OWARI NO SERAPH: ICHINOSE GUREN, 16-SAI NO CATASTROPHE
JILID 2 BAB 3
PANGGILAN DARI KETUA OSIS

Tiga hari kemudian, di sekolah.
Mungkin dikarenakan dalam 3 hari ini, telah memasuki musim hujan, maka hari ini, hujan turun tanpa berhenti sejak pagi hari.
Di bangku yang terletak di sebelah jendela dalam ruang kelas, Guren memandangi lapangan latihan sekolah, yang tergenang oleh tetesan air hujan.
Dari meja guru, guru wali kelas mereka yaitu Aiuchi Saia memberi penjelasan kepada siswa-siswa.
“Eeeh, seperti yang sudah kalian ketahui, mengenai serangan yang terjadi pada bulan April, kita telah kehilangan sebagian dari teman-teman kita, saudara satu kepercayaan, calon perwira elit  Mikado no Oni』  di masa depan. Maka dari itu, pertama-tama, marilah hari ini kita mengheningkan cipta dengan mendoakan para teman sekelas kita, yang telah tiada”
Ujar guru wali kelas itu panjang lebar.
Teman sekelas Guren pun kemudian menutup mata mereka.
Yang masih tetap membuka matanya, hanyalah Guren seorang.
Mungkin karena para guru dari Hiiragi ini berpikir bahwa, dengan rutinitas mengheningkan cipta yang sederhana selama satu menit ini, bisa mempertinggi semangat persatuan dari para murid, maka setiap hari mereka akan mengheningkan cipta.
Guren tertawa sinis melihat sifat egois mereka yang bisa dipahami dengan begitu mudahnya. Dia lalu kembali melihat keluar jendela dengan tatapan termenung.
Mengheningkan cipta telah usai. Dan guru wali kelas mulai menjelaskan kembali.
“Nah, hari ini ada sebuah pembicaraan penting.  Akibat dari serangan teror yang ada, maka Ujian Seleksi Sihir, yang merupakan ujian yang paling penting untuk mengetahui kemampuan sebenarnya dari kalian semua, menjadi terganggu”
Di halaman sekolah, latihan tetap berlangsung meskipun sedang turun hujan. Tidak. Justru karena saat ini sedang hujan, maka diadakan latihan untuk bisa mengeluarkan kemampuan sebenarnya di daerah pijakkan yang tergenang air.
Murid perempuan yang mengenakan seragam sailor dipukul oleh murid laki-laki yang menjadi lawan berlatihnya. Dia kemudian terjatuh di genangan air.
Guru wali kelas melanjutkan.
“Karena itu, meskipun ini mendadak, untuk menilai kekuatan kalian, maka para murid yang penilaiannya belum selesai, pada hari ini, akan diadakan ujian susulan”
Mendengar kata-kata itu, maka itulah pertama kalinya, Guren melihat ke arah Guru wali kelasnya.
Di dalam kelas pun para murid menjadi gaduh dengan suara “eeeeeh?”  mendengar adanya ujian yang tiba-tiba ini.
Guru wali kelasnya lalu tersenyum,
“Meskipun saya bilang demikian, tetapi rata-rata murid di kelas ini telah selesai dilakukan penilaian, jadi jangan khawatir. Yang belum selesai dinilai adalah .... yang tentu saja akan mendapatkan nilai A-Rank, yaitu Tuan Hiiragi Shinya dan—“
Guren melihat ke arah Shinya yang duduk di sebelah bangkunya, dan duduk mendengar perkataan itu.
Shinya pun lalu melihat ke arah Guren, dan tertawa dengan santai.
Guru wali kelas melanjutkan perkataannya.
“Ditambah, gadis jenius dari Keluarga Juujyou, yaitu Mito-san  dan Goshi-san dari Keluarga Goshi”
Nama yang pada akhirnya disebut itu, adalah nama dari tiga murid dengan kekuatan terhebat  di kelas. Sepertinya, ini akan menjadi pertempuran antar sesama orang yang memiliki kekuatan tinggi, dengan maksud untuk melihat siapakah yang menjadi unggulan dan terkuat kemudian.
