ROKUJOUMA NO SHINRYAKUSHA!?
JILID 7 BAB  1
SANTA DAN HARUMI

Bagian 1
Selasa, 22 Desember
Bola boling yang Koutarou lempar sedikit memantul sekali sebelum melucur lurus di sepanjang jalur. Dengan kecepatan yang cukup, bola boling tersebut dengan cepat sampai di ujung jalur boling sepanjang 20 meter itu.
Bola tersebut mengenai pin di tengah, sesuai rencana, dan menyapu semua pin di belakangnya. Pin-pin yang berada di luar jalur bola dijatuhkan oleh in lain.
“Jatuh, jatuhlah kalian semua!”
Koutarou berteriak dengan suara keras, seolah-olah mencoba menjatuhkan pin-pin tersebut dengan semangat juangnya. Tetapi, semangat juangnya tersebut tidak sampai kepada semua ping, masih ada satu pin yang masih berdiri.
“Sial, belum cukup.”
“Kou, kau terlalu polos.”
Kenji berdiri dari kursinya sambil tertawa ke arah Koutarou saat Koutarou menurunkan bahunya. Karena mereka main berpasangan, sekarang adalah giliran Kenji.
“Jika kau tidak memberi sedikit putaran lagi kepada bolanya dan berhenti mengincar pin tengah, kau hanya bisa mengandalkan keberuntungan saja.”
“Diam. Biarkan aku melakukan apa yang kumau. Trik-trik kecilmu itu tidak cocok buatku.”
“Memberikan sedikit putaran pada bola itu bukan trik.”
Setelah bertukar tempat dengan Koutarou, Kenji melempar bola bolingnya dengan postur yang cantik. Berbeda dari lemparan Koutarou, bolanya menggelinding di jalur boling dengan lekukan yang mulus, berkat putaran yang diberikan pada bola tersebut.
Kemudian bola tersebut meluncur menuju pin terakhir.
“Lihat?”
“Sisa satu pin saja, bukan masalah jika kau memberikan putaran maupun tidak.”
Berkat lemparan presisi Kenji, mereka mendapat spare[1].Tapi Koutaroy kelihatan sedikit bete.
Hari ini tanggal 22 Desember, dan meskipun hari sudah siang di hari kerja, mereka libur karena liburan musim dingin.
Memanfaatkan liburan tersebut, mereka telah datang ke arena boling di dekat stasiun untuk bermain. Alasan kenapa mereka berdua bermain bersama adalah karena mereka sedang berpartisipasi dalam kompetisi ganda.
“Kita menang.”
“Tapi kita bukan juara satu.”
“Kenapa kau selalu merusak perayaan orang lain, Mackenzie-kun.”
Keduanya memegang sertifikat hadiah saat meninggalkan arena boling. Pada akhirnya, mereka mendapat skor 180. Skor yang cukup tinggi bagi orang amatir; berkat hal itu, peringkat mereka cukup tinggi dan mereka mendapat hadiah. Apa yang mereka dapat adalah kupon belanja2.000 yen di mal terdekat.
“Aku suka mengincar peringkat satu.”
“Dan gaya hidupku sedang dipertaruhkan.”
Meskipun mereka tidak mendapat jumlah yang mengesankan, bagi Koutarou yang hidup sendiri, hadiah tersebut adalah pendapatan yang hangat. Baginya, sertifikat hadiah ini lebih berharga daripada hadiah pertama berupa jalan-jalan ke Hawaii. Tamasya ke Hawaii hanya akan menambah beban pengeluaran yang harus dia tangani selama musim dingin ini. Kupon belanja 2.000 yen ini sempurna bagi dirinya sekarang.
“Ah, benar juga, aku punya kado buat orang miskin sepertimu.”
Kenji mulai mencari-cari di dalam tasnya setelah ingat sesuatu saat mereka mengobrol. Ketika Koutarou menoleh ke arahnya, Kenji telah menarik keluar dua buah buklet.
“Apa itu?”
“Jangan bicara begitu. Ini adalah alasan awal kita janji bertemu.”
“Oh iya.”
Kata-kata ‘Putri Perak dan Ksatria Biru, Bab 2’ tertulis di sampul buklet tersebut. Buklet itu adalah naskah baru yang telah Theia tulis belum lama ini.
Alasan utama kenapa Koutarou dan Kenji bertemu hari ini adalah untuk bermain. Apa yang menciptakan peluang ini adalah Kenji yang ingin memberikan naskah baru tersebut pada Koutarou.
“Hmm, kali ini naskahnya benar-benar dalam bentuk buku.”
Koutarou menyuarakan kekagumannya saat dia membolak-balik halaman buklet tersebut. Naskah sebelumnya ditulis di kertas yang disatukan oleh penjepit kertas, tapi kali ini naskahnya dijadikan sebuah buku.
“Anggaran yang dipakai kali ini kan bertambah.”
“Aku merasa sedikit senang.”
Berkat kepopuleran drama sebelumnya, anggaran klub drama dinaikkan. Dan karena sebuah mall mensponsori mereka, mereka juga menerima bantuan dari pihak sana. Karena hal itu, drama selanjutnya akan diadakan dengan skala yang lebih besar.
