BAB 4
KSATRIA KEGELAPAN


Setelah aku memberikan jawabanku atas ungkapan cinta darinya, Sena, Rika, dan aku berdiskusi ringan tentang pesan dari Yozora "Aku akan melakukan perjalanan '.
Namun, mustahil bagi kami untuk memahami lebih lanjut tentang makna pesan yang disampaikan oleh Yozara, sehingga untuk saat ini, aku hanya bisa membalasnya dengan: 'Jangan pergi ke tempat-tempat yang berbahaya, oke?’ dan mengirimkan pesan tersebut padanya. Kami tidak menerima balasan dari Yozora setelahnya.
Jika karena alasan tertentu Yozora tidak bersekolah besok, kami akan pergi ke rumahnya dan mencarinya, tapi untuk saat ini, hanya ini yang bisa kami lakukan.
Sementara masih mengenakan seragam sekolah lusuh, aku mampir di supermarket dalam perjalanan pulang dan membeli barang-barang untuk makan malam, ini kulakukan karena aku tahu, setelah kembali ke rumah, aku tidak lagi mempunyai energi atau kemauan untuk pergi keluar.
Sepanjang jalan ke supermarket aku mengambil sedikit jalan memutar.
Ada banyak tempat yang cukup dekat dengan rumahku, aku berjalan melewati SD dimana aku pernah bersekolah dahulu dan setelah berjalan selama tiga menit, aku datang ke tempat itu.
Suatu taman umum.
Itu adalah suatu taman kecil yang hanya memiliki sedikit peralatan bermain seperti: bak pasir, pegangan besi, dan satu set ayunan. Karena sudah gelap, tidak ada anak yang bermain-main di sana.
Di taman inilah pertama kali aku bertemu dengan Sora, Sora dan aku, kami berdua bersekolah di tempat yang berbeda, dan kami biasa bertemu sepulang sekolah untuk bermain-main. Karena aku kembali ke kota ini, aku akan terus melewati tempat ini ketika aku hendak pergi berbelanja dan sejenisnya, hari ini adalah pertama kalinya aku mengunjungi taman ini dengan sengaja.
Mungkin saja, Yozora datang ke sini–seperti itulah pikiranku.
Aku dengan hati-hati melihat sekeliling sisi taman, tapi Yozora tak bisa ditemukan.
... Bagaimanapun juga, kupikir, tidak akan ada kebetulan yang menyenangkan seperti itu....
Aku sangat berharap bahwa gadis itu tidak pergi ke tempat-tempat yang berbahaya....
Dengan memiliki pikiran cemas dalam kepalaku, aku meninggalkan taman dan menuju ke supermarket.
Aku selesai berbelanja dan kembali ke rumah. Di dalam dapur, aku menemukan Kobato sedang mengemis pada kulkas.
"Ke ?! K-Kukuku..., a-aku bosan menunggu setengah diriku yang lainnya. "
Kobato mengatakan itu, dan menutup kulkas dalam keadaan bingung.
Hampir pukul 7 malam, jadi mungkin daritadi dia kelaparan dan mencari camilan.
"Aku akan memasak makan malam sekarang, jadi tunggulah sebentar lagi."
Karena aku harus mempersiapkan seragam untuk besok pagi, aku memasuki ruang ganti dan melepas pakaian sambil mengatakan itu pada Kobato.
"Kukuku..., Malam ini rasa haus darahku sedang rakus-rakusnya.... Akan lebih baik untuk mempersiapkan pengorbanan yang lebih besar dari biasanya.... A-a-aku tidak keberatan jika kau membuat sekitar dua kali lipat lebih banyak...."
"Kau lapar? Yah, aku tidak benar-benar peduli, tapi.... "
Aku tidak punya banyak waktu untuk membuat makanan yang rumit, jadi aku akan membuat seporsi besar bayam dan daging pasta untuk memenuhi keinginan Kobato, maka aku akan membuat beberapa salad dan sup consommé.
Sementara aku sedang mempersiapkan makan, Kobato, yang biasanya tidak akan datang untuk membantuku jika aku tidak memintanya, sedang menyiapkan meja tanpa perintah dariku.
"... Apakah ada sesuatu yang terjadi denganmu?"
Kobato menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan, dan itu justru membuatku curiga, dan dia menghindari pertanyaan dengan: 'Tidak ada sama sekali. ".
Yah, itu oke-oke saja...
Setelah aku menempatkan makanan di atas meja, kami berdua mengatakan 'itadakimasu' secara bersamaan dan mulai makan.
Berlawanan dengan dugaanku yang mengatakan bahwa dia begitu lapar, kecepatan makan Kobato lebih lambat dari biasanya.
Aku tahu itu, sesuatu yang aneh sedang terjadi....
Sejak hari ketika aku lari dari Sena, Kobato tampaknya tidak pergi ke setiap kegiatan klub.
Di depan adik kandungku, aku telah menunjukkan sisi memalukan dari diriku sendiri, jadi aku juga sulit membahas tentang kegiatan klub. Mengingat aku dan Kobato tinggal serumah, terus-terusan berada dalam situasi seperti ini akan membuat suatu suasanya yang penuh dengan rasa canggung.
"... Apakah mungkin kau tahu sesuatu tentang Yozora?"
* BANG *
Kobato menjatuhkan garpunya dan tubuhnya gemetaran. Tepat sasaran.
"Aku paham... Jadi,  kau juga mendapat pesan itu."
"Ah, ya..."
Kobato membuat suatu anggukan kecil.
Yukimura juga melaporkan bahwa dia menerima pesan tersebut, jadi sepertinya gadis itu telah mengirimkan pesan ke semua anggota Neighbor’s Club.
"Apakah  kau juga khawatir? Tentang Yozora.”
"Mhm..."
"... Tidak apa-apa, aku yakin dia akan segera kembali."
Berusaha untuk memberikan ketenangan pada pikirannya, aku dengan tenang mengatakan:
"... Bahkan membuat Kobato khawatir. Ampun deh, si murahan itu..."
Aku tanpa sengaja menyelipkan kata-kata kasar tersebut.
Dan kemudian.
"O-Orang itu ..."
Kobato, entah kenapa, merubah pandangannya ke aku seolah-olah menyalahkan aku untuk suatu hal.
