mereka pasti tetap akan menangis.
“Umm... Aku
cukup percaya diri dengan ujian tertulis tapi untuk ujian praktiknya...” (Fran)
[Tipe anak besar
kepala banget.]
Jangan berkata
seperti itu.
Aku memukul
medali dari atas sakuku. Ouch, pahaku sakit.
“Yaah, kamu
memang terlihat buruk dalam pekerjaan fisik.”
“Uu.”
Dia pasti sangat
merasakan hal itu(Baperan) karena dia sampai mengerang
dan menundukkan kepalanya.
Dia terasa
seperti binatang kecil.
Dan juga, aku
dapat melihat belahan dadanya... yaah, dengan beban seperti itu tentu saja dia
akan kesulitan menggerakkan tubuhnya.
Setelah memahami
hal itu, aku merasa kalau apa boleh buat kalau Fransisca-san buruk dalam hal
itu.
Malahan,
sebenarnya apa yang kamu makan sampai mendapatkan sesuatu seperti itu?
Di antara rekan
perjalananku dulu, ada seorang wanita yang usianya tidak jauh berbeda dariku.
Dia, yaah... itu
lah. Kalau aku harus menjelaskannya, jika kamu menatap bagian itu maka kamu
pasti akan di garap olehnya jadi tidak ada yang berani melakukannya.
Momong omong,
digarap di sini maksudnya dibunuh.
Aku ingin kamu
memberitahunya apa yang biasanya kamu makan sampai mampu mendapatkan sesuatu
seperti itu.
“Ujian praktik
itu, yaah, mempelajari bagaimana caranya menggerakkan tubuhmu dengan benar,
kan? Sebaiknya kamu berhenti mencoba untuk bertarung melawan monster atau
semacamnya.”
Tapi yaah, aku
tidak dapat mengatakannya secara langsung kalau dia tidak cocok untuk melakukan
hal seperti itu.
Yaah, karena aku
sudah mendengar keadaannya, aku tidak dapat menyarankannya untuk melawan
monster.
Tapi kalau dia
masih bersikeras untuk melakukannya, maka mau tidak mau aku harus mengatakan
hal itu secara langsung.
“Mmm... justru
pembasmian monster adalah isi dari ujian praktiknya.” (Fran)
“.....”
[Gadis ini pasti
akan gagal.]
Menurutku juga
begitu.
Malahan, sekolah
macam apa yang menyuruh siswanya memburu monster.
Pasti akan jatuh
korban. Bukankah itu buruk bagi sekolah itu sendiri, dalam banyak artian?
“Sekolah mana
memangnya?”
“Akademi kota
sihir, jaraknya sekitar tiga hari dari sini dengan kereta kuda.”
Malahan sekolah
yang kelewat terkenal.
Kota sihir itu
yaah sama seperti namanya, kota itu adalah tempat bagi berbagai macam penyihir
untuk berkumpul baik untuk belajar maupun untuk meneliti tentang sihir.
Sama seperti
kota itu, ada juga kota strategi, kota bisnis sains, kota pengolah logam, dan
lain sebagainya.
Kota strategi
adalah tempat di mana mereka yang tidak dapat menggunakan sihir berkumpul. Di
sana mereka akan diajari bagaimana caranya untuk menggunakan pedang dan tombak
dan juga siasat bertarung. Lulusan sekolah itu biasanya bekerja sebagai ksatria
atau prajurit di ibu kota kerajaan. Di kota ini jumlah Dojo jauh lebih banyak
daripada jumlah sekolah. Sederhananya, kota ini dipenuhi dengan idiot otak
otot.
Kebanyakan dari
mereka hanya tahu dasar cara membaca maupun menulis dan terkadang ada juga yang
mampu melakukan perhitungan sederhana.
Kota bisnis
sains adalah, sesuai dengan namanya, itu adalah kota di mana jual beli dan
bisnis sangat makmur dan juga menjadi kota terbesar di negara manusia [Imnesia].
Aku pikir di
sana bahkan lebih ramai daripada di Ibu Kota kerajaan.
Dan juga, di
sana juga terdapat sekolah yang mengajarkan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan bisnis. Yaah, memang bagus kalau banyak uang yang mengalir di sana, tapi
kota itu juga memiliki sisi gelapnya dan juga aku tidak dapat menyebut kalau
keamanan di sana itu baik.
Kota pengolah
logam adalah kota para pandai besi. Setelah mengundang elf dan dwarf dari
negara para setengah-manusia [Elfreim], mereka membuat senjata yang dapat diberkahi
dengan sihir dan juga senjata yang terbuat dari mithril di sana.
Senjata sihir
maupun senjata mithril yang diperdagangkan di seluruh [Imnesia] hanya dibuat
dan dikembangkan di kota itu.
Di sana tidak
terlalu efisien tapi sepertinya di sana terdapat masalah seperti politik,
peredaran uang dan barang , dan lain sebagainya.
Setiap kota
besar juga memiliki sebuah tempat untuk belajar tapi jika kamu ingin serius
dalam belajar, biasanya kamu akan pergi ke salah satu kota itu. Tapi, biasanya
hanya bangsawan kaya maupun seorang jenius yang mendapatkan beasiswa dari
penduduk kota yang dapat bersekolah di sana.