Kemudian, di saat itulah,
“.....aku juga akan di panggil, kan?”
Dengan suara kecil, Guren berbisik ke Shinya. Dan Shinya pun kemudian dengan suara yang berbisik pula,
“Yah, pastinya sih, begitu. Karena penyelidikan orang dalam yang kita bicarakan itu, sudah dimulai”
Jawab Shinya.
Dan di saat yang bersamaan, Guru wali kelas berkata.
“.....lalu yang terakhir,  yang jelas-jelas akan mendapatkan peringkat terendah, si Sampah Ichinose. Keempat orang tersebut, mendapat panggilan. Kemudian,  diharapkan berkumpul di gedung olahraga pada waktu yang telah ditentukan. Mito-san dan Goshi-san, harap berkumpul pada pukul 8.30. Tuan Hiiragi Shinya dan Ichinose Guren, pada pukul 9—“
Pada saat itu, Guren melihat Mito membalikkan pandangannya, melihat ke arahnya.
Mata mereka berdua pun saling bertemu pandang.
“Hemph”
Lalu, Mito dengan terang-terang membuang muka dari Guren. Sepertinya dia masih marah dengan apa yang Guren katakan kepadanya sebelum ini. Yah, hal itu sudahlah pasti. Karena Guren sengaja melakukannya, dengan maksud seperti itu.
Goshi yang menyadari kejadian itu, lalu melihat ke arah Guren dengan tersenyum kecut.
“Kita sama-sama dapat pelajaran tambahan. Ayo semangat”
Ujarnya kemudian.
Namun Guren mengacuhkan hal itu.
Melihat sikap Guren, murid-murid lainnya lantas,
“Oi, kau! Apa maksudmu cuek dengan perkataan Tuan Goshi, hah!”
Protes mereka kepada Guren. Goshi lalu mengambil kendali.
“Aaaah, tidak masalah, kok. Dia, kan, memang seperti itu”
“Dia adalah seorang sampah, ya?”
“Eh?”
“Hanya dengan diajak bicara oleh Goshi-san, seharusnya seorang sampah sudah merasa bersyukur. Tetapi sikapnya justru begitu. Tidak bisa dimaafkan”
Ujar mereka. Tapi, pembicaraan semacam itu, sudah terjadi setiap harinya.
Guren kembali mengacuhkan percakapan itu. Dia lalu melihat jam dinding yang terpasang di atas papan tulis.
Lalu,
“.....ujian kemampuan yang sebenarnya, ya. Nah, apa kira-kira aku bisa menyembunyikannya, ya?”
Gumam Guren demikian.
¨
Gedung olahraga, terletak di sisi yang berlawanan dengan gedung sekolah, sehingga halaman sekolah terapit diantara gedung sekolah dan gedung olahraga.
Karena di Sekolah Unggulan Shibuya ini, hal selain kekuatan dan juga kemampuan ilmu sihir tidaklah dinilai, maka kegiatan klub ekstra kurikuler seperti yang biasanya ada di sekolah pada umumnya, tidaklah ada di sekolah ini.
Oleh sebab itulah, maka di dalam gedung olahraga pun, berisi dengan fasilitas untuk latihan ilmu sihir, dan sebagian besar ruang yang ada, adalah ruang untuk latihan berpasangan.
Guren pun membuka pintu gedung olahraga yang mana di saat seperti ini, biasanya tidak akan ada banyak murid di dalamnya.
Waktu menunjukkan pukul 9.05.
“Kau telat, Ichinose Guren”
Terdengar suara omelan yang seperti biasanya ia dengar, namun dengan nada suara yang terdengar dingin.
Suara itu berasal dari bagian tengah gedung olahraga.
Guren melihat ke asal suara itu.
Di sana sudah ada beberapa murid yang berkumpul.
