ROKUJOUMA NO SHINRYAKUSHA
JILID 1 BAB 5 BAGIAN 1
MEMULAI INVASI

 
Selasa, 7 April, 7:30 pagi.

“...Pada akhirnya, dia tidak keluar sama sekali...”

“Jika kau meninggalkannya disini bersamaku, dia pasti tidak akan keluar."

Koutarou berhenti dengan sepatu di tangannya dan berbalik ke ruangan dalam.

Yurika tidak pernah keluar dari lemari sejak dia melompat masuk ke dalamnya.


Yurika yang merajuk dan ketakutan menolak keluat tak peduli berapa kali kami mencoba membujuknya.

Dan Koutarou hampir menunda masalahnya sampai sini dan pergi ke sekolah.

“Dia akan keluar saat dia merasa lapar.”

“Semoga saja. Tapi kalau terus begini, kita tidak akan menyelesaikan masalahnya...”

“Kau benar mengenai hal itu...”

Koutarou selesai memakai sepatunya dan terpaksa tersenyum saat dia berdiri.

“Cepatlah pulang, oke?”

“Ya. Aku tidak bekerja hari ini, jadi aku akan pulang lebih awal dari kemarin.”

“Ya, pulanglah dengan selamat.”

''Aku diantar keluar...''

“Ya, sampai jumpa nanti.”

''Dan mengatakan sampai jumpa...''

Mereka berdua yang sudah bertengkar memperebutkan kamar ini, mengatakan kata-kata itu. Anehnya, kata-kata itu tidak terasa aneh.



Saat Koutarou keluar, dia melihat Kenji, yang sedang meninggalkan sepedanya di parkiran sepeda di depan apartemen.

“Hei, Mackenzie.”

“Pagi, Kou.”

Sudah mengunci sepedanya, Kenji mendekati Koutarou yang sedang menguap.

“Fuaaaaaaaaa...”

“Apa, kurang tidur lagi?”

“Semacam itulah. Aku sulit untuk tidur...”

“Hantu itu?”

“Itu hanya sebagian saja.”

Koutarou merasakan guncangan tiba-tiba.

“Eh?”

Pada awalnya, Koutarou menyangka kalau guncangan itu katena dia sedang bergerak, tapi dia tetap berguncang walaupun dia sudah berhenti.

“Ada apa?”

“Tanahnya berguncang kan?”

“Hm? Iya, setelah kau bicara begitu, tanahnya sedikit berguncang.”

“Gempa bumi?”

“Mungkin saja. Lagipula, sepertinya tidak ada pembangunan bangunan saat ini.”

Keudanya menatap tanah, dan setelah beberapa detik, guncangannya berhenti.

“Sepertinya sudah berhenti.”

“Yah, sepertinya cuma sebentar.”

Saat keduanya berbicara, suara Shizuka bisa terdengar dari atas mereka.

“Selamat pagi, Satomi-kun, Mackenzie-kun!”

Koutarou dan Kenji mendongak ke arah Shizuka, yang sedang ada di koridor lantai dua dan sedang mengunci pintunya.

“Selamat pagi, Ibu kos-san!”

“Selamat pagi, Kasagi-san.”

“Cuacanya cerah hari ini.”

Shizuka menuruni tangga dari lantai dua.

“Apa aku membuatmu menunggu?”

“Aku tidak menunggu sama sekali, Ibu kos-san.”

“Aku juga baru sampai.”

Hari ini adalah hari pelajaran dimulai di SMA Kitsushouharukaze.

Untungnya, ketiganya secara kebetulan ada di kelas yang sama, dan mereka memutuskan untuk pergi ke sekolah bersama-sama.

“Oh, baguslah. Ayo berangkat, ya?”

“Ya!”

“Oke. Tapi Kou, kau anehnya sopan pada Kasagi-san.”

“Kau benar, Mackenzie-kun. Walaupun aku memanggilnya Satomi-kun, dia ini terlalu formal dan memanggilku Ibu kos-san.”

“Wajar bagi penyewa untuk memperlakukan  Ibu kosnya dengan penuh hormat.”

“Dia sudah dididik untuk menghargai kerja keras, jadi dia selalu bersikap seperti ini kepada rekan kerjanya.”

“Begitu ya... ufufufu.”