"Hm?"
Pipi Kobato memerah sedikit dan kemudian:
"... O-orang itu, bukannya aku tidak suka dengannya."
"Ehh ?!"
Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Kobato, yaitu seorang gadis kecil yang sejatinya takut pada orang asing, aku mengucapkan kata itu dengan begitu heran.
"O-orang itu... selalu melindungi kita dari monster ganas ... Pada hari itu, dia juga mengenyahkan orang aneh merah itu ... "
"... Monster ganas, maksudmu Sena?"
"... Mhm."
Dengan tampilan yang tidak senang di wajahnya, Kobato menganggukan kepalanya beberapa kali.
Orang aneh merah pada hari itu ... Mungkin maksudnya adalah Aoi.
Pada saat itu, dia mencoba untuk menutup Neighbor’s Club. Dia berjalan langsung ke ruang klub dan mengatakan pada Kobato bahwa dia tidak diizinkan berpartisipasi dalam kegiatan klub karena dia bukan murid sekolahan kami.
Pada saat itu, seseorang memperjelas bahwa tidak ada masalah dengan partisipasi Kobato di Neighbor’s Club, serta mengalahkan Aoi dalam suatu adu argumen, dan orang itu adalah Yozora.
Meskipun begitu, tentang selalu melindunginya dari Sena ... Tentu saja, itu benar, setiap kali Sena lepas kendali dan bermain-main dengan Kobato, orang yang selalu menghantam Sena dengan pemukul lalat dan menghentikan amukannya adalah Yozora.
Meskipun Yozora sendiri tidak memiliki niatan seperti itu, Kobato hanya peduli dengan hasil akhir dan menganggap Yozora sebagai 'Orang yang selalu melindungi aku'.
"... E-Eh ... Jadi  kalau begitu ... kau suka pada Yozora? "
Setelah mendengar itu, wajah Kobato semakin memerah dan mengangguk dengan malu-malu.
Seakan-akan kami sedang membicarakan tentang seorang gadis yang dia cintai.
"... Kukuku.... Untuk menjaga diriku sendiri, aku, bangsawan malam hari, Leysis Vi Felicity Sumeragi, telah memanggil seorang ksatria jet bayangan hitam gelap dari masa lalu yang kelam...."
Apa-apaan ini....
Dalam waktu singkat ketika aku mengalihkan perhatianku dari kenyataan, adikku sudah tertangkap dalam pengaruh Yozora.
Aku sangat tertegun dengan hal itu bahkan aku tidak berpikir bahwa 'jet hitam', 'bayangan', dan 'kegelapan', semuanya adalah serupa.
'Memanggil dari masa lalu yang kelam', aku berpikir bahwa ekspresi tersebut tampaknya sedikit cocok dengan gadis itu.
Tapi tetap saja, Kobato telah..., terpengaruh Yozora, ya...?
Meskipun itu tak terduga, jika ini adalah sesuatu yang bisa membantu Kobato menanggulangi rasa malunya terhadap orang asing, maka aku mungkin harus menyambutnya dengan tangan terbuka.
Aku ingin tahu apa yang Sena akan katakan jika dia tahu hal ini....
Di satu sisi Kobato telah memblokir nomor teleponnya, dan di sisi lain dia memiliki sesosok ksatria yang selalu melindunginya.
... Sekarang aku menyebutkan, Sena.... Mungkin aku juga harus memberitahu Kobato tentang apa yang terjadi hari ini.
Bagaimanapun juga, Kobato adalah anggota dari Neighbor’s Club.
"Ah..., Hei, Kobato."
Aku menunjuk Kobato, yang sedang menggeliat sambil makan pastanya.
"Mhm?"
"Aku kembali ke kegiatan klub hari ini."
Mata Kobato melebar.
"Benarkah?"
"Ya. Itulah mengapa  kau juga bisa datang ke kegiatan klub besok.”
"Kukuku.... Baiklah, aku akan kembali ke kehidupan-rendahan-mu yang aku anggap layak bagi klan-ku."
Setelah mengucapkan kata-kata bersemangat dalam gaya Leysis, ekspresi Kobato tiba-tiba menjadi sedih.
"... Ah, tapi ... itu ... um ... orang itu akan ..."
Dengan tampilan tidak nyaman di wajahnya, Kobato menggumamkan kata-kata dengan suara rendah.
"Berbicara tentang Sena?"
Kobato mengangguk.
"Hari ini, aku mengatakan kepada Sena bahwa aku mencintainya."
Meskipun aku pikir mengatakan hal seperti itu pada adikku adalah sesuatu yang memalukan, aku tetap saja mengatakannya.
"AN-CHAAAAN!"
Dengan ekspresi keputusasaan yang tampak seperti Munch 'The Scream' Kobato berteriak.
"AN-CHAN! BUKAN, Onii-sama! "
"O-Onii-sama ?!"
Aku terkejut setelah dipanggil dengan nama itu untuk pertama kalinya dalam hidupku.
Dengan wajah ultra serius yang belum pernah aku lihat sebelumnya, Kobato menatapku dan berkata:
"MESKIPUN INI ADALAH LELUCON, AKU TIDAK BISA MEMAAFKANMU KARENA TELAH MENGATAKAN SESUATU YANG BEGITU MENJIJIKKAN! JANGAN, JANGAN KATAKAN HAL SEPERTI ITU! "
Kobato mengejutkan aku dengan beralih ke bahasa resmi, dan dia pun mencoba dan memohon padaku dengan genangan air di kelopak matanya.
D-Dia begitu membenci Sena... Bahkan dia mengatakan bahwa itu adalah hal yang menjijikkan....
"Fuuuu fugugugu, gurururu....!"
"Yah, um ... Mencintainya bukanlah lelucon, aku serius."
"AN-GYAGEGACHAN ?!"
"Tidak ada alasan bagimu untuk menggila! Ini adalah diriku yang sebenarnya! Tapi, itu tidak berarti kami pacaran atau sesuatu semacamnya, sehingga kau tidak perlu khawatir. "
Aku mencoba untuk dengan segera menjelaskan kepada Kobato yang tampak seperti binatang liar yang sedang gelisah.
