Note: Seperti nama Shinya yang dibaca Shin’ya .... Nama Sangu dilafalkan sebagai Sang-gu (bukan Sa-ngu, lo). Seperti kasus manga (komik) yang dibaca mang-ga, bukan (ma-nga). Guren juga dilafalkan Guren(g), btw~
Dan, karena akhir bulan Maret ini aku sudah harus pindah ke Jepang, maka memang dari Februari kemarin, tidak sempat menerjemahkan OnS. Terima kasih buat yang tetap nunggu dengan sabar si pemalas ini. Tapi, akan aku usahakan selesai sebelum ke Jepang *w*)/ Fight’o!! [Hujan]
=========================================================================
OWARI NO SERAPH: ICHINOSE GUREN, 16-SAI NO CATASTROPHE
JILID 2 BAB 6
PEMBENTUKAN PASUKAN


Jam 9.
Dalam perjalanan menuju ke ruang OSIS, Guren bertemu dengan Hiiragi Shinya.
Shinya lantas berkata kepadanya.
“Yo! Apa kabar? Katanya, kamu tidak datang ke sekolah karena bolos?”
Guren menatap wajah Shinya yang tersenyum ceria dan menjawab.
“Dari dulu, kan, aku benci sekolah.”
“Haha. Iya ..., iya, aku paham, kok. Dengan sifatmu jelek itu ..., temanmu pasti hanya sedikit, ya.”
“Hah?”
“Aku dengar dari Mito dan Goshi, lo. Katanya, ternyata kamu adalah orang yang baik, tetapi mudah merasa kesepian.”
“Cerewet. Apa-apaan itu?”
“Ahaha, tapi aku senang kamu mau datang. Kupikir setelah disiksa dan diinterogasi oleh Kureto, kamu menyerah lalu melarikan diri.”
Guren membalas perkataan Shinya.
“Sebenarnya memang seperti itu.”
“Hoh .... Lalu, apa yang kamu katakan saat diinterogasi?”
“Tidak ada.”
“Soal Mahiru?”
“Tidak kubicarakan.”
Bahkan sebenarnya, Guren tidak bercerita tentang Mahiru kepada Keluarga Ichinose. Karena itu, sudah pasti ayahnya juga tidak akan membuka mulutnya. Pada dasarnya, ayahnya tidak mengetahui hal ini.
Shinya berkata.
“Itu, sih, namanya~ kamu sama sekali tidak menyerah, kan?”
“Tidak, tidak. Aku menyerah, kok. Karena saya tidaklah mungkin bisa menandingi Tuan Kureto terhormat yang luar biasa kuatnya.”
“Hahaha, kamu ini bercanda melulu, deh.”
“Lalu, kau sendiri sedang apa? Ini, kan, lorong menuju ke ruang OSIS. Apa kau juga dipanggil oleh si Kureto?”
“Yup. Menakutkan sekali, ya~ Katanya ada tugas, lo”
“Tugas ...?”
Memang hari ini, Kureto juga berkata demikian saat meneleponnya.
“Katanya, ada hal yang dia ingin, aku juga melakukannya—“
Pada saat itu, langkah kaki mereka mengarahkan mereka untuk mengikuti belokan lorong, dan terlihatlah ruangan OSIS. Di depan ruang OSIS itu, terlihat Sayuri, Shigure, Mito dan Goshi.
Sayuri dan Shigure melihat ke arah Guren dengan wajah ceria yang terlihat berbinar-binar.
Mito juga melihat ke arahnya, dengan mata berkedip-kedip dan wajah yang terlihat seakan kebingungan atau seakan sedang marah.
Goshi melambaikan tangannya,
“Oi~”
Berteriak menyapa mereka.
Sepertinya, selain Guren, Kureto juga memanggil Shigure, Sayuri, Shinya, Goshi dan Mito.
Semuanya, adalah orang di sekolah ini yang bersedia bercakap-cakap dengan Guren.
Melihat itu, Shinya berkata.
“Ah~ Anu, Guren ....”
“Hm?”
“Kurasa kita perlu merasa waspada, lo? Ada kemungkinan, yang ada di sini adalah orang-orang yang menurut Kureto sebagai pengkhianat, kan?”
Mendengar hal itu, Guren mengangguk.
“Tentu saja kemungkinan itu ada.”
Setelah itu, Guren langsung mewaspadai belakang punggungnya. Apakah ada pembunuh bayaran yang bersembunyi? Karena Kureto pintar sekali memanfaatkan hal itu, demi keuntungannya sendiri. Meskipun dia memiliki kekuatan yang luar biasa, tetapi dia tidak akan pernah bertarung sendirian. Guren tidak mengerti arti tindakannya itu. Kemungkinan besar, dia merangkul beberapa orang dengan bakat luar biasa di pihaknya. Dan rasanya, hal itu tidak mungkin bisa ditandingi oleh kekuatan seluruh organisasi milik Guren.