Tiga orang itu adalah orang yang sosoknya Guren kenali.
Mito dan Goshi.
Kemudian Shinya.
Wajah Mito dan Goshi terlihat sangat kelelahan, sehingga keduanya terduduk di atas lantai. Sepertinya, mereka berdua baru saja bertarung, untuk dilakukan penilaian terhadap kemampuan mereka.
Dari sudut pandang Guren, dia berpikir bahwa dengan kemampuannya, mungkin Mito yang sedikit jauh lebih kuat. Tetapi, Guren tidak tertarik untuk mengetahui siapakah yang menang.
Dibandingkan mereka, saat ini yang membuat Guren merasa tertarik adalah,
“..........”
Guren melihat ke arah laki-laki yang berdiri di tengah-tengah, dengan wajah yang telihat pintar, dan juga wajah yang tidak terlalu bisa dirasakan perasaannya dari wajahnya.
Dia adalah laki-laki yang berada di sisi jendela, yang sebelumnya sempat dilihat Guren secara sekilas.
Hiiragi Kureto--------------Sang ketua Osis.
Laki-laki yang dikatakan bahwa dia adalah orang yang memiliki kemampuan setara dengan Mahiru di dalam Keluarga Hiiragi, dan semenjak masuk ke sekolah ini, dia adalah orang yang selalu bertahan di posisi murid teladan dan terbaik.
Guren berusaha menghindari tatapan yang nampak tajam dari laki-laki itu.
“Ah, anu, maafkan saya .... Tadi, perut saya sakit, jadi saya pergi ke toilet”
Guren berusaha mengelak berkata seperti itu.
Mendengar itu, Shinya pun tertawa.
“Kau grogi karena ujian mendadak ini? Lemah sekali, sih”
Mito lanjut berkata.
“Aku tidak habis pikir, bagaimana bisa orang yang lemah jiwa raganya seperti dia bisa masuk ke sekolah ini’
Dan pada akhirnya Goshi,
“Tidak, tidak, aku bisa mengerti, kok. Aku juga tiba-tiba saja, saat diberitahu bahwa aku akan berhadapan dengan wanita kekar ini, aku menjadi berdebar-debar karena ketakutan—“
“Siapa yang kau bilang wanita kekar, hah!”
“Eh? Memang kenyataannya begitu, kan?”
Mereka berdua saling balas membalas.
Sepertinya, sesuai dengan apa yang Guren perkirakan, Mito lah yang menjadi pemenang.
Guren melihat tingkah mereka berdua, lalu berujar,
“Anu, lalu, apa yang sebaiknya saya lakukan .....”
Kureto kemudian berkata.
“Masuklah”
“Ah, baik”
Guren memberi salam, dengan menundukkan kepalanya, kemudian memasuki gedung olahraga.
Kemudian dia terus berjalan maju, dan berdiri berjajar di sebelah Shinya. Dia lalu melihat laki-laki yang ada di hadapannya.
 Laki-laki itu, ternyata memang memiliki aura.
Bola mata hitam yang dipenuhi dengan keinginan yang kuat, serta rambut hitam yang tertata dengan rapi. Pedang Jepang bersarung di pinggangnya, dan di lengannya terdapat kain dengan tanda yang bertuliskan ‘KETUA OSIS’.
Laki-laki itu tanpa celah.
Namun juga tidak ada hawa kekerasan darinya.
Dia hanya menatap ke posisi Guren berada dengan tatapan mata yang sangat tenang.
“Oi, Ichinose Guren”
Nama Guren dipanggil olehnya.
Guren pun menjawab panggilan itu.
“Baik”
“Aku punya pertanyaan. Jawablah. Apakah kau menjual informasi mengenai sekolah ini kepadaGereja Hyakuyayang melakukan teror serangan pada bulan April?”
Itu adalah sebuah pertanyaan yang benar-benar tanpa basa-basi.
Mata Mito dan Goshi pun langsung terbelalak, dan dengan wajah yang menunjukkan rasa terkejut, mereka melihat ke arah Guren.
