PAHLAWAN DAN PETUALANG PEMULA

Yamada Renji adalah seorang pekerja dewasa biasa.
Impiannya saat masih muda adalah untuk menjadi seorang pemain baseball profesional.
Saat sekolah, nilainya berada di peringkat seratus besar dari empat ratus siswa.
Hobinya adalah membaca. Setelah lulus SMA, berkendara juga menjadi salah satu hobinya.
Dia juga tidak benci untuk bersosialisasi.
Menurutnya, tanpa menunjukkan terlalu banyak keegoisan dan menyatu dengan keadaan di sekitarnya juga merupakan bagian dari kehidupan bermasyarakat.
Dia bukanlah tipe pemimpin, kalau seseorang menggambarkannya, mungkin dia itu seperti tokoh figuran no. 3 atau penduduk C.
Tahun ini dia genap berusia 28 tahun. Dia dipanggil saat berusia 25 tahun.
Setelah dipanggil, hal pertama yang dia rasakan bukanlah kebahagiaan seperti apa yang orang lainnya rasakan, tapi bagaimana dengan pekerjaannya? Bagaimana cara untuk mencari uang? Dan hal realistis lainnya.
Dunia ini terdiri dari 3 negara dan 5 benua.
Pertama, negara tempat Yamada Renji dan yang lainnya di panggil adalah negara para manusia, [Imnesia].
Negara yang dikuasai oleh demi-humansetengah manusia, [Elfreim]. Negara ini dibangun di benua terbesar.
Dan, negara kegelapan di mana para iblis tinggal, [Abenelm]. Negara itu menguasai tiga benua dan merupakan negara terbesar.
13 orang dipanggil ke dunia lain ini. Salah satu dari tiga Dewa pencipta dunia ini, Dewi Astraea memberkahi mereka dengan kekuatan yang sangat luar biasacheat dan menjadikan mereka pembunuh Dewa.
Sebagian besar dari mereka masih berusia belasan tahun dan merupakan seorang pelajar.
Yang berusia dua puluh tahunan hanyalah aku bersama dengan 2 orang laki-laki lain dan seorang wanita. Bagaimanapun kamu melihatnya, kelompok ini sangat tidak stabil.
...Aku sangat merindukan kenangan itu.
Kami berselisih, bertengkar satu sama lain dan terpecah belah. Tapi, pada akhirnya, kami bergandengan tangan satu sama lain, melampaui semua mara bahaya dan tertawa bersama.
Hubungan kami tidak terlalu buruk tapi juga tidak terlalu baik.
Terjadi persaingan untuk menentukan siapa yang akan menerima Holy Sword of the Goddess(Pedang suci Dewata (?)).
Siapa yang harus di selamatkan, siapa yang harus di korbankan. Kami bahkan menangis atas kenyataan pahit seperti itu.
Meminta makanan bahkan saat kami tidak dapat membaca, dan saling berbagi makanan murahan juga tidak jarang terjadi.
Para laki-laki yang mencoba mengintip pemandian wanita dan akhirnya kembali sambil nyaris terbunuh, juga merupakan kenangan yang sangat indah. Saat itu, kami merasa kalau nyawa kami jauh lebih terancam dibandingkan saat kami berhadapan dengan iblis kelas atas.
Ya, itu adalah kenangan yang sangat ku rindukan.

◆◆◆◆

[Apa kamu sudah bangun, tukang tidur?]
Suara itu berasal dari dekat bantalku.
Suaranya bergema di dalam kepalaku. Seperti suara laki-laki tapi juga seperti suara perempuan, sebuah suara netral.

Saat aku membalikkan wajahku, aku melihat sebuah medali yang sudah biasa kulihat selama satu tahun ini.
Medali itu terbuat dari emas dan di tengahnya, terdapat sebuah permata. Di sekeliling permata itu, terdapat 7 buah batu dengan warna yang berbeda satu sama lain.
Tiga tahun yang lalu, aku mendapatkan medali berbicara ini sebelum memulai perjalanan untuk mengalahkan Dewa Iblis.