Namun, saat ini hawa keberadaan dari pembunuh bayaran itu tidak ada. Guren juga tidak merasakan adanya hawa membunuh di sekitarnya.
Meskipun begitu, tanpa menghilangkan kewaspadaannya, Guren berkata.
“Shinya.”
“Ada apa?”
“Kalau kita diserang, aku akan membawa Shigure dan Sayuri, kembali ke jalan saat kita datang ini. Dan kau, bawalah Goshi dan Mito menuju ke arah lorong.”
“Apa kamu mau berpencar untuk memecah kekuatan musuh?”
“Dengan cara itu, kemungkinan untuk selamat akan meningkat, bukan?
Shinya tertawa mendengar itu.
“Tidak akan meningkat, lah. Di sini adalah area Hiiragi. Kalau mereka serius untuk mengejar kita, maka tamatlah kita.”
“....”
“Keluarga Ichinose juga akan leyap dalam hitungan hari.”
“....”
“Yah, kita serahkan saja pada nasib kita. Kalau kita sampai terbunuh di tempat ini, berarti memang takdir kita hanya sampai situ saja.”
Mungkin, itulah cara berpikir Shinya selama ini, yang dibesarkan sebagai anak angkat, di mana dia akan mendapat hukuman jika dia tidak bisa berguna.
Kalau kita sampai terbunuh di tempat ini, berarti memang takdir kita hanya sampai situ saja—
Cara berpikir Shinya yang seperti itu,
“Tidak buruk juga”
Gumam Guren dengan lirih.
“Kenapa?”
“Ah, tidak .... Tidak kenapa-kenapa.”
Mereka pun sampai di ruang OSIS.
Sayuri berkata.
“Maafkan kami, Tuan Guren. Karena kami tiba-tiba dipanggil kemari, maka kami terlambat memberi tahu kepada An—“
“Tidak apa-apa. Daripada itu ....”
Guren berbisik dengan suara kecil di telinga Shigure dan Sayuri.
“Waspadalah. Ada kemungkinan kita akan dibunuh.”
Guren bisa melihat, kedua gadis pelayan itu gemetaran.
Kemudian, dengan tatapan tajam Mito melihat ke arah mereka dan berkata.
“Mesum sekali, berbicara bisik-bisik seperti itu. Apa kalian merahasiakan sesuatu?”
“....”
Guren mengacuhkannya.
“Hei, sikapmu itu tidak sopan!”
“Berisik sekali, sih. Jangan menghalangiku!”
Namun, Mito justru datang menghalangi langkah Guren.
“Aku tidak akan mengizinkanmu bersikap seperi itu. Pertama-tama, sebagai kawan satu tim yang akan dibuat nantinya, aku ingin kau merubah sikapmu itu.”
“Tim?”
Guren bertanya keheranan kepada Mito. Sepertinya, Mito mengetahui alasan semua yang ada, dikumpulkan pada hari ini.
Guren bermaksud untuk bertanya apa alasan tersebut, tetapi,
“Apakah semuanya telah berkumpul? Kalau begitu, silakan masuk.”
Terdengar suara seorang gadis.
Pintu ruang OSIS pun dibuka.
Pintu yang terbuka dari arah dalam itu, dibuka oleh seorang gadis, dengan rambut pirang yang dikuncir dua. Seorang gadis yang cantik.
Melihat gadis itu, dengan wajah yang sedikit terkejut Mito berkata,
“Sangu Aoi-san? Kenapa kamu ada di sini?”
Sangu------Guren juga tahu nama itu. Salah satu marga keluarga elit yang melayani Hiiragi, sama seperti Goshi dan Mito.
Lalu, anak perempuan dari Keluarga Sangu harusnya berada satu kelas dengan Guren. Tetapi, sejak hari pertama masuk sekolah, Guren jarang sekali bertemu sosoknya di sekolah.
Sepertinya, gadis berambut pirang ini adalah orang dari keluarga Sangu.
Gadis yang dipanggil Sangu itu melihat ke arah mereka dengan mata birunya. Mengacuhkan pertanyaan Mito, dia lantas berkata.
“Silakan, masuk.”

Guren melihat ke dalam ruangan. Ruangan itu tidaklah terlalu besar.
Di hadapan Guren, terdapat dua buah sofa yang disediakan untuk digunakan oleh tamu yang datang. Di sana, juga terdapat sebuah meja. Di bagian yang lebih dalam di ruangan itu, terdapat sebuah meja kerja berwarna hitam terbuat dari kayu. Di belakang meja kerja itulah, Kureto duduk.