Aku pun bercerita bahwa aku tidak berniat untuk berkencan dengan siapa pun dari Neighbor’s Club, dan juga aku berkata kepada Sena bahwa untuk saat ini, aku hanya akan menerima perasaannya.
"Fuuuu fuuu fuuu"
Setelah aku selesai berbicara mode gelisah Kobato terus berlanjut untuk sementara waktu.
"... Tapi sungguh Kobato, Sena benar-benar memiliki beberapa bagian yang baik untuk-"
"FUNGYA !!"
Begitu nama Sena datang, Kobato yang baru saja tenang, langsung menjadi liar lagi.
... Aku kira, berbicara tentang Sena adalah tabu untuk sementara waktu.
Meskipun orang-orang mengatakan bahwa dia akan mendapatkan semua yang dia inginkan, jika misalnya aku memilih Sena dari semua gadis di Neighbor’s Club, dalam keadaan ini, Kobato pasti tidak akan memiliki niatan untuk mengalah padanya.
"Fuuu ..."
Kobato menghentikan amarahnya dengan mengambil napas dalam-dalam, dan menempatkan garpunya di piringnya seperti itu.
"Kobato?"
"Mood-ku malam ini jadi rusak.... Aku harus membawa persembahan ini ke daerah kegelapanku...."
Dia mengatakan itu dengan wajah yang tegas, kemudian mengambil piringnya yang masih terdapat sedikit pasta tersisa di atasnya dan dia pun naik ke kamarnya di lantai dua.
"Ketika kau selesai makan, bersihkan piringmu!"
Aku mengatakan itu untuk saat ini dan melanjutkan makan malamku.
Mari kita gambarkan. Hal-hal yang terjadi di atap hari ini....
Aku telah menjawab Rika dengan 'Aku cinta Sena', dan kemudian berpisah dengan diamenuju ke ruang klub. Meskipun itu adalah suatu kebenaran, sesungguhnya ada kelanjutan untuk hal itu....
"Ah, omong-omong, Kodaka-senpai. Sementara kita membahas ini, ada sesuatu yang Rika ingin dengar."
"Hm?"
"Bagaimana menurutmu semua orang, dengan pengecualian Sena-senpai. Sederhananya, menurutmu, bagaimana dengan Yukimura-kun dan Yozora-senpai? "
Menatap langsung padaku, Rika mengajukan pertanyaan itu.
Aku menjawab dia dengan perasaan di hatiku sejujur-jujurnya.
"Aku suka Yukimura ... Mungkin."
"Eh ?!"
Setelah mendengar jawabanku, Rika mulai bergetar cukup hebat.
"Ah, tidak, aku tidak mengerti persis, tapi ... Bagaimana ya cara mengatakannya ... Y-Yukimura membuat hatiku menjadi sedikit berdebar ... "
"Sedikit, ya? Y-Yah, begitu ya, um, maksudmu 'suka' seperti ketertarikan pada lawan jenis? "
"M-Mungkin, ya ... mungkin saja?"
Aku ragu-ragu saat menjawab.
Sebelumnya, aku jelas-jelas menyatakan bahwa aku mencintai Sena, tapi sekarang aku berpikir tentang hal tersebut, bagiku, dapat mengatakan hal seperti itu adalah suatu hal yang cukup mengejutkan.
Tapi tidak hanya pada Sena, adalah suatu kebenaran bahwa aku juga telah menjadi tertarik pada Yukimura.
"K-Kapan ini terjadi?!"
Aku menjawab Rika yang sedang bersandar ke depan dan menanyai aku tentang hal itu:
"Eh? Ah ... Sejak saat itu, aku pikir."
"Waktu itu?!"
"Ya. Sebelum pesanmu datang untuk memanggil aku ke sini, aku kebetulan bertemu dia, dan pada saat itu aku mulai memikrikannya...."
"... Yukimura-kun, dapat melakukan hal yang luar biasa seperti itu dalam waktu singkat.... Dia menancapkan bendera yang cukup besar...."
Sejak pertama, ketika kita berada di kolam renang bersama-sama dan bersalin di ruang ganti, aku cukup terkejut, karena aku masih berpikir bahwa Yukimura adalah seorang pria pada waktu itu.
Setiap kali aku tahu bahwa Yukimura mungkin adalah seorang wanita, aku terus meyakinkan diri sendiri dengan, 'Orang ini adalah pria', jadi aku tidak menganggap perlu untuk menahan diri. Ketika Yukimura secara tiba-tiba menunjukkan padaku rasa bersalahnya yang manis dan murni atas setiap hal kecil yang dia lakukan, itu membuat jantungku melompat.
Sejujurnya, jika aku menghitung jumlah pemikiranku yang mengatakan “orang ini imut”, mungkin saja aku lebih banyak mengatakannya pada Yukimura daripada Sena.
Dan, meskipun dalam keadaan normal aku pikir bahwa dia adalah orang yang memikat, ketika aku melihatnya sebelum aku pergi ke lantai atap, kekuatan kehendaknya adalah sesuatu yang tak tergoyahkan.
-Apakah itu harus masuk akal?
-Apakah itu harus diperlukan?
-Aku terus berada di sisi Aniki karena aku ingin.
Kata-kata dari Yukimura sangat mempengaruhi jawabanku untuk pengakuan cinta dari Sena.
Meskipun kadang-kadang aku sedikit terkejut dengan apa yang terjadi di dalam kepalanya, kerapihan dan manis, ketenangan dan sopan santun yang lembut, namun terlepas dari semua, kemauannya begitu keras, jujur aku mengidolakan hal-hal seperti itu.
Sejujurnya, aku pikir, aku masih akan terpesona olehnya bahkan jika Yukimura adalah seorang pria.
"... Yah, Yukimura adalah wanita yang baik.... Jadi Rika dapat memahami bagaimana kau bisa menyukainya.”
Tampak agak puas, Rika melanjutkan:
"Dan, apa pendapatmu tentang Yozora-senpai?"
"..."
Aku terdiam.
Setelah berpikir untuk beberapa waktu, aku dengan gugup membuka mulut.
"... Bagaimana aku mengatakan ini ya... Kurasa, aku tidak mengatakannya dengan jujur..."
"Tolong beritahu aku, bukankah kita berteman?"
Rika mendesakku dan itu hanya membuatku semakin bertambah ragu.