Ketiganya berjalan bersama-sama ke sekolah.



Hari ini adalah hari kedua sekolah terhitung dari upacara penerimaan, dan kelasnya sunyi.

Ada beberapa kelompok yang sedang mengobrol, tapi sebagian besar adalah kelompok siswa yang pergi ke SMP yang sama.

Mungkin akan menghabiskan beberapa hari lagi bagi para siswa untuk terbiasa satu sama lain.

“Satomi-kun!”

Dalam kelas yang sunyi ini, suara Shizuka bisa jelas terdengar.

Shizuka sedang membawa sebuah kardus dan berjalan menuju bangku Koutarou dan Kenji.

“Ada apa, Ibu kos-san?”

“Fufufu, tolong jangan panggil aku Ibu kos-san di sekolah, Satomi-kun. Oh iya, ambil ini.”

“Apa ini?”

Koutarou menerima sebuah kardus kecil dari Shizuka.

“Aku berbicara dengan teman sekelasku dari SMP yang tahu banyak tentang hal seperti ini, dan setelah aku menjelaskan situasinya padanya, dia memberiku semua ini.”

Saat Koutarou membuka kotak itu, dia melihat banyak nota, label, tali dan tongkat hiasam di dalamnya.

“Perlengkapan religius...”

Kenji, yang duduk di depan Koutarou dan juga mengintip isi kotak itu, mengatakan isi kotak itu sebelum Shizuka.

“Perlengkapan religius?”

Koutarou, yang tidak mengerti, bertanya pada Kenji.

“Ya, lihat benda ini. Benda ini ditulisi 'pergilah arwah jahat'.”

“Kau benar.”

“Tapi tak kusangka ada banyak perlengkapan dari berbagai macam agama di dalam kotak ini. Shinto, Budha, Kristen, Islam... Wow, bahkan Voodoo."

“Mengapa kau memberikan benda-benda ini padaku, Ibu kos-san?”

“Itu karena kau bilang sesosok hantu muncul di kamarmu. Kupikir ini mungkin akan membantu.”

“Ah...”

Koutarou akhirnya ingat kalau dia sedang berebut kamar itu melawan Sanae.

''Benar juga, aku berebut kepemilikan kamar itu melawannya.''

Dengan kemunculan Yurika kemarin, tidak ada waktu untuk hal tersebut.

“Bukannya ini semua cukup mahal, Kasagi-san?”

“Oh, mengenai itu, Mackenzie-kun. Benda-benda ini hampir kadaluarsa jadi ini gratis.”

“Kadaluarsa!? Perlengkapan religius!?”

Mendengar kata-kata yang tak terduga itu dari mulut Shizuka membuat Kenji terkejut.

“Itulah yang dia katakan. Dia juga bilang kalau tanggal kadaluarsanya amat sangat dekat, jadi gunakan secepatnya.”

“...Tak kusangka gelombang peradaban akan mempengaruhi benda-benda seperti ini juga.”

Kenji mengambil sebuah jimat yang kecil, using dan mencurigakan, dan menatap label yang menempel di jimat itu.

'Tanggal kadaluarsa: enam bulan sejak pembuatan. Untuk tanggal pembuatan, tolong amati bungkusnya.'

“Dunia hampir berakhir...”

Itulah pendapat jujur Kenji.

“Ini akan sangat membantu, Ibu kos-san.”

“Kuharap benda-benda ini akan berguna.”

“Aku akan membuatnya berguna”

“Berjuanglah, Kou; Aku mendukungmu!”

“Kalau begitu bantu aku!”

“Tidak mungkin. Kau tahu aku tidak menyukai hal-hal seperti ini.”

“Setelah kau bilang begitu...”

Kenji membenci semua hal mistis.

Walaupun Kenji lebih mengetahui hal ini, dia takut kepada hal tersebut melebihi Koutarou.

Jika kau bertanya padanya, dia akan bilang kalau dia membenci hal itu karena dia mengetahui hal tersebut.

“Baiklah, dengan ini...”

Koutarou menghentikan kata-katanya, mengingat kalau dia punya seorang lagi yang harus diusir dari kamarnya.

Orang yang mengaku sebagai Putri Cinta dan Keberanian: Gadis Sihir Rainbow Yurika.