Pola ruangannya, seakan-akan ruangan itu adalah ruangan kepala sekolah.
“Mau berlagak jadi kepala sekolah, ya?”
Guren berkata demikian, dan Kureto pun lantas mengangkat wajahnya. Dengan tatapan mata yang dingin, dia melihat ke arah jam yang terpasang di dalam ruangan.
Jam 9.02.
Kureto berkata.
“Kalian terlambat.”
“Terus kenapa?”
Guren membalas demikian.
“Selanjutnya, akan ada hukuman jika terlambat.”
“Masa, sih? Contohnya hukuman apa?”
“Akan kubunuh satu demi satu pelayanmu.”
Kureto dengan mudahnya mengatakan hal itu. Dan kemungkinan besar perkataannya itu bukanlah sebuah kebohongan. Dia pasti akan melakukannya.
Guren menatap sinis Kureto, dan berkata.
“Aku mengerti.”
“Kalau begitu, baguslah. Lain kali berhati-hatilah. Ah, dan satu lagi. Perkataan tadi ....”
“Hah?”
“Untuk orang yang berkata bahwa aku mau berlagak jadi kepala sekolah.  Di sini, keputusanku lebih tinggi daripada keputusan kepala sekolah. Jika aku perintah kepala sekolah untuk mati, maka dia akan melaksanakannya. Dan itu juga berlaku untukmu, Ichinose Guren. Posisimu dan kepala sekolah sama. Tuan---Pelayan. Kamu mengerti?”
Guren menatap Kureto. TerlihatKureto tidak ingin berdebat dengannya.
“Memang sudah ditetapkan seperti itu, kan?”
“Benar sekali.”
“Kalau begitu, aku mengerti. Lalu, kenapa kau memanggilku?”
Pada saat itulah, untuk pertama kalinya terlihat senyum bergulir di bibir Kureto.
“Kalau berbicara dengan orang yang cerdas, lebih baik jika langsung ke intinya. Duduklah. Aoi, sungguhkan teh untuk mereka semua.”
“Baik.”
Aoi mengangguk. Dia pergi dan lantas membuka pintu yang terdapat di dalam ruang OSIS, menuju ke ruangan sebelah. Di dalam ruangan itu, juga terasa hawa keberadaan beberapa orang. Kemungkinan besar itu adalah para pengurus OSIS lainnya.
Dari samping Guren, Shinya berkata.
“Pengurus OSIS yang lain, terdiri dari enam orang. Mereka adalah tiga orang dari kelas dua, dan tiga orang lagi dari kelas tiga. Wah, semuanya kakak kelas, nih. Aduh, jadi takut, nih.”
Dengan suara yang entah benar-benar merasa takut atau tidak, Shinya tertawa cengengesan.
Namun, Mito dan Goshi benar-benar terlihat tegang. Itu sudah pasti. Karena saat ini, mereka tengah menginjakkan kaki di dalam ruangan sang penguasa, yang secara penuh mengontrol sekolah ini.
Kureto berkata.
“Nah, duduklah.”
Kemudian, Goshi, Mito, dan Shinya duduk.
Guren tidak duduk.
Itu karena, jika duduk dan terjadi sesuatu, maka tidak akan bisa langsung mengambil tindakan.
“Kenapa tidak duduk?”
Guren menjawab pertanyaan Kureto.
“Aku datang bukan buat bermain rumah-rumahan. Kalau kau punya permintaan, maka segeralah katakan.”
Mito langsung berkata.
“Lagi-lagi sikapmu begitu, Guren! Tuan Kureto memerintahkan kita untuk duduk. Karena itu—“
Namun, Kureto memotong perkataan Mito.
“Sudah, sudah. Tidak apa-apa, Juujou Mito. Aku suka sikap, seperti sikapnya itu.”
“Eh?”
Mito melihat ke arah Kureto.
Kureto melanjutkan.
“Sikap di mana, meskipun dia memiliki kekuatan yang hebat, namun dia tidak tertarik kepada hal lain, selain kebenaran akan semua hal yang ada. Orang lain, terlalu banyak melakukan hal yang sia-sia. Mengeluh, mencari-cari alasan, bergantung pada orang lain dengan bersikap manja. Nah, Guren. Kamu selalu merasa kesal dengan sikap semacam itu, kan?”
Mendengar itu, terlihat senyum tipis di wajah Guren. Dia lantas menjawab.
“Padahal kau sendiri, sering sekali bicara banyak hal yang sia-sia.”
“Haha.”
Pada saat itulah, Aoi keluar dari ruangan sebelah. Tangannya membawa nampan berisi tujuh buah cangkir teh.
“Apakah Tuan Kureto juga mau ...?”
Aoi bertanya, dan  Kureto mengangguk.