Medali itu adalah sumber kekuatan cheat yang aku, Yamada Renji, miliki.
Medali berbicara ini, memiliki jiwa dan kehendaknya sendiri.
“...Selamat pagi.”
[Kamu masih tidak bisa bangun pagi seperti biasanya.]
Biarkan saja. Aku mengatakannya di dalam pikiranku yang masih terasa bergoyang karena hangover.
Saat aku mengangkat tubuhku, cahaya matahari yang menyilaukan bersinar melewati celah tirai.
“Aku ketiduran.”
[Ya ampun. Sepertinya kamu bersenang-senang sendirian tadi malam.]
“Aku hanya pergi minum.”
[Apa benar begitu.]
Bangun dari kasur, aku menuangkan air dari dalam teko yang berada di atas meja ke dalam gelas.
Saat aku meminumnya dalam satu tegukan, aku merasa rasa sakit karena hangoverku sedikit membaik.
[Cepat cuci wajahmu. Wajahmu terlihat sangat kusut.]
“Memangnya kamu ini ibuku, apa?”
[Aku takkan pernah mau punya anak sepertimu.]
Benar sekali.
Kehidupan bergantung pada bagaimana aku menjalaninya setiap hari.
Walaupun hidupku ini dapat dibilang sebagai hidup bebas, tapi saat ini aku tidak memiliki tempat tinggal maupun uang.
Seseorang yang harus memperhatikan isi kantungnya sebelum menentukan menu makannya hari itu, takkan ada orang yang mau menerima seseorang seperti itu sebagai anaknya.
Melanjutkan percakapan kami seperti biasanya, aku menuangkan air yang berada di dalam teko ke dalam wadah yang berada di kamarku.
Dunia ini tidak memiliki sistem penyaluran air.
Pengelola penginapan ini setiap hari pergi ke sungai untuk mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari. Air sangat berharga di sini.
Membasuh mukaku dengan air itu, aku memotong jenggotku.
Saat aku selesai menyegarkan diriku, hangover dan rasa kantukku sudah sepenuhnya menghilang.
“Ahh, aku ingin hidup bahagia.”
[...Benar sekali.]
Medali itu dan diriku, kami berdua mengeluh. Yaah, aku tidak tahu apa aku bisa menyebutnya berdua. Mungkin aku dan sebuah benda lebih tepat untuk mengungkapkannya.
Saat aku memikirkan hal itu, aku sudah selesai mengganti pakaian.
Aku mengenakan sebuah jubah dan celana panjang berwarna hijau tua. Dengan ini, aku juga terlihat seperti penduduk dunia ini.
Pedang? Tentu saja aku tidak memiliki sesuatu seperti itu.
Dunia ini adalah dunia pedang dan sihir, tapi sayangnya aku harus menjual pedang terkenal yang ku terima dari kerajaan karena aku membutuhkan uang.
Kalau aku menjualnya ke seorang kolektor, aku bisa mendapatkan uang yang lumayan banyak, tapi sayangnya aku menjualnya di toko senjata yang berada di sebuah desa terpencil. Jadi aku hanya mendapatkan sejumlah uang yang hanya cukup untuk biaya makanku selama satu minggu.
Saat mengetahui hal itu, aku dimarahi oleh medali ini dua hari berturut-turut.
Aku punya sifat yang tidak terlalu memikirkan tentang masa lalu. Tapi aku masih tetap merasa sedih karena hal itu.
“Ayo bekerja keras untuk mengumpulkan tanaman herbal juga hari ini, kan?”
[Seorang pahlawan pembunuh Dewa bekerja keras mengumpulkan tanaman herbal... menyedihkan.]
“Pekerjaan mudah dan sederhana seperti itu juga sesuatu yang penting tahu?’
[Biarkan penduduk desa dan petualang pemula saja yang melakukannya, pekerjaan mudah dan sederhana seperti itu. Dan kamu seharusnya mengambil pekerjaan yang lebih berbahaya.]