Dia adalah gadis memalukan dengan hobi cosplay yang berlebihan.

“Hei, Mackenzie.”

“Berapa kalipun kau meminta, aku tidak akan membantu!”

“Bukan itu. Ada hal yang ingin kutanyakan.”

“Hmm? Apa?”

Kenji mengangguk dan menoleh ke arah Koutarou yang menunjukkannya kardus itu.

“Hantu bisa diusir dengan benda-benda seperti ini, kan?”

“Yah, iya.”

“Jadi, apa yang kau gunakan untuk mengusir cosplayer?”

Koutarou menatap Kenji dengan serius.

“Apa kau bodoh? Tidak ada benda seperti itu!”

“Jangan bilang begitu, aku serius.”

Kemarin lusa, dia hanya perlu berurusan dengan hantu, tapi hari itu dia juga harus berurusan dengan cosplayer.

Koutarou serius.

“Yang benar saja, cosplayer itu Cuma orang biasa. Jangan berlagak bodoh."

“Jadi aku cukup menggunakan paksaan?”

“Lakukan apapun yang kau inginkan!”

Kenji membetulkan letak kacamatanya dengan ekspresi jengkel.

“Hmm...”

Dan saat Koutarou menyilangkan tangannya sambil berpikir, Shizuka, yang sudah menatap mereka berdua, mulai tertawa.

“Fufufu, kalian berdua benar-benar akrab.”

“Hanya karena kami sudah saling mengenal sejak lama...”

“Jangan membuatnya terdengar sangat tidak menyenangkan, Mackenzie!”

“Fufu. Kau tidak terlalu membencinya. Kan, Mackenzie-kun?”

“Aku benar-benar membencinya!”

“Kau ini tidak jujur, ya, Mackenzie-kun.”

“Ibu kos-san, dia selalu berlagak kasar.”

“Kou! Apa kau mengajakku bertengkar!?”

“Ahahahaha!”

Tawa Shizuka memenuhi ruang kelas tersebut. Namun, walaupun mendengar suara tawa Shizuka, Koutarou sedang memikirkan hal yang benar-benar berbeda.

''Apa aku benar-benar ingin mengusir Sanae?''

Itu adalah keraguan yang mendadak dan tidak terduga bagi Koutarou.



Sepulang sekolah, setelah selesai melakukan tugas piket, Koutarou pergi menuju gedung klub.

Ada banyak jenis klub dan perkumpulan di setiap ruangan.

Sebenarnya, kau bisa menyebut gedung ini sebagai gedung apartemen bagi para klub.

“Yah, secara teknis, klubku dianggap sebagai perkumpulan jadi...”

Koutarou pergi menuju bagian selatan lantai dua, dimana perkumpulan-perkumpulan dikumpulkan.

Klub olah raga dikumpulkan di sekitar pintu masuk gedung.

Namun, masuk jauh ke dalam gedung, hampir tidak ada siswa yang ditemui disana.

Di lorong sunyi, hanya suara langkah Koutarou yang bisa terdengar.

“Inilah dia.”

Koutarou berhenti di depan ruangan yang ada di bagian paling belakang.

Perkumpulan Merajut.

Itulah perkumpulan yang dia ikuti pada hari pengumuman.



“Halo?”

Koutarou mengetuk pintunya.

Karena pintunya terbuat dari resin dan kerangka aluminium, suara ketukannya terbawa sampai seluruh lorong.

“.. I-Iya!”

Dan suara yang sedikit panik menjawab.

Tak lama kemudian, kuncinya dibuka, dan wajah seorang gadis keluar.

“Siapa di – ah...”

Gadis itu menunjukkan wajah curiga pada awalnya, tapi setelah menyadari kalau orang itu adalah Koutarou, dia menjadi tenang.

“Halo, Senpai.”

“Selamat datang, Satomi-kun.”

Gadis itu adalah Sakuraba Harumi, presiden klub, dan satu-satunya anggota selain Koutarou.



Bagi Koutarou, yang sepenuhnya pemula, bahkan dasar merajut itu sulit dipahami.

Untuk menjelaskannya, kau memutar wol di jarimu ke sekeliling jarum rajut, dan di bagian atas jarum itu kamu membuat simpul longgar.

Walaupun akan mudah bila sudah terbiasa, Koutarou itu kikuk dan ingatannya buruk, membuat hal itu menjadi menyulitkan.