“Ya.”
Aoi terlebih dahulu meletakkan cangkir teh kehadapan Kureto.
Melihat itu, Shinya tertawa kecil dan berkata.
“Jadi, kamu menyuruh Kak Kureto meminum terlebih dahulu, sebelum para tamu? Rasa-rasanya, pendidikan yang seperti itu, kok, tidak sopan, ya?”
Goshi panik dan segera berkata.
“Aduh, Guren juga Tuan Shinya. Tolong hentikan itu. Kenapa di situasi seperti ini, sikap Tuan Shinya dan Guren seperti itu?”
Seraya memiringkan cangkir teh untuk mencampur tehnya, Kureto berkata.
“Kalian bukanlah tamu.”
“Oh .... Kalau begitu, buat apa Kak Kureto memberi pelayanan seperti kepada tamu yang datang?”
Wajah Kureto kemudian terlihat sedikit berpikir, sebelum akhirnya menjawab.
“Hm, bagaimana, ya. Di dalam dunia ini, hanya terdapat pihak yang menekan, dan pihak yang ditekan. Karena itu ..., yah, aku ini adalah orang yang menghargai bawahan yang penurut. Maka dari itu, aku menyajikan teh untuk kalian.”
Mendengar itu, Shinya mengambil cangkir teh, dan menunjukkan kepada Guren, lantas berkata.
“Nah, Guren, kamu dengar, kan? Katanya, sih, ini bentuk penghargaan kita.”
“Hmp. Penghargaan yang sangat murah.”
Jawab Guren.
Percakapan Shinya dan Guren, membuat perut Goshi dan Mito, sakit tidak karuan. Wajah mereka mulai memucat.
Namun, Kureto justru tertawa.
“Kalian berdua benar-benar sangat menarik, ya. Kalau begitu, apa yang perlu kusajikan, agar kalian merasa dihargai? Apa aku perlu menebarkan sekumpulan uang?”
Guren lantas melihat Kureto, dan berkata.
“Jangan buang-buang waktu. Aku tidak butuh penghargaanmu. Langsung saja, katakan apa yang mau kau katakan.”
Kureto mengangguk mendengar itu.
“Ya, benar sekali. Kita tidak butuh percakapan tidak berguna. Aoi, bagikan dokumennya.”
“Baik.”
Dalam beberapa saat, Aoi mulai membagikan beberapa lembar kertas ke meja, di depan Shinya, Mito, dan Goshi. Dia juga membagikan kertas itu, kepada Guren dan dua orang pelayannya, yang masih tetap memilih untuk berdiri.
Guren melihat kertas itu.
Di kertas itu, terdapat foto diambil dari pesawat yang diperkirakan merupakan foto Ueno. Foto yang bertanggal hari ini. Seharusnya kalau menurut berita, hewan-hewan di Kebun Binatang Ueno dibunuh dengan disebarkan racun, sehingga saat ini dilakukan blokade.
Namun, apa yang terlihat di dalam foto adalah, pusat kebun bintang tersebut, berlubang seperti karena ledakan bom atau karena hantaman batu meteor.
Mito berkata.
“Ini ..., yang diberitakan tadi pagi ...?”
Kureto mengangguk.
“Benar sekali. Apa kalian sudah melihat beritanya?”
Semuanya mengangguk.
“Tetapi, semua informasi yang diberitakan adalah bohong. Menurut penyelidikan Badan Informasi Mikado no Oni, seluruh area Ueno telah menjadi kawasan percobaan Gereja Hyakuya. Dan sepertinya, di tempat itu telah terjadi semacam kecelakaan. Saat ini, Gereja Hyakuyasedang berusaha mati-matian menyembunyikan hal ini.”
Guren berkata.
“Percobaan apa?”
“Entahlah. Kami sudah mengetahui perihal percobaan di Ueno, sejak lama. Tetapi, karena kami tidak berniat untuk berperang melawan mereka, maka kami tidak melakukan penyelidikan. Jika kami cari tahu, maka mereka akan balik mencari tahu. Karena baik Mikado no Oniataupun Gereja Hyakuyamemiliki banyak rahasia, yang tidak ingin dicari tahu.”
“Tapi sekarang, situasinya telah berbeda.”
“Benar. Mereka telah melanggar perjanjian non-agresi. Mereka telah memulai peperangan.”
“Kalau begitu, kau sudah mengirim pasukan penyelidik?”
Mendengar pertanyaan itu, Kureto mengangguk pelan, lantas berkata.
“Kemarin, telah dikirim sebanyak tujuh belas pasukan di tengah malam. Namun, semuanya telah dihabisi. Karena itulah, aku memanggil kalian.”
“Hoh ....”
Guren menyipitkan matanya.