“Ngomong-ngomong, kenapa ada dua?”
“Satunya buat Sakuraba-senpai. Toh kalian akan bertemu saat kegiatan klub, kan?”
“Ah, begitu ya. Aku mengerti. Aku akan memberikan naskah ini padanya.”
Koutarou mengangguk dan menaruh kedua buklet tersebut ke dalam tasnya.
Perkumpulan merajut punya rencana kegiatan klub selama musim dingin. Karena rencananya mereka punya kegiatan besok, Koutarou bermaksud untuk memberikan buklet tersebut besok.
“Baiklah.”
Setelah menaruh tasnya, Koutarou mengeluarkan ponselnya untuk mengecek waktu saat ini. Jam di ponselnya menunjukkan kalau sekarang sudah lebih dari jam 3 sore.
“Mackenzie, sudah saatnya aku pergi.”
“Apa, kau sudah mau pulang? Gak bisa tinggal sebentar lagi?”
“Gak bisa. Sebenarnya aku dapat kerja paruh waktu baru.”
“Lagi?”
“Membagikan pamflet untuk sebuah toko kue.”
Pekerjaan penggalian puing-puing Koutarou dan Kenji masih berlangsung; tapi, karena waktunya mendekati akhir tahun, penggalian tersebut ditunda. Oleh karena itu, untuk sementara ini, Koutarou mengambil kerja paruh waktu yang baru.
“Apa keadaanmu benar-benar buruk? Bapakmu mengirim uang, kan?”
“Tidak menyentuh uang bapakmu adalah cara hidup seorang pria sejati.”
Koutarou tertawa bangga dan menaruh ponselnya kembali ke dalam saku. Dia kemudian membalikkan tubuhnya membelakangi Kenji.
“Yah, sampai jumpa.”
“Ya, sampai jumpa lagi.”
Kemudian, Koutarou berjalan kaki, tanpa menoleh ke arah Kenji.
“...Hmm, kerja paruh waktu baru, ya...”
Setelah ditinggalkan, Kenji menatap Koutarou selama beberapa saat sambil memiringkan kepalanya. Sesuatu tentang Koutarou yang mengambil kerja paruh waktu baru membuatnya terganggu.
Sejak Kenji bekerja bersama Koutarou di situs penggalian puing-puing, dia sudah punya pemahaman yang baik mengenai keadaan finansial Koutarou. Karena dia tahu hal itu, meskipun sekarang adalah akhir tahun, dia tidak berpikir kalau Koutarou perlu kerja paruh waktu lain.
“...Dia juga jarang nongkrong denganku akhir-akhir ini. Apa dia punya pacar? Dan sekarang dia sedang bekerja demi uang jajan buat Natal? Tidak, pasti bukan itu...”
Ketika Kenji sedang bergumam sendiri, seseorang mendekatinya.
“Pacar? Apa kau mulai berpacaran dengan gadis lain, Mackenzie-kun?”
“Oh? Kemana Satomi-sama pergi?”
Shizuka dan Ruth mendekati Kenji. Mereka berdua datang ke stasiun untuk berbelanja di supermarket. Saat mereka keluar dari supermarket, mereka melihat Koutarou dan Kenji lalu datang ke bagian luar arena boling.
“Oh? Kasagi-san dan Ruth-san?”
“Halo, Mackenzie-kun.”
“Halo. Jadi kemana Satomi-sama pergi, Mackenzie-sama? Tadi dia kelihatannya ada disini.”
Setelah selesai memberi salam, Ruth mencari-cari Koutarou di sekitar area tersebut.
Karena banyak ibu rumah tangga yang datang berbelanja, mereka tidak bisa lagi melihat Koutarou.

“Kou bilang dia punya kerja paruh waktu baru dan baru saja pergi.”
“Kerja paruh waktu baru? Apa kamu tahu hal itu, Ruth-san?”
“Tidak, saya baru mendengarnya.”
Baik Shizuka maupun Ruth belum pernah mendengar berita tentang kerja paruh waktu Koutarou yang baru ini.
“Kalian juga belum pernah dengar?”
“Kamu juga, Mackenzie-kun?”
“Iya, aku baru saja dengar. Tapi jika kalian berdua saja belum pernah mendengar berita ini... ini mulai kelihatan mencurigakan...”
Kenji tersenyum lebar sambil menengok ke arah dimana Koutarou pergi. Senyumannya ini kelihatan sangat mirip dengan senyuman yang muncul di wajah Koutarou setiap kali dia akan menjahili Kenji. Melihat hal itu, Ruth bertanya apa maksudnya pada Kenji.
“Apa maksudnya mencurigakan?”
“Kou tidak memberitahu apapun pada teman dekatnya tentang kerja paruh waktunya yang baru. Jadi kupikir mungkin dia sudah punya pacar dan sedang menabung buat kencan.”
Kenji menduga kalau Kotarou mungkin sudah dapat pacar.