“Senpai, apa yang harus kulakukan sekarang?”

“Kau menariknya ke kanan kemudian memutarnya sekitar sini.”

“Oh, benar juga. Setelah kuingat-ingat...”

Koutarou kadang-kadang akan berhenti untuk menatap Harumi sebelum melanjutkan.

Dan walaupun dia sedikit ceroboh dan hampir menusukkan jarum itu ke jarinya, secara menyeluruh, Koutarou sedang merajut.

“Tidak perlu buru-buru, Satomi-kun. Aku tidak keberatan kalu kau melakukannya pelan-pelan; hari ini cuma latihan.”

“I-iya. Maafkan aku, aku ini kikuk.”



“Aku tidak keberatan. Semuanya juga begitu saat mereka pertama memulai.”

Harumi terlihat senang saat dia mengawasi Koutarou.

Biasanya, dia pemalu dan pendiam, tapi saat ini dia positif dan sering bicara, mungkin karena dia melakukan apa yang dia suka.

“Apa kau juga seperti ini, Senpai?”

“Ya. Aku bahkan menusukkan jarum rajut ke jariku sebelumnya.”

Harumi mengngat masa lalunya dengan penuh kasih. Namun, Koutarou sedang tidak menatap wajah Harumi saat itu. Jika dia menatapnya, Koutarou tidak akan pernah bisa melupakan senyuman di wajah Harumi untuk sisa hari ini.

“Lakukan hal ini seperti ini dan... Haha, aku merasa lebih termotivasi setelah mendengar kalau senpai juga gagal sebelumnya.”

“Saat kau mengatakannya seperti itu, kau terdengar seperti sedang menggodaku. Fufufu, tapi jarimu masih belum tertusuk, jadi kau mungkin lebih baik daripada aku yang dulu.”

“Ahaha, aku akan mencobanya.”

Walaupun tertawa, Koutarou dengan giat terus menggerakkan jarum rajutnya, tidak melepaskan pandangannya dari tangannya.

''Memang tidak terduga sama sekali... Kalau seseorang seperti Satomi-kun akan berusaha sekeras ini...''

Harumi, yang duduk di sebelah Koutarou, tidak bisa menyangkal kalau dia pikir itu misterius.

Walaupun dia sendiri menikmati merajut, dia juga sadar kalau tidak semua orang akan sama sepertinya.

Dia tidak menyangka seorang tipe atletik seperti Koutarou akan menunjukkan rasa tertarik kepada hal-hal seperti ini.

Dia bahkan pernah bertanya-tanya apa Koutarou punya motif tersembunyi, seperti laki-laki dari hari pengumuman itu.

“Senpai, saat aku menarik simpulnya, apa boleh aku melakukannya dengan sedikit tenaga?"

“Ah, iya, tidak apa-apa. Tapi hasilnya akan jelek jika kau menarik terlalu keras dan sisinya menjadi tidak seimbang, jadi berhati-hatilah.”

“Oh, Begitu. Aku mengerti.”

“Baguslah.”

''Mengapa dia berusaha begitu keras...?''

Namun, pada kenyataannya, bukanlah begitu. Koutarou beusaha dengan tekun dan mencoba mempelajari merajut dengan serius.

Harumi tidak bisa menyangkal untuk berpikir kalau itu misterius.

“Satomi-kun...”

“Iya, ada apa?”

Mendengar panggilan Harumi, Koutarou berhenti menggerakkan jarum rajutnya dan mendongak.

Menghadapi tatapan Koutarou, sifat normal Harumi yang pemalu dan pendiam kembali sedikit.

“Apa kau keberatan kalau aku bertanya sesuatu?”

“Aku tidak keberatan, tanyakan saja.”

“Ka-kalau begitu...”

Sudah memutuskan hal itu, Harumi menelan ludahnya dan melempar pertanyaannya kepada  Koutarou.

“Satomi-kun, apa yang membuatmu ingin mempelajari cara merajut?”

“Mempelajari cara merajut?”

Koutarou tertawa malu dan meletakkan tangannya di kepalanya.

“Merajut itu tidak cocok denganku sama sekali, kan? Ahahaha...”

Koutarou sadar tentang bagaimana dia dipandang oleh orang lain.