Itu artinya, ini adalah perintah ‘Majulah ke garis terdepan peperangan sengit di Jepang yang terjadi di bawah permukaan yang tenang ini!’
Mito dan Goshi saling berpandangan. Mito berujar.
“I-itu artinya, Anda berniat untuk menjadikan kami bidak catur yang dikorban—“
Namun, Kureto menyela dengan berkata.
“Justru sebaliknya. Aku menilai bahwa perkara ini tidak bisa diserahkan kepada bawahan yang tidak memiliki kemampuan. Karena itu, aku membentuk tim yang terdiri dari orang-orang berbakat di atas rata-rata, dan memerintahkan tim dengan misi khusus tersebut untuk mencari tahu perkara ini.”
“....”
Mendapat pernyataan seperti itu, Mito dan Goshi hanya bisa terdiam. Sebenarnya, karena mendapat pernyataan seperti itu dari orang yang menyandang nama Hiiragi merupakan pujian yang tertinggi di tempat ini, maka mungkin mereka terdiam karena merasa sangat senang.
Tetapi, Shinya berkata.
“Rasanya, kok .... Seperinya aku diserahi tugas yang merepotkan sekali, ya .... Hanya dengan bayaran secangkir teh, saja ....”
Kureto tertawa, lantas bekata.
“Jika aku menyajikan teh untukmu lagi, apa kau mau melakukannya? Jika iya, silakan minum sepuasmu.”
“Tidak, sudah cukup.”
Guren bertanya.
“Lalu, kapan penugasan itu? Apa kami harus pergi sekarang juga?”
“Ya, benar. Dua jam dari sekarang, empat buah pasukan, akan mendobrak masuk dari timur laut kebun binatang. Tapi itu hanya bentuk pengalihan perhatian. Manfaatkanlah kekacauan itu, untuk menyusup masuk.”
Guren kemudian kembali melihat dokumen yang dibagikan. Dia mengamati foto yang terdapat di dalam beberapa lembar kertas tersebut, lantas meletakkan dokumen itu di atas meja.
Kureto berkata.
“Kamu boleh membawanya. Tentu saja, setelah kamu selesai melihatnya, aku ingin kamu menghancurkannya.”
Namun, Guren menjawab.
“Tidak perlu. Aku sudah mengingatnya.”
Mendengar itu, Mito dan Goshi mendongak, melihat ke arah Guren dengan wajah terkejut. Tetapi, Guren mengacuhkan mereka, dan melanjutkan perkataannya.
 “Dua jam lagi, ya. Jika berdasarkan foto di dokumen itu, kemungkinan besar, masuk dari selatan adalah celah yang merupakan pertahanan terlemah. Lalu, siapa yang mau mengatur tim?”
Kureto lantas melihat Guren dan berkata.
“Kalian putuskan sendiri. Asalkan bisa berhasil, aku tidak peduli siapa yang akan jadi pemimpin.”
Guren menatap Shinya dan bertanya.
“Bagaimana ini?”
“Guren saja, deh. Lagi pula, para pelayanmu hanya mau menurut padamu, kan. Apa Goshi dan Mito tidak keberatan dengan itu?”
Mito dan Goshi menjawab pertanyaan tersebut.
“Jika Tuan Shinya berkata bahwa itu yang terbaik, maka saya setuju.”
“Tentu saja, kami setuju dengan itu.”
Maka telah ditetapkan.
Guren yang akan memimpin tim.
“Kalau begitu, 15 menit lagi, kita akan rapat strategi di—“
Namun Kureto menyela.
“Kalian boleh menggunakan ruang rapat nomor 302 di lantai tiga. Jika kalian bisa kembali dengan selamat, maka tidak masalah jika kalian menggunakan ruang rapat itu semau kalian. Ah, dan satu lagi, Guren.”
“Apa?”
“Benda yang kujanjikan.”
Ujar kureto.
Kureto kemudian mengeluarkan sebuah katana Jepang dari bawah mejanya, dan melempar katana itu.
Guren menangkap katana itu.
“Namanya, Hakushi. Pedang iblis. Tapi, jika itu kamu, kurasa kamu bisa menggunakannya, kan?”
Guren melihat katana yang diterimanya, setelah mendengar kata-kata Kureto.
Hakushi------------dia pernah mendengar nama itu. Itu adalah katana  yang memiliki mitos di mana dikatakan, katana ini telah menebas seribu iblis, namun tidak pernah sekalipun patah.
Guren menarik katana itu dari sarungnya. Ujung katana itu mulai bergetar karena mantra. Menghasilkan suara melengking nyaring yang menggetarkan udara di ruangan itu. Di dalam benak Guren, seakan dipenuhi oleh hawa membunuh.
“Tidak salah lagi, ini memang pedang iblis.”