Shinya pun, ikut berpura-pura dengan membuat ekspresi wajah yang menunjukkan rasa terkejut.
Guren lalu berpura-pura menunjukkan kondisi panik, dan kemudian menjawab.
“Eeeeh, anu .... Sebenarnya, apa yang Anda maksud?”
“Kau tidak menjual informasi?”
“Ti-tidak”
“Apa benar?”
“Benar.  Anu, lagipula saya, adalah orang yang dibenci di sekolah ini. Karena itu, saya tidak mungkin bisa mendapatkan informasi yang bisa saya jual kepada—“
Namun, Kureto menyela perkataan Guren dan berkata.
“Aku percaya hal itu. Guru-guru dan murid-murid yang ada di sekolah ini memang bodoh, tetapi mereka tidaklah orang yang terlalu bodoh untuk mau membocorkan informasi kepadamu. Namun, walau kau tidak menjual informasi, tetapi kau bekerja sama dengan  《 Gereja Hyakuya》, kan. Benar tidak?”
“Itu tidak be—“
“Aku tidak percaya hal itu. Kau punya suatu motivasi. Kau punya rasa benci kepada kami, Keluarga Hiiragi, lalu kau bekerja sama dengan  Gereja Hyakuya》karena melihat adanya kemungkinan keuntungan dari itu. Buktinya, saat ini pun kau berpura-pura bodoh, dan menyembunyikan kekuatanmu yang sebenarnya”
Apa yang ingin Kureto katakan, dikeluar semua olehnya melalui ucapannya itu. Dan lagi, perkataannya itu adalah perkataan yang seakan tidak akan membiarkan Guren memberikan penjelasan. Lagipula, Kureto tidak mungkin mempercayai Guren. Apa yang diucapkannya itu hanyalah seperti sedang mengutarakan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi kondisi selanjutnya.
Tetapi, meskipun begitu, Guren tetap berkata.
“Itu .... Anda terlalu tinggi menilai sa—“
Namun, Kureto mengacuhkan ucapan Guren dan berkata.
“Orang yang tidak memiliki kekuatan, tidak akan mungkin bertahan hidup dalam serangan teror itu. Itu berarti, kau sedang menyembunyikan kekuatanmu yang sebenarnya”
Mendengar itu, Mito sekali lagi melihat ke arah Guren.
“Eh, tunggu! Itu, kan—“
Kureto tetap melanjutkan perkataannya.
“Tetapi apakah kekuatanmu itu, akan sampai bisa menjadi sebuah ancaman bagi keluarga Hiiragi? Ataukah apa yang kukatakan ini tidak benar? Aku akan mencari tahu hal itu sekarang. Nah, ayo kita mulai”
“Hah? Mohon tunggu seben—“
Namun, perkataan Guren itu diacuhkan oleh Kureto. Kureto lantas memberi perintah kepada Shinya.
“Shinya. Bunuh dia. Dengan begitu kita akan tahu kekuatannya yang sebenarnya”
“Eeeeh? Kenapa harus aku yang—“
“Apa kau mau melawanku? Atau jangan-jangan kau adalah komplotannya?”
Ditanya seperti itu, Shinya pun terlihat kebingungan.
“Eeeeeh itu merepotkan sekali. Tolong hentikan rasa curigamu yang tidak benar itu, Kak Kureto
Tanpa tersenyum melihat sikap Shinya, Kureto lanjut berkata.
“Kalau kau tidak ingin dicurigai, maka lakukan. Dengan begitu, kita akan bisa tahu kemampuan sebenarnya miliknya itu”
“Uuuh Apa boleh buat, deh. Nah, Guren”
Shinya lalu melihat ke arah Guren.
“Maaf sekali, tapi aku akan melakukannya, ya? Karena ini perintah dari kakakku, sih”
Shinya lantas mengangkat kepalan tangannya. Guren bisa mengetahui bahwa kecepatan gerak tinjuan tangan Shinya itu dilapisi mantra kutukan.