Koutarou tidak bilang apapun tentang kerja paruh waktu baru ini pada Kenji, Ruth dan yang lainnya. Kenji adalah teman lamanya, dan Koutarou sudah akrab dengan Ruth dan yang lain akhir-akhir ini. Tapi karena Koutarou merahasiakan ini membuat Kenji menyangka kalau Koutarou punya rahasia busuk atau dia sedang menghabiskan uang untuk sesuatu yang tidak ingin diketahui oleh orang lain. Karena dia tidak bisa membayangkan kalau Koutarou melakukan tindakan kriminal, kemungkinannya menjadi terbatas.
Jadi, perkiraan Kenji ialah Koutarou mungkin sudah dapat pacar.
Jika Kenji ketahuan nongkrong bersama dengan seorang gadis, Koutarou, Shizuka dan yang lain pasti akan ribut. Jadi Koutarou mungkin sedang menyembunyikan keberadaan pacarnya untuk mencegah hal yang sama terjadi padanya.
“Satomi-kun punya pacar, ya. Siapa ya... aku benar-beanr ingin tahu!”
Setelah mendengar perkiraan Kenji, mata Shizuka mulai bercahaya. Karena dia menyukai topik semacam ini, dia dengan cepat mulai membayangkan pasangan-pasangan yang mungkin.
“Satomi-sama punya kekasih...?”
Ruth menunjukkan reaksi yang sangat bertolak belakang dengan Shizuka. Ekspresi lembutnya yang biasa berubah menjadi ekspresi yang sangat pahit.
Jangan-jangan hubungannya dengan Kiriha-sama telah berkembang...
Masalah wanita Koutarou akan menjadi masalah Theia. Karena itu, Ruth tidak bisa mengabaikannya begitu saja.
Bagian 2
Koutarou sedang bekerja keras di tempat kerja paruh waktunya, tanpa menyadari kalau dia sedang menjadi pusat perhatian di tempat lain.
“Mau kue untuk Natal? Di Toko Roti Harukaze, kami menerima pemesanan untuk kue Natal!”
Kerja paruh waktu baru Koutarou adalah mengenakan pakaian Santa sambil membagikan pamflet.
Toko roti di depan stasiun 'Toko Roti Harukaze' telah mulai menjual kue Natal mereka untuk tahun ini. Koutarou membagikan pamflet terseut untuk mengiklankan hal itu.
“Mau kue untuk Natal? Di Toko Roti Harukaze, kami menerima pemesanan untuk kue Natal!”
Toko Roti Harukaze dimana Koutarou bekerja bukanlah satu-satunya tempat yang menjual kue Natal. Malahan, supermarket, toserba, toko kelontong dan toko makanan manis adalah rival mereka. Jadi dengan membagikan pamflet, mereka ingin mendapat pangsa pasar sebesar mungkin. Karena belum pulih dari resesi[2] baru-baru ini, ada pertempuran sengit demi menjual satu kue pun.
Sungguh, aku merasa senang...
Koutarou berpikir begitu ketikadiamembagikan pamflet ke orang-orang. Koutarou dan toko roti sedang berada dalam situasi yang mirip.
Tetapi, ada perbedaan jelas diantara keduanya.
“Selamat malam, Santa.”
Suara familiar serta riang terdengar. Ketika suara lembut itu sampai ke  telinga Koutarou, dia berhenti bergerak.
“Oh? Sakuraba-senpai?”
Saat dia menoleh ke arah suara tersebut, dia melihat Harumi sedang tersenyum di angina dingin yang berembus di seluruh mal ini. Figurnya kurus dan memberi kesan rapuh, tapi ketika Koutarou melihatnya, Koutarou merasakan sensasi hangat yang aneh. Itu karena koutarou memahami dengan betul gadis bernama Sakuraba Harumi.
Ketika mata mereka bertemu, senyuman Harumi berubah. Senyumannya kali ini adalah senyuman nakal yang baru-baru ini dia tunjukkan.
“Fufu, kupikir aku sudah menjadi anak yang baik selama tahun ini, jadi boleh minta satu?”
Harumi tersenyum sambil mengulurkan tangannya. Dia terlihat seperti anak kecil yang meminta hadiah kepada ayahnya.
“Ahaha, kalau mau naskah yang baru, aku punya satu.”
“Itu tidak terhitung hadiah. Tolong jaga harga dirimu sebagai Santa.”
“Tolong jangan minta hal yang berlebihan dari Santa paruh waktu.”
“Fufufu.”
Koutarou tersenyum dan tertawa bersama dengna Harumi. Akhir-akhir ini, keduanya dapat saling bercanda satu sama lain.
Kemajuan Harumi sebagian besar berkat nasihat cinta dari Yurika. Bagian praktiknya tidak bermanfaat, tapi tingkah Harumi sudah mulai berubah.
Tidak ada hal bagus yang datang dari menunggu.
Berkat Yurika, perasaan tersebut mulai mekar di dalam diri Harumi.
“Pertama-tama, ini pamfletnya.”
“Terimakasih, Santa.”
Koutarou memberikan satu pamfletnya kepada harumi. Dia kemudian mulai membaca isi pamflet tersebut dengan tekun.
“Aku akan memberikan naskahnya di ruang klub besok. Tasku sekarang ada di toko roti.”