Saat Guren mengatakan hal itu, Guren melihat bahwa Sangu Aoi yang berada di samping Kureto melihatnya dengan penuh kewaspadaan. Pupilnya mengecil, dengan tatapan tajam, melihat ke arah Guren.
Namun Kureto berkata.
“Aoi. Jangan bergerak. Dia bukan lawan yang bisa kamu hadapi.”
“Tetapi.”
“Lagi pula, dia bukanlah ancaman lagi. Dia telah menyerah sepenuhnya terhadapku. Iya, kan, Guren? Saat ini kamu menghunuskan senjatamu. Sedangkan aku sama sekali tidak bersenjata. Karena itu, jika kamu ingin membunuhku, maka lakukanlah saat ini.”
“....”
“Tetapi, kamu tidak melakukannya. Kenapa? Karena kamu tahu posisimu. Kamu mempunyai ambisi. Di dalam lubuk hatimu, terdapat sebuah ambisi. Kamu mempunyai itu, namun kamu berpura-pura tidak memilikinya. Karena, jika tidak demikian, maka kamu tidak bisa menahan dirimu sendiri. Namun, sebenarnya kamulah yang paling mengerti, bahwa ambisi itu, adalah ambisi yang sama sekali tidak akan pernah terwujud. Juga bahwa kamu tidak bisa mengacuhkan adanya perbedaan kekuatan yang sangat besar, antara Keluarga Ichinose dengan Keluarga Hiiragi.  Benar bukan, Ichinose Guren?”
Guren mengembalikan katana ke dalam sarungnya, dan berkata.
“Kalau kujawab ‘ya, benar’, apa kau akan merasa bahagia?”
Kureto lantas menjawab.
“Ya.”
“Kalau begitu, ya, benar. Nah, berbahagialah.”
“Harusnya, kamu dulu yang merasa bahagia. Aku memberimu senjata, kan?”
“Hm. Penghargaanmu buat bawahan, bagus juga.”
“Haha, kamu ini benar-benar menarik, ya.”
Ujar Kureto kemudian. Guren hanya mengacuhkannya, lantas berbalik arah, dan kemudian keluar dari ruangan tersebut.
Kureto lanjut berkata.
“Nah, yang lainnya juga, cukup sekian. Perintahku telah selesai. Sisanya, aku hanya tinggal menunggu hasil dari kalian.”
Dengan itu, maka panggilan dari Kureto hari ini telah selesai.
¨
Ruang rapat nomor 302, dibangun tidak jauh berbeda dengan ruang rapat pada umumnya.
Di ruangan yang sangat luas dan terlihat kosong itu, hanya ada lima orang saja, yaitu Shigure, Mito, Goshi, Shinya, dan kemudian, Guren. Sayuri pergi membeli minuman.
Mito sepertinya sedang menelepon keluarganya, sehingga dia keluar menuju beranda.
Suara telepon Mito bisa terdengar samar-samar.
“Ya. Ya. Benar. Ini adalah perintah langsung dari Tuan Kureto-------tapi, ini adalah sebuah misi rahasia .... Karena itu .... Ya. Mungkin misi ini berbahaya. Tetapi .... Ya. Aku akan berusaha. Jika aku mendapat pengakuan di sini, maka perkembangan ke depan keluarga Juujou pun ....”
Seperti itulah kedengarannya.
Goshi memandang sekilas Mito, sebelum akhirnya melihat ke arah Guren dan berkata.
“Sepertinya~ kita dipaksa melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan, ya. Tujuh belas pasukan, semuanya bisa dihancurkan. Rasanya seperti, kita juga diperintah untuk mati, ya.”
Guren tertawa mendengar itu, dan berkata.
“Lalu, apa kau tidak mau menelepon rumahmu?”
“Haha. Hubunganku di rumah itu tidak baik. Aku punya seorang adik laki-laki, dan dia lebih unggul dariku. Meskipun dia adalah adik yang persis di bawahku, tetapi ....”
“Kalian dibesarkan dengan dibanding-bandingkan?”
“Yah, begitulah. Karena itu, kalau aku mati, mungkin mereka tidak akan terlalu peduli. Tapi, yah, kalau aku bilang aku menjadi bawahan langsung Tuan Kureto, mungkin mereka akan memujiku.”
Goshi lantas melihat Mito yang berada di beranda, dan berkata.
“Kalau kita mati dalam misi kali ini, maka itu tidak akan ada artinya, lo.”
Guren tidak mengerti, kenapa mereka begitu siap untuk mati. Tetapi, sepertinya Goshi dan Mito sangat gugup menghadapi misi kali ini.
“Aku kembali!”
Terdengar suara Sayuri. Dia membeli gelas kertas, dan sebotol teh oolong. Ditambah beberapa camilan dan jajanan.