“Tidak mau, itu menakutkan.”
Bahkan aku juga berpikir itu sangat menyedihkan.
Dalam perjalanan untuk mengalahkan Dewa Iblis, aku bertarung melawan serigala besar setinggi 3 meter, iblis raksasa setinggi 10 meter dan bahkan tanaman pemakan manusia.
Tapi semua itu dikalahkan oleh rekan-rekanku.
Seorang ahli pedang yang memiliki kekuatan di luar batas manusia, seorang penyihir yang konon kekuatannya setara dengan Dewa, dan seorang petarung yang mampu dengan mudahnya mengayunkan senjata yang berukuran jauh lebih besar dari tubuhnya.
Dikelilingi oleh orang-orang seperti itu, aku hanyalah seorang penduduk C.
Sangat luar biasa karena mereka tidak meninggalkanku.
Daripada itu, aku masih merasa ada yang aneh kenapa orang sepertiku ikut berpetualang bersama orang-orang seperti mereka.
Sangat luar biasa aku dapat kembali hidup-hidup. Itu pasti keajaiban terbesar yang pernah ada.

◆◆◆◆

Di setiap desa dan kota di Benua Imnesia, pasti terdapat sebuah guild petualang tidak peduli ukuran desa maupun kota itu.
Di sana, permintaan dari para penduduk dikumpulkan dan siapa saja yang menyelesaikan permintaan itu akan mendapatkan imbalan.
Dewa Iblis telah di kalahkan dan jumlah iblis juga menurun tapi pekerjaan petualang masih tetap ada dan tidak menghilang. Itu karena masih ada pekerjaan lain seperti mengumpulkan tanaman herbal, mengumpulkan barang atau bahan tertentu, menangkap pencuri, dan lain sebagainya.
Petualang adalah pekerjaan terbesar dan juga paling berbahaya di dunia ini.
Jangankan Dewa Iblis, bahkan iblis biasa tidak dapat di kalahkan dengan mudahnya oleh seorang petualang dalam pertarungan satu lawan satu.
Kekuatan fisik, pengetahuan, kekuatan sihir. Bahkan bagi seseorang yang menguasai semua itu, seekor slime yang terkenal sebagai monster terlemah dalam RPG tetap menjadi musuh yang berbahaya untuk di hadapi dalam kenyataan di lapangan.
Slime takkan mati tidak peduli berapa kali kamu menebas dan memukulnya. Mereka harus di bakar atau di bekukan dengan sihir untuk mengalahkannya.
Apa-apaan monster itu!? itu adalah pendapatku saat pertama kali melihatnya.
Tapi aku memiliki kepercayaan diri yang cukup kuat. Kenyataan kalau aku berhasil bertahan sampai akhir dalam perjalanan untuk mengalahkan Dewa Iblis memberikan sedikit kebanggaan diri untukku.
Walaupun begitu, aku tidak punya niat untuk menghadapi iblis seorang diri.
Kalau aku bersama dengan kelompok cheater itu, mungkin takkan ada masalah, tapi sayangnya aku tidak memiliki kekuatan seperti mereka.
Goblin? Kobold? Mereka hidup berkelompok dan aku pasti akan mati kalau aku melakukan kesalahan sekecil apapun. Aku tidak punya niat untuk menghadapi monster seperti itu seorang diri.
Aku, yang selalu menjawab ‘tidak’ pada kebanyakan hal, hanya perlu rajin pergi ke hutan di sekitar sini untuk mengumpulkan tanaman herbal seperti biasanya. Memutuskan hal itu di dalam hatiku, aku sampai di depan guild.
Di dalam sakuku, medaliku mengeluh seperti biasanya.
Untuk suatu alasan medali terkutuk itu menyarankanku untuk pergi mengalahkan iblis.
Yaah, hal itu juga ada alasannya, tapi, yaah, aku akan perlahan menjelaskannya.
Sederhananya, itu sangat merepotkan.