Guren hanya,
“.....eh?”
--berpura-pura tidak bisa merespon gerakkan Shinya.
Tetapi, jika Guren menerima pukulan seperti itu tanpa adanya suatu pertahanan sedikit pun, walau dia tidak akan mati, tetapi pasti akan perlu dirawat inap untuk beberapa saat.
Padahal kehancuran dunia hanya tinggal setengah tahun lagi, jadi apakah masuk ke rumah sakit untuk dirawat inap adalah hal yang benar atau salah?
Apakah dengan Guren menyembunyikan kekuatan sebenarnya seperti ini, akan datang hari di mana dia akan bisa memberikan satu serangan fatal kepada Hiiragi?
Guren harus memprediksi, dan memperkirakan masa depan yang tanpa kepastian. Dia lantas harus segera memberikan jawaban.
Kemudian Guren memilih untuk menerima pukulan.
Setidaknya, Shinya ada di pihaknya.
Kalau memang ada di pihaknya, maka Shinya pasti akan memikirkan tempat di mana dia akan melayangkan pukulannya.
Lalu akan perlu waktu sekitar 1 bulan untuk pemulihan.
Ada keuntungannya, di mana itu bisa jadi alasan yang tepat untuk tidak datang ke sekolah ini.
Karena itu,
“...........”
Guren tidak bergerak.
Kepalan tangan Shinya mendekat ke arahnya.
Kemudian, tepat saat kepalan tangan itu hendak menghantam dada Guren ....
Kepalan tangan Shinya terhenti.
Terhenti karena Kureto yang berada di sebelah Shinya, mengulurkan tangannya, dan menghentikan kepalan tangan itu.
Kureto lalu berkata.
“Oi, kau! Kenapa kau tidak mengerahkan kekuatanmu sepenuhnya?”
Kureto lantas memutar tangan Shinya dengan keras hingga membuatnya terkilir.
“Uuurgh”
Wajah Shinya terlihat kesakitan. Tetapi, Kureto tidak peduli, dan dipukulnya pipi Shinya yang terlihat kesakitan itu, hingga Shinya terpental.
Shinya jatuh terpental jauh ke belakang.
Gerakan Kureto itu benar-benar sangat cepat. Dari gerakan itu, Guren bisa langsung tahu bahwa kekuatan Kureto benar-benar sangat luar biasa.
Kureto lantas berbicara kepada Shinya yang tergeletak jatuh tidak bergerak di lantai.
“Itu adalah hukuman pertama untukmu. Kepercayaan terhadapmu akan berkurang. Lalu, penyelidikan apakah kau terlibat denganGereja Hyakuyaakan dimulai”
Shinya masih belum bergerak bangun.
Mito dan Goshi pun diam tidak bergerak, degan wajah yang masih terlihat sangat terkejut.
Lalu, tatapan Kureto di arahkan kepada Guren.  Untuk pertama kalinya, seyum tipis tersungging di wajah Kureto, dan,
“Dan Guren, sekarang adalah giliranmu”
“Anu”
“Ah, kau sudah tidak perlu bersandiwara. Jika kau tidak punya kekuatan, maka kau akan mati di sini. Dan jika kau punya kekuatan, aku akan menyiksamu bertubi-tubi untuk mencari tahu dan membuatmu mengaku, apakah kau punya hubungan dengan Gereja Hyakuya
Seraya berkata demikian, Kureto menarik katana yang disarungkan di pinggangnya. Sepertinya Kureto benar-benar akan menyerang Guren untuk membunuhnya.
Namun Guren tetap saja berusaha untuk berkata,
“Mohon tunggu sebentar. Jika Anda melakukan ini, maka hubungan Anda dengan kami, Keluarga Ichinose—“
“Keluarga macam Ichinose, bisa kubuat tutup mulut berapa kali pun”
Yah, memang benar, ujar Guren dalam hati sambil mendecakkan lidah. Tapi Guren akan berusaha sedikit lagi.