Seorang anak
dari desa terpencil takkan mampu untuk membayar biaya sekolah dan akhirnya di
keluarkan dan dipulangkan.
Kalau begitu,
itu berarti kalau gadis di hadapanku ini pasti nona muda dari sebuah keluarga
bangsawan kaya.
Akademi kota
sihir... ujian praktik di sekolah itu adalah pembasmian monster, ya?
Aku pikir aku
sudah salah sangka kalau memberikan catatan penelitian itu lebih terasa
penyihir banget.
“Apa kamu tidak
membentuk kelompok dengan teman sekelasmu?”
“Sebenarnya aku
juga berencana seperti itu tapi sepertinya semua orang menghindariku....”
“Apa?”
[Apa-apaan itu?]
Aku hanya bisa
mengeluh sambil merasa kesal.
Aku tidak tahu
alasannya kenapa tapi teman sekelasnya yang membuat gadis ini melakukan sesuatu
seperti berburu monster seorang diri pasti sudah gila.
Entah mereka
tidak tahu tentang bahayanya atau mereka memiliki alasan tersendiri.
Aku tidak tahu
berada di tingkatan apa keluarganya tapi gadis ini tetaplah putri keluarga
bangsawan. Kalau terjadi sesuatu, sekolah itu juga pasti harus bertanggung
jawab.
Kedengarannya
merepotkan.
“Umm, aku punya
sebuah permintaan....”
Ah, sudah ku
duga.
Aku tahu apa
yang ingin dia katakan.
Masalahnya
adalah apakah aku harus menerimanya atau tidak.
Aku tidak merasa
keberatan. Dan juga, jika dia adalah bangsawan, seharusnya aku juga akan
mendapatkan imbalan yang lumayan.
Tapi masalahnya
adalah kenapa gadis ini dibiarkan untuk memburu monster seorang diri.
Aku harap aku
hanya terlalu memikirkannya tapi bagaimana kalau sesuatu terjadi?
Aku sangat tidak
menyukai masalah. Aku tidak keberatan untuk mengajari gadis bangsawan ini
tentang kehidupan seorang petualang.
Bahkan aku, jika
dengan ini aku dapat menjadi lebih dekat gadis cantik seperti dirinya, aku akan
dengan senang hati menerimanya.
Tapi, aku sangat
membenci masalah.
Aku memiliki
alasanku sendiri. Aku sangat membenci masalah dan terlalu menarik perhatian.
Tapi aku
menginginkan uang, sangat menginginkannya.
Jika imbalannya
dari sesama petualang maka, mungkin kepingan emas—tidak, bahkan mungkin
kepingan perak....
“Bisa tolong
ajari aku bagaimana caranya untuk bertarung?”
“Oke, baiklah.”
Sambil
mencondongkan tubuhnya ke depan, dia menatapku dengan tatapan serius.
Tepat sekali,
dia mencondongkan tubuhnya.
Saat dia
melakukannya, bukit yang tertekan oleh pelindung dadanya bergoyang.
Dan tanpa ku
sadari, aku sudah menerima permintaannya.
[Aku takkan
marah jadi coba katakan di mana kamu menatapnya saat kamu memberikan jawabmu
tadi? Katakan saja.]
Aku memalingkan
wajahku.
Itu bukan karena
aku merasa bersalah atau bagaimana. Dan itu juga bukan karena aku takut pada
Ermenhilde yang berada di dalam sakuku.
Itu karena
pemandangan di luar jendela sangat cerah.
◆◆◆◆
Saat kami
kembali ke guild, si petualang berwajah beruang sudah menghilang.
Mungkin, dia
menemukan beberapa petualang pemula dan mengajari mereka bagaimana caranya
untuk berburu.
Di desa terpencil
seperti ini, anak muda adalah sumber daya yang sangat berharga.
Mereka harus
dilatih dengan baik dari dasarnya agar suatu hari nanti mereka juga dapat
mewariskan pengetahuan itu pada generasi selanjutnya.
Si anak di meja
resepsionis menatap ke arahku dengan tatapan terkejut.
“Mengejutkan...
Renji-san membawa seorang wanita bersamanya.”
“Fu—bahkan aku
dapat melakukan hal seperti ini kalau aku menginginkannya.”
[Tapi biasanya
kamu tidak melakukan apapun.]
Diam.
Aku mengutuk
medali di dalam sakuku, yang membuat komentar dengan wajah kesal, di dalam
kepalaku.
Tapi, walaupun
begitu, suara itu terdengar seperti sedikit senang, mungkin karena saat ini aku
akan mengambil pekerjaan yang layak.
Itu juga,
pembasmian monster yang tidak pernah ku lakukan tidak peduli sudah berapa kali
aku diminta untuk melakukannya.
Aku harap dia
takkan menggunakan hal ini sebagai kesempatan untuk mulai memarahiku agar
mengambil pekerjaan seperti ini lagi
Yaah, tapi
setelah mendapatkan imbalan dari pekerjaan ini aku akan dapat hidup damai untuk
sementara waktu.