[Renji, kamu... muka itu, sama seperti saat kamu merasa sedang melakukan hal yang merepotkan.]
“Aku berniat untuk melakukan pekerjaanku dengan serius.”
Memangnya medali ini berpikir seperti apa tentangku?
Aku bisa dengan stabil mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hariku.
Dan juga, jangan mengeluh tentang muka orang lain dari dalam saku. Aku terlahir dengan wajah seperti ini.
Mengeluh di dalam kepalaku, aku membuka pintu masuk guild. Di dalam sudah terdapat beberapa orang petualang.
Kebanyakan dari mereka lebih muda dariku. Hanya saja, ada satu orang yang saking besarnya bisa di salah sangka sebagai beruang.
Di Imnesia, tidak asing bagi penduduknya untuk bekerja sebagai petualang saat masih berumur belasan tahun.
Atau malahan, ini adalah dunia di mana anak berusia kurang dari sepuluh tahun juga bekerja untuk mencari uang.
Ngomong-omong, pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak adalah pekerjaan yang tidak berbahaya seperti mengumpulkan tanaman herbal yang aku juga suka lakukan.
Aku, yang masih belum bosan mengumpulkan tanaman herbal, menjadi pusat perhatian dari semua orang di dalam guild.
...tatapan mereka menyakitkan. Aku meminta maaf di dalam hatiku. Maafkan aku, karena mengambil pekerjaan untuk para pemula.
Dan juga, hanya aku yang dapat mendengar suara dari medali terkutuk ini. Ini memang benar-benar medali terkutuk.
Sudah berapa kali aku mempermalukan diriku sendiri dulu... mengingatkannya saja membuatku kesal.
Medali ini juga dapat membuat orang lain bisa mendengarnya, tapi itu akan sangat menarik perhatian dan juga merepotkan.
Aku tidak ingin menarik perhatian.
Bukannya seorang Pahlawan Pembunuh Dewa melainkan hanyalah penduduk C. Itulah statusku saat ini.
“Selamat... pagi?” (Renji)
“Sekarang ini sudah siang. Kamu pasti ketiduran setelah terlalu banyak minum sampai larut malam, kan?”
Kejam sekali.
Sambil memikirkan hal itu, aku berjalan menuju anak yang mengatakan hal itu sambil mengeluh di meja resepsionis.
Dan tiba-tiba aku menyadari sesuatu.
“Selamat pagi?”
“Halo.”

Aku menjawab seperti itu pada gadis yang menyapaku dengan senyuman sambil memiringkan kepalanya ke samping.
Tidak ku sangka dia akan benar-benar menjawab salamku...
Aku yang pertama menyapa seperti itu tapi aku juga terkejut mendengarnya.
Rambutnya yang berwarna madu berayun bersamaan dengan aroma harum menyapa hidungku.
Penampilannya akan membuat tujuh dari sepuluh orang menyebutnya cantik. Dan tiga orang lainnya akan menyebutnya sangat cantik.
Dia memiliki mata berwarna hijau, hidung mancung dan mulut yang agak kecil.
Tingginya sekitar tinggi standar wanita pada umumnya. Mungkin sekitar setingi bahuku.
Pakaiannya sama seperti pakaian petualang pada umumnya yang terbuat dari kulit berbagai monster.
Kalung permata di lehernya adalah satu-satunya benda feminin dari semua pakaian dan perlengkapannya.
Yaah, aku berusaha mengungkapkan kesanku layaknya seorang ahli tapi entah kenapa gadis ini tidak terlalu terkesan seperti seorang petualang.
Lalu perlengkapannya juga terlihat seperti baru di belinya.
“Apa kamu pemula?” (Renji)
“Ah, jadi kamu menyadarinya?”
Si cantik itu tersenyum.
Jadi inilah senyuman yang konon terasa seperti bunga yang mekar.
Karena aku menatapnya dari atas, aku juga dapat melihat lembah yang terbentuk karena tekanan dari pelindung dada yang dipakainya di—ya ampun.