“Terimakasih.”
Kelihatannya Harumi benar-benar tertarik dengan kue tersebut, karena dia menjawab tanpa melepaskan pandangannya dari pamflet di tangannya. Biasanya dia akan menatap lurus kepada Koutarou setiap kali dia berbicara dengannya. Jadi Koutarou sendiri pun bisa tahu kalau dia sedang teralihkan oleh kue tersebut. Koutarou mulai tertawa karena merasa perilaku Harumi manis atau lucu.
“Fufu, hahaha.”
“Satomi-kun?”
Harumi menoleh ke arah Koutarou sambil masih memegangi pamflet di tangannya, dia ingin tahu apa yang membuat Koutarou tertawa.
“Ada apa?”
“Ah, tidak, kuku, hanya saja kamu kelihatan sangat kekanak-kanakan, jadi aku tidak tahan lagi. Kuku, kukuku.”
“Satomi-kun...”
Harumi menyadari perilakunya sendiri dan mulai memerah. Dia kemudian menggembungkan pipi merahnya dan cemberut sambil menatap Koutarou.
“Kamu harusnya jangan menertawakan orang lain saat kamu sendiri mengenakan kostum yang manis seperti itu.”
“Kan ini sudah jadi tugasku.”
“Aku benci saat ucapanmu itu sangat blak-blakan, Satomi-kun.”
Setelah menatap Koutarou dengan pipi memerah selama beberapa saat, Harumi memasang senyuman kecil dan mengulurkan tangannya lagi.
“Boleh pinjam topinya?”
“Topi ini?”
“Iya.”
Koutarou mendengarkan Harumi dan melepaskan topi Santanya lalu memberikannya pada Harumi. Setelah memandangi topi tersebut beberapa saat, Harumi meletakkan topi itu di kepalanya sendiri.
“Bagaimana?”
“Lebih kekanak-kanakan dari sebelumnya, sangat imut.”
“Satomi-kun!”
“Tapi kalau begitu, pakai ini juga.”
Mengabaikan protes Harumi, Koutarou memasukkan tangannya ke dalam kantung besar di dekatnya. Kantung yang merupakan bagian dari kostum Santa itu sebagian besar diisi dengan kapas; tetapi, ada sesuatu selain kapas di dalamnya.
“Kamu juga harus mengenakan ini.”
“Terimakasih, Satomi-kun.”
Koutarou menarik keluar kostum Santa cadangan dari kantung tersebut. Tahun ini, hanya Koutarou yang membagikan pamflet, tapi kelihatannya di tahun-tahun lalu ada dua orang yang membagikan pamflet. Setelah menerima kostum tersebut dari Koutarou, Harumi mengenakannya di atas seragamnya.
“Bagaimana?”
Setelah mengenakan topi dan mantel Santa, Harumi memutar tubuhnya dengan tangan terbentang.
Oh... Kamu kelihatan manis, bahkan dengan pakaian ini, Sakuraba-senpai...
Itulah yang dipikirkan Koutarou saat dia menatap Harumi yang mengenakan kostum tersebut, tapi dia mengatakan hal yang berlawanan.
“Lucu, kamu kelihatan seperti sedang ikutan pameran seni sastra[3]
“Satomi-kun, akhir-akhir ini kamu jadi lebih jahat.”
Sama seperti Harumi yang dapat menujukkan berbagai emosinya di depan Koutarou, hal yang sama berlaku juga untuk Koutarou. Di masa lalu, dia tidak mungkin bercanda seperti ini. Perubahan ini terjadi berkat Harumi yang mengumpulkan keberaniannya.
Senangnya, perasaan ini...
Harumi juga bisa merasakan perubahan tersebut dan dia menyukai obrolan sepele seperti ini dengan Koutarou. Inilah yang pernah dia inginkan.
Kupikir aku bisa berusaha sedikit lebih keras...
Jadi, Harumi memutuskan untuk berusaha sedikit lebih keras, dia tidak bisa membiarkannya begitu saja. Jika dia hanya menunggu, tidak akan ada yang berubah, cara berpikir itu mendukung keputusan Harumi.
“Satomi-kun, beri beberapa pamflet lagi.”
“Senpai?”
Sekali lagi, Harumi mengulurkan tangannya.
“Kelihatannya sisa pamfletnya tidak banyak, jadi aku akan membantu.”
“Ah, tidak, ini kerja paruh waktuku, jadi aku tidak bisa menyuruhmu―”
“Kamu tadi memberiku pamflet. Tinggal beri beberapa lembar lagi.”
“Bukan itu maks―”
“Ei!”
“Ah.”
Saat Koutarou melancarkan protesnya, Harumi mengambil setengah pamflet yang sedang Koutarou peegang. Karena jumlah pamflet yang tersisa itu sekitar 50 lembar, Harumi mengambil sekitar 25 lembar.
“Senpai...”
“Fufu. Hanya segini? Ini sih tidak bisa dibilang membantu, Satomi-kun.”
Koutarou memasang wajah kesusahan di wajahnya sedangkan Harumi tersenyum dengan pamflet di tangannya.
Meskipun pakaian mereka serupa, ekspresi mereka berlawanan.