Wajah Goshi berubah menjadi senyum saat melihat itu.
“Wah, Sayuri-chan, kamu sangat perhatian, ya. Aku sangat suka keripik kentang, lo.”
Ujar Goshi, yang diacuhkan oleh Sayuri. Sayuri justru bertanya kepada Guren.
“Tuan Guren, Anda ingin memakan apa?”
“Tidak butuh.”
“Eh?”
Pada saat itu, Mito menutup teleponnya, dan kembali ke dalam. Dia melihat ke arah Sayuri, dan berkata.
“Ah, terima kasih banyak, telah berbelanja. Maaf, aku meminjam handphone-mu, Sayuri-san.”
“Tidak apa-apa.”
“Dan, Yukimi Shigure-san. Ayah menitipkan salam kepadamu. Sebelumnya aku pernah mengatakannya juga, sih. Ayahku sangat tertarik kepadamu .... Karena itu, aku benar-benar berharap, kamu mau main ke rumahku sekali saja, ya?”
Shigure menjawab dengan satu kalimat.
“Aku tidak tertarik.” Ujarnya.
Mito, tumben sekali, mengangguk-angguk pelan.
“Yah, itu benar sekali .... Karena tuanmu lebih kuat daripada aku, ya. Walaupun sifatnya dia jelek sekali, sih.”
Ujar Mito, seraya menatap tajam ke arah Guren.
Tetapi, Guren tidak punya banyak waktu luang untuk menjawab satu per satu hal semacam itu. Karena itu, dia mulai berkata.
“Kalau begitu, kita bicarakan soal misi kali ini. Yah, walaupun bilang begitu, tapi tidak banyak yang bisa kita bicarakan. Karena informasi yang kita dapat juga sedikit. Area misi kita adalah Kebun Binatang Ueno. Di sana, sepertinya Gereja Hyakuya merahasiakan sesuatu. Dan kita akan menyelidiki hal itu. Sebelumnya, telah dikirimkan sebanyak tujuh belas pasukan dari Mikado no Oni, namun semuanya telah dibunuh dan dihancurkan. Itu artinya, di dalam sana ada musuh. Tetapi, jika kasusnya-----pasukan Hiiragi yang dikirim bertubi-tubi itu tidak berkutik, karena tanpa sadar ada racun yang menyebar, mereka tetap berusaha masuk beberapa kali, lalu mereka terkena racun itu dan semuanya mati, maka ada kemungkinan tidak ada musuh di dalam sana—“
Namun, Shinya tertawa mendengar itu.
“Wah, yang seperti itu, sih, jelas-jelas tidak mungkin, kan. Tentang adanya racun atau tidak juga, seharusnya sudah dicari tahu, kan.”
“Iya, juga, sih. Kalau begitu, ada musuh di sana. Ada orang yang mati-matian menyembunyikan rahasia. Itu artinya, hanya ada satu pilihan, yaitu menyusup.”
Sebenarnya, apakah rahasia yang disembunyikan itu? Jangan-jangan, itu adalah bahan-bahan penelitian, yang ingin dilindungi atau tidak ingin dicuri? Pikir Guren.
Mau yang manapun juga, jika mereka berhasil merebutnya, maka ada kemungkinan mereka akan mendapatkan kekuatan yang besar. Karena, ini adalah penelitian yang mati-matian dilindungi oleh Gereja Hyakuya dari Mikado no Oni. Tidak bisa diketahui, berapa kiranya harga dari penelitian itu.
Mito berkata.
“ ... Kau dari tadi berbicara dengan lagak yang sombong sekali, ya. Apa kau pernah memimpin misi seperti i—“
Namun Shigure menyela.
“Bisakah kau menutup mulut? Tuan Guren sejak kecil, telah beberapa kali menghadapi kematian dalam misi—“
“Diamlah, Shigure! Apa kau tidak pernah dengar peribahasa, tong kosong nyaring bunyinya?”
“Uh ....”
Shigure lantas terdiam.
Guren kemudian melihat ke arah Mito dan Goshi, dan berkata.
“Lagi pula, tidak ada informasi yang kita punya, untuk bisa dijadikan bahan rapat, kan? Tetapi, ada hal yang ingin aku uji.”
“Ingin kau uji?”
Guren menjawab pertanyaan Mito.
“Sebelum kita terjun ke dalam misi, aku ingin mengukur kekuatan kalian masing-masing. Untuk saat ini, mari kita lihat bagaimana reaksi kalian terhadap katana milikku. Aku ingin melihat kecepatan reaksi kalian.”
Guren pun lantas menarik katana miliknya dari sarungnya.
Mata Mito terbelalak lebar. Goshi pun langsung melakukan respon, walaupun dia sedikit terlambat dari Mito.