“Ta-tapi itu .... Anda terlalu berlebihan menilai saya. Saya tidak memiliki kekua—“
Pada saat itu, entah mengapa, terdengar suara yang berusaha membantu Guren.
Suara dari Mito.
“Itu benar, Tuan Kureto. Saya sudah beberapa kali berusaha memprovokasinya, tetapi laki-laki bernama Guren ini benar-benar tidak punya kekuatan apapun”
Kureto lalu melihat ke arah Mito, dan mengernyitkan matanya. Kemudian, dengan suara kecil dia berkata,
“.....ada kemungkinan bahwa Keluarga Juujou juga seorang pengkhianat”
Gumamnya, dengan suara yang berkata demikian.
Mito tidak menyadari hal itu dan melanjutkan.
“Karena itu—“
Namun Kureto menyela perkataannya, dan berkata.
“Apakah Anda bersedia menghentikan perbuatan Anda itu? Apa kau akan berkata begitu? Lalu, kau ini siapa, berani berkata seperti itu? Apa kau punya hubungan dengan si Ichinose Guren ini? Juujou Mito. Apa kau ini kekasihnya?”
Mito langsung terlihat panik,
“Eh? Tidak itu .... Bukan seperti itu ....”
“Kalau begitu, apa hubunganmu?”
“Anu, ka-kami teman sekelas .... Dan lagi pula, Sa-saya rasa orang seperti Tuan Kureto tidak perlu sampai berurusan dengan Si Sampah Ichinose. Karena itu ....”
Seiring dengan tidak mampunya Mito memberikan penjelasan, suaranya semakin mengecil.
Lagipula, Mito mau mengeluarkan suaranya untuk membantu Guren di saat seperti ini, juga membuat Guren sendiri merasa terkejut. Sepertinya, rasa keadilan yang ada di dalam dirinya, tidak mengizinkan kejadian seperti sekarang ini terjadi.
Namun, keadilan macam apa yang ada pada dirinya? Mungkin itu karena teman sekelasnya, akan terbunuh di depan matanya.
Guren tidak mengetahui alasan macam apa yang dia punya.
Tetapi, sedikit demi sedikit Guren semakin merasa bahwa hal ini semakin merepotkan.
Kalau begini terus, maka Mito akan dicurigai dengan kecurigaan yang tidak benar. Mungkin alasan seperti itulah yang membuat Guren merasa sebal atau mungkin juga karena alasan yang lainnya----tetapi, alasan manapun juga, Guren merasa sudah—
“ .....tidak akan bisa melarikan diri, ya”
Gumamnya dengan suara kecil.
Dengan wajah yang kebingungan, dilihatnya langit-langit gedung olah raga.
Kureto kemudian mengangkat katana-nya.
“Baiklah, tidak apa-apa. Diamlah kalian semua. Lalu, Ichinose Guren. Kau, akan mati di sini”
“Ya-yang benar saja”
Mito berteriak.
Goshi pun,
“Sial, situasinya jadi sangat buruk”
Ujarnya dengan suara menggeram.
Meskipun baru tiga bulan berjalan, tetapi jika orang yang menghabiskan waktu bersama-sama setiap harinya di kelas yang sama akan dibunuh, mungkin reaksi itulah yang biasanya akan muncul.
Pada dasarnya, mereka adalah orang yang baik.
Kemudian, saat ini Guren tengah didesak oleh kematian yang pasti dan tak terhindarkan.
Mito dan Goshi pun mengerti hal itu.
Monster yang menyandang nama Hiiragi, yang menerima peringkat tertinggi di sekolah ini, dan yang menghasilkan prestasi, mengayuhkan katana­-nya, berkata bahwa dia akan benar-benar membunuh Guren.
Kalau begitu, tidak masalah jika sampah macam Guren mati di sini.
Jika dia benar-benar seorang sampah, tidak berharga, dan seorang menggelikan.