“Bu-bukan itu maksudku! Maksudku adalah, yah, bukannya seorang laki-laki akan bosan melakukan hal ini?... Dan itu membuatku penasaran...”

Mendengar tawa Koutarou, wajah Harumi menjadi merah dan dia menundukkan pandangannya.

Menatap ke arahnya, Koutarou memutuskan untuk memberitahu Harumi tentang situasinya.

Dia merasa kalau Harumi akan mengerti, dan karena Harumi adalah gurunya, dia merasa kalau rasanya adil bila Harumi tahu.

“Kau tidak terlihat seperti tipe penggosip, jadi aku akan memberitahumu.”

“Satomi-kun?...”

Harumi kembali menatap Koutarou, dan dia sedikit terkejut melihat wajah Koutarou lebih serius daripada yang dia duga.

“Sebenarnya, ada sweater setengah jadi di kamarku...”

“Sweater... Ah...”

Harumi mengingat kata-kata Koutarou saat mereka pertama kali bertemu.

“Apa mungkin bagi seorang amatir sepenuhnya untuk merajut sebuah sweater?”

“Aku berharap untuk menyelesaikannya dengan tanganku sendiri suatu saat. Hahaha, tapi, siapa yang tahu akan berapa lama sebelum aku dapat melakukannya...”

''Sweater itu pasti memiliki ingatan seseorang yang spesial baginya.''

Inilah yang Harumi pikirkan saat dia melihat senyum Koutarou. Ekspresi sedikit malu dan tertawa Koutarou anehnya lembut.

''Jadi karena itu dia berusaha sangat keras... Dia pasti berpikir dia harus menyelesaikan sweater itu... Begitu, jadi begitu ya...

Dipenuhi rasa lega, Harumi merasa gembira dari lubuk hatinya.

“Aku mengerti, Satomi-kun. Aku akan memastikan kalau kau akan dapat menyelesaikan sweater itu!”

“Benarkah!?”

“Ya!”

Harumi benar-benar senang bahwa Koutarou merajut dengan serius dan dia telah berhasil menemukan rekan sejati.

“Mari bekerja bersama, Satomi-kun!”

“Iya!”

Koutarou yang tidak punya ketrampilan bukanlah masalah. Harumi tidak memikirkan hal tersebut sama sekali.

''Tapi aku penasaran siapa yang merajut sweater itu...''

Harumi bertanya pada dirinya sendiri, tapi pertanyaan itu dengan cepat hilang dari pikirannya.

''Itu bukanlah masalah, mohon bantuannya, Satomi-kun!''

Harumi merasa puas telah menemukan seorang rekan sejati. Baginya, ini adlaah kejadian yang sangat menyenangkan.



“Aku melakukan hal ini disini, dan...”

Koutarou mengulas kembali apa yang telah dia pelajari hari itu sambil berjalan menuju Rumah Corona.

Pemandangan seorang laki-laki yang menggerakkan tangannya dengan mencurigakan di kota yang diwarnai matahari terbenam itu terlihat tidak nyata.

Namun, Koutarou serius.

Dia menggerakkan tangan kosongnya dan terus melakukan latihan bayangannya.

“Hmm?”

Saat Koutarou kembali ke Rumah Corona, dia bisa mendengar suara dari kebun.

“Aku penasaran suara apa itu.”

Ketika Koutarou menengok ke balik tembok beton, dia melihat Shizuka, yang sedang mengenakan celemek di atas seragam sekolahnya dan memegang sapu bamboo yang besar.

Dia sedang membersihkan kebun.

“Selamat datang kembali, Satomi-kun.”

“Aku pulang, Ibu kos-san.”

Shizuka menyambutnya dengan senyuman.

“Aku sedang membersihkan kebun.”

“Begitu.”

Ada setumpuk kecil rumput liar di dekat kakinya. Setelah dia mencabut rumput itu, dia mengumpulkannya dengan sapunya.

“Aku ingin menjaga kebun ini secantik mungkin.”

Shizuka tersenyum dan menyipitkan matanya saat dia menatap Rumah Corona, yang diwarnai matahari terbenam.

Rumah Corona kelihatan indah.

Walaupun desainnya kuno, gedung berumur 25 tahun itu tidak menunjukkan tanda-tanda umur tuanya.