“Mukamu menyeringai.” (Si anak)
“Anak-anak sebaiknya diam saja.” (Renji)
[...Sangat menyedihkan.]
Diam.
Jangan mengganggu konsentrasiku untuk mengingat si cantik ini yang mungkin takkan pernah ku temui lagi.
“Apa kamu ke sini untuk mencari pekerjaan? Aku juga ingin mengambil pekerjaan, tapi untuk mengumpulkan tanaman herbal.” (Renji)
Dia mengangguk saat aku bertanya apakah dia adalah pemula, tapi apa dia benar-benar berencana untuk menjadi seorang petualang?
Tidak ada persyaratan untuk menjadi seorang petualang.
Selama tidak memiliki catatan kejahatan, siapa saja dapat menjadi petualang. Malahan, seorang penjahat juga dapat menjadi petualang asalkan dia mampu memalsukan catatan hidupnya.
Kebanyakan wanita yang mencoba menjadi petualang biasanya adalah mereka yang memiliki masalah keuangan.
Yang lainnya mungkin mereka yang memiliki tugas tertentu sepertiku.
Yaah, tapi terkadang memang ada pengecualian.
Kebanyakan orang mengambil pekerjaan sebagai petualang adalah agar dapat mencari uang dengan cepat. Jika kamu ingin mendapatkan uang dengan cara yang lebih aman kamu bisa menjadi penjaga toko seperti anak ini.
Tapi, gadis di depanku ini... setidaknya dia tidak terlihat seperti memiliki masalah keuangan.
Malahan, aku takkan ragu jika ada seseorang yang berkata kalau gadis ini sebenarnya adalah seorang bangsawan. Entah kenapa, aku dapat merasakan semacam keanggunan yang tidak dimiliki petualang kasar seperti kami. Dan juga, aku memutuskan untuk mengingatkannya agar dia tidak mengambil pekerjaanku.
Aku merasa mendengar keluhan dari dalam kantungku, tapi itu pasti hanya perasaanku.
“Tidak, aku kemari untuk membunuh iblis.” (Si cantik)
“.....”
Aku mengalihkan pandanganku dari si cantik kepada si anak di resepsionis.
“Tidak. Itu tidak mungkin. Tanpa pengalaman itu akan sangat berbahaya.” (Si anak)
“Menurutku juga begitu.” (Renji)
“Malahan, seharusnya kamu yang mengambil pekerjaan untuk membunuh para iblis, bukannya mengumpulkan tanaman herbal.” (Si anak)
“Tidak mungkin, itu terlalu menakutkan.” (Renji)
Lihat, aku menunjuk pada pingganku.
Tidak ada senjata di sana.
Aku sudah menjual pedangku, tapi aku menghabiskan semua uangnya semalam... itu membuatku sedih.
Aku bahkan tidak memiliki sesuatu seperti pisau belati.
Yang ku punya hanyalah tubuh ini.
Apa kamu ingin aku adu jotos dengan iblis? Mustahil. Dengan pukulanku, aku bahkan tidak mampu menghancurkan buah, apa lagi batu.
Monster yang mampu menghancurkan batu dengan pukulannya—untuk saat ini, sebut saja, aku memiliki dua kenalan yang mampu melakukannya.
Namanya juga cheater.
“Dasar pemalas.” (Si anak)
“Impianku adalah untuk mencari uang sambil menikmati hidup sesukaku.” (Renji)
[Abaikan saja impian seperti itu.]
Jangan salahkan impian seseorang, dasar medali bodoh.
“Impian yang sangat indah. Apa kamu dapat mencari uang dengan lancar?” (Si cantik)
“Impian disebut sebagai impian karena tidak pernah tercapai.” (Si anak)
Hatiku tertusuk oleh senyum si cantik yang mendukung impianku.
Dan juga, si anak di meja resepsionis mengatakan sesuatu yang filosofis sambil mengeluh.