“Mau kue Natal? Kalau mau tolong mampir di toko roti Harukaze!”
“Satomi-kun.”
Ketika pamflet terakhir meninggalkan tangan Koutarou, Harumi juga kehabisan pamflet. Meskipun Harumi hampir terbawa kerumunan orang, Harumi tersenyum cerah.
“Satomi-kun, Aku sudah selesai!”
“Aku juga. Kita selesai dengan cepat berkat dirimu, Sakuraba-senpai.”
Setelah Harumi membantu, pamflet mereka seolah-olah menghilang. Karena ada gadis manis mengenakan kostum Santa, hanya butuh waktu kurang dari 10 menit sebelum mereka selesai membagikan semua pamfletnya.
“Fufu, aku senang bisa membantu.”
“Kamu benar-benar membantu. Terimakasih, senpai.”
Koutarou membungkuk kepada Harumi sedangkan Harumi tertawa riang. Saat Koutarou membungkuk, dia ingat apa yang dia rasakan saat mereka membagikan pamflet tersebut.
“Tapi, Sakuraba-senpai, kamu kelihatan sudah berubah dari musim semi.”
“Eh? B-Berubah apanya?”
Harumi menyentuh tubuh dan wajahnya dengan gelisah. Dia mengira kalau apa yang dimaksud Koutarou adalah dia sudah berubah secara fisik. Dia juga seorang perempuan;dia merasa khawatir jika ada lawan jenis yang bilang kalau dia sudah berubah, apalagi yang berkata begitu adalah Koutarou.
“Maksudnya aku lebih gemuk, atau kurus? Rasanya aku tidak berubah.”
“Kamu salah paham, duh...”
Koutarou tersenyum kecut melihat respons Harumi.
Sakuraba-senpai benar-benar sudah sedikit berubah...
Ketika dia melihat Harumi yang mulai panik, Koutarou menguatkan kembali pikirannya. Selain tingkahnya saat ini, dulu saat musim semi, Harumi tidak punya keberanian untuk membagikan pamflet. Kenyataannya, di musim semi saat Harumi merekrut anggota baru, dia pendiam dan tidak menonjol. Dan gadis yang sama tersebut sekarang sedang membantu membagikan pamflet. Sulit dipercaya kalau gadis ini kesulitan bergaul dengan orang lain. Inilah langkah besar Harumi yang bahkan Koutarou sadari.
“Dulu, kamu tidak terlalu suka berdiri di depan orang-orang, Sakuraba-senpai. Tapi sekarang kamu membantuku membagikan pamflet. Kamu seperti orang yang berbeda dari dirimu saat musim semi.”
“S-Satomi-kun.”
Ketika Koutarou memujinya dengan jujur, Harumi mulai tersipu. Harumi sendiri sadar betul tentang perubahannya, dan kenapa itu terjadi. Jadi dipuji oleh Koutarou membuatnya merasa sangat malu.
“Yah, jika orang muncul dalam drama atau pertunjukan pahlawan, orang itu pasti akan mendapat sedikit percaya diri dan keberanian.”
“Kamu mungkin benar.”
Kata-kata Harumi membuat Koutarou puas. Setelah tampil di hadapan orang banyak saat drama dan pertunjukan pahlawan, wajar jika Harumi jadi terbiasa dengan situasi seperti itu.
Kupikir aku akan memberinya masalah, tapi pada akhirnya semuanya kelihatan berhasil.
“...Selain itu, Satomi-kun selalu bersama denganku.”
“Apa?”
Koutarou tidak mendengar apa yang baru saja Harumi katakan karena melamun.
“Ah, t-tidak, bukan apa-apa, sungguh!”
Harumi merasa panik dan mengibas-ngibaskan tangannya, dia mencoba menutupi keceplosannya. Dia tidak sengaja mengatakan maksudnya yang sebenarnya, tapi dia tidak bisa membiarkan Koutarou tahu dulu. Jadi jika Koutarou tidak mendengar apa yang baru saja dia katakan, dia tidak mempermasalahkan hal itu.
“Begitu ya?”
Koutarou tidak merasa kalau tingkah Harumi mencurigakan, karena dia tahu Harumi tidak biasa dipuji. Jadi dia mengira kalau kali ini juga hal yang sama. Sehingga Koutarou sendiri yang mengganti topik pembicaraan; sebenarnya dia punya hal yang ingin dia bicarakan.
“Ngomong-ngomong, pada akhirnya kamu jadi membantu, jadi aku perlu berterimakasih dengan cara tertentu.”
Koutarou ingin berterimakasih pada Harumi. Dia tidak bisa membiarkan hal itu begitu saja setelah Harumi membantunya dalam pekerjaan yang memberinya uang.
Tapi, Sakuraba-senpai juga terlalu menahan diri dalam hal-hal semacam ini...
Meskipun Harumi senang dengan tawaran tersebut, saat ini dia sendang menggelengkan kepalanya seperti berkata kalau itu tidak perlu.
“Tidak perlu berterimakasih untuk hal semacam ini.”
“Tidak boleh. Kamu kan bukan menolongku dalam aktivitas klub atau kerja bakti.”