“Walaupun
begitu, kota sihir ya? Dia datang dari tempat yang cukup jauh hanya untuk
mencari buruannya.”
Aku yakin ada
cukup banyak guild di sana. Mungkin memang akan sedikit merepotkan untuk
mencari permintaan pemusnahan monster yang dibutuhkan tapi setidaknya itu akan
sedikit mengurangi risiko.
Walaupun begitu,
menghabiskan tiga hari untuk mencapai desa terpencil ini memang cukup
mengejutkan.
Berdasar
pengakuannya, sampai dia sampai di tempat ini dari kota sihir, dia tidak menemukan
permintaan pembasmian monster yang dia butuhkan.
Aku pikir hal
seperti itu juga kadang terjadi.
Jika seorang
pelajar ingin memburu monster, sasarannya paling hanya sebatas goblin atau
kobold. Dan juga biasanya dia akan ditemani oleh seorang ahli.
“Baiklah,
monster seperti apa yang kamu cari?”
Aku diminta
untuk mengajarinya bagaimana cara untuk bertarung tapi jika aku tidak
mengetahui sasarannya maka aku takkan mampu melakukannya.
Saat kami
berjuang untuk mengalahkan Dewa Iblis, aku sudah bertarung dengan berbagai
jenis monster jadi aku cukup memahami ciri khas mereka.
Jika itu adalah
monster yang permintaan pembasmiannya muncul di desa terpencil seperti ini,
maka bahkan aku seharusnya dapat mengajarinya cara untuk mengalahkan makhluk
itu.
Ya, benar
sekali. Dengan permintaan sederhana seperti ini, aku dapat mendapatkan imbalan
yang banyak.
“Itu adalah
Orc.”
“Babi ya?”
[Jika semuanya
berjalan lancar, kamu juga akan dapat mendapatkan makanan yang mewah.]
Orc.
Makhluk itu
sebenarnya bukanlah seekor babi tapi seekor monster yang memiliki hidung dan
taring yang mirip dengan babi. Terlebih, tidak ada babi di dunia ini, jadi kata
babi sendiri itu tidak ada.
Saat aku melihat
Fransisca-san memiringkan kepalanya karena perkataanku yang aneh, aku merasa
tenang.
Orc itu.
Tingginya
sekitar dua meter. Ciri khasnya adalah kekuatan fisik dan stamina. Makhluk itu
cukup kuat karena tubuhnya yang besar.
Pergerakannya,
sesuai dengan tubuhnya, lambat jadi selama kamu tidak kehilangan kewaspadaanmu
dan bertindak ceroboh, maka kamu akan mampu menanganinya... mungkin.
Aku menatap pada
Fransisca-san.
...Staminanya
mungkin takkan bertahan sampai dia mampu membunuh seekor Orc.
“Apa ujianmu
juga memiliki batas waktu penyelesaian?”
“Satu bulan. Aku
sudah menggunakan sekitar satu Minggu jadi hanya tersisa sekitar dua puluh
hari.”
“Berarti kita
punya cukup banyak waktu.”
Goblin dan
kobold muncul di padang rumput tapi Orc hanya muncul di gua dan hutan.
Atau terkadang
mereka datang ke pemukiman penduduk dan ladang untuk berburu.
Orc biasanya
pemakan segalanya. Sayuran, daging, bahkan manusia. Jadi, jika mereka muncul di
sebuah desa, permintaan pembasmian akan segera diajukan. Dan karena mereka
mudah untuk diburu, permintaan seperti itu dapat diatasi dengan cepat.
Makhluk itu
cukup kuat tapi gerakannya sangat lambat. Dagingnya bisa dijual dengan harga
mahal karena rasanya yang sangat enak.
Imbalan dari
permintaan ini ditambah dengan hasil penjualan daging Orc. Dengan pendapatan
itu setidaknya aku akan dapat hidup tenang selama sekitar sepuluh hari.
Karena tidak ada
gua di sekitar sini, kami harus pergi ke dalam hutan atau pada kemungkinan
terburuk, pergi ke desa tetangga yang dekat dengan sebuah gua.
Sudah hampir
satu bulan sejak aku menetap di desa ini.
Aku pikir tidak
ada salahnya untuk berpindah sekarang. Bertemu dengan Fransisca-san pasti
adalah keberuntunganku.
“Sepertinya,
kita harus bersiap untuk melakukan perjalanan.”
“Perjalanan, ya?”
“Untuk saat ini,
tujuan kita adalah untuk mencari Orc.”
[Perjalanan ini
memiliki tujuan yang sangat aneh....]
Aku setuju.
Tapi itu memang
sangat khas kami.
Aku tertawa
kecil bersama rekanku, Ermenhilde.
Dan rekan baru
kami menatap kebingungan padaku.
--------------------------------------------------------
Prev - TOC - Next
--------------------------------------------------------
Prev - TOC - Next
--------------------------------------------------------
1 Comments
Mungkin MC nya ini buronan dah.... tiap bulan ganti tempat tinggal dan dari kalimat nya itu...
BalasHapusPosting Komentar