“Kamu takkan bisa menjadi orang dewasa yang baik jika kamu terus seperti itu, nak.” (Renji)
“Kalau itu maksudnya menjadi seseorang sepertimu, aku tidak keberatan untuk tidak menjadi orang dewasa yang baik.” (Si anak)
Kejam sekali.
Mengangkat bahuku, aku mengulurkan tanganku pada kumpulan permintaan di meja resepsionis.
Terdapat tiga jenis permintaan, yaitu mengumpulkan tanaman herbal, mengawal penduduk atau kendaraan*, dan pemusnahan monster / iblis.
[TL Note: carriage = gampangnya sesuatu mirip delman / andong]
Kalau kamu pergi ke ibu kota kerajaan, kumpulan permintaan yang paling tebal adalah pemusnahan monster, yang ke dua adalah pengawalan, yang yang paling tipis adalah pengumpulan barang.
Yaah, hal itu tidaklah penting, lagian aku juga tidak berniat pergi ke sana.
Jika aku ditemukan oleh rekan lamaku, itu akan sangat merepotkan.
Saat aku sedang memikirkan hal itu, si cantik bergerak menuju kumpulan permintaan pemusnahan monster.
Dia memiliki jari yang sangat indah dan ramping.
Yup, dia benar-benar seorang petualang pemula.
“Apa ada permintaan pemusnahan yang bahkan bisa ku lakukan?” (Si cantik)
“Tidak.” (Si anak)
Jawaban langsung. Yaah, tapi itu sudah jelas.
Saat si cantik menatap pada si petualang berwajah beruang di dalam guild, si beruang itu mengalihkan pandangannya.
Mungkin, mungkin si cantik sudah berbicara dengannya sebelum aku datang.
Muka si beruang itu terlihat garang, tapi mungkin dia sudah berusaha mengajak si cantik itu ke dalam kelompoknya.
Karena gadis ini memang cantik, takkan ada yang ragu untuk mengajaknya ke dalam kelompok mereka, hanya saja pemusnahan monster itu tidak dapat di terima.
Penduduk dunia ini tidak memiliki kekuatan cheat seperti yang ku miliki.
Mereka harus bertarung dengan mempertaruhkan nyawa mereka bahkan setelah melewati pelatihan seni berpedang dan juga sihir.
Alasan utama kematian para petualang muda adalah karena mereka memaksakan diri untuk mengambil permintaan pemusnahan monster seperti gadis ini, karena penasaran, dan akhirnya terbunuh.
Seperti itulah.
Tapi aku diam-diam mengambil salah satu berkas permintaan dari pengumpulan barang dan menyerahkannya pada gadis itu.
“Itu sangat berbahaya, tahu?” (Renji)
“Aku tahu kalau itu berbahaya.” (Si cantik)
*funsu* gadis itu memukul dadanya dengan tangan kirinya.
Bergoyang. Itunya benar-benar bergoyang sedikit di balik pelindung dadanya.
[Tch]
Di dalam kantungku, aku merasakan hawa haus darah keluar saat medali itu mencetikkan lidahnya, jadi aku memalingkan pandanganku.
Itu karena tidak pantas bagi seorang pria sejati untuk menatap dada wanita, benar sekali.
*Ahem* aku batuk sekali.
“Aku tidak terlalu menyarankannya.”
“Tapi, aku harus menghabisi monster sekarang. Aku tidak punya jalan lain.”
Kalimat itu terdengar sangat serius. Bahkan, suaranya terdengar seperti hampir menangis.
Suaranya terdengar serius, tapi... aku menatap pada resepsionis di belakang gadis itu.
Dia menggelengkan kepalanya.
Yaah, sudah jelas.
Jika mereka membiarkan seorang pemula mengambil permintaan untuk menghabisi monster, itu akan dianggap sebagai kegagalan anggota pengurus guild.
Setelah mengumpulkan cukup pengalaman dari mengumpulkan tanaman herbal dan pengawalan, saat itulah mereka diperbolehkan untuk mengambil permintaan pemusnahan. Dan juga, mereka masih tetap tidak diperbolehkan untuk pergi seorang diri.