Hm?
Di titik itu, mata Koutarou berhenti di kostum Santa yang dikenakan Harumi.
Benar juga, kita adakan itu!
Koutarou memikirkan sebuah rencana dan mulai membicarakannya pada Harumi.
“Sakuraba-senpai, apa kamu kosong tanggal 24?”
“Tanggal 24?”
Ketika Koutarou menyinggung tanggal tersebut, hati Harumi mulai berdebar-debar.
Hari ini tanggal 22, jadi tanggal 24 masih dua hari lagi. Bulannya adalah Desember, jadi tanggal 24 adalah-
Malam Natal...
Ketika lawan jenis yang dia sukai menyinggung tanggal tersebut, mau tidak mau imajinasinya menjadi tidak karuan.
“A-aku kosong, tapi...”
Harumi menggunakan setiap sel otaknya untuk berpikir sambil mati-matian menyembunyikan rasa terkejutnya serta memaksa kata-kata keluar dari mulutnya. Kegelisahannya saat dia berdiri di panggung bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kegelisahannya sekarang.
“Oh. Kalau begitu boleh minta waktu pas tanggal 24?”
“Ah―”
Jadi ketika Koutarou mengundangnya, hati Harumi hampir berhenti.
Bagian 3
Apa yang menyambut Koutarou di kamar 106 adalah, anehnya, senyuman riang Theia. Matanya berkilauan dan dia sedang memegang sebuah buklet dengan tangan kirinya di dekat dadanya. Ketika dia melihat wajah Koutarou, dia mengulurkan tangan satunya.
“Aku pu―”
“Aku sudah menunggu, Koutarou. Cepat masuk.”
Tangan kanan Theia langsung menyambar lengan Koutarou dan menyeretnya ke dalam ruangan sebelum dia selesai bicara.
“H-Hei, tunggu, sepatuku masih belum lepas.”
“Kau boleh masuk dengan sepatumu, aku mengizinkannya.”
“Kau tidak bisa... tu-tunggu!”
Entah bagaimana Koutarou berhasil menanggalkan sepatunya di pintu masuk sambil kehilangan keseimbangan. Sanae, yang ada di dekat sana, lalu membereskansepatu tersebut dengan rapih.
“Aku tahu kau ini senang, tapi kau bukan anak kecil lagi...”
Sanae merasa heran melihat Theia, tapi pada kenyataannya, perilaku Theia yang sekarang tidak terlalu berbeda dengan tingkah Sanae sendiri. Tetapi, Sanae sendiri tidak menyadari hal itu.
“Selamat datang, Satomi-sama.”
“Sudah pulang, Koutarou.”
Theia menyeret Koutarou melewati Ruth dan Kiriha yang sedang menyiapkan makan malam di dapur, dan masuk ke ruangan dalam. Yurika, yang sedang menonton TV disana, menyingkir dari jalan Theia saat dia mendekat.
Ketika mereka mendekati dinding bagian dalam, sebuah persegi mulai bercahaya. Persegi bercahaya itu adalah pintu menuju Ksatria Biru.
“Koutarou, kita akan langsung mulai.”
“Mulai apa?”
Saat Kutarou bertanya begitu, Theia akhirnya berhenti.
Ada apa dengan Theia?
Koutarou akhirnya bisa menarik napas saat Theia berhenti. Di saat yang sama, Theia menoleh ke arahnya. Theia sedikit cemberut ketika dia mengarahkan buklet di tangan kirinya ke arah wajah Koutarou.
“Putri Perak dan Ksatria Biru, Bab 2”
Oh, aku paham. Tidak heran...
Ketika Koutarou membaca sampul buklet tersebut, dia akhirnya mengerti kenapa Theia begitu bersemangat. Buklet itu adalah naskah baru yang ditulis sendiri oleh Theia. Koutarou sering melihatnya menulis, jadi Koutarou paham kenapa Theia begitu bersemangat.
Ngomong-ngomong, naskah yang dipegang Theia didapat dari Ruth. Ruth mendapatkannya dari Kenji, sama seperti Koutarou.
Sesaat setelah Koutarou memahami situasinya, buklet itu perlahan turun, dan wajah Theia muncul dari belakangnya.
“...”
Ekspresi Theia kelihatan sedikit gelisah dan menyesal. Bagi Koutarou, dia terlihat seperti anak anjing yang meminta maaf karena kegagalannya.
Pemikiran Koutarou memang benar, dan Theia sadar kalau dia terlalu bersemangat. Ekspresinya mengecek apakah Koutarou marah atau tidak.
“Ah...”
Awalnya Koutarou mau mengeluh, tapi dia menelan keluhannya setelah melihat wajah Theia.
Jangan tatap aku dengan mata seperti itu, duh...
Matanya goyah karena khawatir. Melihat hal itu, Koutarou menggaruk kepalanya dan tersenyum pahit.
“Aku mengerti. Tapi aku perlu persiapan, jadi tunggu sebentar.”
“Ah...”
Ekspresi Theia langsung menjadi cerah, dan di saat yang sama pipinya memerah. Dia lega karena Koutaroy tidak marah, dan juga merasa malu akan tingkahnya sendiri.