“.....aaah, merepotkan sekali”
Guren kembali bergumam.
Kemudian dia menarik pandangannya dari langit-langit.
Kureto mendekat.
Dengan sangat cepat.
Gerakan yang sangat bisa diduga dari seorang Tuan Ketua Osis terhormat yang menjadi nomer satu di sekolah ini.
Namun gerakan itu,
“.....tidak secepat Mahiru ... yang menjual jiwanya kepada iblis, tahu”
Guren menarik katana yang ada di pinggangnya.
Katana  yang baru. Sebagai pengganti Kujyakumaru yang dipatahkan oleh Mahiru, pedang iblis yang dikirimkan dari rumahnya------Miru.
Guren menahan katana Kureto dengan katana-nya itu. Menggemalah suara nyaring traaang dari benturan dua benda berbahan logam.
Kureto segera menarik katana-nya, dan kembali melepaskan tusukkan kedua dan ketiganya.
Namun, semua serangan itu bisa diterima Guren, dan ditambah lagi, gerakannya lebih unggul daripada gerakan Kureto. Guren melepaskan tebasan.
“Hmm”
Kureto menarik dirinya.  Mundur selangkah. Dan di saat yang bersamaan dia melempar jimat dari sakunya.
Guren menebas jimat itu seraya maju selangkah ke depan, dan mengincar jantung Kureto.
Kureto lalu mengayuhkan katana-nya ke atas, dan menghindari serangan Guren. Namun, Guren tidaklah berhenti. Guren melepaskan tangan kirinya dari genggaman pedang, dan melayangkan pukulan kepalan tangan yang diarahkannya ke kepala Kureto.
Hampir terjatuh, Kureto menghindar mundur ke belakang, kemudian bermaksud menendang lengan Guren yang masih menggenggam katana.
Guren menahan tendangan itu dengan sikunya, mengayunkan katana-nya hendak menebas kaki Kureto, namun terlambat.
Kureto mundur beberapa langkah, lalu memperbaiki kuda-kudanya.
Guren pun juga mundur selangkah, dan memperbaiki kuda-kudanya.
“..........”
Semua kejadian itu, adalah kejadian yang terjadi dengan sangat cepat.
Kemungkinan, yang bisa melihat seluruh kejadian yang terjadi barusan adalah, orang seperti Shinya.
Mito dan Goshi, bahkan tidak mengerti apa yang baru saja terjadi.
Tapi akhirnya, dengan apa yang barusan terjadi, semuanya terungkap.
Mito berkata.
“.....Tu-tunggu, apa yang sebenarnya terjadi ba—“
Namun, Kureto menyela dengan berkata.
“.....Hah. Akhirnya kau menunjukkan sifatmu yang sebenarnya, ya. Penerus selanjutnya kepala Keluarga Ichinose”
Mendengar itu Guren tersenyum tipis dan berkata.
“.....Tidak, tidak. Ini bukanlah sifat asli saya. Saya hanya merasa malu dengan kemampuan saya, sehingga saya menyembunyikannya, kan?”
“Haha”
“......lagipula, ini bukanlah kekuatan yang bisa membuat ketakutan, bukan? Dan jika saya ternyata sedikit lebih kuat  .... saya bisa apa? Bagi saya, saya hanya tidak ingin diperhatikan oleh orang-orang dari Hiiragi”
Dengan bola mata yang dingin seperi biasanya, Kureto mengarahkan katana ke arah Guren.
“Apakah itu kekuatan yang menakutkan atau bukan, kita akan tentukan di pertarungan selanjutnya”
“Sudah, bisakah Anda menghentikan ini?”
“Tidak bisa. Dengan ini, kita akan menentukan siapakah yang terkuat di sekolah ini, kan?”