"... Yah, bahkan jika kau mengatakan bahwa kita adalah teman, mengatakannya pada seorang gadis sepertimu akan membuat aku merasa tidak nyaman....”
"Haa?"
"Ah, tidak, ini bukan perkara wanita ataupun pria..., Ini semacam.... Ini adalah sesuatu yang membuatku merasa tidak nyaman jika kuungkapkan atau kukatakan.... "
"Haa? Apa maksudmu? "
"Yah, ini seperti.... Bagaimana jika aku mengatakan kepada seseorang, kemudian mereka berpikir, 'Wow betapa tidak menyenangkan dirimu’, ya jenis seperti itu. "
"Kau menjadi mengelak, Senpai. Bagi Rika, tidak peduli apa yang kau katakan, itu akan baik-baik saja."
"... Sungguh?"
"Iya."
Rika, dengan wajah serius, mengangguk penuh semangat.
Aku dengan enggan merubah pikiran.
"... Aku mengerti, aku akan mengatakannya. Untuk mengatakan kebenaran tentang hal ini, kau tahu, kau akan menjadi satu-satunya orang yang kuberitahu dengan serius, oke? "
"Iya."
"... Aku akan mengatakan bagaimana perasaanku terhadap Yozora, oke?"
"Iya."
"... Aku hanya mengatakan ke intinya secara langsung, oke?"
"Iya."
"Berat."
Aku menyatakan perasaanku secara langsung dengan menggunakan satu kata.
"Ah...."
Dengan wajah kelelahan, tidak menunjukkan kekaguman, kritik atau penerimaan, dia menghela napas dengan canggung.
"... Yah, Rika mengerti."
"Ah..., terima kasih...."
Aku bukan lagi Taka seperti yang dulu.
Ini sama seperti ketika pertama kali aku tahu dan menyadari bahwa Mikadzuki Yozora adalah Sora, dia bukan lagi Sora yang pernah aku kenal.
Aku melihatnya sebagai seorang individu yang berbeda sejak aku menyadari bahwa Sora yang kukenal ternyata adalah seorang gadis. Tidak....Lebih dari itu, pendekatan langsung serta keberaniannya, dan rasa keadilan yang memenuhi dirinya, sekarang dia ... Yah... sekarang Mikadzuki Yozora menjadi orang yang sama sekali berbeda.
Sora pasti tidak akan pernah mengatakan sesuatu seperti, 'Orang-orang normal mati saja'.
Namun, sebagaimana Yozora menganggapku—bersatu kembali dan menjadi sahabat dalam Neighbor’s Club sebagai 'Mikadzuki Yozora dan Kodaka Hasegawa', dan menghabiskan hampir setengah tahun bersama-sama - bahkan dengan semua itu, dia masih menganggap aku sebagai 'Taka'.
Waktu yang Sora dan aku telah habiskan bersama-sama di sini mungkin kurang dari setengah tahun.
Meskipun jangka waktu adalah suatu hal yang tidak terlalu penting..., kami bersama-sama menghabiskan waktu yang lebih lama di Neighbor’s Club.
-Hari ini, tampaknya seperti itu.
-Mirip seperti sepuluh tahun yang lalu.
Aku benci mengatakan ini dengan begitu bahagia, tapi Yozora.... Sepuluh tahun yang lalu, mungkin aku menganggapmu sebagai seorang anak laki-laki, tapi sekarang, mustahil rasanya jika aku tidak melihatmu sebagai seorang gadis cantik... hanya sekilas, wajah Yozora muncul di depan mataku.
Pada waktu ini, aku pun menjawab.
-Aku paham, sepertinya, ini sedikit mirip dengan masa lalu.
Dengan 'tampaknya' dan 'sedikit' aku mencoba untuk secara implisit menyampaikan kepada Yozora bahwa dia begitu berbeda sekarang.... Namun, tampaknya pesan ini tidak akan menggapai Yozora.
Ada kesenjangan besar dalam komitmen diantara Yozora, yang masih larut dalam memori sepuluh tahun yang lalu, dan aku, yang sudah melupakan semua yang terjadi di masa lalu.
Selama sepuluh tahun ini, aku sudah berpindah dan berganti sekolah berkali-kali, banyak hal yang telah terjadi dalam hidupku selama sepuluh tahun terakhir, dan meskipun aku tidak bisa mendapatkan banyak teman, aku masih memiliki banyak kenangan indah di saat itu.
Bahkan jika hari-hari yang pernah kuhabiskan bersama Sora di masa lalu jauh lebih bermakna daripada hari-hariku saat ini di Neighbor’s Club, kenyataannya adalah, sepuluh tahun telah berlalu sejak saat itu, hari-hari itu tidak lebih dari lembaran kertas yang sudah dibalik seiring berlalunya bulan dan tahun.
Atau, apakah ini karena aku begitu kejam?
Tentunya, banyak hal yang telah terjadi pada Yozora selama sepuluh tahun, kan?
Jujur, aku tidak sanggup merasa senang ketika aku mendengar dia berkata, 'Aku sangat senang, kau tidak melupakanku selama sepuluh tahun terakhir ini. "
Yozora menghadapi aku dengan sepuluh tahun kenangan berharga di benaknya. Dia terus menggenggam memori itu sehingga dia bisa menjalani semua hal bersama-sama Neighbor’s Club dengan begitu ringan.
"Mengapa sampai sejauh ini? ', pertanyaan itu akan ditanyakan dengan kebingungan dan ragu-ragu.
"Itu sungguh tidak masuk akal!", pernyataan itu akan dinyatakan dengan kejutan, takjub dan keraguan.
Pada akhirnya, apa yang aku pikirkan tentang Mikadzuki Yozora adalah sesuatu yang bahkan tidak aku yakini.
Pada mulanya, apakah emosi yang Yozora pendam terhadap diriku adalah suatu cinta? Atau apakah itu hanyalah perasaan persahabatan? Apakah itu ketergantungan, atau keinginan untuk mengendalikan? Ataukah itu adalah sesuatu yang berbeda dari semuanya...?
Bahkan mungkin, bukan suatu hal yang bodoh jika Yozora sendiri tidak tahu jawabannya.
Ketika kami berdua bertemu, perasaan berat tentang kecemasan dan kekhawatiran selalu muncul karena aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dan kukatakan.... Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan terhadap hal itu.