Ini karena Shizuka tidak pernah lupa merawatnya.

“Ibu kos-san, kau bilang rumah ini peninggalan orang tuamu.”

Koutarou juga menatap Rumah Corona.

“Iya, itu benar. Karena itu aku ingin menjaganya tetap berdiri selama mungkin, walaupun pada akhirnya, banguan ini mungkin akan dibongkar.”

“Aku akan pastikan untuk tinggal dengan hati-hati.”

Koutarou mengerti perasaan Shizuka.

Perasaan itu mirip dengan perasaan yang Koutarou miliki mengenai penyelesaian sweater itu.

“Terima kasih, Satomi-kun.”

“Yah, kadang aku harus berlagak keren.”

“Kalau saja kau tidak mengatakan hal itu, ini akan menjadi adegan yang menngharukan. Ahaha.”

“Wahahahaha!”

Dan saat keduanya tertawa, cahaya biru yang kecil terbang melintasi langit merah.

“Ah, bintang jatuh.”

“Sepertinya begitu.”

Bintang jatuh itu terbang di dekat Rumah Corona dan memasuki pandangan mereka berdua.

“...Aku berharap kalau Satomi-kun tidak akan kalah dari hantu itu.”

Shizuka menyatukan kedua tangannya bersamaan dan membuat permohonan.

Bintang itu menghilang di saat yang sama dengan dia selesai memohon.

“Aku tidak akan kalah dari sesosok hantu. Di samping itu, aku memperoleh sekumpulan perlengkapan religious darimu.”

“Untuk berjaga-jaga, Satomi-kun. Ufufu.”

“Aku tidak dipercaya sama sekali...”

“Aku mempercayaimu.”

“Kau cuma berpura-pura!”

“Ara ara. Ahahaha.”

“Wahahahaha!”

Keduanya mengobrol dengan riang, tapi alasan satu-satunya mengapa mereka bisa tetap riang adalah karena mereka tidak menyadari apa yang akan terjadi.



Berdiri di depan kamar 106, Koutarou memasukkan tangannya ke sakunya dan mengambil kunci. Dia bisa mendengar suara dari dalam kamar.

“Tidaaaaaak! Tolong jangan mendekat lagi!!”

“Fuefuefue, apa masalahnya, apa masalahnya?”

“Aku benci hantu!!”

“Apa masalahnya, gadis sihir Rainbow Yurika?”

Apa yang bisa dia dengar adalah suara ketakutan Yurika dan suara iseng Sanae.

“...Apa yang sedang mereka lakukan?”

Koutarou membuka kunci pintunya, meletakkan kuncinya kembali ke saku, dan membuka pintunya.

“Se-selamatkan akuuuuu!”

“Oo!?

Di momen itu, Yurika meompat keluar dari ruangan menuju koridor dan mulai gemetar sambil nersembunyi di belakang punggung Koutarou.

“Ha-hantu-san, ji-jika kau akan merasuki seseorang, ra-rasuki orang ini saja!”

“Ayolah, bagi seseorang yang mengenalkan dirinya sebagai gadis sihir cinta dan keberanian...”

Koutarou terperangah.

''Yah, ini wajar; dia kan hanya seorang cosplayer.''

Saat Koutarou berpikir demikian, orang satunya dalam ruangan datang ke pintu depan.

“Selamat datang kembali.”

“Terimakasih, aku pulang.”

Koutarou merespons ucapan Sanae, melepaskan sepatunya, dan memasuki ruangan itu. Yurika yang gemetar mengikuti Koutarou.

“Sanae, jangan mengganggunya terlalu banyak. Dia tidak terkait dengan semua ini.”

“Aku ini terkait!”

“Aku tahu kalau Yurika tidak terkait langsung, tapi jika dia mengadakan pesta cosplay disini, aku tidak akan menahan diri.”

“Aku disini bukan untuk mengadakan pesta semacam itu! Gadis sihir jahat sedang... Para musuh sedang mendekat!”

“...Sepertinya pesta itu akan diadakan sebentar lagi.”

“Benar?”

“Tolong dengarkan apa yang harus kukatakan! Kumohon!”

“Baiklah, baiklah.”

“Kami tahu, kami tahu. Bahaya sedang mendekat, kan?”