“Maaf, Koutarou. Aku terlalu tergesa-gesa saat aku dapat naskahnya. Untuk saat ini kita tunda latihannya.”
Dia kemudian melepaskan tangan Koutarou yang dari tadi dia  pegang.
Kau selalu bersikap lunak padanya tiap kali wajahnya seperti itu, karena itulah kau selalu kerepotan, Koutarou.
Saat dia menatap Theia, Koutarou mengomeli dirinya sendiri. Tapi meskipun begitu, dia masih mau melakukan apa yang diinginkan Theia.
Di tengah-tengah makan malam pun, Theia membolak-balik halaman naskah tersebut. Dia menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sambil membacanya untuk memastikan tidak ada kesalahan.
“Fufu.”
Ruth tersenyum kecil saat dia melihat Theia. Biasanya Ruth akan menegut Theia mengenai sikapnya ini, tapi Ruth memilih untuk mengabaikannya kali ini. Ruth tahu seberapa banyak waktu yang dihabiskan Theia untuk drama ini, dan alasan di balik itu adalah kekaguman Theia pada Ksatria Biru dan kerinduannya untuk bertemu ibunya Elfaria. Karena mereka sudah bersama sejak lama, Ruth menyadari perasaan Theia.
“Mau tambah lagi, Satomi-sama?”
“Boleh, tolong ya.”
“Baiklah, saya akan menyiapkannya.”
Ruth telah mulai mengurusi kesehatan Koutarou secara diam-diam. Dia akan merawat kesehatan Koutarou sampai dramanya dimulai bulan depan. Itulah peran penting yang hanya bisa dilakukan oleh Ruth.
Seperti biasanya, terimakasih banyak, Satomi-sama...
Koutarou memberikancangkir tehnya pada Ruth.
Ruth mengurusi kesehatan Koutarou bukan hanya karena drama itu saja. Sikapnya ini adalah tanda terimakasihnya bagi Koutarou yang sering direpotkan olehnya.
“Koutarou, kali ini ada banyak adegan bertarung. Jadi, aku mau kita fokus ke latihan bertempur.”
“Jadi maksudmu tidak ada latihan buat tingkah seorang ksatria!?”
“Iya. Kali ini, dramanya tentang perang, jadi hanya sedikit adegan dimana sikap ksatria merupakan bagian penting. Tentu saja, jika kita punya waktu kosong kita juga akan berlatih tentang itu.”
“Baiklah, aku siap! Ini hebat!”
Ruth telah mengisi cangkir teh Koutarou dan menyiapkannya sambil mendengarkan daftar pelatihan Koutarou dan Theia, dan saat itu dia ingat kalau dia punya hal yang ingin dia konsultasikan.
“Satomi-sama, Shizuka-sama, apa kalian punya waktu?”
“Iya?”
“Ada apa, Ruth-san?”
“Sebenarnya, saya punya hal yang ingin saya bahas.”
Ruth meletakkan cangkir Koutarou di meja dan membetulkan posturnya. Koutarou yang sedang mengobrol dengan Theia, dan Shizuka yang sedang minum teh, menyadari keseriusan Ruth dan membetulkan postur mereka.
“Oke, kamu bilang kamu punya hal yang ingin dibahas.”
“Benar. Saya ingat setelah mendengar yang mulia dan Satomi-sama bicara, saya juga ingin latihan― maksud saya, tolong ajari saya cara bertarung.”
Topik yang dibicarakan Ruth adalah topik yang tidak bisa diduga oleh siapapun. Mata Koutarou dan Shizuka terbelalak karena terkejut dan mereka saling melihat satu sama lain.
“Latihan? Kamu serius?”
“Iya, tentu saja.”
Shizuka berkata begitu tanpa sadar, tapi Ruth mengangguk dengan tegas.
“Mau bagaimana lagi, saya juga tidak tahu alasannya, tapi saya hanya merasa kalau saya harus menjadi lebih kuat beberapa waktu lalu.”
Alis Ruth yang tajam saling mendekat. Matanya terlihat serius.
“Beberapa waktu lalu...”
“Maksudmu...”
Koutarou dan Shizuka menarik kesimpulan yang sama.
Mereka berdua memikirkan saat Ruth kalah oleh Kabutonga setelah mengganggu pertunjukan pahlawan. Baik Shizuka, yang melawan Ruth sebagai Kabutonga, maupun Koutarou, yang mendengar peristiwa itu, sadar kalau itulah alasannya.
“Saya harus menjadi lebih kuat! Ada musuh kuat yang harus saya kalahkan, perasaan saya berkata begitu!”
Ruth tidak ingat waktu dia kehilangan akal sehatnya. Tetapi, kekalahannya dari Kabutonga (atau lebih tepatnya, Shizuka) telah membekas di pikirannya. Hal itu menanamkan keinginan untuk menjadi lebih kuat pada diri Ruth.
“Jadi kamu ingin jadi lebih kuat...”
Merasakan tekad Ruth yang kuat, Koutarou melirik ke arah Theia. Menyadari lirikan Koutarou, Theia menggelengkan kepalanya dengan wajah sedih.