Meskipun begitu, baru-baru ini, aku bisa melihat dengan jelas bahwa Yozora mulai mencurahkan perhatian lebih kepada Neighbor’s Club. Dan tidak perlu dikatakan bahwa Yozora sendiri telah berubah.... Berubah ke arah yang lebih baik.... Setidaknya itulah yang mampu kupikirkan.
... Tapi, meskipun aku memikirkan semua ini, aku tidak mengatakan apa-apa tentang hal itu pada Rika.
Maksudku, tidak peduli bagaimana kau mengungkapkannya, ini sama saja dengan berbicara tentang keburukan seseorang di belakang mereka.
Aku tidak ingin menunjukkan semua itu kepada temanku, yang sudah berusaha keras untuk berubah.
Aku membuka mataku dan waktunya adalah jam 12 malam.
Sepertinya aku tertidur ketika aku kembali ke kamar, setelah selesai makan malam.
Seluruh tubuhku terasa ngilu dan kelelahanku masih belum hilang.
Aku sangat ingin untuk kembali tidur, tapi aku ingat bahwa aku masih memiliki pekerjaan rumah untuk besok, jadi aku tidak punya pilihan selain bangun dari tidur.
Untuk saat ini, kupikir, aku harus mandi untuk menyegarkan diri, dan setelah pekerjaan rumahku selesai, aku bisa kembali tidur.
Jadi aku keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah.
Ada lampu yang menyala.
Apakah Kobato masih terjaga?
Tapi, ketika aku tidak menemukan Kobato di ruang tamu, aku pergi ke dapur dengan perasaan curiga.
Aku merasa lapar dan haus, jadi aku memutuskan membuka kulkas untuk makan camilan sebelum pergi mandi.
Ya...? Susu—aku yakin telah meletakkanya di sana ketika aku pulang, sekarang sudah tidak ada.
Mungkinkah Kobato meminumnya...?
Pada saat itu, bagaimanapun juga, mataku menangkap pemandangan sesosok botol Cola yang masih ada di lemari es. Suatu pertanyaan muncul dalam pikiranku. Aku tahu betul, jika diberi pilihan, maka Kobato tanpa ragu akan memilih Cola daripada susu.
Namun... botol Cola masih tersegel dan susunya hilang...?
Oh, bahkan Kobato mungkin sudah sadar jika susu lebih bermanfaat, ya...? Aku seharusnya tidak memikirkannya terlalu dalam dan aku pun hanya melihat ke lemari di mana aku meletakkan permen.
Kemarin aku sudah memeriksanya, namun hari ini, aku menemukan suatu pemandangan yang tidak adil di dalam lemari tersebut...
Dia sudah makan hidangan makan malam yang banyak dan sekarang menyikat permen?
Aku tidak mengatakan bahwa itu mustahil, tapi..., ada sesuatu yang terasa aneh.
Sekarang aku menyadarinya, Kobato bertingkah aneh sejak aku pulang.
Dia meminta seporsi besar makan malam, membantu tanpa aku perintah dan bahkan membuat suatu alasan untuk marah-marah dan membawa makanannya kembali ke kamarnya ...
Jika aku mengingatnya dengan benar, sesuatu seperti ini pernah terjadi beberapa tahun yang lalu ...
Saat itu, Kobato masih berada di tahun-tahun awal sekolah dasar dan kebetulan dia menemukan kucing yang ditelantarkan di lingkungan sekitar, kemudian dia mulai menyelinapkan makanan dari rumah untuk diberikan pada kucing itu.
Namun, sayangnya Kobato yang alergi kucing telah melepasnya. Keluargaku mengetahui keberadaan si kucing setelah dia mulai menampakkan gejala asma dan batuk-batuk.
Setelah itu, ayahku memberikan si kucing pada pemilik baru, dan setelah dimarahi, Kobato akhirnya sembuh, dia pun mengatakan, "Aku sangat lega ', lagi dan lagi sembari menangis.
Ini juga merupakan memori nostalgia lainnya.
Apapun itu, fakta bahwa tidak ada tanda-tanda alergi pada Kobato menunjukkan bahwa setidaknya yang disembunyikannya kali ini bukanlah seekor kucing. Seekor anjing atau sesuatu lainnya mungkin?
Pokoknya, sebagai Onii-chan-nya Kobato, aku tidak bisa membiarkan rahasia seperti itu luput dariku.
Pada saat itu, aku mendengar suara air mengalir di kamar mandi.
Tampaknya Kobato sedang mandi.
Atau mungkin dia sedang memandikan anjing ini (?) dia telah mengambilnya sementara aku tertidur! Aku berlari menuju kamar mandi segera setelah menyadari ini.
"Hei, Kobato!  kau- "
Sambil mengatakannya, aku membuka pintu kamar mandi.
Apa yang aku temukan bukanlah kucing atau anjing, tetapi suatu makhluk tak berdaya.
"Nnfaa...?"
Mengeluarkan suara terengah-engah aneh yang menawan dia berbalik ke arahku.
Sosok ramping itu ditutupi oleh gelembung putih, tangan kirinya memegang shower, tangan kanannya menutupi perut. Rambut hitamnya mengkilap karena dibasahi oleh air, matanya tampak gembira dan wajahnya memerah.

Entah kenapa, Mikadzuki Yozora berada di sana, mandi di rumah kami.
"Eh ...?"
Mungkin karena belum bisa menerima kenyataan bahwa ada seorang pria yang melihatnya dalam keadaan telanjang bulat, Yozora terus menatapku dengan ekpresi kosong.
Otakku juga telah berhenti berfungsi karena kelebihan beban akibat semua kebingungan ini.
Mungkin ini hanya mimpi? Aku mulai memikirkan itu dengan serius.
Tunggu, apakah ini benar-benar bukan mimpi? Bagaimanapun juga, aku tadi tertidur sembari memikirkan Yozora, maka, bisa saja aku sedang bermimpi tentang dirinya.... Tapi tetap saja, ini semua membuat aku merasa seperti tenggelam dalam perasaan jijik.
"Kukuku, aku telah membawa handuk, untuk ksatriaku......"
Ini bukan mimpi.