“Pasti menyenangkan bagis seseorang yang cuma bermain saja...”

“Kau benar...”

“Aaaaaaaa, kalian tidak mendengarkan sama sekali!”

Saat memasuki ruangan dalam, Koutarou melemparkan tasnya ke sudut ruangan dan berbalik ke arah Sanae.

“Sanae, mari abaikan gadis ini suntuk kali ini.”

“Ya, aku mengerti.”

“Jangan abaikan aku, kumohon! Ini hal yang penting!”

“Untuk sementara ini, mari selesaikan urusan kita berdua.”

“Ya...”

Tiba-tiba ekspresi tersenyum Sanae berubah menjadi suram.

“... Benar juga, aku harus mengusirmu dari kamar ini, kan.”

“Aku tidak bisa pergi dari sini, jadi aku harus mengusirmu.”

“Kau benar, itulah yang kita ppermasalahkan.”

Itulah niat yang dimiliki keduanya sampai kemarin. Namun, perasaan itu sudah berkurang secara bertahap.

“Tolong dengarkan apa yang harus kukatakan!”

“Bisakah kau diam? Tidak ada waktu untuk bermain!”

“Maaf, aku akan bermain denganmu nanti.”

“Tidaaaaaaak, aku tidak ingin bermain dengan hantu!”

“...Apa kau ingin aku mendengarkan atau tidak? Putuskan hal itu!”

“Hei, Koutarou...”

Sanae bicara pada Koutarou dengan suara lirih. Sampai titik itu, suaranya selalu keras dan energik, jadi hal ini memancing perhatian Koutarou.

“Hmm?”

“...Apa kau membenciku?”

“Eh?”

“Jika kebetulan kau – ”



Apa yang menotong kata-kata Sanae adalah sebuah suara keras.

“Kyaaaaaaa!?”

Yurika berteriak, dan disaat yang sama, tikar tatami di dekat pintu ruangan dalam terlempar.

Yurika, yang sedang berdiri di tikar itu, terlempar dengan wajahnya menghantam tanah.

“Mengapa selalu aku!?”

Yurika mulai berguling, menabrak dinding, dan berhenti bergerak.

“Gyafu.”

“Apa!? Apa yang baru saja terjadi!?”

“Koutarou, di bawah tikar tatami itu! Seseorang muncul!”

“Apa!?”

Koutarou, yang pandangannya mengikuti tikar tatami yang terlempar, menoleh kembali dan melihat sesosok manusia merangkak keluar dari tempat dimana tikar tadi berada.

Ada lubang bulat di alas lantai, cukup besar untuk dilewati seorang manusia.

“Senang bertemu denganmu untuk pertama kalinya. Maaf sudah membuatmu terkejut.”

Keluar dari tanah adalah seorang gadis. Dia terlihat seperti sedikit lebih tua dari Koutarou.

Dia tinggi dengan penampilan rapid an formal serta mata terang, membuat suaasna tenang di sekitar gadis itu.

“Nama saya Kiriha. Keturunan dari orang-orang bumi, lahir dari keluarga Kurano, yang terkenal dengan ramalan dan mantera yang kami miliki.”

Namun, pakaian gadis itu aneh.

Dia hanya mengenakan pakaian kuno yang jarang ilihat dengan banyak hiasan.

Pakaian itu hampir seperti berasal dari buku sejarah, mirip dengan pakaian gadis kuil saat Jepang kuno.

“Kiriha?”

“Ada apa dengan orang ini...!?”

Dengan begini, empat orang sudah berkumpul di ruangan kecil ini. Koutarou, Sanae, Yurika dan Kiriha.

''Mengapa orang-orang terus berkumpul di kamar ini...?''

Koutarou tidak terlalu khawatir dengan kemunculan Kiriha, dan lebih khawatir dengan peningkatan populasi di kamarnya.

Koutarou, Sanae dan Kiriha sedang duduk di belakang meja teh di tengah-tengah ruangan.

Yurika masih terbaring di samping dinding dekat jendela, pingsan dan tidak bergerak.

“Izinkan saya untuk memperkenalkan diri lagi. Nama saya Kurano Kiriha. Kurano adalah nama klan, jadi saya lebih memilih kalian memanggil saya Kiriha.”

“Aku Satomi Koutarou.”