Dengan kata-kata itu, Guren pun menunjukkan wajah yang sudah merasa kesal, lantas
“Kau ini, orang brengsek yang menyebalkan, ya”
“Ha, haha. Jadi itu gaya bicaramu yang sebenarnya? Tapi ya, jarang sekali aku bisa bertemu dengan lawan yang bisa untuk menguji kekuatanku. Sangat tidak terduga, kalau di keluarga cabang, ada orang yang sangat berbakat, jadi---------buatlah aku menikmati pertandingan ini”
Berkata demikian, Kureto mengangkat katana-nya.
Guren langsung merespon.
Siapa yang lebih kuat?
Memang Guren sendiri merasa tertarik akan hal itu. Tetapi, menang di tempat ini tidak akan mempunyai arti apapun. Guren mempunyai kekuatan yang cukup, namun, tidak bisa menyaingi Kureto.
Dia tidak punya keistimewaan yang bisa membuatnya mengkhianati Hiiragi, dan selama ini dia menyembunyikan kekuatannya adalah agar dia tidak diamati oleh Keluarga Hiiragi. Tapi, untuk dapat membuat bukti bahwa dia lebih lemah dari Kureto, maka Ichinose Guren, sekali lagi, harus kembali menjadi keluarga cabang yang hanyalah sampah------

Alur itulah yang paling baik.
Namun,
“Aah, tidak bisa ya ......”
Guren mengeluh demikian.
Dia melihat katana milik Kureto, yang tadi berkata ingin menguji kemampuannya.
Namun, perkataan Kureto itu ternyata hanya bohong belaka.
Sesaat fokus Guren begitu mengarah ke katana Kureto,  tiba-tiba dirinya dikelilingi oleh hawa membunuh yang menusuk di sekitarnya.
Dari gedung olah raga, di lima titik tempat. Dirinya dikelilingi oleh musuh. Walaupun memang, di sekolah ini semua adalah musuh baginya, dan itu adalah hal yang tak terelakkan buatnya.
Ditambah lagi, Guren bisa menyadari bahwa serangan datang dari kelima titik tempat tersebut. Namun, Guren tidak bisa melihat serangan itu. Kemungkinan, entah jarum atau sesuatu yang menyerupai itu, tengah dilepaskan ke arahnya.
Guren mencarinya ke arah hawa membunuh itu.
“Sial”
Dan diayunkan katana­-nya, namun karena itu serangan mendadak, Guren hanya mampu mengatasi tiga buah saja.
Dua lagi sisanya, menusuk ke pergelangan kaki, dan punggungnya.
Kemungkinan besar, jarum itu telah dilumuri dengan racun atau sesuatu semacam obat bius.
Guren langsung mengetahui bahwa itu adalah orang yang membantu Kureto. Guren pun langsung terserang rasa kantuk yang teramat sangat,
“.....aaa kau ini, benar-benar orang menyebalkan. Katanya tadi kau mau melihat siapa yang lebih kuat, kan?”
Dengan mata yang setengah mengantuk, Guren mengatakan itu kepada laki-laki yang ada di hadapannya. Kureto mendengarkan dengan pandangan yang meremehkan, dan berkata.
“.....eh? Memangnya ada orang yang tertarik dengan perbuatan anak kecil semacam itu?”
“..........”
“Lagipula kau juga, tidak tertarik, kan? Pada akhirnya kau akan sengaja dan berpura-pura kalah dariku. Apa aku salah?”
“..........”
“Tetapi, aku mengerti kekuatanmu. Sangat berguna. Aku akan mencari tahu, apakah kau bekerja sama denganGereja Hyakuyaatau tidak. Dan jika kecurigaan kepadamu sudah tidak ada, maka aku akan memanfaatkanmu sebagai bidak catur yang sangat berharga bagi Keluarga Hiiragi”
“..........”
“Begitu bangun, suntikkan Jibakuzai, yaitu obat yang akan membuatmu mengakui segalanya, dan juga siksaan akan menantimu. Nah, silakan tidur dengan pulas, sampai saat itu tiba, Ichinose Guren”
Begitu Guren mendegar perkataan itu,
“Dasar brengsek—“
Kesadaran Guren, menghilang.