Aku mendengar suara dan berbalik ke arahnya. Di sana ada Kobato yang baru saja memasuki kamar mandi.
"Gyaa ?!"
Kobato melepaskan jeritan.
Dan tepat setelah itu, dia pun melanjutkan dengan, 'Ah ?! Hiya, Heeh ?! Ko-Koda, yaa, hiii, hoou! '. Dia pun meneriakan kata-kata yang sukar dimengerti, Yozora mengangkat kedua tangannya untuk menutupi dada dan berjongkok.
Pikiranku menjadi kosong, dan aku pun keluar dari kamar mandi dalam keheningan total.
Pada saat itu, kebetulan aku melihat seragam perempuan dari St. Chronica Academy dan pakaian dalam berwarna pink yang bukan milik Kobato berada di keranjang cucian.
"Ahh, umm, An-chan...."
Aku menaruh tanganku di kepala Kobato yang masih gelisah dan menepuk-nepuknya. Aku pun berkata, 'Mari kita bicara tentang hal ini nanti. ", dan kemudian aku pergi.
Sekitar sepuluh menit kemudian, di ruang makan keluarga Hasegawa.
Di depanku, duduk Kobato dan Yozora sambil memeluk lutut.
Yozora mengenakan jersey sekolah. Rambutnya masih basah karena dia buru-buru keluar dari kamar mandi, jadi kepalanya dikerudungi oleh handuk.
"... Nah, Kobato."
Masih bertanya-tanya tentang apa yang harus dilakukan terhadap mereka, aku pun mengarahkan perkataanku pada Kobato terlebih dahulu.
"... Apa ini?"
"...... Ke-Ksatria kegelapan...."
Kobato menjawab dengan suara kecil dan mata gemetar.
"Ya ... Dan apa yang ksatria kegelapan sedang lakukan di rumah kita?"
"A-aku membawanya...."
"Ksatria kegelapan dilarang berada di rumah kita. Pergi dan kembalikan dia di tempat pertama kali kau menemukannya. "
"A-aku akan menjaganya dengan baik!"
"Aku tidak akan membiarkanmu. Kau sulit bangun pagi, kan? Jika kau tidak bisa mengurus itu, maka dia harus kau buang. "
"T-Tapi aku bisa mengurusnya! Aku akan membawanya keluar untuk jalan-jalan setiap hari dan aku akan membantu ketika kau membutuhkan! "
"... Apakah aku adalah hewan peliharaan?"
Dalam percakapan antara Kobato dan aku yang entah kenapa berubah menjadi suatu percakapan antara ayah dan anak, si ksatria kegelapan menyela dengan nada kesal.
"... Dan? Apa artinya ini, Yozora? "
"..."
Yozora memasang wajah yang tampak seperti, dia akan menangis setiap saat dan dia pun mulai menjelaskan situasinya.
Dia menjelaskan bagaimana dia melihatku hari ini ... Tidak, lebih tepatnya kemarin, berjalan dengan cepat menuju atap setelah sekolah usai.
Dia mengikuti aku dan mengintip dari pintu masuk atap. Dia pun melihat Rika dan aku bertarung.
Dia tidak bisa tahan melihat Rika dan aku menyatakan persahabatan setelah pertarungan berakhir. Dia pun meninggalkan atap dan kemudian berlari keluar dari sekolah dengan segera.
Dalam keadaan patah hati, dia punya ide untuk melakukan perjalanan, dan mengirim pesan pesan ke semua anggota klub yang mengatakan, 'aku sudah pergi untuk melakukan suatu perjalanan. Jangan mencariku. ".
"Menyatakan: aku akan pergi untuk suatu perjalanan bukanlah suatu masalah, tapi ... aku tidak punya uang dan tidak ada tujuan, terlebih lagi, aku tidak punya keberanian untuk melakukannya ... Dengan tidak adanya harapan dan impian, atau hal-hal yang penting sebagai alasan ... Aku bertanya pada diri sendiri, 'Apakah hidupku begitu berharga?", atau sesuatu seperti itu, hahaha ... "
Yozora tertawa dirinya sendiri yang sedang tersiksa.
Itu sangat menyedihkan, aku bahkan sama sekali tidak bisa ikut-ikutan tertawa ...
Meskipun ia mengolok-olok dirinya sendiri, jika dia bisa bercanda dalam hal ini, maka mungkin dia masih
berada dalam kondisi yang baik-baik saja. Aku pikir begitu ...
"Tapi itu benar, bahwa aku ingin hilang begitu saja di suatu tempat, dan aku tidak benar-benar ingin kembali ke rumah ... sebelum aku sanggup memahami semuanya, aku pergi ke taman dimana kita biasa bermain-main sepuluh tahun yang lalu. "
Tampaknya firasatku tidak sepenuhnya salah.
"... Aku duduk di bangku untuk sementara waktu, dan ketika matahari benar-benar sudah terbenam, Sumeragi kebetulan menemukan aku di sana. "
"Jadi  kau memanggil Kobato dengan sebutan 'Sumeragi', eh ...?"
Seakan-akan aku ingin menjotosnya saat mendengar itu.
Sekarang aku menyadarinya, aku belum pernah mendengar Yozora memanggil Kobato dengan namanya sebelumnya, dia selalu memanggil, 'adik kecil Kodaka'.
"Itu karena dia bilang bahwa dia ingin dipanggil dengan sebutan seperti itu ..."
"Eh?"
Aku mengalihkan tatapanku terhadap Kobato.
"Kukuku, aku, Leysis Vi Felicity Sumeragi, telah secara eksklusif mengijinkan dia untuk menggunakan nama depanku. "
Entah kenapa, Kobato tertawa gembira.
"... Dan mengapa kau bersembunyi dengan Kobato?"
Setelah mendengar pertanyaan ini, wajah Yozora mulai tampak murung, ia kemudian menjawab:
"Itu karena aku tidak ingin menghadapimu, Kodaka ..."
"Aku paham bahwa kau tidak ingin melihat seseorang yang baru saja mendapatkan pesan, 'Tolong jangan cari aku.’ ... Tapi mengapa kau harus menulis itu dengan cara yang begitu mengkhawatirkan? Jika kau ingin melakukan perjalanan untuk meredakan sakit hatimu, tidakkah ada kalimat lain yang lebih cocok untuk kau tulis dalam pesan tersebut? Kau tidak menjawab panggilan kami, dan pesanmu hanya menjadikan kami khawatir. "
Sena sudah tahu bahwa 'Yozora tidak mungkin bertindak seaneh itu untuk mendapatkan perhatian. " Jika dia tidak berpikiran seperti itu, dia mungkin telah pergi mencarinya dengan perasaan cemas.