“Aku Sanae.”

“Koutarou dan Sanae. Walaupun hanya sampai kami selesai mengurus urusan kami, saya berharap kita bisa akrab.”

Mendengar nama mereka, Kiriha membungkuk dengan sopan.

“Sopan sekali.”

“Se-semoga saja bisa.”

Koutarou dan Sanae balas membungkuk.

“Pertama-tama, saya ingin meminta maaf. Maaf sudah muncul dari tempat seperti itu. Itu karena kami tidak ingin menyebabkan keributan.”

“Tolong angkat kepalamu, Kiriha-san.”

Koutarou merasa senang terhadap respons Kiriha, yang terus membungkukkan kepalanya dengan sopan.

“Kami ingin menyatakan tasa terimakasih kami terhadap kebaikanmu. Terimakasih, Koutarou.”

Kiriha mengangkat kepalanya dengan senyuman di bibirnya. Sikap jujur dan postur ramahnya menghilangkan rasa waspada Koutarou.

''Pakaiannya aneh dan nada bicaranya kaku, tapi sepertinya dia setidaknya bisa mengobrl dengan baik.''

Pertemuan dengan Yurika kemarin dan Sanae kemarin lusa adalah bencana, tapi penampilan Kiriha memberi kesan bagus pada Koutarou.

“Yah, Kiriha-san, urusan seperti apa yang kau miliki disini? Dan mengapa kau datang dari bawah – ”

“Hei, Koutarou!”

“Uwa! A-ada apa, Sanae?”

Wajah merengut Sanae muncul diantara mereka berdua, dan memotong kata-kata Koutarou.

“Sikapmu benar-benar berbeda dari saat kau bertemu denganku dan Yurika!”

“Tentu saja berbeda. Toh, sikap pihak lainnya itu berbeda.”

“...Aha~ aku bisa membaca pikiranmu~"

“A-ada apa dengan tatapan itu?”

“Itu karena payudara besar itu, kan!? Dasar mesum!”

“Eh? Apa payudara Kiriha-san besar!?”

“Jika kau tidak menyadarinya, kau tidak perlu melihatnyaaaaaa!”

Sebuah kamus Inggris-Jepang yang dilempar oleh Poltergeistnya Sanae mengenai kepala Koutarou.

“...Ja-jangan bilang yang tidak-tidak!”

“Inilah bagaimana kita biasanya bertingkah!”

“Kalau begitu jangan merasa marah saat kau tidak ikut mengobrol!”

“Grrr... aku masih merasa sesuatu yang tidak adil! Hmph, toh aku tidak peduli!”

Seakan sudah dimarahi oleh Koutarou, Sanae berpaling sambil merengut.

“...Apa boleh saya melanjutkan?”

Kiriha, yang sedang menatap mereka berdua dengan heran, membersihkan tenggorokannya dengan batuk ringan dan meluruskan posturnya.

“Aku minta maaf, Kiriha-san.”

“Tidak apa-apa. Sayalah yang berbicara tidak-tidak, muncul di waktu aneh dari tempat yang aneh. Tidak perlu khawatir.”

“Aku mengapresiasi kata-katamu. Kiriha-san, aku akan bertanya lagi; apa alasanmu datang kemari? Dan mengapa kau datang dari bawah lantai?”

“Untuk menjelaskan hal itu, saya harus mulai menjelaskan tentang siapa saya ini.”

Kiriha menatap langsung Koutarou dan mulai berbicara dengan berani.

“Saya berasal dari orang-orang bumi, dan seperti yang kamu dapat tebak dari nama itu, kami tinggal di planet ini.”

“Ha... Tapi bukannya itu sama saja dengan semua orang?”

Koutarou tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Kiriha dan menjawab dengan wajah kebingungan.

Orang-orang normalnya memang tinggal di planet ini.

“Maksud saya bukan begitu. Kami tidak tinggal di atas planet ini, tapi secara literal di dalamnya.”

“Eh!? Artinya masyarakatmu tinggal di bawah bumi?”

“Benar. Untuk memudahkan bagi kami kamu bisa memanggil kami penduduk bawah tanah. Kami hidup mandiri di bawah tanah.”

“Kau tidak bermaksud...”


“Pe-penduduk bawah tanah!?”

~Bersambung ke bagian 2~