Setidaknya kelompok beranggotakan dua atau tiga orang. Itu juga berlaku untuk petualang berpengalaman yang sudah melakukannya bertahun-tahun.
Itu menunjukkan seberapa kuat monster di dunia ini.
Bahkan monster kelas rendah seperti goblin dan kobold, jika mereka menyerang secara berkelompok, mereka akan mampu membuat petualang berpengalaman sekalipun waspada.
Dan slime akan memberimu trauma berkepanjangan.
Jika seorang penyihir menghabisinya dari jarak jauh maka takkan ada masalah, tapi jika seorang petualang menantangnya bertarung jarak dekat, itu hanya akan menjadi mimpi buruk.
“Sepertinya kamu memiliki alasan tertentu, tapi itu lho.”
Hal itu tetap tidak dapat di lakukan. Itu adalah sesuatu yang sudah di tentukan oleh guild.
Sebagai seorang petualang, mereka harus mematuhi aturan yang ada.
Jika kamu tidak dapat melakukannya, maka kamu hanyalah seorang pembangkang(Outlaw : Me).
Aku mengambil selembar permintaan untuk mengumpulkan tanaman herbal dan menyerahkannya pada gadis itu.
“Pertama selesaikan permintaan mengumpulkan tanaman herbal dan pengawalan. Setelah itu, setidaknya dalam satu bulan kamu akan mendapatkan cukup pengalaman untuk mengambil permintaan pemusnahan.”
Aku tidak dapat mengatakan apapun lebih dari itu.
Mengalihkan mukanya dariku, gadis itu pergi meninggalkan guild. Sepertinya dia akan menerima permintaan mengumpulkan tanaman herbal.
“Sayang sekali. Padahal aku ingin bisa lebih dekat lagi dengannya...” (Renji)
“Renji-san sama sekali takkan cocok dengannya. Pasti.” (Si anak)
Jangan mengatakannya sesenang itu nak. Aku bisa menangis.
Saat aku melihat gadis itu pergi, bahuku di tepuk dari belakang.
Saat aku berbalik, paman berwajah beruang berada di sana.
“Kamu tidak salah. Aku juga sudah mengatakan hal yang sama.” (Si beruang)
“Begitu.”
Apa ini akan baik-baik saja?
Menatap pada gadis itu, aku merasa kalau dia mungkin akan melakukan hal gila seorang diri.
Aku berpikir itu berdasar pengalaman. Yaah, kalau aku harus berterima kasih pada seseorang, maka itu adalah rekan perjalananku dulu... aku merasa kalau tindakan gadis itu sama seperti para anak-anak muda itu dulu.
Kalau begitu, apa itu akan menjadi tanggung jawabku karena aku tidak membantunya?
...Aku ingin berpikir kalau itu salah.
[Gadis itu akan melakukan hal yang sangat berbahaya.]
Aku mengeluh.
Seharusnya aku sudah menyadarinya.
Aku mengambil lembaran permintaan pengumpulan tanaman herbal dan meninggalkan guild.
Aku mengambil sebuah koin dari dalam sakuku dan menjetikkannya dengan ibu jariku.
Setelah aku menangkap koin itu saat terjatuh, aku membuka telapak tanganku.
Koin itu menunjukkan, ekor. Gagal.
“Ayo berangkat, Ermenhilde.”
[Baik, tuanku.]
Aku mendengar suara netral, terdengar seakan sedang bersenang-senang.
  
 --------------------------------------------------------
Prev - TOC - Next
--------------------------------------------------------
 TL Note:
Buat yang ga paham ama si MC (Sifat + Kekuatan)
Coba bayangin aja kaia Batu-Kertas-Gunting
Dimana:
Batu: Dewa Iblis + ketururannya
Kertas: MC
Gunting: Monster  biasa

Well, kurang lebih gitu. Ntar klo dah mulai masuk actionnya juga kaianya bakal lebih mudah pahaminya.