"...... Aku ingin  agar kau sedikit khawatir ..."
Yozora mengatakanya dengan agak canggung, hampir seperti anak kecil yang dongkol.
"Kau ingin agar aku khawatir ... Oh, ayolah ..."
Semua tindakannya adalah agar aku cemas, sepertinya prediksi Sena tersebut tepat sasaran.
"Kukuku ... Ya, aku memang mengerti."
Kobato menunjukkan rasa simpatinya pada Yozora dan mengangguk dengan kuat. Sekarang dia mengatakannya, aku ingat bahwa Kobato juga ingin agar aku menyayanginya dari waktu ke waktu.
"Haaaa ... Ampun deh, kau ini ..."
Di saat aku mendesah dalam-dalam, Kobato mengatakan:
"Jadi ... An-chan ..."
Dia menatapku dengan mata seperti mata anak anjing dan berkata:
"Bisakah ksatria kegelapan tinggal bersama kita?"
"Kodaka ..."
Sekarang giliran Yozora, dia menatapku dengan sorot mata layaknya seekor anak kucing yang dibuang ...
"Tidak. Kau harus pulang ... itu adalah apa yang ingin kukatakan, tapi ... ini sudah larut malam, jadi..."
Tentu saja, mengusirnya di tengah malam adalah suatu tidakan yang tidak bijak.
"Tunggu sebentar, Yozora. Kau benar-benar sudah menghubungi rumahmu, kan? "
"...Belum."
Yozora memberikan ekspresi muram saat ia menggeleng.
"Ehh ?! Itu benar-benar buruk, bukan ?! Jika kau belum pulang sampai saat ini, orang tuamu akan mengkhawatirkan-- "
"Tidak akan."
Yozora menyelaku dengan penolakan bernada datar.
"Mereka tidak akan melakukan hal seperti itu. Bahkan jika aku tidak kembali ke rumah atau ke sekolah. Apa yang sedang aku lakukan dan di mana aku melakukannya, itu semua tidak akan membuat mereka khawatir. "
Yozora memasang wajah yang tampak seolah-olah ia akan menangis setiap saat.
"Aku yakin, bahkan jika aku benar-benar pergi untuk suatu perjalanan, atau mereka ditegur oleh pihak sekolah karena absenku yang kosong, atau jika aku ditangkap oleh polisi, mereka mungkin akan lebih melihatnya sebagai suatu hal yang merepotkan daripada mengkhawatirkan.... "
Aku tidak tahu apa-apa tentang situasi rumah tangga Yozora.
Apa yang aku tahu tentang Sora sepuluh tahun yang lalu hanyalah fakta bahwa ia tinggal di suatu apartemen dan ia adalah seorang anak tunggal. Bahkan, aku belum pernah mengunjungi rumahnya sebelumnya.
Sora tidak bercerita banyak tentang dirinya saat itu, dan juga, aku tidak terlalu tertarik untuk mengetahuinya.
Aku pun juga tidak ingin membawa hal-hal yang berhubungan dengan sekolah ketika kami bermain, maka situasinya berkembang menjadi keadaan dimana kami berdua menghindari pembahasan tentang kehidupan pribadi masing-masing..
Selama kami menghabiskan waktu bersama-sama dengan senang, aku tidak pernah khawatir tentang apa pun selain itu.
Sedikit informasi yang pernah kudapatkan tentang keluarga Sora adalah....
-- Kau tidak perlu repot-repot mencari seratus teman, mendapatkan teman sejati yang bisa kau kasihi adalah lebih baik daripada mendapatkan seratus teman. Bahkan jika dia hanyalah satu-satunya teman yang begitu
memperdulikanmu lebih dari siapapun di dunia ini, dan begitupun dirimu terhadapnya, maka kau akan mendapatkan hidup yang begitu brilian --
Perkataan demikianlah yang sepertinya sudah dikatakan oleh ibunya Sora.
Aku penasaran karena dia menggunakan kata 'ibu' satu-satunya, bukannya 'orang tua' di waktu itu.
Saat ini, Mikadzuki Yozora sering memesan berbagai barang melalui internet, dia juga pergi ke restoran keluarga dan karaoke sendirian. Sehingga, tampaknya tidak ada masalah keuangan padanya.
Tapi, mungkin aku harus bertanya padanya tentang hal itu lebih lanjut ... Tentang situasi keluarga Yozora ...
Ini merupakan suatu beban yang begitu berat di pundakku, tapi apakah aku harus benar-benar terlibat lebih dalam pada hal ini ...?
Saat aku sedang melamun:
"Hatchu!"
Yozora melepaskan suara bersin yang lucu.
Bagaimanapun juga, dia mandi dalam waktu yang cukup lama tadi ... Akan menjadi buruk jika dia kena masuk angin karena udara malam yang dingin.
"... Apa boleh buat, kan? Menginaplah untuk malam ini. "
"An-chan ...!"
Mata Kobato menunjukkan betapa gembira suasana hatinya.
"B-Benarkah tidak apa-apa?"
Yozora bertanya dengan gelisah.
"Yah, kupikir menginap satu malam saja bukanlah hal yang serius. Bagaimanapun juga, kau adalah tamu Kobato. Tidaklah sopan jika aku mengusirmu dari rumah ini. "
"Aku paham ... Meskipun  kau seperti ini,  kau masih cukup toleran. Tampaknya, kau juga pernah tinggal di rumah Niku.... "
Yozora menggumamkan kalimat itu dengan suara rendah. Namun aku tidak membalasnya dengan, 'Ngomong apa barusan?'.
Setelah Yozora mengeringkan rambutnya, semuanya pergi tidur.
Karena Kobato tidak keberatan jika mereka berdua berbagi tempat tidur, maka aku tidak perlu membawakan futton untuk Yozora.
"Yozora, bisakah aku menanyakan satu hal sebelum  kau pergi tidur?"