Tetapi, hanya itu saja reaksi mereka. Guren menghentikan katana-nya, saat katana itu menyentuh tengkuk leher Mito.
“Ah, uh ....”
Mito melirik ke arah Guren dengan wajah dongkol.
“Tiba-tiba menyerang seperti itu. Kau ini licik seka—“
Namun, Guren segera memotong perkataan itu.
“Kau ini bodoh, ya. Di medan perang, siapa yang akan memberi pengumuman kalau dia akan menyerang?”
“... Uh.”
“Tapi, aku bisa mengetahui seberapa cepat reaksi kalian. Aku akan memberikan perintah berdasarkan hal itu.”
Pada saat, itu Goshi ingin mengatakan sesuatu. Suasana di ruang rapat terasa sedikit demi sedikit, telah berubah.
Namun, Guren justru yang berkata.
“Sudah, cukup hentikan itu, Goshi. Dari yang kulihat saat Ujian Seleksi Sihir, aku bisa mengerti bahwa kau lebih unggul dalam hal ilmu sihir dan mantra, dibandingkan dengan kekuatan fisik.”
Pada saat itulah, Goshi menghentikan sihir yang akan dimulai olehnya.
“Kau .... Kau bisa melihat sihir yang mau aku—“
“Itu adalah pekerjaan yang bagus. Akan sangat berguna saat kita menyusup nanti. Sebelum Mito melakukan penyusupan, gunakanlah mantra untuk meningkatkan kecepatan gerakan fisik. Gunakan itu, selama misi berlangsung. Kau tidak bisa menggunakan kecepatan dasar fisikmu, karena pasti akan langsung terbunuh.”
Kemudian, setelah Guren selesai berkata itu, Shinya yang duduk di belakang Guren berkata.
“Aku bagaimana? Kamu tidak mau mengujiku?”
Guren lantas menjawab hal itu.
“Kalau kau sampai mati, Tuan Hiiragi yang terhormat, bukannya akan mendapat suatu kehormatan, justru akan ditertawakan, dan dicemooh ‘jadi hanya begini saja, kemampuannya?”
“Eh? Tega sekali.”
Namun, Guren mengacuhkannya, dan melihat jam yang terpasang di dinding ruang rapat.
Waktu menunjukkan pukul 9.40.
“... Kita perlu berapa lama untuk ke Ueno dari sini?”
Pada saat itulah, pintu ruang rapat terbuka.
Sangu Aoi yang membuka pintu itu.
Aoi berkata.
“Sekolah akan menyiapkan helikopter. Karena itu, jangan khawatir soal waktu.  Dan, aku juga membawa seragam eksklusif pasukan misi rahasiaMikado no Oni. Seragam ini memiliki ketahanan terhadap semua sihir, dan dilengkapi oleh peralatan sihir. Silakan kalian kenakan.”
Enam seragam yang dibawa Aoi dengan cara dipeluknya di depan dada, kemudian diletakkannya di depan pintu masuk ruang rapat.
Dia lantas bermaksud untuk meninggalkan ruangan, tanpa berkata lebih dari itu, tetapi Guren bersuara, dan menghentikan langkahnya.
“Tunggu.”
“Ada apa?”
Aoi kemudian berbalik.
Guren lanjut berkata.
“Kau menyuruh kami naik helikopter untuk misi rahasia? Kalian ini bodoh, ya? Kami akan pergi dengan mobil. Kemudian, siapkan enam pakaian biasa. Kami baru akan berganti ke pakaian seragam, saat telah tiba di lokasi.”
Aoi menyipitkan matanya, lantas mengangguk.
“Memang benar. Akan segera kami siapkan. Kalau begitu, bagaimana persiapan keberangkatannya?”
“Siapkan dua buah mobil di depan gerbang sekolah.”
Aoi mengangguk dan berkata.
“Kami akan menyiapkan pengemudi dan kendaraan menyerupai pengemudi bis dan juga bis dengan kecepatan tinggi. Kami juga akan mengatur rambu-rambu lalu lintas yang ada. Kira-kira, kapan kalian ingin sampai di sana, sebelum operasi misi rahasia ini dilancarkan?”
“Lima belas menit sebelumnya. Berhentilah kira-kira sekitar satu kilo meter dari lokasi.”
“Aku mengerti. Akan aku siapkan sesuai dengan hal itu. Kuharap kalian ada di gerbang sekolah, lima menit kemudian.”
Aoi pun pergi.
Guren bertanya.
“Apa cukup begini saja?”
Semua orang yang ada, terdiam dan hanya mengangguk.
Setelah memastikan persetujuan mereka,
“Nah, ayo kita mulai peperangan kita.”

Seru Guren.