Apa maksudmu kalau kau tidak sanggup? Kau terlalu tidak bertanggung jawab...
Koutarou membaca dan memahami maksud Theia dari bahasa tubuhnya, Koutarou menurunkan bahunya karena dia tidak tahu apakah harus merasa heran atau terganggu.
“Kamu tidak perlu belajar bertarung, kan Ruth-san? Koutarou juga sudah mulai ahli dalam berpedang akhir-akhir ini.”
“Tidak bisa!”
Pukulan Ruth menghantam ke meja. Barang-barang di atas meja saling bertubrukan karena guncangan tersebut dan menimbulkan keributan.
“Saya tidak tahu alasannya, tapi jiwa saya berteriak kalau saya tidak bisa menyerahkan hal ini pada Satomi-sama!”
“Ha-hahaha, begitu ya...”
Shizuka tertawa kering dan mulai meneteskan keringat dingin.
Ini semua salahmu, Satomi-kun!
Shizuka melotot ke arah Koutarou dan mengeluh padanya dalam hati.
Ruth tidak bisa menyerahkan pertarungan ini pada Koutarou, sebagian alasannya adalah karena Koutarou belum menjadi pengikut Theia, tapi alasan terbesarnya karena, jauh di dalam hatinya, dia tidak mau Koutarou dan Kabutonga sampai bertemu.
Dia tidak mau Koutarou melihat kumbang apapun.
Ruth menderita kekalahan dari Kabutonga, dan pertemuan antara Kabutonga dan Koutarou akan  menjadi akhir baginya.
“A-aku tidak bisa. Aku serahkan pada Satomi-kun saja.”
“Ah, itu tidak adil, ibu kos-san!”
“Apa keuntungannya belajar cara bertarung dariku!?”
“M-memang benar, tapi...”
Koutarou menyadarisituasinya ketika melihat Shizuka hampir menangis.
Kurasa dia tidak mau mengajari Ruth-sancara mengalahkan dirinya sendiri...
Melatih Ruth berarti melatihnya untuk mengalahkan Kabutonga, atau Shizuka. Jadi Koutarou tidak bisa berkata apa-apa saat Shizuka menolak.
“Selain itu, Satomi-kun akan berlatih bersama Theia-san, kan? Kalian hanya perlu berlatih bersama!”
“Saya mohon, Satomi-sama! Ini penting, kayaknya!”
“H-Hah...”
Situasinya tiba-tiba jadi aneh...
Koutarou mengangguk pada Ruth, tapi pada kenyataannya kepalanya terasa sakit.
Bagian 4
Tatapan dingin sedang mengawasi kamar 106.
“Hmph, seperti biasa, mereka tidak punya rasa urgensi.”
Tatapan dingin itu datang dari alat pengamatan di sekitar situ yang dapat mengirim rekaman ke tempat yang jauh. Tatapan itu berasal dari Clariossa Daora Forthorthe, tuan putri kedua Forthorthe, rival Theia dalam perebutan singgasana.
“Aku mungkin sudah menunggu cukup lama supaya itu terjadi, tapi ini cukup mengesalkan. Aku akan membuat kalian menyesal telah memaksaku hidup begini secepatnya!”
Clan membetulkan letak kacamatanya dan melotot ke arah monitor di depannya. Dia sedang berada di dalam kokpit pesawat luar angkasa. Dia sedang duduk di kursi pilot sambil menghadap ke arah monitor yang menunjukkan rekaman dari kamar 106.
Lokasinya berada di suatu gunung, yang terisolasi dari orang ramai, dimana pesawatnya telah disembunyikan dengan cerdik. Dia hanya mengirim pulang kapal perang pribadinya, Bulan Berkabut, ke Forthorthe, sedangkan dia sendiri tetap tinggal di Bumi menggunakan kapal yang lebih kecil. Jika dia berdiam diri saja untuk sementara, Theia dan yang lain akan menyangka kalau dua sudah kembali ke Forthorthe.
Kenyataannya, semuanya berjalan sesuai rencananya, dan dia tidak lagi disebut-sebut dalam obrolan di kamar 106. Situasinya sama seperti yang dia rencanakan, tapi demi hal itu, dia telah menghabiskan dua bulan hidup dengan tidak nyaman, yang membuatnya semakin marah.
“Kaulah yang pertama, Ksatria Biru palsu!”
Clan melotot ke arah Koutarou melalui monitor.
Selain dendam pribadinya, dia mencurahkan semua kemarahannya selama dua bulan ini kepada Koutarou.
“Kamu, iya, kamu, aku akan menghabisimu dengan cara yang akan membuat Theiamillis-san merasa sangat dipermalukan!”
Yang pertama adalah Koutarou.
Bagi Clan, saat ini, Theia hanyalah bonus tambahan dalam menghadapi Koutarou.


[1] Menjatuhkan semua pin dalam satu ronde dengan 2 lemparan bola.
[2] Periode dimana ekonomi suatu negara mengalami kemunduran dimana aktivitas perdagangan dan industri berkurang.
[3] Pameran yang diadakan di sekolah dasar.