Aku berkata kepada Yozora yang sedang mengikuti Kobato ke kamarnya.
"Kobato,  kau boleh pergi duluan."
Mungkin karena ia menyadari bahwa kami akan memiliki percakapan yang penting, atau mungkin karena dia hanya ingin tidur, Kobato hanya berkata, 'Mhm ...', dan memenuhi permintaanku dengan patuh.
"... Ada apa, Kodaka?"
Setelah Kobato berada di kamarnya, aku pun membuka mulut.
"... Aku berteman dengan Rika."
"... Aku tahu, bagaimanapun juga, aku melihatnya sendiri."
Setelah beberapa saat ragu-ragu, Yozora mengatakan itu dengan nada acuh tak acuh.
Dan dia meneruskannya dengan tawa.
"... Sekarang aku berpikir tentang hal ini, Rika adalah orang yang paling suka berbicara dalam Neighbor’s Club ... Rika juga cukup sering berada pada sisimu dan membelamu ... "
"Ah ... Yah, tepatnya kami tidak menjadi teman untuk 'saat ini', kami sudah berteman sejak lama."
Setelah jeda singkat, aku melanjutkan:
"Bagiku, Rika adalah orang yang paling akrab di Neighbor’s Club. Tapi, saat-saat yang kuhabiskan bersama kalian juga-- "
 "Hentikan."
Dia tidak meneriakkan suara itu dengan lantang seperti yang biasa dilakukannya di masa lalu, tapi dengan suara yang kesepian, Yozora dengan tenang mengatakan itu.
"Kau bukan lagi Taka, kan?"
"Ya ..."
Aku mengangguk, dan Yozora mengatakan:
"Lalu begitu, kau dan aku ... bukan lagi teman."
Air mata lepas dari kelopak mata Yozora saat ia menyatakan itu dan dia pun tertawa.
"... Aku mengerti."
Hasegawa Kodaka dan Yozora Mikadzuki bukan lagi teman.
Bahkan jika salah satu dari mereka secara sepihak merasakan suatu ikatan pertemanan, itu tidak lagi bisa disebut persahabatan.
"Rika benar-benar gadis yang baik."
Yozora mengatakannya sambil mendesah.
"Cerah dan peduli, memiliki otak yang cerdas dan menjadi seorang penemu yang mampu secara langsung mengevaluasi situasi sosial ... Jika kau ingin berteman dengan seseorang, tentu saja kau akan lebih memilih dia daripada seseorang yang suram, berbahaya, egois, dan hanya pantas jadi sampah. Siapa saja akan melakukan itu. "
Aku tidak bisa mengatakan satu patah kata pun pada Yozora yang menyalahgunakan dirinya sendiri. Dia tertawa sembari menahan air matanya yang terus merembes.
"Aku juga mendengarkan pesan suara yang dia tingalkan. Dia mengatakan kepadaku bahwa aku hanya lari dari kenyataab, hanya menyalahkan orang lain, hanya membenci kenyataan dan tidak mencoba untuk melakukan satu hal untuk diriku sendiri ... Apa yang dia bilang begitu benar sehingga aku tidak memiliki satu hal pun untuk membalasnya. "
"Setelah dia mengatakan itu, dia merasa begitu terpukul, kau tahu? Masih saja ... "
Sementara masih bertanya-tanya apakah ini adalah kata-kata yang layak keluar dari mulutku ataukah tidak, aku mengatakan:
"'Jika begitu membenci suatu hal, maka jangan lari dari hal tersebut, bukankah begitu...?", itulah yang ingin dia katakan. Yang dia rasakan tentangmu adalah-- "
"Ha Ha"
Yozora memberikan tawa pahit sembari memotong apa yang akan kukatakan.
"Yozora?"
Senyum tidak jujur terlihat jelas di wajah Yozora.
"Mengasihani seekor serangga jelek pecundang seperti diriku.... Memang seperti itulah perlakuan dari seorang pria normal yang memiliki banyak teman dalam ikatannya yang baik. "
"Kau...!"
Ini adalah suatu ungkapan yang begitu merendahkan, aku merasa sedih dan aku pun menjadi kesal.
Seakan-akan, tidak peduli apakah aku menginginkannya ataukah tidak, aku dipaksa untuk menyadari bahwa Sora yang pernah aku kenal telah benar-benar lenyap dari dunia ini.
"Hanya itu yang ingin kau katakan?" tanya Yozora.
Aku menggeleng untuk menyangkalnya.
Pada kenyataannya, apa yang terjadi setelah peristiwa tersebut adalah hal yang penting.
"Setelah turun dari atap, aku pergi untuk memberikan Sena jawaban atas pengakuan cintanya."
Mata Yozora menegang.
"J-Jadi apa jawabanmu atas pengakuan cinta dari Niku?"
"Jawabanku adalah, aku mencintainya."
Aku sungguh-sungguh ragu apakah aku harus mengatakannya atau tidak.
Namun, cepat atau lambat, ketika dia datang lagi ke Neighbor’s Club, dia pasti mendengar tentang kabar ini. Jadi, aku pikir akan lebih baik baginya untuk mendengarkan ini dari mulutku sendiri.
Ekspresi Yozora tidak berubah.
Setelah terdiam sebentar.
"Aku mengerti."
Yozora bergumam dengan suara tanpa emosi.
Setelah itu, aku mencoba untuk menjelaskan semuanya seperti yang kulakukan pada Kobato pada saat makan malam tadi. Bahwa aku mencintai Sena tetapi tidak berniat pacaran dengannya, tapi Yozora sungguh terlihat bengong dan kosong.
"... Jadi Kodaka... Gadis itu... Kau mencintai Kashiwazaki Sena, ya...?"
Aku berkata, 'Ya ...', pada Yozora yang terlihat begitu ingin mendapatkan konfismasi dariku. Dan aku hanya mengangguk
"Aku mengerti ..."
Yozora mengatakan itu sambil mendesah.
Dia tidak meledakkan amarahnya, berbicara buruk tentang aku, Sena atau Rika, bahkan tidak sedih atau bercucuran air mata, dan dia tidak menahan ekspresinya dengan mengejangkan otot-otot di pipinya, dia hanya memberikan senyuman lemah sekilas.

"Haha... Semuanya sudah pergi...."